BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kematian bayi khususnya neonatal sebesar 10.000 jiwa per tahun. (Manuaba
1998 : 3). Di Indonesia AKI dan AKB masih tinggi yaitu 334 per 100.000
kelahiran hidup dan 21,8 per 1.000 kehaliran hidup. (Saifuddin 2002).
Di Desa Labuhan Ratu I angka kesakitan bayi dan menurut survey yang
dilakukan terhadap 15 anak yang menderita diare + 3 – 4 kali dalam setahun, dan
yang mengalami obesitas atau kelebihan berat badan terdapat 13 bayi dari 50 anak
dan anak dimulai dengan peran ibu dalam menyusui. Rekomendasi WHO /
UNICEF pada pertemuan tahun 1979 di Genewa tentang makanan bayi dan anak
yang memberikan makanan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar
formula sebagai makanan tambahan dengan dalih apapun pada bayi baru lahir
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan baik untuk bayi, tidak ada satupun
makanan lain yang dapat menggantikan ASI, karena ASI mempunyai kelebihan
yang meliputi 3 aspek yaitu : aspek gizi, aspek kekebalan, dan aspek kejiwaan,
1
2
berupa jalinan kasih sayang yang penting untuk perkembangan mental dan
kecerdasan anak. Pada usia 0 – 4 bulan bayi cukup diberi ASI saja (pemberian
ASI ekslusif) karena produksi ASI pada periode tersebut sudah mencukupi
kebutuhan bayi untuk tumbuh kembang yang sehat. (Departemen Kesehatan, 1995
: 23)
mencerna makanan selain ASI. Apabila pada periode ini bayi dipaksa menerima
makanan selain ASI, akan timbul gangguan kesehatan pada bayi seperti diare,
alergi dan bahaya lain yang fatal. Tanda bahwa ASI ekslusif memenuhi kebutuhan
bayi antara lain : bayi tidak rewel, dan tumbuh sesuai dengan grafik pada Kartu
Menuju Sehat (KMS). Agar pemberian ASI ekslusif dapat berhasil, selain tidak
memberikan makanan lain, perlu diperhatikan cara menyusui yang baik dan
selanjutnya. Air Susu Ibu (ASI) mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi untuk
tumbuh kembang dan menjadi sehat sampai ia umur 4 bulan. (Dep Kes RI, 1995 :
24).
Setelah bayi berumur 4 bulan, ASI saja tidak mampu lagi memenuhi
kebutuhan gizi bayi. Oleh karenanya, setelah lewat umur 4 bulan, bayi perlu
mendapat makanan tambahan atau Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) diberikan kepada bayi secara
3
pada kenyataan penggunaan ASI ekslusif belum seperti yang kita harapkan.
Penggunaan ASI yang dianjurkan adalah sampai umur 4 – 6 bulan, bayi hanya
diberi ASI, kemudian pembuatan ASI diteruskan sampai umur 2 tahun bersama
demographic dan Healt Survey WHO tahun 1986 – 1989 walaupun prosentase
bayi yang mendapat ASI cukup tinggi (96%) namun pemberian ASI secara
ekslusif selama 4 – 6 bulan hanyalah 36%. Hal ini kebiasaan buruk dimiliki oleh
masyarakat yaitu memberikan makanan selain ASI saja tanpa diselingi makanan
lain sampai usia 0 – 4 bulan tidak mencukupi kebutuhan nutrisi bayi. (Rulina,
1992 : 211).
Hasil pra survey di desa Labuhan Ratu I penggunaan ASI secara ekslusif
belum banyak diketahui oleh masyarakat, dimana dari 50 ibu yang sedang
berusia kurang dari 4 bulan. Jadi ibu yang menyusui telah memberikan makanan
pendamping ASI sebelum waktunya. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan
masyarakat yaitu apabila bayi hanya diberi ASI saja maka bayi akan kurus dan
rewel.
Dari uraian pada latar belakang penulis ingin mengetahui faktor – faktor
B. Perumusan Masalah
Dari data yang ada dilatar belakang penulis dapat merumuskan masalah
yang ada di Desa Labuhan Ratu I yaitu : “Faktor – faktor apakah yang
dengan variabel.
A. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Labuhan Ratu I Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur bulan Mei –
Juni 2004.
2. Tujuan Khusus
terlalu dini.
D. Manfaat Penelitian
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) terlalu dini diharapkan dapat bermanfaat :
pendamping ASI.
6
Sebagai bahan masukan bagi institusi terkait khususnya Puskesmas dan Dinas
5. Untuk Peneliti