Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN
1

Latar belakang
Kelenjar saliva sesuai dengan fungsinya terdiri dari kelenjar saliva mayor dan minor.
Kelenjar ludah ini mengandung jaringan tabung kecil yang disebut saluran. Air liur
mengalir melalui saluran ini ke dalam mulut. Siladenitis sering terjadi pada kelenjar
parotis (depan telinga) dan kelenjar submandibularis (di bawah dagu). Sialadenitis terjadi
karena penurunan fungsi duktus oleh karena infeksi, penyumbatan atau trauma
menyebabkan aliran saliva akan berkurang bahkan terhenti (Dawes,2008).
Kelenjar submandibularis ikut terserang pada 13% keadaan dengan serangan bilateral
pada 5% keadaan. Serangan pada kelenjar submandibula, tanpa disertai serangan pada
kelenjar aprotid merupakan perkecualian serta terjadi pada 1% keadaan. Serangan pada
kelenjar submandibula sering berhubungan dengan edema serta dapat meluas menjadi
edema presternal. Pembengkakan kelenjar ludah berlangsung selama satu minggu.
Periode akut dapat dikontrol dengan kombinasi antibiotik. Pada keadaan yang lebih
parah, gejala yang ada dapat dikontrol dengan pengikatan duktus atau parotidektomi
permukaan. Jika infeksi tidak membaik, kita mungkin memerlukan pembedahan untuk
membuka dan tiriskan kelenjar. Untuk itu, sebagai seorang perawat hendaknya dapat
merencanakan assuhan keperawatan yang tepat beserta intervensi yang sesuai bagi

penderita sialadenitis.
2 Tujuan
1
Tujuan Umum
Mempelajari konsep dan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
2

sialadenitis.
Tujuan Khusus
1 Dapat mengetahui konsep anatomi dari kelenjar saliva
2 Dapat mengetahui konsep dari gangguan sialadenitis
3 Dapat merumuskan asuhan keperawatan dari gangguan sialadenitis

Manfaat
1 Memberikan informasi ilmu pengetahuan tentang perjalanan penyakit infeksi
2 Memberikan informasi tentang sialadenitis agar perawat dapat memberikan asuhan
keperawatan kepada klien secara tepat dan optimal.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1

Defenisi
Sialadenitis adalah peradangan dari kelenjar air liur yang dapat disebabkan oleh virus,
bakteri atau penyakit autoimun (Bing, 2001).

Bisa juga disebabkan oleh trauma

(Mitchell, 2009).
a Mukokel merupakan lesi kelenjar saliva yang paling sering ditemukan. Lesi ini terjadi
karena penyumbatan atau ruptur duktus salivarius dengan kebocoran saliva ke dalam
stroma di sekitarnya. Mukokel yang paling sering ditemukan pada bibir sebelah
bawah tersebut secara khas terjadi karena trauma. Ukuran lesi ini berfluktuasi dan
terutama berkaitan dengan makanan. Eksisi yang total dapat menyebabkan rekurensi
b

(Mitchell, 2009).
Sialoadenitis nonspesifik (bakterial) umumnya terjadi sesudah obstruksi duktus
salivarius oleh batu (sialolitiasis), dengan pertumbuhan S. Aureus atau Streptococus
viridans yang berlebihan sehingga terjadi pembesaran kelenjar saliva serta nyeri dan

sekret purulen (Mitchell, 2009).


Sialadenitis dibedakan menjadi dua macam yaitu sialadenitis akut dan sialadenitis kronis.
Sialadenitis kronis biasanya disebabkan karena obstruksi dari duktus kelenjar liur oleh
batu liur atau karena penyakit lain, tetapi dapat juga merupakan kelanjutan dari
2

sialadenitis akut (Gordon, 1996)


Etiologi
Berikut beberapa penyebab terjadinya sialadenitis (Gordon, 1996).
a Umumnya terjadi setelah obstruksi, namun dapat berkembang tenpa penyebab
yang jelas.

Peradangan kronis pada parenkim kelenjar atau duktus yang seperti batu
(sialolithiasis) yang disebabkan infeksi (sialodochitis) dari bakteri staphylococus

c
d

sureus, Streptococus viridians atau pneumococus.


Obstruksi sekunder dari kalkulus sir liur dan trauma pada kelenjar.
Beberapa faktor resiko yang dapat mengakibatkan sialadenitis seperti dehidrasi,
terapi radiasi, stress, malnutrisi dan hiegyne oral yang tidak tepat yang biasanya

pada orang tua, orang sakit, dan operasi.


Patofisiologi
Glandula saliva merupakan sasaran dari penyumbatan/keradangan, infeksi dan
neoplasia, baik jinak ataupun ganas. Sifat sekresi (pengeluaran cairan) dari glandula
menyebabkan glandula ini sangat rentan terhadap berbagai hal yang dapat menghambat
aliran saliva secara normal. Jika suatu duktus mengalami penurunan fungsi oleh karena
infeksi (sialodochitis), penyumbatan (batu ludah, sialolitiasis), atau trauma, maka aliran
aliran saliva akan berkurang atau bahkan terhenti. Batu ludah paling sering didapatkan
dalam duktus glandula submandibularis, sementara glandula parotidea lebih sering
terkena penyumbatan oleh mucous plug yang tidak mengalami klasifikasi.
Terjadi penurunan fungsi duktus oleh karena infeksi, penyumbatan atau trauma
menyebabkan aliran saliva akan berkurang atau bahkan terhenti. Batu ludah paling sering
didapatkan di kelenjar submandibula. Pada glandula utama (mayor), gangguan sekresi
akan menyebabkan statis (penghentian atau penurunan aliran) dengan pengentalan atau
penumpukan yang seringkali dapat menimbulkan infeksi atau peradangan. Glandula
saliva utama yang mengalami gangguan aliran saliva akan mudah mengalami serangan
dari organism melalui duktus atau pengumpulan organism yang terbawa oleh aliran
darah. Sialadenitis yang ditimbulkannya dapat bersifat akut atau kronis (keradangan

glandula saliva). (Gordon, 1996)


Manifestasi Klinis
Beberapa keadaan umum yang ditemukan pada penderita sialadenitis adalah sebagai
berikut (Janti, 2001; 19).
a Pembengkakan kelenjar air iur yang nyeri.
b Menurunnya fungsi kelenjar air liur (hiposaliva).
c Ditemukannya sel radang PMN (polimononuklear) dan bakteri dalam saliva.
Manifestasi klinis dari sialdenitis berdasarkan klasifikasi.
a Sialadenitis akut. Pada tipe ini akan terlihat secara klinis sebagai pembengkakan
atau pembesaran glandula dan salurannya dengan disertai nyeri tekan dan rasa
tidak nyaman, dan sering juga diikuti dengan demam dan lesu (Gordon,
1996;280).

Sialadenitis kronis. Tipe ini bisa disebut juga dengan sialodochitis yang dapat
menimbulkan rasa tegang yang tidak nyaman pada saat makan. Glandula saliva
yang mengalami infeksi akan membentuk sekresi purulen berwarna putih susu dan
kental. Sumbatan kronis atau infeksi akan menyebabkan berkurangnya
serusacini/mukus sehingga terjadi pembentukan fibrosis intertisial. Bila hal

tersebut terjadi, maka aliran saliva akan sangat berkurang (Gordon, 1996;280).
5 Pemeriksaan Diagnostik
1 Kultur darah: untuk mengetahui sepsis atau bakterimia.
2 Pemeriksaan elektrolit rutin dan jumlah sel darah lengkap.
3 Analisis serum untuk antibodi antinuklear, SS-A, SS-B, dan laju endapan darah.
4 Evaluasi USG atau computed tomography (CT) akan menunjukkan apakah

pembentukan abses telah terjadi.


Kontraindikasi: Sialography
Penatalaksanaan
Perawatan awal: hidrasi adekuat, kebersihan mulut, pijat berulang pada kelenjar,
antibotik IV
Bila faktor penyebab tidak dapat dihilangkan, sebaiknya usahakan untuk memperbesar
aliran dengan cara mengunyah permen karet. Periode akut dapat dikontrol dengan
kombinasi antibiotik dan massage kelenjar. Pada keadaan yang lebih parah, gejala yang
ada dapat dikontrol dengan pengikatan duktus atau parotidektomi permukaan.
Kadang-kadang terjadi infeksi akut pada kelenjar yang tersumbat, dan perawatan
dengan antibiotic (terutama penisilin) diperlukan sebelum perawatan yang lebih
menyeluruh dilakukan.
Langkah pertama adalah untuk memastikan memiliki cukup cairan dalam tubuh yaitu
dengan menerima cairan intravena (melalui pembuluh darah). Berikutnya, pemberian
antibiotik untuk menghancurkan bakteri. Setelah saldo cairan telah dipulihkan,
dianjurkan mengunyah permen asam tanpa gula. Mereka dapat merangsang tubuh
memproduksi air liur lebih banyak. Jika infeksi tidak membaik, Anda mungkin
memerlukan pembedahan untuk membuka dan tiriskan kelenjar. Jika sialadenitis
disebabkan oleh batu di saluran, batu itu mungkin perlu dihilangkan dengan operasi

(Haskel, 1990).
Komplikasi
Paling serius : pembentukan abses

Kronis : perlindungan gigi dan karies menurun


Prognosis
Menurut Abrons Student Health Center di University of North Carolina Wilmington,
Sebagian besar Infeksi kelenjar ludah dapat hilang dengan sendirinya atau

disembuhkan dengan pengobatan. Komplikasi tidak umum, tetapi mereka dapat


terjadi tanpa diketahui. Berikut ini beberapa prognosis Sialadenitis :
1 Pada pasien pascaoperasi, pasien sering mengakui bahwa pasien sudah
menggunakan antibiotik intravena yang tepat. Pasien-pasien ini memiliki
2

prognosis yang sama.


Pasien dengan sialadenitis kronis sering memiliki program kambuh dan timbul.

Prognosis tergantung pada etiologinya.


Prognosis sialadenitis akut sangat baik. Kebanyakan kasus mudah diobati
dengan manajemen medis konservatif, dan penerimaan adalah pengecualian,
bukan aturan. Gejala akut menyelesaikan dalam waktu 1 minggu, namun, edema
di daerah tersebut dapat berlangsung beberapa minggu. Pasien dengan
sialolithiasis memerlukan perawatan bedah definitif dalam banyak kasus, yang

menghasilkan prognosis yang sangat baik.


Pasien dengan Sjgren atau penyakit autoimun lainnya cenderung memiliki

kursus yang berkepanjangan terkait dengan keterlibatan sistemik.


Pasien dengan sialadenosis memiliki prognosis yang baik, jika masalah yang
mendasari pada penyakit tersebut cukup dikendalikan. Bahkan jika dicapainya

control penyakit yang tepat, pembengkakan bilateral mungkin dapat persisten


WOC (Terlampir)

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
1

Pengkajian
1 Identitas
Pada penyakit sialadenitis tidak dipengaruhi oleh ras, jenis kelamin, agama tapi
2

sialadenitis sering terjadi pada usia tertentu yakni antara 50an-60an.


Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengalami keluhan gejala seperti gumpalan lembut yang nyeri di pipi atau di
bawah dagu, terdapat tonjolan pus dari glandula ke bawah mulut dan pada kasus
yang parah, pasien mengalami demam, menggigil, dan malaise (bentuk umum rasa

sakit).
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien dengan gangguan sialadenitis biasanya pada penyakit terdahulu mengalami
obstruksi hiposecretion atau saluran kelenjar saliva yang menyebabkan saliva

sedikit.
Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit ini tidak berhubungan dengan genetik dari klien dan keluarganya. Namun,

penyakit ini dapat merupakan bawaan (kongenital).


Observasi dan Pemeriksaan Fisik
TTV: RR
: 18-20 x/menit
N

: 60-100 x/menit

: 38 C

TD

: 120/80 mmhg

2
No
1.

Pemeriksaan Fisik :
a B1 (Sistem Pernafasan)
Tidak tmengalami gangguan.
b B2 (Sistem Kardiovaskuler)
Tidak mengalami gangguan.
c B3 (Sistem Persyarafan)
Terdapat gangguan rasa nyeri di pipi atau di bawah dagu
d B4 (Sistem Perkemihan)
Tidak tmengalami gangguan
e B5 (Sistem Pencernaan)
a anoreksia
b Sulit menelan
c Timbulnya nyeri tekan
f B6 (Sistem Muskuloskeletaldan Integumen)
a). Malaise
Analisa Data
Data
Data Subjektif :

Nyeri menelan pada rahang

Etiologi
Gangguan sekresi saliva
Penghentian/Penurunan aliran

bawah (kelenjar

saliva

submandibula)

Pembesaran glandula

Nyeri muncul saat mengunyah


makanan

Masalah
Nyeri

Bengkak
Nyeri

Data objektif :

Berkurangnya sekresi kelenjar


saliva

2.

Didapatkan nyeri pada skala 6

Data subjektif:

Tidak nafsu makan

Tidak mengkonsumsi
makanan yang terlalu kasar

Badan lemas karena kurang


energi

Data objektif:

BB menurun 0,5 kg dari berat


awal menjadi 54,5 kg dalam 4
hari

Gangguan sekresi saliva

Nutrisi kurang dari

Penurunan aliran saliva

kebutuhan tubuh

Infeksi glandula
Sekresi cairan purulen
Sekresi mucus berkurang
Fibrosis intersial
Aliran saliva berkurang
Gangguan pencernaan kimiawi
Nutrisi tidak terserap
maksimal
Nutrisi kurang dari kebutuhan

BB awal = 55 kg
BB normal sesuai tinggi seharusnya =
55,8 kg

TB: 162 cm

Porsi makan berkurang


Data subjektif:

Gangguan sekresi saliva


Penurunan aliran saliva

Badan menggigil

Pengentalan saliva

Data objektif:

Hipertermi

Inflamasi

Suhu tubuh meningkat dari

Pembengkakan

keadaan normal: 38C

Demam

Diagnosa Keperawatan
1 Nyeri berhubungan dengan Sensitivitas serabut saraf lokal sekunder akibat respon
2

inflamasi lokal terhadap parotitis.


Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakadekuatan intake makanan sekunder akibat kesulitan menelan.


3 Hipertermi berhubungan dengan respon inflamasi sistemik.
4 Intervensi Keperawatan
1.Diagnosa

: Nyeri berhubungan dengan Sensitivitas serabut saraf lokal

sekunder akibat respon inflamasi lokal terhadap parotitis.


Tujuan
: Dalam waktu 1x24 jam menunjukkan nyeri berkurang
sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil : Nyeri berkurang sampai dengan hilang
Intervensi
Rasional
Kaji karakteristik nyeri, lokasi, Mengetahui tingkat nyeri sebagai
frekfensi

evaluasi

untuk

intervensi

selanjutnya
Kaji faktor penyebab timbul nyeri Dengan
mengetahui
(takut , marah, cemas)

penyebab

nyeri

faktor

menentukan

tindakan untuk mengurangi nyeri


Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas Tehnik relaksasi dapat mengatasi
dalam
Kolaborasi

dengan

pemberian analgetik

dokter

rasa nyeri
untuk Analgetik efektif untuk mengatasi
nyeri

2.Resiko

perubahan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan

tubuh

b.d

ketidakadekuatan intake makanan sekunder akibat kesulitan menelan.


Tujuan :
Dalam waktu 1x 24 jam pemenuhan intake nutrisi dapat dimengerti pasien
Kriteria Evaluasi:
pasien

mampu

menjelaskan

kembali

pendidikan

kesehatan

yang

diberikan.pasien mampu termotifasi untuk melaksanakan anjuran yang


diberikan.
Intervensi
Rasional
Kaji pengetahuan keluarga pasien Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh
tentang intake nutrisi.

kondisi

social

ekonomi

Perawat

menggunakan

pasien.

pendekatan

yang sesuai dengan kondisi individu


pasien. dengan mengetahui tingkat
pengetahuan tersebut perawat dapat
lebih

terara

pendidikan

dalam
yang

memberikan

sesuai

dengan

pengetahuan pasien secara efisien dan


efektif.
Evaluasi adanya alergi makanan, Beberapa pasien mungkin mengalami
dan kontraindikasi makanan.

alergi terhadap beberapa komponen


makanan

tertentu

dan

beberapa

penyakit lain, seperti diabetes mellitus,


hipertensi,

goute,

memberiukan
persiapan
diberikan
Mulai dengan makanan kecil dan Kandungan
tingkatkan

sesuai

dan

lainnya

manifestasi

terhadap

komposisi

yang

makanan

akan
dapat

dengan mengakibatkan ketidak toleransian GI,

toleransi.

memerlukan

Berikan diet secara rutin

kecepatan atau tipe formula.


Pemberian diet sedikit tapi sering
merupakan

perubahan

intervensi

yang

pada

tidak

efektif dan tidak efisien apabila pasien


mendapat

reseptor

H2,

dimana

pemberian sedikit tapi sering akan


merangsang pengeluaran kembali asam
lambung yang berakibat meningkatkan
perasaan

tidak

nyaman

pada

gastrointestinal. Pemberian sedikit tapi


sering di rumah
intervensi

yang

sakit merupakan
jarang

dilakukan

karena tidak efisien dalam mengatur


pola

pemberian

dan

persiapan

makanan, makanan pun juga sudah


dingin membuat selera makan klien
menjadi kurang.
Pemberian rutin tiga kali sehari dengan
ditunjang

pemberian

penghambat

H2,

reseptor

memiliki

arti

peningkatan efisiensi dan efektivitas


dalam persiapan material makanan dan
makanan masih dalam keadaan hangat,
serta memudahkan perawat dan ahli
gizi dalam memantau kemampuan
makan dari pasien. Hal lain dengan
pemberian diet makanan secara rutin
akan

memberikan

kondisi

normal

terhadap fungsi gastrointestinal dalam


melakukan

aktifvitas

rutin

selama

dirawat dan setelah pasien pulang ke


rumah.
Berikan makan dengan perlahan Pasien dapat
pada lingkungan yang tenang.

mekanisme

berkonsentrasi

makan

tanpa

pada
adanya

distraksi/gangguan dari luar.


Kolaborasi dengan tim medis
untuk pemberian:
1

Pemakaian penghambat

Cimetidin penghambat histamine H2,

H2 (seperti Cimetidin/Ranit menurunkan produksi asam gaster,

idin)

meningkatkan
menurunkan

pH
iritasi

gaster,
pada

dan

mukosa

gaster, penting untuk penyembuhan


dan pencegahan lesi.
2

Sukralfat atau antacid

Antasida untuk mempertahankan pH


gaster pada tingkat 4,5

3 Hipertermi b.d. respons inflamasi sistemik


Tujuan :
Dalam waktu 1 x 24 jam terjadi penurunan suhu tubuh.
Kriteria evaluasi:
a. Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang
diberikan.
b. Pasien mampu termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah
diberikan.
Intervensi
Rasional
Kaji pengetahuan pasien dan keluarga Sebagai
tentang cara menurunkan suhu tubuh.

data

memberikan

selanjutnya.
Anjurkan keluarga untuk membatasi Penurunan
aktivitas pasien.

dasar

ubtuk

intervensi
aktivitas

menurunkan

laju

akan

metabolisme

yang tringgi pada fase akut

Atur lingkungan yang kondusif.

parotitis,

dengan

demikian

membantu

menurunkan

suhu

tubuh.
Kondisi ruang yang sejuk, tenang,
sedikit pengunjung memberikan
effektivitas

terhadap

preoses

penyembuhan. Pada suhu ruangan


kamar yang tidak panas akan
terjadi perpindahan suhu pasien
ke

lingkungan

(radiasi

dan

konveksi). Perawat melakukan


intervensi

penting

agar

suhu

kamar tidak berubah secara tibatiba karena memberikan resiko


penurunan

suhu

tubuh

yang

begitu cepat dan berpengaruh


terhadap tingkat toleransi anak.
Beri kompres dengan air dingin pada Secara konduksi panas akan
axial, lipatan paha bila terjadi panas.

berpindah dari tubuh ke material


yang

dingin.

digunakan

Area

adalah

mempunyai

area

pembuluh

yang
yang
darah

arteri besar sehingga


meningkatkan efektivitas
Anjurkan

keluarga

memakaikan

pakaian

untuk
yang

menyerap keringat seperti katun.


Kolaborasi

dengan

dokter

pemberian obat antipiretik.

penurunan dari proses konduksi.


untuk Pakaian yang mudah menyerap
dapat keringat
meningkatkan
evaporasi.
dalam Antipiretik

sangat

efektif

efek

dari

bertujuan

untuk

memblok respons panas sehingga


suhu pasien dapat lebih cepat
menurun

BAB 4
PENUTUP
1

Kesimpulan
Sialadenitis adalah peradangan kelenjar air liur yang dapat disebabkan oleh virus,
bakteri penyakit autoimun, dan bisa juga disebabkan oleh trauma. Awalnya disebabkan
oleh obstruksi kemudian berkmbang tanpa diketahui sebab yang jelas. Beberapa faktor
resikonyaseperti dehidrasi, terapi radiasi, stress, malnutrisi dan hiegyne oral yang tidak
tepat, orang sakit, dan operasi. Glandula saliva memiliki ductus untuk mengeluarkan
enzim, jika suatu duktus mengalami penurunan fungsi oleh karena infeksi
(sialodochitis), penyumbatan (batu ludah, sialolitiasis), atau trauma, maka aliran aliran
saliva akan berkurang atau bahkan terhenti. Manifestasi klinik secara umum yang
ditunjukan

adalah terjadi Pembengkakan kelenjar air iur yang nyeri, menurunnya

fungsi kelenjar air liur (hiposaliva), ditemukannya sel radang PMN (polimononuklear)
dan bakteri dalam saliva. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diasnosis diantara kultur darah, pemeriksaan elektrolit rutin dan jumlah sel
darah lengkap, analisis serum untuk antibodi antinuklear, SS-A, SS-B, dan laju endapan
darah, Evaluasi USG atau computed tomography (CT). Perawatan awaldapat dilakukan
hidrasi yang adekuat, menjaga kebersihan mulut, pijat berulang pada kelenjar, antibotik
IV. Komplikasi yang ditimbulkannya sepeti adanya pembentukan abses dan
perlindungan gigi serta karies menurun. Sebagian besar Infeksi kelenjar ludah ini dapat
2

hilang dengan sendirinya atau disembuhkan dengan pengobatan.


Saran
Sebagai seorang perawat sebaiknya kita mengetahui asuhan keperawatan pada klien
dengan sialadenitis secara jelas agar dapat menunjang keahlian perawat dalam
melaksanakan praktik keperawatan, mampu menegakkan daignosis dan intervensi
secara cepat dan tepat, sehingga dapat memperpendek masa patologis penyakit pada
tubuh klien
DAFTAR PUSTAKA

Carpenitto, Lynda Juall. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC
Cawson,R. A., et al. 2002. The Pathology and Surgery of the Salivary Glands . Sialadenitis :
1-31.
Djimantoro, Bing; Hendrawan, Andhy; Kurniadhi, Budi; Sudiono, Janti. 2001. Penuntun
Praktikum Patologi Anatomi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
Gordon. 2000. Buku Praktis Bedah Mulut. Jakarta : EGC
Haskel, R. 1990. Penyakit Mulut. Jakarta: EGC
Ikatan dokter anak indonesia. 2008. Buku ajar Infeksi dan Pedatri Tropis (edisi2). Jakarta:
Bagian Ilmu Kesehatan FKUI.
Mitchell dkk. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Edisi 7. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika.
Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Prasetyo, Remita Adya. 2007. Pemeriksaan radiologi di Bidang Ilmu Penyakit Mulut.
Surabaya: Bagian Ilmu Penyakit Mulut FKG Universitas hang Tuah surabaya

Anda mungkin juga menyukai