METODOLOGI PENELITIAN
melati.
d. Variabel pengacau tak terkendali: umur tanaman dan lingkungan tempat tumbuh
tumbuhan melati.
2.2.2 Definisi operasional
k.
KBM adalah konsentrasi minimum minyak atsiri ekstrak bunga melati yang
dapat membunuh S. mutans.
l.
2.3 Bahan Penelitian
Ekstrak bunga melati (jasminum sambac ait.) diperoleh dari Pasar
Beringharjo, Yogyakarta, aquadest, vanillin asam sulfat, toluene, etil asetat, heksana,
larutan standar Mc Farland II, cinnamomi oil (teknis), standard cinnamaldehyde,
bakteri S. mutans diperoleh dari Balai Laboratorium Kesehatan,Yogyakarta, Trypton
Soya Agar (TSA), Trypton Soya Broth (TSB), etanol absolut 99,9%.
dihindari. Piknometer dicelupkan dalam penangas air pada suhu 25oC 0,2
oC selama 30 menit. Suhu penangas air diperiksa dengan termometer dan
air suling ditambahkan sampai garis tanda. Penutup disisipkan dan
dikeringkan dengan menggunakan kain kering.
Piknometer diisi dengan minyak atsiri bersuhu 25o C pada suhu 25o C
0,2oC dan dibiarkan selama 30 menit. Piknometer dicelupkan dalam
penangas air pada suhu 25oC 0,2oC dan dibiarkan berdiri di timbangan
selama 30 menit. Permukaan minyak diatur hingga garis tanda (Departemen
c.
Kesehatan RI,1985).
Pengukuran nilai indeks bias
Penentuan indeks bias
dilakukan
menggunakan
alat
hand
ring diputar untuk menghilangkan warna hingga garis batas menjadi jelas
(jika indeks bias sampel sama sekali tidak dapat diamati,knop diatur pada
posisi 1,2,dan 3 dan cari pisisi yang menunjukan perbedaan yang jelas antar
bagian yang terang dan gelap). Kalibrasi yang ditunjukan oleh garis batas
tersebut memperlihatkan indeks bias (Departemen Kesehatan RI,1985).
2.5.5 Identifikasi kualitatif minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan
metode KLT
Fase diam yang digunakan adalah silica gel GF254 dan fase gerak
yang digunakan adalah toluene : ethyl asetat (93 : 7). Sebagai pembanding
digunakan
cinnamomum
oil
(teknis)
dan
cinnamaldehyde.
Deteksi
menggunakan sinar UV 254 dan 365 nm serta pereaksi semprot vanillin asam
sulfat. Pertama, sebanyak 50 l sampel diambil kemudian dilarutkan dengan 1
ml etanol. Sebanyak 5 l larutan minyak atsiri hasil destilasi uap dan air
ditotolkan pada plate silica gel 60 GF254. Dilakukan juga penotolan
pembanding cinnamaldehyde pada plat yang sama. Kemudian plate
dimasukkan ke dalam chamber jenuh dengan fase gerak toluene : etil asetat
(93 : 7) dan dieluasikan hingga batas, lalu diangkat dan dikeringkan. Setelah
kering disemprot dengan pereaksi vanillin asam sulfat dan dipanaskan pada
suhu 110 C selama 2 menit, kemudian hitung nilai Rf dan amati warna bercak
yang tampak.
2.5.6 Sterilisasi peralatan dan media
Peralatan yang digunakan dalam penelitian, terutama yang berhubungan
dengan bakteri uji seperti: tabung reaksi, cawan petri, jarum ose, pipet ukur,
dan lain-lain disterilisasikan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC
selama 20 menit dengan tekanan 1 atm, sedangkan untuk media TSA dan TSB
disterilisasikan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15
menit.
2.5.7 Penyiapan media uji
Pada penelitian ini media yang digunakan ada 2 macam yaitu Trypton
Soya Agar (TSA) dan Trypton Soya Broth (TSB). Pembuatan media TSA yaitu
dengan mencampurkan serbuk TSA sebanyak 10 gram dengan aquadest
sebanyak 250 ml. Pembuatan media TSB yaitu dengan mencampurkan serbuk
TSB sebanyak 7,5 gram dengan aquadest sebanyak 250 ml, lalu ke dua jenis
media disterilkan dengan autoklaf pada suhu 1210C dan tekanan 1 atm selama
15 menit. Untuk penyiapan media stok mikroba uji, setelah media TSA
disterilkan, media TSA dibiarkan memadat dalam kondisi miring untuk
reisolasi bakteri S.mutans.
2.6 Uji daya antibakteri minyak atsiri kulit batang kayu manis dengan metode difusi
sumuran.
a. Penyiapan larutan uji
Dari hasil destilasi dibuat berbagai variasi pengenceran dengan cara
melarutkan destilat murni dengan etanol 99,9%. Dibuat beberapa variasi konsentrasi
destilat minyak atsiri, meliputi konsentrasi 100 % (sebagai kontrol positif), 50, 25,
dan 20%, kemudian diturunkan menjadi 10%,5% dan 2,5% dengan cara melarutkan
minyak atsiri ke dalam etanol 99,9% hingga mencapai konsentrasi yang diinginkan.
b. Pembuatan suspensi bakteri
Diambil 1-3 ose isolat murni bakteri S.mutans yang sudah dibiakkan,
diinokulasikan ke dalam 5 ml TSB dan divortex supaya tercampur merata, kemudian
diinkubasi pada suhu 37C selama 24 jam. Dibuat suspensi bakteri uji dan disetarakan
dengan larutan standar Mc Farland II (6.108 CFU/ml) dengan cara menyetarakan
kekeruhan suspensi bakteri dengan standar Mc Farland II (6.108 CFU/ml), jika
kekeruhannya melebihi kekeruhan Mc Farland II, maka dilakukan penambahan media
TSB steril sampai didapat kekeruhan yang sama.
c. Penanaman isolat S.mutans secara pour plate.
Media yang akan digunakan dibagi menjadi 2 dengan perbandingan volume
1:3. Satu bagian berupa TSA steril tanpa inokulasi bakteri digunakan sebagai layer
bawah, dituang ke dalam cawan petri steril dan dibiarkan memadat terlebih dahulu.
Tiga bagian digunakan sebagai layer atas, yang dituang setelah diinokulasi dengan
bakteri uji. Untuk layer atas, diambil 0,1 mL dari stok suspensi bakteri uji yang sudah
disetarakan dengan larutan standar Mc Farland II, diinokulasikan ke media TSA
secara pour plate. Media TSA yang mengandung bakteri dibiarkan beberapa saat
supaya memadat.
d. Uji daya antibakteri minyak atsiri kulit batang kayu manis terhadap S.mutans dengan
difusi sumuran.
Dengan menggunakan pelubang sumuran, dibuat lubang-lubang pada media
TSA yang telah memadat dengan diameter 6 mm, sebagai tempat
minyak atsiri dengan berbagai variasi konsentrasi, kontrol negatif (etanol
99,9%) dan kontrol positif (minyak atsiri 100%). Pembuatan lubang hanya menembus
layer atas, layer bawah digunakan sebagai alas supaya destilat tidak menyebar pada
dasar cawan petri. Minyak atsiri dengan berbagai konsentrasi (20 50%)
diinokulasikan pada lubang sumuran yang tersedia. dan kontrol negatif yang
digunakan adalah etanol 99,9% dan kontrol positif adalah minyak atsiri 100%.
Volume yang diinokulasikan adalah 30 l. Diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 37o
C, kemudian diamati diameter zona jernih yang dihasilkan. Konsentrasi kemudian
diturunkan terus menerus hingga ditemukan konsentrasi di mana minyak atsiri kulit
batang kayu manis sudah tidak dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. mutans
sebagai acuan konsentrasi pada KHM dan KBM. Daya antibakteri diamati
berdasarkan diameter zona hambat yang terbentuk dibandingkan dengan kontrol
negatif etanol 99,9%.
2.7 Penentuan nilai KHM dan KBM dengan dilusi padat
Pada uji ini menggunakan tiga macam kontrol, yaitu kontrol kontaminasi
media, kontrol pertumbuhan bakteri, dan kontrol negatif (kontrol pelarut). Kontrol
kontaminasi media dibuat dengan menuang media TSA pada cawan petri steril.
Kontrol pertumbuhan bakteri dibuat dengan menambahkan bakteri uji pada media
TSA kemudian dilakukan pour plate pada cawan petri steril. Kontrol pelarut dibuat
dengan menambahkan pelarut ekstrak, yaitu etanol pada media TSA kemudian
dilakukan pour plate pada cawan petri steril.
a. Uji daya antibakteri dengan dilusi padat
Diambil 1-3 ose bakteri uji, kemudian disuspensikan ke dalam 5 ml TSB,
divortex sampai rata dan diinkubasikan pada suhu 37C selama 24 jam. Hasil
suspensi dibandingkan dengan standar Mc Farland II hingga kekeruhannya sama,
lalu diambil suspensi bakteri 0,1 ml. Destilat dengan kadar tertentu, sesuai
dengan hasil pada uji sebelumnya, ditambahkan dalam suspensi tadi dan
dicampur rata dengan 10 ml TSA yang dicairkan (suhu 45-50C), kemudian
dituang dalam cawan petri secara pour plate. Diinkubasikan dalam suhu 37C,
dilakukan pengamatan setelah 24 jam diinkubasi. Pertumbuhan bakteri dapat
dilihat dari media yang menjadi keruh. Semakin subur pertumbuhan bakteri pada
media, maka semakin keruh media tersebut. Pembacaan hasil daya antibakteri
diberi penilaian menggunakan notasi (+++) untuk pertumbuhan yang tampak
sangat keruh, (++) keruh, (+) agak keruh dan (-) jernih. Kekeruhan masingmasing perlakuan dibandingkan
pertumbuhan.
b. Penentuan nilai KHM dan KBM
Penentuan nilai KHM dan KBM dilakukan dengan melakukan streak plate
dari hasil uji daya antibakteri secara dilusi padat. Hasil uji yang digunakan adalah
semua media yang memberikan kejernihan media secara visual. KHM adalah
konsentrasi terkecil yang dapat menghambat bakteri, ditandai dengan S.mutans
masih dapat tumbuh pada hasil streak plate, sedangkan KBM adalah konsentrasi
terkecil yang dapat membunuh bakteri, ditandai dengan S.mutans sudah tidak
dapat tumbuh pada hasil streak plate yang menandakan bakteri uji mati karena
larutan uji dengan konsentrasi tersebut (McKane & Kandel, 1996; Koneman,
Allen & Schreckenbergerr, 1997).
2.8 Analisis Data
Data diameter zona hambat pada pertumbuhan bakteri diuji distribusi
normalnya dengan Kolmogorov-Smirnov, jika normal maka dianalisis kebermaknaan
beda tiap hasil dengan ANOVA satu arah pada taraf kepercayaan 95% dengan H1
yaitu terdapat perbedaan bermakna antar sampel, kemudian dilanjutkan dengan uji
LSD (Least Significant Different). Jika data terdistribusi tidak normal maka data
dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis yang kemudian dilanjutkan dengan uji
Mann Whitney.
Data uji antibakteri dengan dilusi padat didapat dengan melihat kekeruhan
media secara visual dan dianalisis secara dengan deskriptif. Nilai KHM dan KBM
didapat dari hasil penegasan dengan metode streak plate. Data hasil identifikasi bunga
melati berupa bobot jenis minyak atsiri, indeks bias minyak atsiri, KLT minyak atsiri
dianalisis secara deskriptif dengan disertai data pendukung berupa foto-foto dan
disajikan dalam bentuk tabel.