Anda di halaman 1dari 2

27-06-2016

1/2

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Artikel ini diambil dari : www.depkes.go.id

PEMAHAMAN MASYARAKAT AKAN PENGGUNAAN OBAT MASIH RENDAH


DIPUBLIKASIKAN PADA : JUMAT, 27 NOVEMBER 2015 00:00:00, DIBACA : 49.809 KALI

Jakarta, 27 November 2015


Sampai saat ini di tengah masyarakat seringkali dijumpai berbagai masalah dalam penggunaan obat. Diantaranya ialah kurangnya pemahaman tentang
penggunaan obat tepat dan rasional, penggunaan obat bebas secara berlebihan, serta kurangnya pemahaman tentang cara menyimpan dan membuang obat
dengan benar. Sedangkan tenaga kesehatan masih dirasakan kurang memberikan informasi yang memadai tentang penggunaan obat.
Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa 35,2% rumah tangga menyimpan obat untuk swamedikasi. Dari 35,2% rumah
tangga yang menyimpan obat, 35,7% di antaranya menyimpan obat keras dan 27,8% diantaranya 86,1% antibiotik tersebut diperoleh tanpa resep. Hal ini memicu
terjadinya masalah kesehatan baru, khususnya resistensi bakteri.
Demikian disampaikan Menteri Kesehatan RI, Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp.M (K) ketika membuka acara Sosialisasi Gerakan Cerdas Menggunakan Obat
(Gema Cermat) pada stake holder di Kementerian Kesehatan Jakarta, Jumat, (27/11). Acara ini diselenggarakan sebagai salah satu rangkaian kegiatan program
Gema Cermat yang telah dicanangkan pada saat Pembukaan Pameran Pembangunan dalam rangka Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-51 Tahun 2015 di
Jakarta tanggal 13 November 2015 silam.
Resistensi Antibiotik
Lebih lanjut Menkes menjelaskan, kurangnya pemahaman masyarakat dan informasi dari tenaga kesehatan, menyebabkan masyarakat menggunakan antibiotik
tanpa supervisi tenaga kesehatan. Persepsi yang salah pada masyarakat dan banyaknya masyarakat yang membeli antibiotik secara bebas tanpa resep dokter
memicu terjadinya masalah resistensi antibiotik.
Penggunaan obat bebas secara berlebihan (over dosis), kejadian efek samping, interaksi obat atau penyalahgunaan obat, seringkali terjadi pada masyarakat dan
dapat menyebabkan masalah kesehatan baru, ujar Menkes.
Berdasarkan fakta yang ada, Menkes mendorong perlunya dilakukan upaya kesehatan berbasis masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat di berbagai
bidang, salah satunya dalam peningkatan penggunaan obat rasional.
Masyarakat perlu memahami bahwa dalam pelayanan kesehatan, obat harus digunakan secara tepat dan rasional, agar mencapai efek pengobatan. Masyarakat
seharusnya mendapatkan informasi yang akurat dan memadai tentang obat yang digunakan tegas Menkes.
Gema Cermat

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

2/2

27-06-2016

Gema Cermat merupakan upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat melalui rangkaian kegiatan dalam rangka mewujudkan kepedulian, kesadaran,
pemahaman dan keterampilan masyarakat dalam menggunakan obat secara tepat dan benar.
Gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menggunakan obat dengan benar, meningkatkan
kemandirian dan perubahan perilaku masyarakat dalam memilih dan menggunakan obat secara benar, dan akhirnya akan meningkatkan penggunaan obat secara
rasional, termasuk antibiotik.
Sosialisasi Gema Cermat dihadiri 300 orang terdiri dari berbagai elemen organisasi masyarakat, akademisi dan organisasi profesi seperti: Kowani, Yayasan Orang
tua Peduli, Kader Posyandu, Komunitas Blogger, Ikatan Sarjana Farmasi, Ikatan Apoteker Indonesia, Ikatan Bidan Indonesia, dan Saka Bhakti Husada.
Pada acara tersebut para peserta diajak untuk menyaksikan proses simulasi edukasi masyarakat tentang penggunaan obat dan juga ada talkshow mengenai
Penggunaan Antibiotik Secara Bijak.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes
melalui nomor hotline <kode lokal> 1500-567; SMS 081281562620, faksimili: (021)52921669, dan alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

- 2 -

Printed @ 27-06-2016 17:06

Anda mungkin juga menyukai