Anda di halaman 1dari 15

BAB I

HAKIKAT PROFESI KEPENDIDIKAN


Secara etimologi istilah profesi berasal dari bahasa inggris profession
yang berakar dari bahasa latin profeus yang artinya mengakui atau
menyatakan mampu atau ahli dalam satu bentuk pekerjaan atau dengan kata
lain pekerjaan atau jabatan tersebut hanya dapat dikerjakan oleh orang-orang yang
memiliki keahlian yang dituntut oleh pekerjaan itu sendiri.
Beberapa ciri profesi ditinjau dari beberapa segi yaitu : segi fungsi dan
signifikansi sosial, segi keahlian dan keterampilan, batang tubuh ilmu, masa
pendidikan, aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional, kode etik tertentu
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, berwenang/kekuasaan untuk
memberi suatu judgement/pendapat putusan, tanggungjawab profesional atau
otonomi dan pengakuan dan imbalan.
Guru sebagai jabatan dituntut memiliki 3 kompetensi yaitu kompetensi
personal, kompetensi sosial, kemampuan profesional.
Kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang guru meliputi:
1. Menguasai bahan ajar
2. Mengelola program belajar mengajar
3. Mengelola kelas
4. Menggunakan media sumber
5. Menguasai landasan-landasan kependidikan
6. Mengelola iteraksi belajar mengajar
7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
8. Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan konseling
9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi disekolah
10. Memahami prinsip-prinsip penelitian dan menafsirkan hasil penelitian
pendidikan guna keperluan pengajaran.

Kompetensi guru profesional UU no 14 tahun 2005 dapat dikemukan


secara rinci dibawah ini yaitu :
1. Kompetensi Pedagogik

Adalah kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan, dan


pelaksanaan pembelajaran, evolusi hasil belajar dan pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2. Kompetensi Kepribadian
Adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan
berahlak mulia
3. Kompetensi Profesioal
Adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang
mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran disekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap
struktur dan metodologi keilmuannya.
4. Kompetensi Sosial
Adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.

BAB II
PROFESIONALISASI GURU
Kata profesionalisasi mengacu pada kata proses. Kata proses mengandung
arti runtunan perubahan (peristiwa) di perkembangan sesuatu, kemajuan sosial

berjalan

terus,

rangkaian

tindakan,

pembuatan

atau

pengelolaan

yang

menghasilkan produk.
Profesionalisasi jabatan guru adalah keseluruhan tahap proses yang harus
dialami dan/atau diikuti oleh guru mulai dari ada niat menjadi guru hingga benarbenar menjadi guru yang profesional.
Kinerja guru merupakan salah satu indicator penentu ketercapaian
pendidikan dan pembelajaran baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Kinerja
guru menyangkut hasil kerja yang kuantitas dan kualitas dapat dicapai guru dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tangung jawab yang diberikan kepadanya
sebagai guru.
Menurut Pidarta (1986) bahwa ada beberapa faktor yang dapat
mempegaruhi

kinerja

guru

dalam

melaksanakan

tugasnya

yaitu:

(1)

kepemimpinan kepala sekolah, (2) fasilitas kerja, (3) harapan-harapan, dan (4)
kepercayaan personalia sekolah. Profesionalisme seorang guru ditentukan oleh
tiga faktor, yakni: (1) faktor internal dari guru itu sendiri, (2) kondisi lingkungan
tempat kerja, dan (3) kebijakan pemerintah.
Guru yang efektif mempunyai ciri-ciri yang meliputi: (1) memiliki
kemampuan interpesonal, khususnya kemampuan untuk menunjukkan emphaty,
penghargaan dan ketulusan kepada siswa, (2) memiliki hubungan baik dengan
siswa, (3) mampu menerima, mengakui dan memperhatikan siswa secara tulus,
(4) menunjukkan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar, (5) mampu
menciptakan tumbuhnya kerjasama dan keharmonisan anggota kelompok, (6)
mampu melibatkan siswa dalam mengorganisasikan dan merencanakan kegiatan
pembelajaran, (7) mampu mendengarkan dan memberi kesempatan kepada siswa
untuk berbicara dan, (8) mampu meminimalkan friksi-friksi di kelas.
Unsur-unsur yang perlu diadakan penilaian dalam proses penilaian kinerja
guru menurut Siswanto dalam Lamatenggo (2001) adalah sebagai berikut :
kesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerja sama,
prakarsa, kepemimpinan.

UU No.14 tahun 2005 ini mengamanatkan bahwa pendapat dua jalur


pembinaan dan pengembangan profesi guru, yakni : 1) pembinaan dan
pengembangan profesi, dan 2) pembinaan dan pengembangan karier.
Pengembangan dan peningkatan kualifikasi akademik bagi yang belum
memenuhi kualifikasi S-1 atau program D-IV dilakukan melalui pendidikan tinggi
program S-1 atau program D-IV pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan
program pendidikan tenaga kependidikan dan/atau program pendidikan non
kependidikan.
Guru

yang

profesional

mampu

memainkan

multi

peran

dalam

meneyelenggarakan proses pembelajaran dengan tugas yang amat bervariasi. Guru


yang professional mampu berperan sebagai (1) Pemelihara (konservator), (2)
transmitor (penerus), (3) transformator (penerjemah), (4) perencana (planner), (5)
manajer

proses

pembelajaran,

(6)

pemandu

(direktur),

(7)

organisator

(penyelenggara),(8) komunikator, (9) fasilisator, (10) motivator , dan (11) penilai


(evaluator).
Peran guru yang utama adalah memfasilitasi pembelajaran siswa, yang
secara luas dijabarkan dengan berbagai cara. Peran guru dalam pembelajaran
diharapkan dapat mencakup tiga hal, yaitu pengembangan pertumbuhan sosial,
pertumbuhan emosional, dan pertumbuhan perolehan pengetahuan bagi peserta
didiknya.
Pembinaan dan pengembangan karir guru dilakukan melalui tiga upaya,
yang meliputi (1) penugasan, (2) kenaikan pangkat, dan (3) promosi.
PGRI telah mengeluarkan sebuah kode etik guru yang pada dasarnya
mengatur perilaku etis guru, melindungi profesi guru dan individu guru, mengatur
batas kewenangan guru, dan mempertahankan kesejahteraan guru. Kode etik guru
terdiri dari dua bagian yaitu : 1). Kode Etik Guru Indonesia; 2). Kode Etik Jabatan
Guru.
BAB III
ORGANISASI DAN SIKAP PROFESI KEPENDIDIKAN

Organisasi profesi keguruan adalah suatu wadah yang menghimpun tenaga


kependidikan yang memiliki pekerjaan dan keahlian sebagai seorang guru,
berkewenangan menjadi guru yang diperoleh melalui pendidikan khusus.
Seorang guru memiliki 5 hak profesional yaitu: (1) mendapat pengakuan
dan perlakuan hukum terhadap batas dan wewenang keguruan yang menjadi
tanggung jawabnya; (2) memiliki kebebasan untuk mengambil langkah-langkah
interaksi edukatif dalam batas tanggung jawabnya, dan ikut serta dalam proses
pengembangan pendidikan setempat; (3) menikmati kepemimpinan teknis dan
dukungan pengelolaan yang efektif dan efisien dalam rangka menjalankan
tugasnya sehari-hari; (4) menerima perlindungan dan penghargaan yang wajar
terhadap terhadap usaha-usaha dan prestasi yang inovatif dalam bidang
pengabdian; dan (5) menghayati kebebasan mengembangkan kompetensi
profesionalnya secara individual maupun secara institusional.
Organisasi profesional bertujuan untuk mengikat, mengawasi dan
meningkatkan kesejahteraan para anggotanya sehingga pelayanan kepada
masyarakat dapat ditingkatkan. Organisasi profesional berfungsi sebagai
pengendali keseluruhan profesi baik secara mandiri, maupun secara bersama-sama
dengan pihak lain yang relevan.
PGRI adalah wadah organisasi profesi keguruan di Indonesia yang
bermula organisasi serikat sekerja lahir pada tanggal 25 Nopember 1945. PGRI
diresmikan pada Kongres XIII tahun 1973 di Jakarta.
Fungsi PGRI adalah membina guru dan martabat guru dengan segala
aspeknya dalam kehidupan profesinya.
Masalah-masalah yang melemahkan pelaksanaan profesionalisasi adalah
kesejahteraan guru, unjuk kerja guru, sistem pengadaan tenaga guru, penataan
PGRI, pelaksanaan kode etik guru, pengakuan masyarakat terhadap keberadaan
guru.
Kode etik adalah ketentuan atau aturan yang berkenaan dengan tatasusila
dan akhlak. Ada 9 kode etik guru Indonesia, yaitu :

1) Guru berbakti membina anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia


pembangunan yang berpancasila.
2) Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai
dengan kebutuhan masing-masing anak didik.
3) Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang
anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan
wewenang.
4) Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan
dengan orang tua siswa dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
5) Guru memelihara hubungan, baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya
maupun masyarakat yang lebih lugas untuk kepentingan pribadi.
6) Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengemban dan
meningkatkan mutu profesinya.
7) Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama guru, baik
berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.
8) Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdiannya.
9) Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan.
Penyimpangan terhadap kode etik yang dikeluarkan oleh PGRI harus
diawasi oleh PGRI. Organisasi profesi dapat berperan ganda, yaitu sebagai
penjaga bagi praktisi untuk tidak keluar dari kode etik profesional, dan sebagai
penggerak bagi pengembangan profesi itu sendiri.
Profesi kependidikan merupakan pemberian pelayanan kepada peserta
didik untuk membantu dan membimbinh, serta, membelajarkan peserta didik agar
ttumbuh kembang secara optimal.
Guru sebagai pendidik akan diakui oleh masyarakat apabila dalam
melaksanakan pekerjaannya mampu menunjukkan citra dan reputasi sebagai guru
professional. Guru selain tugas utamanya sebagai pengajar, juga dijadikan panutan
atau yang memberikan contoh teladan pada masyarat sekitarnya, baik dalam
lingkungan sekolah, maupun di lingkungan masyarakat tempat tinggalnya.
Oganisasi profesi merupakan suatu sistem untuk menyepakati suatu
komitmen bersama, dibentuk berdasarkan unsur-unsur anggota. Oleh karena itu,
seluurh anggotanya harus bertindak dengan tujuan yang ditettapkan bersama. Ada

hubungan timbal balik antara anggota profesi dengan organisasi profesi dalam
melaksanakan hank dan kewajiban.
Dalam hal ini Kode Etik Guru Indonesia menunjukkan kepada kita betapa
pentingnya hubungan yang harmonis perlu diciptakan dengan mewujudkan
perasaan bersaudara, yangg mendalam antara sesama anggota profesi. Hubungan
sesama anggota profesi dapat dilihat dari dua segi yakni hubungan formal dan
hubungan kekeluargaan.
Pengembangan profesi guru adalah proses kegiatan dalam rangka
menyesuaikan kemampuan profesional guru dengan tuntutan pendidikan dan
pengajaran. Menurut Soewarni (2004) bahwa pengembangan profesi guru di
lingkungan

pendidikan

dasar

dan

menengah

diarahkan

pada

kualitas

profesional,penilaian kinerja secara obyektif, transparan dan akuntabilitas,


serta memotivasiuntuk meningkatkan kinerja dan prestasi

BAB IV
PERANAN GURU DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN
Manajemen merupakan suatu sistem tingkah laku manusia yang kooperatif
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan kepemimpinan yang
teratur melalui usaha yang terus menerus dilandasi tindakan yang rasional.

Nawi (1992) mengemukakan bahwa administrasi pendidikan sebagai


rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama
sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis yang
diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga pendidikan
formal.
Secara esensisal dapat ditarik benang merah tentang pengertian
manajemen pendidikan, bahwa: (1) manajemen pendidikan merupakan suatu
kegiatan; (2) manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya; dan
(3) manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.
Administrasi adalah keseluruhan proses kerjasama sekelompok individu di
bidang tertentu dangan menggunakan dan/atau meberdayakan seluruh sumberdaya
yang tersedia untuk mencapai tujuan secara efktif dan efisien.
Administrasi pendidikan adalah keseluruhan proses kerjasama kelompok
individu di bidang pendidikan dengan menggunakan dan/atau meberdayakan
seluruh sumberdaya yang tersedia untuk mencapai tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien.
Orang menjalankan administrasi disebut dengan istilah administrator.
Manajemen pendidikan merupakan suatu proses, dimana proses ini
mengacu kepada serangkaian kegiatan yang dimulai dari penentuan sasaran
(tujuan) sampai berakhirnya sasaran/tercapainya tujuan.
Fungsi manajemen dengan mengacu pada pengklasifikasian dari Luther
Gulick (POSDCORB) yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Perencanaan (Planning)
Pengorganisasian (Organizing)
Penyusunan pegawai (staffing)
Pengarahan (directing)
Koordinasi (coordinating)
Pencatatan dan pelaporan (recording and reporting)
Pengawasan (controlling)
- pengelolaan bidang kurikulum
- pelaksanaan proses belajar-mengajar
- pengelolaan peserta didik
- pengelolaan perlengkapan pendidikan
- pengelolaan keuangan pendidikan
- pengelolaan layanan khusus
- pengelolaan ketatausahaan (kantor)
- pengelolaan hubungan sekolah dengan masyarakat

Stakeholders pendidikan merupakan orang yang menjadi pemegang dan


sekaligus pemberi support terhadap pendidikan atau lembaga pendidikan. Kalau
lembaga pendidikan itu berupa sekolah maka stakeholdersnya adalah birokrasi
pendidikan (dinas pendidikan), pengawas, kepala sekolah, guru-guru, orangtua,
komite sekolah dewan sekolah, masyarakat, dunia usaha dan dunia industri.
Manajemen sekolah yang efektif tergantung pada praktek yang
menerapkan pada praktek yang menerapkan empat prinsip pengelolaan hubungan
sekolah dengan masyarakat dibawah :
1.
2.
3.
4.

Desentralisasi sistem dan anggota staf


Mempertinggi penghargaan terhadap personal
Perkembangan dan pertumbuhan sekolah secara optimal
Pelibatan personal.

BAB V
HAKEKAT SUPERVISI PENDIDIKAN
Konsep supervisi pada awalnya dilaksanakan dalam bentuk inspeksi atau
memeriksa kinerja guru selama melaksanakan tugas mengajar. Melalui inspeksi
ini tampilan guru dipantau sedemikian rupa oleh inspektur melibatkan kerjasama
yang harmonis dengan guru.
Konsep supervisi jika dipandang dari arti katanya yang berarti
supervission (Inggris), yang terdiri dari dua sukun kata, yakni super dan vision.
Kata super diartikan sebagai padanan dari kata atas, lebih, hebat sedangkan vision
berarti melihat. Sehingga kata supervision berarti melihat dari atas atau melihat

kelebihan. Dengan demikian kata supervisi tidak sama dengan kata mengawasi
yang dalam bahasa inggris disebut dengana controlling.
Seorang supervisor adalah seseorang yang memmilki kelebihan-kelebihan
(super) di bidang keguruan, dimana kelebihan tersebut dapat membuatnya
membantu guru memperbaiki situasi belajar mengajar ke arah yang lebih baik.
Pada prinsipnya supervisi mempunyai arti khusus yaitu membantu dan turut serta
dalam usaha-usaha perbaikan dan peningkatan mutu.
Supervisi pengajaran yakni:
1. Supervisi merupakan seluruh usaha yang dirancang oleh petugas sekolah ke
arah penyediaan kepemimpinan bagi guru-guru dan pekerja sekolah lainnya;
2. Supervisi mempunyai sasaran pada usaha perbaikan, pertumbuahn jabatan,
mengembangkan guru-guru, revisi tujuan pendidikan dan bahan pengajaran.
Kepala sekolah sebagai supervisor dalam melakukan supervisi harus
mengetahui secara jelas apa saja yang harus disupervisi. Karena inti kegiatan
sekolah adalah pembelajaran, maka aspek yang lebih penting untuk disupervisi
dan menilai kegiatan pendidikana dalah yang berkaiatan dengan pembelajaran.
Beberapa kenyataan di bahwah ini dapat dijadikan sebagai masukan tentang
latar belakang pentingnya supervisi bagi guru-guru dan tenaga pendidikan lainnya
di lembaga pendidikan yaitu:
a) Penyelenggaraan pendidikan melibatkan peran sejumlah orang yang perlu
dikendalikan dalam kerjasama.
b) Pada umumnya semua petugas pendidikan khususnya guru memiliki potensi
yang lebih besar daripada apa yang ditampilkannya saat ini (saat ia melakukan
tugas).
c) Para pengajar tidak mungkin selalu dapat melaksanakan tugasnya dengan
baik.
d) Perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta perkembangan tuntutan
kebutuhan masyarakat semakin kompleks, telah mengakibatkan adanya
perkembangan tuntutan tanggung jawab terhadap guru.

Tujuan supervisi pendidikan bukan menyodorkan suatu teori, tetapi


menganjurkan sesuai kebutuhan dan untuk mengungkapkan beberapa karakteristik
esensial teori. Supervisi pendidikan sebagai salah satu instrumen yang dapat
mengukur dan menjamin terpenuhinya kualitas penyelenggaraan pendidikan
maupun penyelenggaraan pembelajaran.
Supervisi mempunyai fungsi penilaian (evaluation) dengan jalan penelitian
(research) dan merupakan usaha perbaikan (improvement).
Menurut Wiles dan Lovel (1975) ada tujuh tujuan supervisi pengajaran, yaitu:
pengembangan tujuan, pengembangan program, koordinasi dan pengawasan,
motivasi, pemecahan masalah, pengembangan profesional, penilaian keluaran
pendidikan.
Prinsip supervisi pendidikan antara lain adalah: ilmiyah yang berarti sistemati
dilaksanakan secara tersusun, kontiniyu, teratur, objektif, demokratis, kooperatif,
menggunakan alat, konstruktif dan kreatif.

Ada beberapa model yang berkembang dalam supervisi pengajaran, yaitu


supervisi konvensional, supervisi ilmiyah, supervisi klinis dan supervisi artistik.
Supervisi konvensional merupakan model supervisi yang dilakukan untuk mencari
kesalahan dan menemukan kesalahan guru.
a. Pendekatan Non-direktif
b. Pendekatan Direktif
c. Pendekatan Kolaboratif
Tugas profesional perangkat sekolah mempunyai implikasi pada guru,
kepala sekolah dan juga supervisor.
Sepuluh bidang tugas supervisor yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)

Mengembangkan kurikulum.
Pengorganisasian pengajaran.
Pengadaan staf
Menyediakan fasilitas
Penyediaan bahan-bahan

6) Penyusunan penataran pendidikan


7) Pemberian orientasi anggota-anggota staf
8) Pelayanan murid
9) Hubungan masyarakat
10) Penilaian pengajran terhadap perencanaan pengajaran
Tehnik-tehnik supervisi pengajaran dibedakan menjadi:
1. Tehnik kelompok
2. Tehnik perorangan

BAB VI
BIMBINGAN KONSELING DAN PERAN GURU
Bimbingan konseling di sekolah merupakan salah satu aktivitas
pendidikan yang tidak boleh lepas dari perhatian administrator,manajer dan guru
di sekolah. Kepala sekolah harus mengelola program bimbingan konseling di
sekolah dengan memberdayakan seluruh sumber daya manusia yang dimiliki oleh
sekolah dibidang bimbingan konseling baik konselor,guru pembingbing,guru
bimbingan konseling.
Sifat-sifat konseling diantaranya:
1. Pertolongan diarahkan ke peningkatan kemampuan dalam enghadapi
hidup dengan segala persoalannya.
2. Pertolongan yang kontinu diberikan atas dasar perencanaan dan pemikiran
ilmiah.
3. Pertolongan yang proses pemecahannya dari persoalan membutuhkan
aktivitas dan tanggung jawab bersama antar yang menolong dengan yang
ditolong.
4. Pertolongan yang isi,bentuk dan caranya disesuaikan dengan kebutuhan
tiap-tiap masalah.

5. Pertolongan yang berusaha menolong tiap anak/yang dibimbing agar ia


dapat

mencapai

kehidupan

yang

layak

dan

bahagia

didalam

masyarakatnya.
Konseling merupakan suatu proses pertemuan langsung antar konselor
dengan konseli (face to face relationship) yang bermasalah, dimana pembingbing
membantu konseling dalam mengusahakan perubahan sikap dan tingkah laku.

a.
b.
c.
d.

Secara khusus pelayanan konseling disekolah bertujuan agar siswa dapat:


Memehami dirinya dengan baik
Memehami lingkungannya dengan baik
Membuat pilihan dan keputusan yang bijaksana
Mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan seharihari,baik disekolah maupun diluar sekolah.
Dikaitkan dengan pelayanan konseling disekolah,dapat dikemukakan

beberapa fungsi konseling yaitu:


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Fungsi pemahaman
Fungsi pencegahan
Fungsi penyaluran
Fungsi penyesuaian
Fungsi perbaikan
Fungsi pengembangan
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari

pendidikan di Indonesia. Selanjutnya dibawah ini dideskripsikan dari masingmasing landasan bimbingan konseling tersebut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

landasan filosofis
landasan psikologis
landasan sosial -budaya
landasan ilmu pengetahuan
landasan religius
landasan yuridis formal

Pada dasarnya sasaran pelayanan konseling disekolah ialah pribadi siswa


secara perorangan. Ini tidaklah berarti bahwa pelayanan konseling bersifat
individualistik yang mengutamakan kepentingan individu diatas segala-galanya,
melainkan konseling mempunyai sasaran mengembangkan apa yang terdapat pada

diri tiap-tiap individu secara optimal agar masing-masing individu dapat sebesarbesarnya berguna bagi dirinya sendiri, lingkungannya dan masyarakat pada
umumnya.
Lebih khusus lagi, sasaran pembinaan pribadi siswa melalui pelayanan
konseling meliputi tahap-tahap pengembangan kemampuan-kemampuan (a)
pengungkapan, pengenalan, dan penerimaan, (b) pengenalan lingkungan, (c)
pengambilan keputusan, (d) pengarahan diri, (e) penyesuaian diri.
Prinsip-prinsip konseling sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)

Prinsip Umum Konseling


Prinsip Khusus yang berhubungan dengan Individu (klien)
Prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan individu konseler
Prinsip-prinsip khusus yang berhungan dengan organisasi dan administrasi
konseling
Layanan bimbingan konseling disekolah didasarkan pada azas-azas

tertentu yang meliputi azas kerahasiaan, kesukarelaan, kekinian, dan kemandirian


dengan uraian berikut.
Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang terencana
berdasarkan pengukuran kebutuhan (need asessment) yang diwujudkan dalam
bentuk program bimbingan dan konseling. Program bimbingan dan konseling di
sekolah dapat disusun secara makro untuk 3 (tiga) tahun, meso 1 (satu) tahun dan
mikro sebagai kegiatan operasional dan memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan
khusus. Program menjadi landasan yang jelas terukur layanan profesional yang
diberikan oleh konselor di sekolah.
Program bimbingan dan konseling disusun berdasarkan struktur program
dan bimbingan dan konseling perkembangan.
1. Komponen (Struktur) Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Struktur program bimbingan diklasifikasikan ke dalam empat jenis
layanan, yaitu: (a) layanan dasar bimbingan; (b) layanan responsif; (c) layanan
perencanaan individual; dan (d) layanan dukungan sistem.

Tuntutan akan profesionalisasi pelayanan konseling semakin gencar,


kental dan mengkristal. Pelayanan ini terarah untuk semua sasaran layanan pada
setting sekolah, maupun luar sekolah yang secara keseluruhan mencakup
spektrum yang amat luas.
Pelayanan ini tidak lain ialah untuk mengembangkan diri individu secara
total dan optimal demi kehidupan yang membahagiakan.
1. Pelayanan Konseling
Ada tiga tingkat pelayanan secara menyeluruh, yaitu pelayanan dasar,
pelayanan prakonseling, pelayanan teraputik.

Anda mungkin juga menyukai