Anda di halaman 1dari 15

Perk

kembangaan Nasionalisme di Daratan Malayya


uat untuk meemenuhi tuggas kelompokk mata kuliaah Sejarah Asia Tenggaraa
Makkalah ini dibu
Dosen Pengampu : Debi Setiaw
wati, S.Pd, M.Pd.

2013 G Pendidik
kan Sejarah
h & Sosiologgi
Kelompok V:
-

Emilianna Kiki

(221310004303382)

Ferdinanndus H. N. Koli

(221310004301188)

IN
NSTITUT KEGURUAN
K
N DAN ILM
MU PENGET
TAHUAN
FAKU
ULTAS PEN
NDIDIKAN
N ILMU SOSIAL DAN HUMANIO
ORA
IK
KIP BUDI UTOMO
U
MALANG
ANGK
KATAN 2013
2016

KATA PENGANTAR

Salam Sejahterah,
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia dan
kasihnya kelompok kami dapat menghadirkan makalah yang berjudul Perkembangan
Nasionalisme di Daratan Malaya. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Sejarah Asia Tenggara. Sebagai manusia yang tak luput dari kekurangan
dan kesalahan, kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sekalian sangat kami harapkan demi
penyempurnaan dan perbaikan makalah ini kedepannya.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam proses
kegiatan belajar mengajar pada tingkatan mahasiswa, terlebih lagi karena cukup minimnya tema
yang membahas mengenai maslah yang menjadi tema dari dari makalah kami. Walaupun dirasa
masih jauh dari sempurna diharapkan dengan makalah singkat ini dan juga disusul dengan
diskusi tanya jawab di kelas diharapkan dapat menjadi referensi bagi yang hendak membahas
tema kami di kemudian hari. Untuk itu kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
dukungan, saran dan kritik yang membangun. Terima kasih.
Salam.

Malang, April 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 01
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................ 01
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 02
C. TUJUAN PENULISAN .......................................................................................... 02
D. MANFAAT PENULISAN ...................................................................................... 02

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 03


A. PENGERTIAN NASIONALISME ........................................................................ 03
B. PERKEMBANGAN NASIONALISME DI DARATAN MALAYA .................... 04
B.I. Sekilas Sejarah Penjajahan Inggris Hingga Terbentuknya Federasi Malaya ... 04
B.II. Faktor Timbulnya Nasionalisme di Daratan Malaya ...................................... 06
B.III. Awal Nasionalisme di Daratan Malaya Sebelum 1946 ................................. 08
B.IV. Nasionalisme di Daratan Malaya 1946 Hingga Era Kemerdekaan ............... 09

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 11


A. KESIMPULAN ....................................................................................................... 11
B. SARAN ................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 12

ii


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nasionalisme dianggap para kaum nasionalis adalah berdasarkan beberapa
"kebenaran politik" (political legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu "identitas
budaya", debat liberalisme yang menanggap kebenaran politik adalah bersumber dari
kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu. Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah
masyarakat saat pola pikirnya mulai merosot. Ikatan ini terjadi saat manusia mulai hidup
bersama dalam suatu wilayah tertentu dan tak beranjak dari situ. Saat itu, naluri
mempertahankan diri sangat berperan dan mendorong mereka untuk mempertahankan
negerinya, tempatnya hidup dan menggantungkan diri. Dari sinilah cikal bakal tubuhnya
ikatan ini, yang notabene lemah dan bermutu rendah. Ikatan ini pun tampak pula dalam dunia
hewan saat ada ancaman pihak asing yang hendak menyerang atau menaklukkan suatu
negeri. Namun, bila suasananya aman dari serangan musuh dan musuh itu terusir dari negeri
itu, sirnalah kekuatan ini.
Begitupun nasionalisme ini menjangkiti negeri-negeri yang dijajah oleh negaranegara barat antara lain Inggris yang menjajah daratan Malaya. Daratan malaya adalah
daratan seluas 329.847 km2 yanbg terletak di semenanjung Malaya. Karena lamanya Inggris
menjajah daratan Malaya dan di dukung oleh beberpa faktor maka timbullah semangat
nasionalisme di daratan Malaya. Nasionalisme didaratan Malaya penuh dengan dinamikadinamika yang meliputi sepanjang sejarahnya hingga pada akhirnya dartan Malaya yang
menjadi negara Malaysia merdeka pada tahun 31 Agustus 1957. Tentu banyak proses
panjang yang dialami oleh rakyat daratan Malaya untuk memerdekakan diri dari penjajahan
Inggris yang selama ini mengkngkung mereka. Walaupun kemerdekaan tersebut tidak
sepenuhnya karena disebabkan Malaysia menjadi wilayah negara persemakmuran Inggris.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka timbul pertanyaan
penulisan sebagai berikut ini:
1. Apa yang dimaksud dengan nasionalisme?
2. Bagaimana dinamika perkembangan nasionalisme di daratan Malaya?

C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan pernyataan penulisan rumusan masalah yang tedapat di atas, maka
dari itu tujuan penulisan sebagai berikut:
1. Menjelaskan pengertian pengertian nasionalisme.
2. Menguraikan dinamika dan perkembangan nasionalisme di daratan Malaya.

D. Manfaat Penulisan
Dengan mengetahui perkembangan nasionalisme di daratan Malaya maka kita akan
mengetahui dan dapat membandingkan dengan dinamika perkembangan nasionalisme
khususnya di Indonesia sehingga kita dapat belajar dari hal tersebut untuk menanamkan
semangat nasionalisme tersebut dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga keutuhan
persatuan NKRI.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan
sebuah negara (dalam bahasa Inggris nation) dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama
untuk sekelompok manusia yang mempunyai tujuan atau cita-cita yang sama dalam mewujudkan
kepentingan nasional, dan nasionalisme juga rasa ingin mempertahankan negaranya, baik dari
internal maupun eksternal (Wikipedia, diakses 17 April 2016: 23.00 WIB).
Sedangkan menurut Ritter (1988) dalam Sutarjo Adisusilo (2009, diakses 17 April 2016:
23.00 WIB) memberikan pengertian nasionalisme berasal dari kata Nation yang berasal dari

bahasa Latin natio, yang dikembangkan dari kata nascor (saya dilahirkan), maka pada
awalnya nation (bangsa) dimaknai sebagai sekelompok orang yang dilahirkan di suatu
daerah yang sama (group of people born ini the same place).
Kata nasionalisme menurut Abbe Barruel untuk pertama kali dipakai di Jerman
pada abad ke-15, yang diperuntukan bagi para mahasiswa yang datang dari daerah yang
sama atau berbahasa sama, sehingga mereka itu (di kampus yang baru dan daerah baru)
tetap menunjukkan cinta mereka terhadap bangsa/suku asal mereka. Nasionalisme pada
mulanya terkait dengan rasa cinta sekelompok orang pada bangsa, bahasa dan daerah
asal usul semula. Rasa cinta seperti itu dewasa ini disebut semangat patriotisme. Jadi
pada mulanya nasionalisme dan patriotisme itu sama maknanya.
Sehingga dapat disimpulkan dari kedua pendapat diatas bahwa paham
nasionalisme adalah suatu paham tentang rasa cinta sekelompok pada bangsa, bahasa
dan daerah asal-usul mereka dengan cara dan upaya untuk menjaga kedaulatan bangsa
dan negara yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat disuatu bangsa didaerah yang
sama.
Paham nasionalisme umumnya terdapat di daerah-daerah yang dijajah oleh
pendatang asing dalam hal ini adalah daratan Malaya yang sesuai dengan pembahasan
makalah diawal, akan dikaji lebih dalam mengenai dinamika dan perkembangan
nasionalisme diwilayah tersebut khususnya pada bab selanjutnya berikut ini.
3

B. Perkembangan Nasionalisme di Daratan Malaya


B.I. Sekilas Sejarah Penjajahan Inggris Hingga Terbentuknya Federasi Malaya
Menurut D.G.E. Hall (1988:485-486) dalam bukunya yang berjudul Sejarah Asia
Tenggara daratan Malaya dijajah oleh Inggris secara resmi sejak tahun 1824. Yaitu dimulai dari
penandatanganan suatu perjanjian antara Inggris dan Belanda (atau biasa dikenal dengan Traktat
London atau Perjanjian Britania-Belanda 1824). Perjanjian ini dibuat untuk mengakhiri
permusuhan dan menjalin persahabatan kembali antara pemerintah Inggris dengan kerajaan
Belanda yang sebelumnya sempat bermusuhan akibat persaingan kedua bangsa tersebut di
negeri-negeri jaajahan di timur.
Perjanjian ini berisi pernyataan bahwa Belanda harus menyerahkan semua kantor
dagangnya di India kepada Inggris, menarik seluruh oposisinya atas pendudukan atas
pendudukan Inggris di Singapura, menyerahkan Malaka, dan berjanji untuk tidak membuat
pendudukan apapun di Semenanjung Melayu (Daratan Malaya) serta tidak akan membuat
perjanjian apapun dengan raja-raja di Semenanjung Melayu.
Sedangkan di pihak Inggris, Inggris harus menyerahkan Bengkulu beserta semua aset
milik Kompeni India Timur (E.I.C) di Sumatera kepada Belanda, dan bersumpah untuk tidak
membuat suatu pendudukan apa pun di pulau tersebut juga tidak akan membuat perjanjian
dengan raja-rajanya. Begitu juga Inggris memberikan janji yang sama kepada pulau Karimun,
kepulauan Lingga-Riau atau pulau-pulau yang lain yang terletak di sebelah selatan Straits
Singapura.
Maka dengan ditandatanginya Perjanjian Inggris-Belanda tahun 1824 tersebut, kepulauan
Melayu terbagi atas pengaruh dua kekuasaan yaitu Belanda dan Inggris maka Status Singapura,
Malaka dan kawasan utara termasuk Pulau Pinang (daratan Malaya) sebagai hak milik Inggris
telah dikukuhkan. Sedangkan kawasan di sebelah selatan berada di bawah pengaruh Belanda.
Pada tahun 1826, Singapura bersama-sama dengan Pulau Pinang dan Melaka digabungkan di
bawah satu pemerintahan yaitu Pemerintahan Negeri-Negeri Selat sedangkan kepulauan
Indonesia kembali dijajah oleh Belanda (Riswanto, 2011 dikases 17 April 2016: 23.30 WIB).


Kondisi penjajahan Inggris di daratan Malaya tak seperti yang kita bayangkan
sebelumnya, sampai saat ini sedikit orang saja yang tahu bahwa mereka (Malaysia) pernah
dijajah oleh negara Inggris. Siasat penjajahan Inggris saat tiba di Malaysia menjadi kunci dari
segala kondisi Malaysia saat ini. Inggris tidak secara langsung menjajah Malaysia seperti
Belanda menjajah Indonesia. Mereka lebih picik, mereka mengontrol para pemimpin daerah
(Sultan/Raja) Malaysia kemudian Raja-raja tersebut mengontrol rakyatnya seolah mereka hanya
menjalankan perintah sang Raja. Hingga tiba saat para Pahlawan Bangsa Indonesia menginvasi
daerah Malaysia 10 tahun sebelum Malaysia merdeka (1937) membawa semangat perjuangan
untuk Merdeka (sejak sumpah pemuda 1928). Disanalah segelintir bangsa Malaysia tersadar dan
mulai melakukan perlawanan terhadap kolonialisme.
Tepat pada 20 Oktober 1947 bangsa Malaysia mendapatkan kemerdekaan dari Inggris
sejak 10 tahun perlawanan. Namun Inggris tidak berhenti sampai disana saja, mereka
membentuk partai pemerintah yg diberi nama U.M.N.O (United Malays National Organisation),
yang merupakan pemerintahan boneka Inggris dan hingga saat ini masih mendomiansi parlemen
di Malaysia dominasi partai U.M.N.O salah satunya menbutakan data sejarah dan informasi pers
lewat divisi kontrol informasi pemerintahan dan info yang disebar ke rakyat Malaysia selalu
dibuat dalam 3 bentuk, bahasa Arab untuk melayu, bahasa Cina dan bahasa Inggris dengan
maksud tetap memecah 3 kubu ras tersebut agar tidak bersatu menggulingkan pemerintahan
U.M.N.O. Jadi walaupun sudah merdeka, Malaysia masih dalam kontrol Inggris. Penjajahan
berlanjut sampai saat ini, dimana salah satu bentuk penjajahannya adalah dibutakannya bangsa
Malaysia dari sejarah (Putra, 2014 diakses 17 April 2016: 23.30 WIB).
Pada Februari 1948 Federasi Malaya terbentuk yang meliputi Sembilan Negara Melayu,
Penang dan Malaka. Federasi ini diberi kmerdekaan oleh Inggris pada tanggal 19 Agustus 1955
dalam lingkungan commonwealth. Singapura sempat masuk ke dalam federasi ini akan tetapi
kemudian keluar dari federasi akibat diminta oleh pihak Kuala Lumpur pada Agustus 1965.
Serawak dan Sabah bersedia bergabung dalam federasi walapun sempat keputusan tersebut
sempat menimbulkan permusuhan dari pihak negara Indonesia dan Filipina hingga diselesaikan
pada suatu kongres yang diselenggarakan di Manila pada Juli sampai Agustus 1963 yang diikuti
oleh Malaya, Indonesia dan Filipina dengan mengundang sekjen PBB. Sedangkan Brunei
menolak masuk federasi dan merdeka pada Januari 1984 (Sudharmono, 2015:195-197).


B.II. Faktor Timbulnya Nasionalisme di Daratan Malaya
Soebantardjo (1961:90-91) dalam bukunya yang berjudul Sari Sedjarah Djilid I: AsiaAustralia mengungkapkan ada 4 faktor yang menyebabkan timbulnya semangat nasionalisme di
daratan Malaya yaitu antara lain:
1.

Revolusi Nasional di Tiongkok (diprakarsai oleh Dr. Sun Yat Sen), yang
menggerakkan orang-orang Tionghoa di Malaya (perlu untuk diketahui di daratan
Malaya banyak sekali oarng-orang Tionghoa pendatang) supaya bersikap keras, baim
terhadap Inggris maupun terhadap bangsa Malaya yang dipandang oleh mereka
dengan derajat yang rendah. Timbullah suara-suara dikalangan bangsa Tionghoa
yang menuntut Malaya sebagai bagian dari provinsi Tiongkok yang ke-XIX (19). Hal
ini menimbulkan orang-orang Malaya yang mengakibatkan adanya rasa dan
semangat Malaya untuk bangsa Malaya!. Berdasarkan dari kejadian tersebut maka
rasa nasionalisme bangsa Malaya mulai nampak. Nasionalisme ini mula-mula hanya
ditujukan untuk melawan supremasi orang-orang Tionghoa di wilayah Malaya dan
belum ditujukan terhadap Inggris.

2.

Kemerdekaan Mesir (1922), juga menimbulkan keinginan bangsa Malaya untuk


melepaskan diri genggaman Inggris. Mesir dan Malaja adalah jajahan Inggris, dan
Mesir dan Malaja juga merupakan bangsa Islam. Nasib mereka adalah sama, tetapi
Mesir telah merdeka dan Malaya belum merdeka sehingga Malaya juga ingin
memerdekakan diri.

3.

Perjuangan Nasionalisme India (perlu diingat juga bahwa di daratan Malaya


banyak orang India pendatang yang menetap disana), juga turut memperkuat rasa
nasionalisme Malaya. India dan Malaya sama-sama daerah jajahan Inggris. Jika India
berani menentang Inggris, mengapa Malaya tidak berani menentangnya? Perasaan ini
juga semakin diperkuat oleh peristiwa malaise 1 yang terjadi pada tahun 1930 yang

Biasa juga disebut dengan Depresi Besar atau Zaman Malaise adalah sebuah peristiwa menurunnya tingkat
ekonomisecara dramatisdi seluruh dunia yang mulai terjadi pada tahun 1929. Depresi dimulai dengan
peristiwa Selasa Hitam, yaitu peristiwa jatuhnya bursa saham New York pada tanggal 24 Oktober dan mencapai
puncak terparahnya pada 29 Oktober 1929. Depresi ini menghancurkan ekonomi baik negara industri maupun
negara berkembang. Volume perdagangan internasional berkurang drastis, begitu pula dengan pendapatan
perseorangan, pendapatan pajak, harga, dan keuntungan (Sumber: Wikipedia. Depresi Besar. diakses dari
www.wikipdedia.com17April2016:23.45WIB).


mengakibatkan kesengsaraan luar biasa di Malaya (akibat karet dan timah tak dapat
dijual).
4.

Revolusi Indonesia tahun 1926 2 , memberikan arah yang tertentu dalam


nasionalisme Malaya, ialah propaganda yang berbunyi: Malaya adalah bagian dari
Indonesia! (Lebih-lebih setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1945). Bangsa
Malaya dan bangsa Indonesia adalah satu bangsa! Perasaan ini timbul sebagai akibat
dari masuknya pelarian-pelarian politik revolusi Indonesia tahun 1926 ke mlaya,
yang kemudian bersembunyi dan bekerja disana sambil menanamkan nasionalisme
diantara rakyat Malaya.

Nasionalisme Malaya belum sepenuhnya menjadi kebulatan tekad yang sungguhsungguh. Sebagian dari rakyat ingin melihat Malaya masuk Indonesia, dan sebagian lagi yang
lain ingin melihat Mlaya sebagai sebuah negara yang merdeka. Rintangan yang terbesar bagi
nasionalisme Malaya adalah susunan masyarakatnya yang masih feodal dan terpecah-belah
dalam beberapa kerajaan (ada 9 kerajaan). Raja-raja ingin lepas dari Inggris, tetapi takut, kalaukalau nasionalisme Malaya akan menciptakan suatu Malaya yang tidak akan memberi tempat
bagi seorang raja. Disamping itu masih ada golongan Tionghoa (Jumlah Tionghoa dan Malaya
adalah sama) yang kuat sekali dan menguasai aspek ekonomi Malaya, hingga berarti dengaan
kata lain demokrasi di Malaya berarti memberikan kesempatan kembali supremasi Tionghoa.
Selain itu perlu diingat juga terdapat bangsa India yang banyak sekali jumlahnya sebagai pekerja
di kebun-kebun karet nilik Inggris. Mereka lebih mementingkan India dari pada Malaya. Maka
dari itu nasionalisme awalnya adalah sesuatu yang sulit di daratan Malaya.

Catatan:PerasaaninginmemasukkanMalayadalamIndonesiainidisebabkanoleh:
1.AnggapanpersamaanbahwabangsaMalayaadalahbangsaIndonesia;
2. Republik Malaya jika lepas dari Indonesia berartiakan terjadi lagi supremasi Tionghoa atas Malaya.
Bangsa Malaya merupakan golongan minoriteit didalam negaranya sendiri, tetapi jika Malaya masuk
Indonesia,makamerekabersamabangsaIndonesiaakanmenjadimajoriteitterhadapbangsaTionghoa.
Kemudian Inggris mengetahui hal ini. Untuk menghilangkan keinginanbangsa Malaya untuk masuk ke
Indonesia,makaInggrisakanmemasukkanKalimantanUtara(SabahSarawak)dalamMalaya.Denganini
bangsaMalayadanbangsaKalimantanUtaraakantetapmenjadimajoriteitterhadapbangsaTionghoa
danMalayatidakperlumasukkeIndonesia(Sumber:Soebantardjo.1961.SariSedjarahDjilidI:Asia
Australia.Yogyakarta:PenerbitBopkri.Hal.92).


B.III. Awal Nasionalisme di Daratan Malaya Sebelum 1946

Tahap ini merupakan tahap awal gerakan perjuangan politik yang mengubah landscape
budaya politik Melayu yang selama ini berbasis pada konsep daulat yaitu taat setia kepada raja
atau pemerintah secara penuh. Pelopor golongan ini banyak mendapat pendidikan dari aliran
Melayu seperti dari Maktab Perguruan Sultan Idris (MPSI) tokoh yang terlibat antara lain ialah
Ibrahim Yaakob dan Ishak Hj. Mohammad yang telah menggunakan pendudukan Jepang sebagai
dasar perjuangan mereka untuk mendapatkan tempat dalam kegiatan nasionalisme itu.
Pergerakan atau pergeseran budaya politik Melayu pada zaman kolonial ini dimulai dengan
kebangkitan nasionalisme yang timbul sebagai satu bentuk respon untuk melahirkan rasa tidak
puas terhadap pemerintahan Inggris di Tanah Melayu. Kesadaran ini diperkuat lagi ketika ada di
kalangan orang Melayu yang menerima pendidikan agama di Timur Tengah dan pendidikan
sekuler di INSTITUT pendidikan tinggi di luar negeri yang pulang ke Tanah Melayu.
Mereka kemudian tampil ke depan untuk memberikan kontribusi ide kepada masyarakat
dan kebanyakan mereka menjadi orang penting dalam menggerakkan beberapa gerakan dan
organisasi politik. Gerakan politik mereka ini digolongkan sebagai nasionalisme haluan kiri yang
dipelopori oleh Kesatuan Melayu Muda (KMM), dilanjutkan oleh Partai Kebangsaan Melayu
Malaya (PKMM) dan badan afiliasinya seperti Angkatan Pemuda Insaf (API), Angkatan Wanita
Sedar (AWAS) dan Barisan Tani Malaya (BATAS). Kesatuan Melayu Muda (KMM) merupakan
wadah sosial-politik pertama yang muncul di Tanah Melayu sebelum Perang dunia II.
Keberadaan KMM adalah rentetan dari perjuangan Ikatan Pemuda Pelajar yang didirikan
pada tahun 1929 oleh Ibrahim Yakub di Maktab Perguruan Sultan Idris, Tanjung Malim, Perak.
KMM didirikan untuk mendapatkan kemerdekaan untuk Tanah Melayu dengan ide untuk
bergabung dengan Indonesia dalam membentuk Melayu Raya atau Indonesia Raya. Pada
dasarnya, gagasan Melayu Raya itu berpusat pada suatu konsep sesuatu bangsa itu ditentukan
oleh kesamaan budaya serta keterunan. Ide ini menunjukkan Tanah Melayu serta kepulauan
Indonesia merupakan satu rumpun dan keturunan yang sama yaitu Melayu yang dipisahkan oleh
kolonial barat yaitu Inggris dan Belanda. Melayu Raya merupakan suatu rencana pembentukan
sebuah negara-bangsa Melayu yang mencakup seluruh wilayah Semenanjung Tanah Melayu dan
Kepulaun Indonesia KMM dipimpin oleh Ibrahim Yaacob dan Ishak Hj. Muhammad (Pak Sako).
Tapi KMM hanya dapat bertahan beberapa bulan saja karena pemimpinnya ditangkap oleh
8


Jepang maka KMM dibubarkan.
Setelah KMM dibubarkan, pada 17 Oktober 1945, PKMM didirikan di Ipoh, Perak.
Beberapa orang bekas anggota PKM turut menjadi anggota PKMM bersama dengan tokohtokoh KMM. Antara mereka yang terlibat dalam pembentukan PKMM adalah Mokhtaruddin
Lasso, Dr. Burhanuddin Al-Helmy, Ahmad Boestaman dan Khatijah Ali. Tujuan pembentukan
PKMM ialah mempersatukan bangsa Melayu, menaikan semangat kebangsaan di kalangan
bangsa Melayu dan bertujuan untuk menyatukan Malaya dalam keluarga besar yaitu Republik
Indonesia Raya atau Melayu Raya. Meskipun PKMM ini berhaluan kiri, namun PKMM juga
memainkan peran menentang Malayan Union dengan membentuk PUTERA.
Konsep Melayu Raya ini telah meresap ke dalam budaya politik Melayu yang bersedia
untuk mendirikan sebuah republik. Golongan ini dipelopori oleh golongan radikal yang
menyatakan konsep ini dibangun hasil dari latar belakang masyarakat Melayu yang memiliki
kesamaan kebudayaan serta rumpun bangsa Melayu. Ini seperti yang dinyatakan oleh konsep
Melayu di atas. Tapi usaha golongan ini untuk mendirikan Melayu Raya gagal, walau bagaimana
pun, golongan ini tetap dianggap sebagai pelopor dalam memperkenalkan semangat
nasionalisme Melayu kepada orang Melayu di Tanah Melayu. Dengan kelahiran golongan
radikal seperti Ibrahim Yaakob, Ahmad Boestaman dan Dr. Burhanuddin Al-Helmy ia telah
membuka ruang lingkup masyarakat Melayu untuk mengubah budaya politik Melayu. Golongan
ini yang dianggap radikal akhirnya dicap sebagai sosialis dan berhaluan kiri (Zain, dkk.,
2011:203-205).
B.IV. Nasionalisme di Daratan Malaya 1946 Hingga Era Kemerdekaan
Pada tahap ini perkembangan nasionalisme dalam budaya politik Melayu semakin
meningkat ketika tindakan Inggris untuk mendirikan gagasan Malayan Union pada 10 Oktober
1945. Untuk pertama kalinya, semua pemimpin gerakan nasionalisme Melayu telah
mengenyampingkan sengketa dan perbedaan ideologi masing-masing untuk bersatu menentang
Malayan Union. Dari Rentetan itu seorang bangsawan dari Johor yaitu Dato 'Onn Jaafar telah
mendirikan UMNO pada 1946. Skenario ini telah membawa evolusi baru dalam budaya politik
Melayu. UMNO didirikan pada 11 Mei 1946 hasil dari satu kongres se-Malaya yang diadakan di
Kuala Lumpur dengan disertai oleh 41 asosiasi Melayu termaksud wataniah. Usaha melegalkan
serikat Malaya mengambarkan semangat cinta dan sayang kepada Malaya tersemat di hati orang
9


Melayu ketika itu.
Melalui isu nasional yang terkait dengan hak supremasi dan kedaulatan raja-raja Melayu
maka perjuangan U.M.N.O mendapat dukungan total dari orang Melayu. Keberadaan UMNO ini
telah mempersatukan seluruh asosiasi dan serikat Melayu di Tanah Melayu di bawah satu
payung. Dengan terbentuknya U.M.N.O dimulailah perjuangan nasionalisme yang berhaluan
kanan, pertama untuk menolak gagasan Malayan Union dan kedua untuk menuntut kemerdekaan
dari penjajah dan sekaligus mengubah sosio budaya politik Melayu. U.M.N.O lahir dari
kesadaran kesatuan dalam diri orang Melayu bahwa untung nasib bangsa Melayu terletak di atas
semangat persatuan politik nasional untuk bersama-sama berjuang di bawah slogan 'Hidup
Melayu' untuk mempertahankan hak dan kepentingan bangsa yang terancam akibat gagasan
Malayan Union. Ini dapat diselami dari pidatonya Dato'Onn Jaafar sebagai ketua kongres yang
diadakan di Kelab Sultan Sulaiman pada 1 Maret 1946 yang menyatakan bahwa:
"... Sebagaimana yang berkumpul disini dan atas kemauan dan tekad dan keputusan hari ini akan
membinakan situs-situs bangunan yang akan memproduksi dan menegaskan cita-cita bangsa kita yang
telah lama didiami itu yaitu persatuan di antara kita sendiri ... Adapun maksud dan tujuan itu adalah
keyakinan di hati kita bahwa nasib bangsa kita itu hanyalah dapat diperkenalkan dengan kesatuan hati di
antara kita juga dan kesatuan nasional kita itu hanyalah akan dapat dipeliharakan dengan takhyul yang
lebih besar dan lebih tinggi dari bangsa itu sekalian ... "

Nasionalisme dalam perjuangan U.M.N.O menjadi titik tolak perubahan sistem politik
Melayu. Ini karena U.M.N.O yang menjadi 'tulang belakang' dalam membawa kemerdekaan
Tanah Melayu telah mengubah sistem politik di Tanah Melayu ketika itu. Bila Tanah Melayu
mencapai kemerdekaan dari Inggris pada 31 Agustus 1957 maka Konstitusi Tanah Melayu 1957
dapat diwujudkan. Dalam konstitusi tersebut, Dewan Raja-Raja diwujudkan dan cara melantik
Kepala Negara yang dikenal sebagai Yang Di-Pertuan Agong yang dipilih setiap 5 tahun sekali
dari kalangan 9 raja-raja Melayu.
Ini menunjukkan bahwa budaya politik Melayu masih mempertahankan sistem monarki
tetapi disesuaikan dengan konsep monarki konstitusional. Dari segi budaya, raja masih
ditempatkan diposisi tinggi dalam masyarakat Melayu sebagai Kepala Negara Federal. Peran dan
fungsinya yang tercatat dalam konstitusi sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan
budaya politik Melayu. Meskipun terjadi perubahan besar dalam sistem politik tetapi dalam
konteks budaya politik Melayu posisi dan fungsi raja masih tetap (Zain, dkk., 2011:206-208).
10


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu:

- Nasionalisme adalah suatu paham tentang rasa cinta sekelompok pada bangsa,
bahasa dan daerah asal-usul mereka dengan cara dan upaya untuk menjaga
kedaulatan bangsa dan negara yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat disuatu
bangsa didaerah yang sama.
- Daratan Malaya dijajah oleh Inggris secara resmi sejak tahun 1824. Yaitu dimulai
dari penandatanganan suatu perjanjian antara Inggris dan Belanda (atau biasa dikenal
dengan Traktat London atau Perjanjian Britania-Belanda 1824).
- Faktor-faktor yang mempegaruhi nasionalisme di daratan Malaya ada empat
faaktor yaitu antara lain: Revolusi Nasional di Tiongkok, Kemerdekaan Mesir
(1922), Perjuangan Nasionalisme India dan Revolusi Indonesia tahun 1926.
- Nasionalisme di daratn Malaya dibagi menjadi dua tahap yaitu sebelum tahun
1946 dan sesduah tahun 1946 sampai merdeka.

B. Saran
Adapun saran dari makalah ini yaitu:
Karena keterbatasan waktu dan kekruangan dalam bahan rujukan diharapkan
kami kedepannya tau para pembaca sekalian dapat memperbaiki makalah ini lebih
sempurna kedepannya sebagai bahan referensi kajain Asia Tenggara khususnya yang
membahas maslah nasionalisme di daratan Malaya.

11

DAFTAR PUSTAKA
Hall, D.G.E. 1988. Sejarah Asia Tenggara. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional. Penerjemah:
Soewarsha, I.P. dan Penyunting: Mustopo, Habib M.

Putra, Eko Adi. 2014. Sejarah Negara Malaysia dan Sistem Pemerintahannya. Diakses dari
www.wartasejarah.blogspot.co.id. 17 April 2016: 23.30 WIB.

Riswanto. 2011. Makalah Perjanjian Antara Belanda dan Inggris Mengenai Indonesia.
(Online). Diakses dari www.blogriswanto.blogspot.co.id. 17 April 2016: 23.30 WIB.

Soebantardjo. 1961. Sari Sedjarah Djilid I: Asia-Australia. Yogyakarta: Penerbit Bopkri.

Sudharmono. 2015. Sejarah Asia Tenggara Modern: Dari Penjajahan ke Kemerdekan.


Yogyakarta: Ombak.

Susastro Adisusilo, J. R. 2009. Nasionalisme-Demokrasi-Civil Society dalam Jurnal Historia


Vitae, Vol. 23 No. 2 Oktober 2009. (Online). Yogyakarta: LP2M Universitas Sanata
Dharma. Diakses dari www.usd.ac.id. 17 April 2016: 23.00 WIB.

Wikipedia. Nasionalisme. Diakses dari www.wikipedia.com 17 April 2016: 23.00 WIB.


Zain, Mohd Faidz Mohd, Hamil, H.J. Jamaie, Yakoob, Mohd Rizal Mohd dan Razak, Mohamad Rodzi
Abd. 2011. Pengaruh Nasionalisme Melayu Mewarnai Budaya Politik Melayu dalam
U.M.N.O (Influences of Malay Nationalism in Cultural Politic of U.M.N.O) dalam Jurnal
Melayu Vol. 07. Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia. Hal. 193-216.

12

Anda mungkin juga menyukai