Anda di halaman 1dari 3

Layanan dan Regulasi Over-The-Top (OTT)

Muhammad Hilmy Aziz


1101140135 / TT-38-05
Telecommunication Engineering
Telkom University
Bandung, Indonesia
hilmyaaziz@gmail.com

Abstract Dengan berkembangnya teknologi akses


internet khususnya bagi pengguna perangkat mobile, kebutuhan
akan akses paket data pun meningkat yang menuntut Internet
Service Provider (ISP) memberikan layanan akses data yang
cepat, stabil, dan jangkauan yang luas. Kebutuhan akan akses
paket data tersebut tidak terlepas dari penggunaan layanan OverThe-Top (OTT) yang semakin banyak digunakan oleh pengguna
akses data. Pada paper ini akan dibahas tentang layanan dan
beberapa regulasi yang menyangkut OTT.

menggunakan akses paket data yang disediakan oleh operator.


Layanan dari OTT sendiri terbagi menjadi beberapa klasifikasi
sesuai dengan kegunaanya bagi pengguna.
The OTT Business Model

I. PENDAHULUAN

Saat teknologi komunikasi mobile berbasis internet


mulai mendominasi penggunaan perangkat mobile itu sendiri,
pengguna lebih memilih penggunaan akses paket data yang
menyediakan layanan yang lebih beragam seperti Over-TheTop (OTT). OTT itu sendiri merupakan sebuah teknologi yang
merujuk kepada suatu layanan dalam hal ini layanan dari suatu
aplikasi yang memungkinkan penggunaannya mendapatkan
layanan OTT melalu akses internet yang disediakan oleh ISP
atau operator [1].
Penggunaan layanan OTT dapat memberikan dampak
positif dan negatif yang ditinjau berdasarkan sisi pengguna dan
sisi penyedia layanan internet (ISP). Dalam sisi pengguna,
tentunya layanan ini akan memberikan suatu dampak yang
sangat positif dengan kemampuan layanan OTT yang sangat
beragam yang dibagi kedalam beberapa klasifikasi. Walaupun
semakin banyaknya penggunaan akses data yang berasal dari
pengaksesan layanan OTT yang akan menguntungkan pihak
operator, namun dikarenakan belum terbentuknya regulasi yang
mengatur tentang layanan OTT [2], operator merasa sedikit
dirugikan yang disebabkan oleh pemakaian infrastruktur
jaringan oleh penyedia OTT tanpa memberikan royalti kepada
pihak operator. Oleh karena itu, regulasi yang akan dikeluarkan
oleh pihak regulator yang dalam hal ini adalah kementrian
komunikasi dan informasi harus dapat memberikan keuntungan
bagi pengguna, operator, maupun penyedia layanan OTT
tersebut,

Gambar 2.1 Klasifikasi layanan OTT [3]

Seiring dengan
kemampuan internet
yang
menyediakan layanan broadband dengan kecepatan akses yang
tinggi, pemakaian layanan OTT yang hanya membutuhkan
akses internet yang mumpuni pun akan terus meningkat. Hal ini
merupakan akibat dari kemudahan dan fleksibilitas layanan
yang disediakan oleh para perusahaan OTT tersebut.

Gambar 2.2 Pertumbuhan SMS dan OTT [3]

II. LAYANAN DAN PERKEMBANGAN OTT


Seperti yang telah dijelaskan bahwa Over-The-Top
(OTT) merupakan sebuah teknologi yang merujuk pada suatu
layanan aplikasi yang dapat diakses oleh pengguna dengan

Tugas Paper Jartel

Jika merujuk pada grafik diatas, pertumbuhan dari OTT


berdasarkan pesan yang dikirimkan oleh pengguna
meenunjukkan bahwa terus meningkatnya pesan yang
dikirimkan melalu layanan OTT. Sejak tahun 2013, pesan yang
dikirimkan melalui layanan OTT mulai mendominasi
dibandingkan dengan layanan SMS biasa yang disediakan oleh

Muhammad Hilmy Aziz / 1101140135

pihak operator. Hal tersebut pun terjadi di Indonesia dengan


angka pengguna media sosial, dalam hal ini merupakan bagian
dari klasifikasi dari layanan OTT, yang naik sebesar 10 persen
sejak awal tahun 2016 hingga bulan Februari [4]. Dengan
peningkatan jumlah pengguna layanan OTT tersebut, pengguna
tentunya akan membutuhkan layanan akses internet yang lebih
cepat dan stabil untuk mendapatkan kualitas layanan OTT yang
lebih baik.

III. REGULASI OTT DI INDONESIA


Walaupun pertumbuhan dari pengguna layanan OTT
meningkat secara signifikan setiap tahunnya, terdapat
permasalahan yang belum dapat diselesaikan oleh pemerintah
yang berperan sebagai regulator yang mengeluarkan suatu
regulasi (dalam hal ini kasus yang terjadi di Indonesia).
Permasalahan tersebut menyinggung tentang regulasi yang
mengatur tentang layanan OTT. Seperti yang telah dibahas
dipendahuluan, layanan OTT di Indonesia belum memiliki
regulasi yang mengatur layanan tersebut. Hal ini berdampak
kepada pihak operator yang merasa dirugikan meski secara
tidak langsung.
Pihak operator merasa dirugikan karena penyedia
layanan OTT tersebut menggunakan infrastruktur jaringan yang
dimiliki oleh operator tanpa membayarkan royalti kepada pihak
operator. Dengan kata lain penyedia layanan OTT tidak perlu
mengeluarkan investasi besar untuk membangun infrastruktur
jaringan. Saat ini pemerintah khususnya kementrian
komunikasi dan informasi sedang melakukan konsultasi publik
mengenai regulasi layanan OTT di Indonesia yang akan
direncanakan selesai pada akhir maret tahun ini.

dihadapi operator adalah dapat terjadinya konflik


tentang kepemilikan dari layanan aplikasi OTT itu
sendiri.

IV. KESIMPULAN
Over-The-Top merupakan sebuah teknologi berbasis
internet yang merujuk pada suatu layanan aplikasi yang dapat
diakses melalui akses paket data yang disediakan oleh pihak
operator. Layanan aplikasi OTT sendiri diklasifikasikan
kedalam beberapa kelas berdasarkan jenis layanan yang
diberikan kepada pengguna. Seiring dengan kemajuan
teknologi internet, layanan aplikasi OTT pun meningkat dengan
pesat setiap tahunnya.
Namun disamping dengan peningkatan penggunaan
layanan aplikasi OTT tersebut, terdapat permasalahan yang
muncul yang disebabkan karena belum terbentuknya peraturan
atau regulasi yang jelas tentang pengaturan dan penggunaan
layanan aplikasi OTT itu sendiri. Dampak yang diakibatkan
oellh belum terdapatnya regulasi tersebut dirasakan oleh pihak
operator yang merasa dirugikan meski secara tidak langsung.
Hal tersebut terjadi karena penyedia layanan aplikasi OTT
menggunakan infrastruktur jaringan operator tanpa membayar
royalti kepada pihak operator.
Oleh karena itu, dibutuhkannya peraturan atau regulasi
yang jelas dimana dalam hal ini yang bertanggungjawab adalah
pemerintah yang berwenang untuk mengeluarkan regulasi
tersebut. Sehingga setelah ditetapkannya regulasi dapat
menguntungkan pengguna, penyedia layanan aplikasi OTT
maupun pihak operator yang sebelumnya merasa dirugikan.

Disamping dari konsultasi publik yang dilakukan


pemerintah terhadap layanan OTT, terdapat tiga opsi yang
dapat dilakukan oleh pihak operator untuk mengevaluasi
layanan OTT dimana setiap opsi tersebut memiliki keuntungan
dan resiko masing-masing [5]. Diantaranya adalah:
1. Build
Membuat dan menyediakan layanan aplikasi OTT
sendiri yang memungkinkan operator untuk
memegang kendali penuh atas aplikasi OTT tersebut.
Namun hal ini membutuhkan waktu untuk penetrasi ke
pasar dan biaya penelitian dan pengembangan yang
tidak sedikit.
2. Buy
Membeli atau mengakuisisi layanan aplikasi OTT
yang sedang berkembang memberikan solusi yang
cepat untuk operator. Namun dapat berdampak pada
integrasi yang sulit.
3. Partnership
Membangun hubungan dengan penyedia layanan
aplikasi OTT yang telah ada dengan cara branding
layanan maupun pembiayaan proses penelitian dan
pengembangan oleh pihak operator kepada penyedia
layanan aplikasi OTT. Namun resiko yang akan

Tugas Paper Jartel

Muhammad Hilmy Aziz / 1101140135

V. DAFTAR PUSTAKA
[1] Moktar Mnakri, Over-The-Top Services: Enablers of Growth & Impacts
on Economies, ITU Regional Economic and Financial Forum of
Telecommunications.
[2]https://m.tempo.co/read/news/2016/03/24/172756746/regulasi-ottrudiantara-tunggu-konsultasi-publik. Diakses pada 30 Maret 2016
[3] Dr. Werner Knoben, The Rise of OTT Players.
[4]http://tekno.liputan6.com/read/2435997/3-fakta-mengejutkan-penggunainternet-di-indonesia. Diakses pada 31 Maret 2016
[5] Michael Dargue and William Wadsworth, Over The Top Operator Threat
and Opportunity. Cartesian

Tugas Paper Jartel

Muhammad Hilmy Aziz / 1101140135

Anda mungkin juga menyukai