PENDAHULUAN
Penyakit Menular Seksual (PMS) sampai saat ini masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat terbesar. Penyakit Sifilis merupakan salah satu penyakit
menular Seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema Pallidum yang
bersifat akut dan kronis. Jalan utama penularannya melalui kontak seksual. Infeksi
ini juga dapat ditularkan dari ibu ke janin selama kehamilan atau saat kelahiran,
yang menyebabkan terjadinya sifilis kongenital. Jika cepat terdeteksi dan diobati,
sifilis dapat disembuhkan dengan antibiotika. Tetapi jika tidak diobati, sifilis dapat
berkembang ke fase selanjutnya dan meluas ke bagian tubuh lain di luar alat
kelamin.
Angka sifilis di Amerika terus menurun sejak tahun 1990, jumlahnya
dibawah 40.000 kasus per tahun. Center for Disease Control (CDC) melaporkan
hanya 11,2 kasus sifilis per 100.000 populasi pada tahun 2000 dan kasus ini
terpusat di kota besar dan wilayah tertentu. Penyebaran sifilis di dunia telah
menjadi masalah kesehatan yang besar dan umum, dengan jumlah kasus 12 juta
per tahun. Hasil penelitian Direktorat Jenderal Permasyarakatan Kementerian
Hukum dan HAM, dari 24 lapas dan rutan di Indonesia didapatkan prevalensi
sifilis 8,5% pada responden perempuan dan 5,1% pada responden laki-laki.
Treponema pallidum subspesies pallidum (biasa disebut dengan Treponema
pallidum) merupakan bakteri gram negatif, berbentuk spiral yang halus, ramping
dengan lebar kira-kira 0,2 m dan panjang 5-15 m. Bakteri yang patogen
terahdap manusia, bersifat parasit obligat intraselular, mikroaerofilik, akan mati
apabila terpapar oksigen, antiseptik, sabun, pemanasan, pengeringan sinar
matahari dan penyimpanan di refrigerator.
Sifilis dapat disembuhkan pada tahap awal infeksi, tetapi apabila dibiarkan
penyakit ini dapat menjadi infeksi yang sistemik dan kronik. Infeksi sifilis dibagi
menjadi sifilis stadium dini dan lanjut. Sifilis stadium dini terbagi menjadi sifilis
primer, sekunder, dan laten. Sifilis stadium lanjut termasuk sifilis tersier
(gumatous, sifilis kardiovaskular dan neurosifilis) serta sifilis laten lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Urogenitalia
2.1.1. Anatomi Urogenitalia Laki Laki
2.1.1.1. Penis
Penis mempunyai radix penis yang terfiksasi dan corpus yang tergantung
bebas. 1
Radix Penis. Radix penis dibentuk oleh tiga massa jaringan erektil yang
dinamakan bulbus penis dan crus penis dextra dan sinistra. Bulbus penis terletak
di garis tengah dan melekat pada permukaan bawah diafragma urogenital. Bulbus
penis ditembus oleh uretra dan permukaan luarnya dibungkus oleh musculus
bulbospongiosus. Masing-masing crus penis melekat pada pinggir arcus pubicus
dan permukaan luarnya diliputi oleh musculuc ischiocavernosus. Bulbus
melanjutkan diri ke depan sebagai corpus penis dan membentuk corpus
spongiosum penis. Di anterior crus penis saling mendekati dan di bagian dorsal
corpus penis terletak berdampingan membentuk corpus cavernosum penis. 1
Corpus Penis. Corpus penis pada hakekatnya terdiri atas tiga jaringan erektil
yang diliputi sarung fascia berbentuk tubular (fascia Buck). Jaringan erektil
dibentuk dari dua corpora cavernosa penis yang terletak di dorsal (saling
berhubungan satu dengan yang lain) dan satu corpus spongiosum penis yang
terletak pada permukaan ventralnya. Pada bagian distal corpus spongiosum penis
melebar membentuk glans penis yang meliputi ujung distal corpora cavernosa
panis. Pada ujung glans penis terdapat celah yang merupakan muara uretra disebut
ostium urethrae externum. 1
Preputium Penis merupakan lipatan kulit seperti kerudung yang menutupi
glans penis. Preputium dihubungkan dengan glans penis oleh lipatan yang
terdapat tepat di bawah muara uretra dan dinamakan frenulum preputii. 1
Corpus penis disokong oleh dua buah kondensasi fascia profunda yang
berjalan ke bawah dari linea alba dan symphysis pubica untuk melekat pada fascia
penis. 1
2.1.1.2. Scrotum
bawah
diafragma
urogenitale
dan
diliputi
oleh
musculus
bulbospongiosus. 1
Crura clitoridis sesuai dengan crura penis dan di anterior menjadi corpora
cavernosa clitoridis. Masing-masing tetap terpisah dan diliputi oleh musculus
ischiocavernosus. 1
Corpus clitoridis terdiri atas dua buah corpora cavernosa clitoridis yang
diliputi oleh musculus ischiocavernosus. Corpus spongiosum pada perempuan
mempunyai oleh sedikit jaringan erektil yang terletak dari bulbus vestibuli ke
glans clitoridis. 1
Glans clitoridis merupakan jaringan erektil kecil yang memayungi corpus
clitoridis. Glans ini mempunyai banyak ujung serabut sensorik. Glans clitoridis
sebagian ditutupi oleh preputium clitoridis. 1
Perdarahan, aliran limf, dan persarafan sama dengan yang terdapat pada
penis. 1
Sphincter urethrae, musculi transversus perinei profundi, arteria dan vena
pudenda interna, serta nervus dorsalis clitoridis mempunyai susunan yang sama
seperti struktur yang sama pada laki-laki. 1
Panjang urethra feminina kurang lebih 1 inchi (3,8 cm). Urethra
terbentang dari collum vesicae urinaria sampai ostium urethra externum yang
bermuara ke dalam vestibulum sekitar 1 inchi (2,5 cm) distal dari clitoris. Urethra
menembus musculus sphincter urethrae dan terletak tepat di depan vagina. Di
samping ostium urethrae externum terdapat muara kecil dari ductus glandula
paraurethralis. Urethra dapat dilebarkan sengan mudah. 1
2.2.2 Etiologi
Penyebab penyakit sifilis adalah Treponema pallidum, 90% penularan
melalui hubungan seksual, penularan melalui hubungan non-seksual jarang. Sifilis
diklasifikasikan sebagai bawaan atau didapat. Masa inkubasi berkisar antara 1090 hari.4 Sifilis juga dapat diperoleh melalui transmisi bawaan pada bayi baru lahir
dan melalui transfusi darah, tetapi ini lebih jarang terjadi. 5 Treponema pallidum
merupakan salah satu bakteri spirochaeta. Bakteri ini berbentuk spiral. Terdapat
empat subspesies, yaitu Treponema pallidum pallidum, yang menyebabkan sifilis,
Treponema pallidum pertenue, yang menyebabkan yaws, Treponema pallidum
carateum,yang menyebabkan pinta dan Treponema pallidum endemicum yang
menyebabkan sifilis endemik (juga disebut bejel). Klasifikasi bakteri penyebab
sifilis adalah; Kingdom: Eubacteria, Filum: Spirochaetes, Kelas: Spirochaetes,
Ordo: Spirochaetales, Familia: Treponemataceae, Genus: Treponema, Spesies:
Treponema pallidum, Subspesies: Treponema pallidum pallidum.5
2.2.3 Epidemiologi
Treponema pallidum merupakan bakteri patogen pada manusia. Kebanyakan
kasus infeksi didapat dari kontak seksual langsung dengan orang yang menderita
sifilis aktif baik primer ataupun sekunder. Penelitian mengenai penyakit ini
mengatakan bahwa lebih dari 50% penularan sifilis melalui kontak seksual.
Biasanya hanya sedikit penularan melalui kontak nongenital (contohnya bibir),
pemakaian jarum suntik intravena, atau penularan melalui transplasenta dari ibu
yang mengidap sifilis tiga tahun pertama ke janinnya. Prosedur skrining transfusi
darah yang modern telah mencegah terjadinya penularan sifilis.2
Angka sifilis di Amerika Serikat terus menurun sejak tahun 1990, jumlahnya
dibawah 40.000 kasus per-tahun. Sekitar 20% kasus adalah sifilis primer atau
sekunder dan sisanya adalah laten dan tertier. Center for Disease Control (CDC)
melaporkan hanya 11,2 kasus sifilis per 100.000 populasi pada tahun 2000 dan
kasus-kasus ini terpusat di kota-kota besar dan wilayah tertentu. Angka kejadian
ini merupakan hasil laporan terendah sejak pelaporan kasus sifilis dimulai (1941).
Terjadi peningkatan kasus setiap tahun dari 2001-2009, meskipun angka sifilis di
Amerika Serikat menurun
penurunan kasus pada tahun 2010. Angka kejadian sifilis tidak banyak berubah
ditahun 2011. Terjadi peningkatan kasus sifilis pada pria dari 3,0 menjadi 8,2
kasus per 100.000 populasi (2001-2011), sedangkan pada perempuan terjadi
peningkatan kasus dari 0,8 menjadi 1,5 kasus per 100.000 populasi (2004-2008),
menurun menjadi 1,1 kasus per 100.000 populasi pada tahun 2010 dan 1,0 kasus
per 100.000 populasi di tahun 2011. Berdasarkan umur, angka kejadian tertinggi
terjadi pada usia 20-24 tahun yaitu 13,8 kasus per 100.000 populasi dan 25-29
tahun dengan 12,1 kasus per 100.000 populasi pada tahun 2011.
Penyebaran sifilis didunia telah menjadi masalah kesehatan yang besar dan
umum, dengan jumlah kasus 12 juta per-tahun. Hasil penelitian Direktorat
Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM, 24 lapas dan rutan di
Indonesia dari 900 narapidana laki-laki dan 402 narapidana perempuan di tahun
2010, didapatkan prevalensi sifilis 8,5% pada responden perempuan dan 5,1%
pada responden laki-laki.2
2.2.4. Klasifikasi
Sifilis diklasifikasikan sebagai sifilis yang didapat atau bawaan. Sifilis yang
didapat dibagi menjadi sifilis stadium awal (primer, sekunder dan laten awal < 2
tahun infeksi) dan stadium akhir (laten akhir > 2 tahun infeksi, tersier termasuk
gummatous, jantung dan saraf). Sifilis kongenital dibagi menjadi sifilis stadium
awal (didiagnosis pada dua tahun pertama kehidupan) dan stadium akhir (muncul
setelah dua tahun).6
Sifilis kongenital pada bayi terjadi jika ibunya terkena sifilis, terutama
sefilis dini seba banyak T. Pallidum beredar dalam darah. Treponema masuk
secara hematogen ke janin melalui plasenta yang sudah dapat terjadi pada
kehamilan 10 minggu.2
Sifilis yang mengenai wanita hamil gejalanya ringan. Pada tahun I setelah
infeksi yang tidak terobati terdapat kemungkinan penularan hingga 90%. Jika ibu
menderita sifilis laten dini, kemungkinan bayi sakit 80%, bila sifilis lanjut 30%.2
2.2.6. Patogenesis
Penularan bakteri ini biasanya melalui hubungan seksual (membran mukosa
vagina dan uretra), kontak langsung dengan lesi/luka yang terinfeksi atau dari ibu
yang menderita sifilis ke janinnya melalui plasenta pada stadium akhir kehamilan.
Treponema pallidum masuk dengan cepat melalui membran mukosa yang utuh
dan kulit yang lecet, kemudian kedalam kelenjar getah bening, masuk aliran
darah, kemudian menyebar ke seluruh organ tubuh. Bergerak masuk keruang
intersisial jaringan dengan cara gerakan cork-screw (seperti membuka tutup
botol). Beberapa jam setelah terpapar terjadi infeksi sistemik meskipun gejala
klinis dan serologi belum kelihatan pada saat itu. Darah dari pasien yang baru
terkena sifilis ataupun yang masih dalam masa inkubasi bersifat infeksius. Waktu
berkembangbiak Treponema pallidum selama masa aktif penyakit secara invivo
30-33 jam. Lesi primer muncul di tempat kuman pertama kali masuk, biasa-nya
bertahan selama 4-6 minggu dan kemudian sembuh secara spontan. Pada tempat
masuknya, kuman mengadakan multifikasi dan tubuh akan bereaksi dengan
timbulnya infiltrat yang terdiri atas limfosit, makrofag dan sel plasma yang secara
klinis dapat dilihat sebagai papul. Reaksi radang tersebut tidak hanya terbatas di
tempat masuknya kuman tetapi juga di daerah perivaskuler (Treponema pallidum
berada diantara endotel kapiler dan sekitar jaringan), hal ini mengakibatkan
hipertrofi endotel yang dapat menimbulkan obliterasi lumen kapiler (endarteritis
obliterans). Kerusakan vaskular ini mengakibatkan aliran darah pada daerah
papula tersebut berkurang sehingga terjadi erosi atau ulkus dan keadaan ini
disebut chancre.
dengan atau tanpa splenomegali (33-100%), ruam kulit melepuh (40%), dan
perubahan tulang terlihat pada X-ray (75-100%). Tanda-tanda dini lainnya
pseudoparalysis (12% neonatus, 36% bayi), gangguan pernapasan (34% neonatus,
57% bayi), perdarahan (10%) dan demam (16%). Tidak ada tanda-tanda
patognomonik sifilis dan terlihat pada infeksi kongenital lainnya. Sedangkan
tanda-tanda dan investigasi ini akan mengidentifikasi bayi yang paling terinfeksi,
masing-masing sensitivitas, spesifisitas dan nilai-nilai prediktif positif belum
ditetapkan.11
2.2.8.2 Laboratorium
Diagnosis laboratorium sifilis telah dilaporkan secara ekstensif oleh Larsen
sehingga dapat menghemat biaya dalam diagnosis sifilis, sedangkan terapi sifilis
telah dikembangkan oleh Hart. Gold standar untuk diagnosis sifilis adalah kultur
secara invivo dengan menginokulasikan sampel pada testis kelinci. Prosedur ini
butuh biaya besar dan waktu yang lama sampai beberapa bulan, sehingga kultur
hanya dipakai dalam hal penelitian saja.
Meskipun Treponema pallidum tidak dapat di kultur secara invitro, ada
banyak tes untuk mendiagnosis sifilis secara langsung dan tidak langsung. Belum
ada uji tunggal yang optimal. Metode diagnostik langsung termasuk pemeriksaan
mikroskop dan amplifikasi asam nukleat dengan polymerase chain reaction
(PCR). Diagnosis secara tidak langsung berdasarkan uji serologi untuk
mendeteksi antibodi. Uji serologi dibagi dalam dua kategori yaitu uji
nontreponemal untuk skrining dan uji treponemal untuk konfirmasi.
2.2.9. Penatalaksanaan
Pada pengobatan jangan dilupakan bahwa mitra seksual juga harus diobati,
dan selama belum sembuh penderita dilarang bersenggama. Pengobatan dimulai
sedini mungkin, makin dini hasilnya makin baik. Pada sifilis laten, terapi
bermaksud mencegah proses lebih lanjut. Pengobatannya menggunakan penisilin
dan antibiotik lain.2
1. Penisilin
Obat yang merupakan pilihan adalah penisilin. Penisilin dapat menembus
plasenta sehingga mencegah infeksi pada janin dan dapat menyembuhkan
janin yang terinfeksi. 2
Kadar yang tinggi dalam serum tidak diperlukan, asalkan jangan kurang
dari 0,03 unit/ml. Yang penting adalah kadar tersebut harus bertahan dalam
serum selama 10 14 hari untuk sifilid dini dan lanjut. Jika kadarnya kurang
dari angka terseut, setelah lebih dari 24 30 jam, maka kuman dapat
berkembang biak. 2
Menurut lama kerjanya ada 3 macam penisilin2 :
a. Penisilin G prokain dalam aqua dengan lama kerja 24 jam, jadi bekerja
singkat
b. Penisilin G prokain dalam minyak dengan aluminium monostreatat
(PAM), lama kerja 72 jam, bersifat kerja sedang.
c. Penisilin G benzatin dengan dosis 2,4 juta unit akan bertahan dalam serum
2 3 minggu, jadi bersifat kerja lama.
Ketiga obat tersebut diberikan intamuskular. Derifat penisilin per oral
tudak dianjurkan karena absorpsi oleh saluran cerna kurang dibandingkan
dengan suntikan. 2
Cara pemberian penisilin tersebut sesuai dengan lama kerja masing
masing, yang pertama diberikan setiap hari, yang kedua setiap 3 hari, dan yang
ketiga biasanya setiap seminggu. 2
Penisilin G benzatin karena bersifat kerja lama, maka kadar obat dalam
serum dapat bertahan lama dan lebih praktis, sebab penderita tidak perlu
disuntik setiap hari seperti pemberian penisilin G dalam aqua. Karena
penisilin G benzatin memeri rasa nyeri pada daerah suntikan, maka beerapa
peneliti tidak menganurkan diberikan kepada bayi. 2
Iktisar Penatalaksanaan Sifilis2
Sifilis
Sifilis Primer
Pengobatan
1. Penisilin G benzatin dosis 4,8 juta unit secara IM (2,4
juta) dan diberikan satu kali seminggu
2. Penisilin G prokain dalam aqua dosis total 6 juta unit,
diberi 0,6 juta unit per hari selama 10 hari
3. PAM (Penisilin prokain + 2% aluminium monostreatat).
Dosis total 4,8 juta unit. Diberikan 1,2 juta unit/kali, 2
Sifilis Sekunder
Sifilis Laten
kali seminggu
Sama dengan sifilis primer
1. Penisilin G benzatin, dosis total 7,2 juta unit
2. Penisilin G prokain dalam aqua dosis total 12 juta unit,
2. Antibiotik lain
Selain penisilin, masih ada beberapa antiiotik lain yang dapat digunakan
sebagai pengobatan sifilis, meskipun tidak seefektif penisilin. 2
Pada pasien yang alergi terhadap penisilin, diberikan tetrasiklin 4 x 500
mg/hari, atau eritromisin 4 x 500 mg/hari, atau doksisiklin 2 x 100 mg/hari.
Lama pengobatan 15 hari bagi S I dan S II, dan 30 hari bagi stadium laten.
Eritromisin bagi ibu hamil efektivitasnya meragukan. Doksisiklin absorbsinya
lebih baik daripada tetrasiklin, yakni 90 100%, sedangkan tetrasiklin hanya
60 80%.2
Obat yang lain ialah golongan sefalosporin, misalnya sefaleksin 4 x 500
mg sehari selama 15 hari. Juga seftriaxon setiap hari 2 gr, dosis tunggam i.m
atau i.v selama 15 hari. 2
Azitromisin juga dapat digunakan untuk S I dan S II, dosisnya 500 mg
sehari sebagai dosis tunggal. Lama pengobatan 10 hari. Menurut laporan
Verdon dkk, penyembuhannya mencapai 84,4%. 2
2.2.10. Prognosis
Dengan ditemukannya penisilin, maka prognosis sifilis menjadi lebih baik.
Untuk menentukanpenyembuhan mikrobiologik, yang berarti bahwa semua T.
Pallidum di badan terbunuh tidaklah mungkin. Penyembuhan berarti sembuh
secara klinis seumur hidup, tidak menular ke orang lain, TSS pada darah dan
liquor serenrospinal selalu negatif. 2
Jika sifilis tidak diobati, maka hampi seperempatnya akan kambuh, 5% akan
mendapat S III, 23% akan meninggal. 2
Pada sifilis dini yang diobati, angka penyembuhan mencapai 95%. Kelainan
kulit akan sembuh dalam waktu 7 14 hari. Pembesaran KBG akan menetap
berminggu minggu. 2
Kegagalan terapi sebanyak 5% pada SI dan S II. Kambuh klinis umumnya
terjadi setahun sesudah terapi, berupa lesi menular pada mulut, tenggorok, dan
regio perianal. Kambuh klinis pada wanita juga dapat bermanifestasi pada bayi
berupa sefilis kongenital. 2
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell, R.S. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran: Perineum. Edisi
6. Jakarta: EGC; 2006. hal. 381-402.
2. Djuanda, Adhi, E.C Natahusada. Sifilis. Dalam : Adhi Djuanda, editor. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke 6. Jakarta : Badan Penerbit FK UI.
2013. 392 411
3. De jong
4. Schneede, Peter., et all. SexuallyTransmitted Diseases (STDs) Asynoptic
Overview for Urologists. European Urology. 2003: pg. 3.
5. Public Health Branch. Syphilis. Communicable Disease Management
Protocol. 2014: pg. 1.
6. Kingston, M. Guidelines: UK National Guidelines on the Management of
Syphilis 2008. International Journal of STD & AIDS. 2008 Novermber; 19:
pg. 730.
7. Bannister, J. Diagnosis and Treatment Regimes for Syphilis. Goodfellow
Unit. 2012; pg. 4.