Anda di halaman 1dari 24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
Kinetika fermentasi alkohol dari buah salak dapat ditentukan dengan
memfermentasikan sari buah salak. Terhadap sari buah salak tersebut dilakukan uji
kadar gula, uji kadar gula tersebut dilakukan untuk menentukan persentase ragi yang
akan digunakan. Fermentasi dilakukan dengan memvariasikan waktu fermentasi.
Dilakukan pengujian kadar pati, glukosa dan etanol terhadap hasil fermentasi tiap
variasi waktu . dari data yang diperoleh berupa konsentrasi pati, glukosa serta
alkohol dapat ditentukan konstanta kinetika reaksinya. Penentuan konstanta kinetika
reaksinya mengikuti persamaan Michaelis Menten.
3.1

LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Teknik,


Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

3.2

BAHAN DAN PERALATAN

3.2.1 Bahan-Bahan
3.2.1.1 Bahan Baku

Bahan baku dalam penelitian ini adalah buah salak sidempuan yang tidak
layak

jual.

Buah

salak

ini

kemudian

difermentasikan

dengan

bantuan

mikroorganisme yaitu Saccharomyces cereviseae.

3.2.1.2 Bahan Kimia

Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan-bahan


yang digunakan dalam analisa kadar pati dan glukosa, yaitu : Na2CO3 anhidrat, asam
sutrat, CuSO4. 5H2O, HCl, NaOH, indikator pp, KI, H2SO4, indikator amilum,
(NH4)2HPO4, dan Pb asetat.
3.2.2

Peralatan

3.2.2.1 Peralatan Penelitian

Universitas Sumatera Utara

1. Termometer
2. Fermentor
3. Shaker
4. Pengaduk kaca
5. Pipa
6. Plastik
7. Labu destilasi
8. Statif
9. Pendingin leibig
3.2.2.2 Peralatan Analisa

1.

Kromatogram GC(Gas Chromatography)

2.

Buret

3.

Statif

4.

Alat-alat gelas

5.

Piknometer

Gambar 3.1 Rangkaian peralatan fermentasi

Universitas Sumatera Utara

3.3

PROSEDUR PENELITIAN

3.3.1 Prosedur Fermentasi Buah Salak

1.

Daging buah salak dihancurkan terlebih dahulu dengan menggunakan blender


lalu dimasukkan ke dalam wadah sebanyak 21 liter.

2.

Jus buah salak disterilisasi pada suhu 85oC selama 30 menit. Lalu didinginkan
pada suhu ruang.

3.

Ragi dengan jumlah :


Ragi = 0,5% x kadar gula x volume sari buah
Diencerkan dengan air dengan suhu 35oC sebanyak 100 ml, diaduk sampai
muncul buihnya.

4.

Masukkan ragi ke dalam sari buah dan diaduk sampai tercampur merata.

5.

Pengambilan sampel dilakukan setiap hari untuk dianalisa kadar pati, glukosa,
etanol, yang terbentuk dan volatil solid.

6.

Difermentasikan selama 14 hari.

3.3.2 Analisis Kadar Pati

Analisis kadar pati dilakukan dengan menggunakan metode Luff Schoorl.


Adapun prosedur metode ini adalah sebagai berikut (BSN, 2008):
1. Larutan Luff Schoorl dibuat dengan melarutkan 143,8 g Na2CO3 anhidrat
dalam 300 ml air suling. Sambil diaduk, tambahkan 50 gram asam sitrat yang
telah dilarutkan dengan 50 ml air suling. Tambahkan 25 gram, CuSO4. 5H2O
yang telah dilarutkan dengan 100 ml air suling. Pindahkan larutan tersebut ke
dalam labu lalu ditambahkan dengan air suling hingga 1 liter dan kocok.
Biarkan semalam dan disaring. Larutan ini mempunyai kepekatan Cu2+ 0,2 N
dan Na2CO3 2 M.
2. Timbang 5 gram sampel dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml.
3. Ditambahkan 200 ml HCl 3% dan batu didih.
4. Dipasang pendingin tegak.
5. Dipanaskan selama 3 jam, dinginkan, ditambahkan indikator PP dan
netralkan dengan NaOH 40%.
6. Disaring lalu dipipet 10 ml ke dalam erlenmeyer 500 ml.

Universitas Sumatera Utara

7. Ditambahkan 25 ml larutan luff dan 25 ml aquades, ditambahkan batu didih,


dan dipasang pendingin tegak.
8. Dipanaskan selama 10 menit lalu didinginkan.
9. Ditambahkan 15 ml KI 20% dan 25 ml H2SO4 25%.
10. Ditambahkan indikator amilum, teruskan titrasi hingga putih susu.
11. Dilakukan titrasi blanko.
3.3.3 Analisa Kadar Glukosa

Analisis kadar glukosa dilakukan dengan menggunakan metode Luff Schoorl.


Adapun prosedur metode ini adalah sebagai berikut (BSN,1992):
1. Ditimbang 2 gram cuplikan dan masukkan ke dalam labu ukur 50 ml.
2. Tambahkan 5 ml Pb asetat setengah basa dan goyangkan.
3. Teteskan 1 tetes larutan (NH4)2HPO4 10% (bila timbul endapan putih maka
penambahan Pb asetat setengah basa sudah cukup).
4. Tambahkan larutan (NH4)2HPO4 10% hingga tidak terbentuk endapan.
5. Goyangkan dan tambahkan air suling pada labu ukur sampai 50 ml, dan
dikocok 12 kali biarkan dan saring.
6. Pipet 10 ml larutan hasil penyaringan dan masukkan ke dalam Erlenmeyer
500 ml.
7. Tambahkan 15 ml air suling dan 25 larutan Luff serta beberapa butir batu
didih.
8. Panaskan selama 10 menit kemudian angkat dan segera dinginkan dalam bak
berisi es.
9. Setelah dingin tambahkan 10 ml larutan KI 20% dan 25 ml larutan H2SO4
25%.
10. Titer dengan larutan tio 0,1 N dengan larutan kanji 0,5% sebagai indikator,
misalkan dibutuhkan V1 ml tio 0, 1 N.
11. Kerjakan penetapan blanko dengan 25 ml air dan 25 ml larutan Luff,
misalkan dibutuhkan V2 ml tio 0, 1 N.
Perhitungan:
(V2- V1) ml tio yang dibutuhkan oleh contoh dijadikan ml 0,1000 N kemudian dalam
tabel 3.1 cari berapa mg glukosa yang tertera untuk ml tio yang dipergunakan
(misalnya W1mg).

Universitas Sumatera Utara

% gula sebelum inverse =

W1 x fp
x 100 %
W

Keterangan:
Wl = glukosa, mg
fp = faktor pengenceran
W = bobot contoh (mg)
Tabel 3.1 Penetapan kandungan gula inversi menurut Luff Schoorl

Glukosa, fruktosa
Gulainversi mg
2,4

4,8

7,3

7,8

7,2

11,0

11,7

9,7

14,7

15,6

12,2

18,4

19,6

14,7

22,1

23,5

17,2

25,8

27,5

19,8

29,5

31,5

22,4

33,2

35,5

10

25,0

37,0

39,5

11

27,6

40,8

43,5

12

30,3

44,6

47,5

13

33,0

48,6

51,6

14

35,7

52,2

55,7

15

38,5

56,0

59,8

16

41,3

59,9

63,9

17

44,2

63,8

68,0

18

47,1

67,7

72,2

19

50,0

71,1

76,5

20

53,0

75,1

80,9

21

56,0

79,8

85,4

22

59,1

83,9

90,0

23

62,2

88,0

94,6

Na2S2O3 0,1 N ml

Laktosa mg

Maltosa mg

3,6

3,9

Universitas Sumatera Utara

3.3.4

Analisis Kadar Etanol

3.3.4.1 Analisis Kadar Etanol Dengan Kromatogram GC

Analisis kadar etanol dilakukan dengan analisis GC (Gas Chromatography).


Adapun prosedur penggunaan GC adalah sebagai berikut:
1. Senyawa standar disiapkan (butanol)
2. Kondisi kerja ala kromatografi, terutama temperature kolom (db-23), laju alir
gas pembawa (N2 dan H2), detector (fid), besar arus yang melalui detector,
attenuator, kecepatan kertas recorder, dan posisi pen pada recorder diatur
3. Alat kromatografi gas dipastikan siap untuk dipakai.
4. Tombol zero, enter, sig 1 ditekan pada alat kromatografi gas
5. Senyawa standar diambil
6. Senyawa standar disuntikkan ke dalam alat kromatografi gas sebanyak 1 kali.
7. Tombol start ditekan tepat pada saat penyuntikkan dan alat kromatografi
dibiarkan bekerja.
8. Dengan cara yang sama seperti senyawa standar, sampel campuran
disuntikkan.
[24]
3.3.4.2 Analisis Kadar Etanol Dengan Metode Berat Jenis

Adapun prosedur metode ini adalah sebagai berikut:


a. Preparasi Sampel
1. Diambil 100 ml sampel dimasukkan ke dalam labu didih kemudian
ditambahkan 50 ml akuades.
2. Dilakukan distilasi dengan menggunakan pemanas mantel.
3. Hasil distilasi ditampung.
b. Pembuatan seri larutan baku etanol
1. Etanol hasil distilasi dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml.
2. Ditambahkan akuades hingga volume 100 ml.
c. Pengukuran larutan baku etanol
1. Piknometer dikeringkan dan ditimbang.
2. Akuades didinginkan sampai di bawah suhu percobaan ( 15C).

Universitas Sumatera Utara

3. Piknometer diisi dengan akuades secara hati-hati hingga penuh dan


termometer dimasukkan.
4. Suhu akuades dalam piknometer ditunggu hingga mencapai suhu
percobaan (20C), kelebihan akuades pada puncak pipa kapiler
dibersihkan.
5. Piknometer yang berisi akuades segera ditimbang dan beratnya dicatat.
6. Cara yang sama dilakukan untuk larutan baku etanol. Berat jenis dihitung
dengan rumus berikut:
Berat jenis sampel =
Kadar etanol dihitung dengan menggunakan tabel 3.2

Tabel 3.2 Konversi berat jenis kadar etanol (v/v)

(Lees, 1975)

3.3.5 Analisis Kadar Volatil Solid (VS)

Universitas Sumatera Utara

1. Sampel dikeringkan pada suhu 103-105 C selama 1 jam


2. Dilanjutkan dengan pemanasan pada suhu 550 C selama 15 menit
3. Didinginkan di dalam desikator
VS (mg/L)

berat setelah 105C (mg) berat setelah 550C (mg)


volum sampel (L)

Universitas Sumatera Utara

3.4 Flowchart Penelitian


3.4.1 Flowchart Fermentasi

Gambar 3.2 Flowchart Fermentasi

Universitas Sumatera Utara

3.4.2 Flowchart Pembuatan Larutan Luff Schoorl

Mulai

Larutkan 143,8 g Na2CO3 anhidrat


dalam 300 ml air suling

Sambil diaduk, tambahkan 50 gram


asam sitrat yang telah dilarutkan
dengan 50 ml air suling

Tambahkan 25 gram, CuSO4. 5H2O


yang telah dilarutkan dengan 100 ml
air suling

Pindahkan larutan tersebut ke dalam


labu lalu ditambahkan air suling
sampai 1 liter dan dikocok

Biarkan semalam dan disaring

Selesai
Gambar 3.3 Flowchart Pembuatan Larutan Luff Schoorl

Universitas Sumatera Utara

3.4.3 Flowchart Penentuan Kadar Pati

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.4 Flowchart Penentuan Kadar Pati

Universitas Sumatera Utara

3.4.4 Flowchart Penentuan Kadar Glukosa

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.5 Flowchart Penentuan Kadar Glukosa

Universitas Sumatera Utara

3.4.5 Flowchart Penentuan Kadar Etanol Dengan Metode Berat Jenis


3.4.5.1 Preparasi Sampel

Gambar 3.6 Flowchart Preparasi Sampel Metode Berat Jenis


3.4.5.2Pembuatan larutan baku etanol

Gambar 3.7 Flowchart Pembuatan Larutan Baku Etanol

Universitas Sumatera Utara

3.4.5.3 Pengukuran larutan baku etanol

Gambar 3.8 Flowchart Pengukuran Larutan Baku EtanolMetode Berat Jenis

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinetika fermentasi alkohol dari


buah salak oleh Saccaromyces cereviseae.Komposisi kimia buah salak yang
digunakan dalam fermentasi ini adalah pati 16,07%, glukosa 32,96%. Pati dapat
dihidrolisa menghasilkan glukosa, dan glukosa difermentasi menjadi alkohol.
Glukosa pada buah salak difermentasikan oleh Saccaromyces cereviseae.
Saccaromyces cereviseae dalam bentuk ragi ini ditambahkan sebanyak 0,5% dari

banyaknya sampel dikalikan dengan banyaknya glukosa awal [10].


Parameter analisa fermentasi yang dilakukan adalah analisa kadar pati dan
glukosa dengan metode luff schoorl, analisa kadar alkohol dengan metode berat jenis
dan Gas Chromatography (GC), serta analisa volatil solid (vs) dengan metode
gravimetri. Pada tabel 4.1 dipaparkan hasil analisa yang dilakukan selama 14 hari.
Tabel 4.1 Hasil Analisa Kadar Pati, Glukosa, Alkohol dan Volatil Solid Selama 14
Hari
hari ke0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Pati
(massa)
16,07
12,69
12,36
12,10
11,69
11,66
11,31
11,17
10,89
10,76
10,63
10,49
10,29
10,28
10,28

Pati
Glukosa
(%mol) (%massa)
0,0934
32,96
0,0738
32,03
0,0719
31,10
0,0703
29,09
0,0680
27,25
0,0678
25,75
0,0658
25,15
0,0649
24,28
0,0633
23,55
0,0626
23,26
0,0618
22,83
0,0610
22,10
0,0598
20,94
0,0598
20,65
0,0598
19,95

Glukosa Alkohol Alkohol Volatil


(%mol) (%massa) (%mol) solid
0,00
0,1717
0,02583
1,24
150
0,1668
0,04021
1,93
140
0,1620
0,06167
2,96
118
0,1515
0,06771
3,25
114
0,1420
0,07104
3,41
100
0,1341
0,08792
4,22
98
0,1310
0,10563
5,07
90
0,1264
0,12271
5,89
70
0,1227
0,13250
6,36
64
0,1212
0,14354
6,89
60
0,1189
0,14833
7,12
58
0,1151
0,14396
6,91
54
0,1091
0,13479
6,47
46
0,1076
0,13063
6,24
42
0,1039
0,02583

Untuk melihat lebih jelas trend peningkatan dan penurunan kadar pati,
glukosa, alkohol dan volatil solid ditampilkan dalam bentuk grafik pada Gambar 4.1

Universitas Sumatera Utara

dan Gambar 4.2 hubungan antara kadar pati, glukosa dan alkohol terhadap waktu
fermentasi dan Gambar 4.3 hubungan antara kadar volatil solid terhadap waktu
fermentasi.

Gambar 4.1 Grafik Hubungan Antara Kadar(gr/100ml) Pati, Glukosa dan


Alkohol terhadap Waktu Fermentasi

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Antara Kadar (%mol) Pati, Glukosa dan
Alkohol terhadap Waktu Fermentasi

Universitas Sumatera Utara

G
ambar 4.3 Grafik Hubungan Antara Kadar Volatil Solid terhadap Waktu
Fermentasi
4.2

PEMBAHASAN

Dari gambar 4.1dapat dilihat adanya penurunan kadar pati dan juga glukosa
terhadap waktu, sedangkan untuk kadar alkohol mengalami peningkatan sampai hari
ke-11 dan menurun di hari ke-12. Dari gambar 4.3 menunjukan hubungan antara
kadar volatil solid (vs) terhadap waktu fermentasi.
4.2.1

Hubungan Antara Kadar Pati terhadap Waktu Fermentasi

Dari Gambar 4.1dapat dilihat bahwa kadar pati terus mengalami penurunan
selama 14 hari waktu fermentasi. Penurunan sangat drastis terjadipada hari pertama
fermentasi dimana kadar pati yang pada awalnya adalah 16,07% menjadi 12,69% dan
pada hari-hari berikutnya perubahan kadar tidak terlalu besar dan tidak mengalami
perubahan pada hari ke-13 dan 14 yaitu sebesar 10,28%.
Dapat disimpulkan bahwa kadar pati semakin berkurang dengan semakin
lamanya fermentasi. Hal ini terjadi karena selama proses fermentasi terjadi
pemecahan komponen-komponen pati menjadi lebih sederhana yang dilakukan oleh
mikroorganisme dalam usahanya memperoleh energy untuk pertumbuhan dan
aktivitasnya. Menurut Adam dan Moss (2000), selama proses fermentasi berlangsung
mikroba akan memecah pati menjadi komponen gula-gula sederhana, sehingga kadar
pati semakin lama semakin menurun. Dan menurut hasil penelitian yang dilakukan

Universitas Sumatera Utara

oleh Omemu et al pada tahun 2005, penurunan kadar pati yang optimum adalah
selam 72 jam [18].
4.2.2 Hubungan Antara Kadar Glukosa terhadap Waktu Fermentasi

Dari gambar 4.1 menunjukkan bahwa selama proses fermentasi berlangsung


kadar glukosa menurun dari 32,96% menjadi 19,95%. Kadar glukosa selama proses
fermentasi dihitung dengan menggunakan metode Luff Schoorl. Penurunan kadar
glukosa ini menunjukkan adanya aktivitas fermentasi oleh Saccharomyces cerevisae.
Ketersediaan glukosa yang besar pada fermentasi hari ke-0 merupakan sumber
nutrisi dan energy bagi S. cerevisae. Konsumsi glukosa oleh S. cerevisae
mengakibatkan menurunnya glukosa pada fermentasi hari berikutnya [3].
4.2.3

Hubungan Antara Kadar Alkohol terhadap Waktu Fermentasi

Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa selama proses fermentasi berlangsung
kadar etanol cenderung meningkat. Kadar etanol selama proses fermentasi dihitung
dengan menggunakan metode berat jenis. Kadar etanol dipengaruhi oleh waktu
fermentasi. Kadar etanol optimum dicapai pada waktu fermentasi jam ke-24, dan
mulai menurun pada jam ke-36.
4.2.4 Hubungan Antara Kadar Volatil Solid (VS) terhadap Waktu Fermentasi

Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa kadar volatil solid cenderung menurun
selama proses fermentasi. Kandungan volatile solid merupakan parameter terukur
yang dapat menyatakan seberapa besar beban pencernaan yang harus dilakukan
mikroorganisme pada proses hidrolisis dan asidogenesis. Penurunan volatil solid
menunjukkan bahwa selama proses fermentasi terjadi proses degradasi senyawa
organik oleh mikroorganisme [19].
4.3

PENENTUAN KINETIKA FERMENTASI

4.3.1 Penentuan Kinetika Hidrolisis Pati Menjadi Glukosa

Reaksi hidrolisis yang terjadi adalah sebagai berikut :


n(C6H12O6)
nH2O + (C6H10O5)n
air
pati
glukosa
Kecepatan pembentukan produk dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

Universitas Sumatera Utara

d[P]
t

Tabel 4.2 Kadar pati dan glukosa disubstitusikan ke persamaan Michaelis Menten
Waktu
(jam)

Pati [S]
(mol)

1/[S]
(1/mol)

Glukosa
[P]
(mol)

Kecepatan
Reaksi (V)
(mol/jam)

1/V
(jam/mol)

24
48
72
96
120
144
168
192
216
240
264
288
312
336

0,0934
0,0738
0,0719
0,0703
0,0680
0,0678
0,0658
0,0649
0,0633
0,0626
0,0618
0,0610
0,0598
0,0598

10,7032
13,554
13,9159
14,2149
14,7134
14,7513
15,2078
15,3984
15,7943
15,9851
16,1806
16,3966
16,7153
16,7315

0,17167
0,16682
0,16198
0,15151
0,14193
0,13411
0,13099
0,12646
0,12266
0,12115
0,11891
0,1151
0,10906
0,10755

0,00715
0,00348
0,00225
0,00158
0,00118
0,00093
0,00078
0,00066
0,00057
0,00050
0,00045
0,00040
0,00035
0,00032

139,80583
287,73025
444,50161
633,6198
845,50459
1073,7087
1282,5447
1518,2867
1761,0191
1981,0834
2220,2365
2502,0814
2860,745
3124,0678

Dari tabel di atas dapat dibuat hubungan antara 1/[S] dan 1/V sebagai berikut:

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Antara 1/[S] vs 1/V


Grafik ini kemudian didekati dengan persamaan linier sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

K 1
1
1

m
V Vmaks Vmaks [S]

y = b + ax
Sehingga diperoleh:
Intercept = b = - 6468
Slope = a = 529,0
1/Vmaks = intercept
Vmaks= -0,00015 mol/jam
Km
slope
Vmaks
Km
529
0,00015
K m -0,0818
4.3.2

Penentuan Kinetika Fermentasi Glukosa Menjadi Etanol

C6H12O6 Saccharomycescereviseae
2C2H5OH + 2CO2
Glukosa
etanol
Kecepatan pembentukan produk dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
V

d[P]
t

Tabel 4.3 Kadar glukosa dan alcohol disubstitusikan kepersamaan Michaelis Menten
Waktu
(jam)
24
48
72
96
120
144
168
192
216
240
264
288
312
336

Glukosa
[S]
(mol)
0,1717
0,1668
0,1620
0,1515
0,1419
0,1341
0,1310
0,1265
0,1227
0,1211
0,1189
0,1151
0,1091
0,1076

1/[S]
(1/mol)
5,8252
5,9944
6,1736
6,6002
7,0459
7,4563
7,6342
7,9077
8,1529
8,2545
8,4100
8,6878
9,1691
9,2978

Alkohol Kecepatan
[P]
Reaksi (V)
(mol)
(mol/jam)
0,0258
0,0011
0,0402
0,0008
0,0617
0,0009
0,0677
0,0007
0,0710
0,0006
0,0879
0,0006
0,1056
0,0006
0,1227
0,0006
0,1325
0,0006
0,1435
0,0006
0,1483
0,0006
0,1440
0,0005
0,1348
0,0004
0,1300
0,0004

1/V
(jam/mol)
929,0323
1193,7824
1167,5676
1417,8462
1689,1496
1637,9147
1590,5325
1564,6859
1630,1887
1671,9884
1779,7753
2000,5789
2314,6832
2584,6154

Dari tabel di atas dapat dibuat hubungan antara 1/[S] dan 1/V sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.5 Hubungan Antara 1/[S] vs 1/V


Grafik ini kemudian didekati dengan persamaan linier sebagai berikut :
K 1
1
1

m
V Vmaks Vmaks [S]
y = b + ax
Sehingga diperoleh:
Intercept = b = - 1017
Slope = a = 351
1/Vmaks = intercept
Vmaks= -0,00098 mol/jam
Km
slope
Vmaks
Km
351
0,00098
K m -0,3451

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan
adalah :
1. Kadar patiawaladalah 16,07% danglukosaawal 32,96%.
2. Kadar pati dan glukosa semakin menurun selama proses fermentasi, berbanding
terbalik dengan kadar etanol yang cenderung meningkat.
3. Kadar volatil solid (VS) cenderung menurun selama proses fermentasi.
4. Dari penentuan kinetika hidrolisis pati menjadi glukosa diperoleh :
- Kecepatan reaksi maksimum (Vmaks) = - 0.00015 mol/jam
- Konstanta Michaelis-Menten (Km) = - 0,0818
5. Dari penentuan kinetika fermentasi glukosa menjadi etanol diperoleh:
- Kecepatan reaksi maksimum (Vmaks) = - 0,00098 mol/jam
- Konstanta Michaelis-Menten (Km) = - 0,3451
5.2

SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan adalah :


1. Kepada peneliti berikutnya sebaiknya melakukan variasi terhadap kadar ragi.
2. Peneliti berikutnya sebaiknya melakukan variasi penambahan nutrisi.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai