Anda di halaman 1dari 252

PENENTUAN JARAK DAN SUDUT

KERANGKA HORIZONTAL DENGAN


METODE POLIGON PADA SUATU
WILAYAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu ukur tanah adalah ilmu, seni dan teknologi untuk menyajikan informasi bentuk
permukaan bumi baik unsur alam maupun unsur buatan manusia pada bidang yang dianggap
datar. Ilmu ukur tanah sering disebut plan surveying. Ilmu ukur tanah bagian dari geodesi
(geodetic surveying). Definisi sederhana dari ukur tanah adalah menentukan posisi atau letak
titik di atas atau pada permukaan bumi. Definisi yang lebih berkembang adalah pekerjaan untuk
menggambarkan keadaan fisik sebagian permukaan bumi menyerupai keadaan sebenarnya
dilapangan (Iskandar, 2008).
Produk yang sesuai dengan definisi terakhir adalah peta topografi, sedangkan jenis-jenis
pekerjaan yang sederhana antara lain mengukur jarak antara dua titik, mengukur panjang dan
lebar atau sisi-sisi sebidang lahan, mengukur lereng dan penggambaran bentuk sebidang lahan.
Pengukuran-pengukuran dibagi dalam pengukuran yang mendatar untuk mendapat
hubungan titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi (pengukuran kerangka dasar horizontal)
dan pengukuran-pengukuran tegak guna mendapat hubungan tegak antara titik-titik yang diukur
(pengukuran kerangka dasar vertikal) serta pengukuran titik-titik detail (Mulyo dan Supriatna,
2008).
Kerangka dasar pemetaan untuk pekerjaan rekayasa sipil pada kawasan yang tidak luas,
sehingga bumi masih bisa dianggap sebagai bidang datar, umumnya merupakan bagian pekerjaan
pengukuran dan pemetaan dari satu kesatuan paket pekerjaan perencanaan dan atau perancangan
bangunan teknik sipil. Titik-titik kerangka dasar pemetaan yang akan ditentukan tebih dahulu

koordinat dan ketinggiannya itu dibuat tersebar merata dengan kerapatan tertentu, permanen,
mudah dikendalikan dan didokumentasikan secara baik sehingga memudahkan penggunaan
selanjutnya (Suharto, 2011).
Batasan datar ilmu ukur tanah cakupan wilayahnya yang relatif sempit yaitu berkisar
antara 0,5 derajat x 0,5 derajat atau 55 km x 55 km. Yang membedakan ilmu ukur dengan
geodesi yaitu kalau ilmu ukur tanah tidak memperhatikan kelengkungan bumi sedangkan geodesi
sebaliknya.
Kerangka dasar horizontal adalah sejumlah titik yang telah diketahui koordinatnya dalam
suatu koordinat titik tertentu. Sistem koordinat disini adalah sistem koordinat kartesian dimana
bidang datarnya merupakan sebagian kecil dari permukaan elipsioda bumi. Salah satu cara untuk
menentukan koordinat banyak titik adalah metode poligon. Pengukuran dan pemetaan poligon
merupakan salah satu metode pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal untuk
memperoleh koordinat planimetris (X,Y) titik-titik ikat pengukuran.
Metoda poligon adalah salah satu cara penentuan posisi horizontal banyak titik dimana
titik satu dengan yang lainnya dihubungkan satu sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak
sehingga membentuk rangkaian titik-titik (poligon).
Pengukuran sudut berarti mengukur suatu sudut yang berbentuk antara suatu titik dan dua
titik lainnya. Pada pengukuran ini diukur arah dari pada dua titik atau lebih yang dibidik dari satu
titik kontrol dan jarak antara titik-titik diabaikan. Pengukuran-pengukuran dilakukan dengan
maksud untuk mendapatkan bayangan daripada keadaan lapangan, dengan menentukan tempat
titik-titik diatas permukaan bumi terhadap satu sama lainnya, untuk mendapatkan hubungan
mendatar titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi perlu dilakukan pengukuran mendatar
yang disebut dengan istilah pengukuran kerangka dasar horizontal. Jadi untuk hubungan
mendatar diperlukan data sudut mendatar yang diukur pada skala lingkaran yang letaknya
mendatar.
B. Rumusan Masalah
Dalam penentuan jarak dan sudut diperlukan suatu metode pengukuran, agar pekerjaan
yang dilakukan menjadi lebih mudah dan efisien. Bagaimana kita dapat mengukur jarak dan
sudut dari kerangka horizontal dengan metode poligon suatu wilayah?

C. Tujuan
Untuk mengetahui jarak dan sudut menggunakan metode poligon dalam pengukuran
jarak dan sudut dari kerangka horizontal pada suatu wilayah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengukuran Kerangka Horizontal
Tahap awal sebelum melakukan suatu pengukuran adalah dengan melakukan penentuan
titik-titik kerangka dasar pemetaan pada daerah atau areal yang akan dilakukan pengukuran yaitu
penentuan titik-titik yang ada di lapangan yang ditandai dengan patok kayu, paku atau patok
permanen yang dipasang dengan kerapatan tertentu, fungsi dari sistem kerangka dasar pemetaan
dengan penentuan titik-titik inilah yang nantinya akan dipakai sebagai titik acuan ( reference )
bagi penentuan titik-titik lainya dan juga akan dipakai sebagai titik kontrol bagi pengukuran yang
baru. Pengukuran dilakasanakan untuk memperoleh data sudut dan jarak dilapangan yang akan
dihasilkan suatu data posisi berupa data koordinat (X,Y) yang dapat digunakan dalam pembuatan
peta dasar teknik (Brinker, 1987).
Kerangka dasar horizontal merupakan kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau
ditentukan posisi horizontalnya berupa koordinat pada bidang datar (X,Y) dalam sistem proyeksi
tertentu. Bila dilakukan dengan cara teristris, pengadaan kerangka horizontal bisa dilakukan
menggunakan cara triangulasi, trilaterasi atau poligon. Pemilihan cara dipengaruhi oleh bentuk
medan lapangan dan ketelitian yang dikehendaki ( Purworhardjo, 1986 ).
a. Poligon
Metode poligon adalah metode penentuan posisi lebih dari satu titik dipermukaan bumi, yang
terletak memanjang sehingga membentuk segi banyak, (Wongsotjitro, 1977). Unsur-unsur yang
diukur adalah unsur sudut dan jarak, jika koordinat awal diketahui, maka titik-titik yang lain
pada poligon tersebut dapat ditentukan koordinatnya. Pengukuran dengan metode poligon ini
terbagi menjadi dua bentuk yaitu:
1) Poligon Tertutup

Poligon tertutup adalah poligon dengan titik awal sama dengan titik akhir, jadi dimulai dan
diakhiri dengan titik yang sama.

U
2

1-2

1 1

2
d 2-3

d 1-2

d 3-4

d 6-1

d 4-5

d 5-6
5

Gambar 2. Poligon Tertutup


Syarat-syarat geometris poligon tertutup adalah sebagi berikut:

= ( n 2 ) . 180 ( untuk sudut dalam )

= ( n + 2 ) . 180 ( untuk sudut luar )


( D . sin ) = X = 0
( D . cos ) = Y = 0
Pada umumnya hasil pengukuran jarak dan sudut tidak segera memenuhi syarat diatas, tetapi
akan didapat bentuk persamaan sebagai berikut :
+ = ( n 2 ) . 180 ( untuk sudut dalam )

+ = ( n + 2 ) . 180 ( untuk sudut luar )


( D . sin ) + X = 0
( D . cos ) + Y = 0
Dalam hal ini :

= jumlah sudut ukuran


n
= jumlah titik pengukuran

= kesalahan penutup sudut ukuran


X = jumlah selisih absis ( X )
Y = jumlah selisih ordinat ( Y )
X = kesalahan absis ( X )
Y = kesalahan ordinat ( Y )
D
= jarak / sisi poligon

= azimuth
Langkah awal perhitungan koordinat ( X,Y ) poligon tertutup adalah sebagai berikut :
a. Menghitung jumlah sudut
= hasil pengukuran - ( n - 2 ) . 180
Apabila selisih sudut tersebut masuk toleransi, maka perhitungan dapat dilanjutkan tetapi jika
selisih sudut tersebut tidak masuk toleransi maka akan dilakukan cek lapangan atau pengukuran
ulang.
b. Mengitung koreksi pada tiap-tiap sudut ukuran ( ki )
ki = i / n ( jika kesalahan penutup sudut bertanda negatif (-) maka koreksinya positif (+),
begitu juga sebaliknya.
c. Menghitung sudut terkoreksi
i = 1 + k1
d. Menghitung azimuth sisi poligon ()
misal diketahui azimuth awal (1-2 )
2-3 = 1-2 + 180 - 2 ( untuk sudut dalam )
2-3 = 1-2 - 180 + 2 ( untuk sudut luar )
Dengan catatan, apabila azimuth lebih dari 360, maka :
2-3 = ( 1-2 + 180 - 2 ) - 360
apabila azimuth kurang dari 0, maka :
2-3 = ( 1-2 + 180 - 2 ) + 360
e. Menghitung selisih absis dan selisih ordinat ( X dan Y )
X 1-2 = d1-2 . sin 1-2
Y 1-2 = d1-2 . cos 1-2
f. Melakukan koreksi pada tiap-tiap kesalahan absis dan ordinat ( kXi dan kYi )
kXi = ( di / d ) . X dalam hal ini X = X
kYi = ( di / d ) . Y
Y = Y
jika kesalahan absis dan ordinat bertanda negatif (-) maka koreksinya positif (+)
begitu
juga sebaliknya.
g. Menghitung selisih absis ( X ) dan ordinat ( Y ) terkoreksi
X 1-2 = X 1-2 + kX 1-2
Y 1-2 = Y 1-2 + kY 1-2
Koordinat ( X,Y )
misal diketahui koordinat awal ( X1 , Y1 ) maka :
X2 = X1 + X 1-2

Y2 = Y1 + Y 1-2
Jika pada proses perhitungan poligon tertutup koordinat akhir sama dengan koordinat
awal maka perhitungan tersebut dianggap benar, sebaliknya jika koordinat akhir tidak sama
dengan koordinat awal maka perhitungan tersebut dinyatakan salah karena titik awal dan titik
akhir poligon tertutup adalah sama atau kembali ketitik semula.
2) Poligon Terbuka
Poligon terbuka adalah poligon dimana titik awal dan titik akhir tidak berimpit atau titik awal
tidak bertemu dengan titik akhir. Poligon terbuka ditinjau dari sistem pengukuran dan cara
perhitungannya dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :
a) Poligon Terikat sempurna
Poligon terbuka terikat sempurna adalah poligon yang titik awal dan titik akhir terikat oleh
koordinat dan azimuth atau terikat oleh dua koordinat pada awal dan akhir pengukuran. Poligon
jenis ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan poligon lainnya. Pada poligon ini
kesalahan sudut serta kesalahan jaraknya dapat dikoreksi dengan diketahuinya azimuth dan
koordinat awal serta azimuth dan koordinat akhir.

Gambar 3. Poligon Terbuka Terikat sempurna


Dalam poligon terbuka terikat sempurna, besaran - besaran yang harus diukur :
1. Semua sisi jarak
= dB-1, d1-2 , .., d3-P
2. Semua sudut horizontal
= B, 1, 2, , P
Syarat-syarat geometris poligon terbuka terikat sempurna :
= ( P-Q - A-B ) + n . 180 ( untuk sudut kanan )
= ( A-B - P-Q ) + n . 180 ( untuk sudut kiri )
( D . sin ) = X = XP - XB
( D . cos ) = Y = YP - YB
Dalam hal ini :

= jumlah sudut ukuran


n
= jumlah titik pengukuran

= kesalahan penutup sudut ukuran


X = jumlah selisih absis (X)
Y = jumlah selisih ordinat (Y)
X = kesalahan absis (X)

= kesalahan ordinat (Y)


P-Q
= azimuth / sudut jurusan akhir titik ikat
A-B
= azimuth / sudut jurusan awal titik ikat
XP dan YP = koordinat titik ikat akhir
XB dan YB = koordinat titik ikat awal
D
= jarak / sisi poligon

= azimuth
Langkah - langkah perhitungan koordinat ( X , Y ) poligon terbuka terikat sempurna :
hitung azimuth titik ikat awal dan titik ikat akhir ( A-B dan P-Q )
A-B = Arc tan [ (XB XA) / (YB YA) ]
P-Q = arc tan [ (XQ XP) / (YQ YP) ]
2) Jumlah sudut horizontal hasil pengukuran ( )
= B + 1 + 2 + 3 + P
3) Jumlah ukuran jarak (D)
D = DB-1 + D1-2 + D2-3 + D3-P
4) Menghitung kesalahan penutup sudut
= ( P-Q A-B ) n . 180
5) Menghitung koreksi pada tiap-tiap sudut ukuran ( ki )
ki = / n ( jika kesalahan penutup sudut bertanda negatif (-) maka koreksinya positif (+),
begiti pula sebaliknya )
6) Menghitung sudut terkoreksi
B = B + ki
1 = 1 + ki
P = P + ki
7) Menghitung azimuth ( ) titik titik poligon
Diketahui azimuth awal ( A-B ) maka :
B-1 = A-B - 180 + B ( untuk sudut luar )
B-1 = A-B + 180 - B ( untuk saudut dalam )
Dengan catatan, apabila azimuth lebih dari 360 maka:
a. Menghitung jumlah sudut horizontal, kemudian menghitung salah penutup sudutnya
( 1 + 2 + 3 + .. + 11 ) + = ( n 2 ) x 180 ( untuk sudut dalam )
= ( 1 + 2 + + 11 + 12 ) (( n -2 )) x 180
Jika salah penutup sudut ( ) masuk toleransi yang disyaratkan maka perhitungan dilanjutkan,
tetapi jika tidak masuk toleransi harus dilakukan cek sudut atau pengukuran ulang.
b. Menghitung jumlah jarak
c. d
= d1-2, d2-3, .., dan d12-1
d. Menghitung sudut horizontal terkoreksi, dengan ketentuan jika salah penutup sudut bertanda
positif ( + ), untuk koreksinya negatif ( - ), dan jika salah penutup sudutnya negatif ( - ), maka
koreksinya positif ( + ).
1
= 1 + ( / n )
12
= 11 + ( / n )
e. Menghitung azimuth
P1-P2 = BM-P1 + 180 - P1
P11-BM = P10-P11 + 180 - P11
f. Menghitung selisih absis dan ordinat

Xawal = D x sin
Xawal = XP1 + Xawal
8) Menghitung selisih absis ( X ) dan ordinat ( Y ) terkoreksi
X B-1 = X B-1 + kX B-1
Y B-1 = Y B-1 + kY B-1
Perhitungan dilanjutkan hingga :
X 3-P = X 3-P + kX 3-P
Y 3-P = Y 3-P + kY 3-P
9) Perhitungan Koordinat ( X, Y )
Diketahui koordinat awal ( XB,YB ) maka:
X1 = XB + X B-1
Y1 = YB + Y B-1
Perhitungan ini dilanjutkan hingga :
X3 = X2 + X 2-3
Y3 = Y2 + Y 2-3
Jika nilai koordinat titik akhir ( XP,YP ) yang dihitung sama dengan koordinat titik ikat akhir,
maka perhitungannya dinyatakan memenuhi toleransi serta dapat dilanjutkan pada pekerjaan
lainnya.
b) Poligon Terbuka Terikat Koordinat
Poligon terikat koordinat adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya terikat oleh koordinat,
nilai azimuth awal dan akhir tidak diketahui. Misal poligon terbuka terikat koordinat A123

Gambar 4. Poligon Terbuka Terikat Koordina


Dalam poligon terbuka terikat koordinat, besaran-besaran yang harus diukur :
1. Semua sisi/jarak
= d A-1 , d 1-2 , .., d 3-B
2. Semua sudut horizontal
= 1, 2,
3
Langkah perhitungan poligon terbuka terikat koordinat adalah :
1) Menentukan azimuth pendekatan yang besarnya sembarang, misal : A-1
2) Menentukan azimuth sementara menggunakan azimuth pendekatan
1-2 = A-1 - 180 + 1
2-3 = 1-2 - 180 + 2
3-B = 2-3 - 180 + 3
3) Menghitung koordinat sementara 1,2,3 dan B.

X1 = XA + d A-1 . sin A-1


Y1 = YA + d A-1 . cos A-1
X2 = X1 + d 1-2 . sin 1-2
Y2 = Y1 + d 1-2 . cos 1-2
X3 = X2 + d 2-3 . sin 2-3
Y3 = Y2 + d 2-3 . cos 2-3
XB = X3 + d 3-B . sin 3-B
YB = Y3 + d 3-B . cos 3-B
4) Menghitung azimuth ( A-B ) yang diketahui
A-B = Arc tan [ ( XB-XA ) / ( YB-YA ) ]
5) Menghitung azimuth ( A-B ) dari perhitungan pendekatan
A-B = Arc tan [ ( XB-XA ) / ( YB-YA ) ]
6) Hitungan selisih azimuth ( A-B )
A-B = A-B - A-B
7) Hitungan azimuth terkoreksi
A-1 = A-1 + A-B
1-2 = A-1 + A-B - 180 + 1
2-3 = 1-2 + A-B - 180 + 2
3-B = 2-3 + A-B - 180 + 3
Dengan catatan apabila azimuth lebih dari 360 maka :
1-2 = ( A-1 + A-B - 180 + 1 ) - 360
apabila azimuth kurang dari 0 maka :
1-2 = ( A-1 + A-B - 180 + 1 ) + 360
8) Hitungan selisih absis dan selisih ordinat ( X dan Y )
X A-1 = D A-1 . sin A-1
Y A-1 = D A-1 . cos A-1
Perhitungan ini dilanjutkan hingga :
X 3-B = D 3-B . sin 3-B
Y 3-B = D 3-B . cos 3-B
9) Menghitung koreksi pada tiap-tiap kesalahan absis dan ordinat ( KX dan KY)
kX A-1 = ( DA-1 / d ) . X
kY A-1 = ( DA-1 / d ) . Y
Perhitungan dilanjutkan hingga :
kX 3-B = ( D3-B / d ) . X
kY 3-B = ( D3-B / d ) . Y
jika kesalahan absis dan ordinat bertanda negatif (-) maka koreksinya positif (+),
sebaliknya.
10) Menghitung koordinat sesungguhnya ( X,Y )
Diketahui koordinat ( XA,YA) maka :
X1 = XA + X A-1 KX A-1
Y1 = YA + Y A-1 KY A-1
Perhitungan ini dilanjutkan hingga :
XB = X3 + X 3-B KX 3-B

begitu pula

YB = Y3 + Y 3-B KY 3-B
Jika nilai koordinat titik B yang dihitung sama dengan koordinat titik B yang diketahui
maka perhitungannya dinyatakan benar. Poligon ini sering dipakai dilapangan karena tidak
menutup kemungkinan banyak dijumpai hambatan-hambatan misalnya hanya ada dua titik
pengikat yang diketahui sehingga azimuth awal dan akhir belum diketahui sehingga memakai
azimuth pendekatan.
c) Poligon Terbuka Terikat Sepihak
Poligon terbuka terikat sepihak adalah poligon yang hanya terikat salah satu titiknya saja, bisa
terikat pada titik awalnya atau titik akhirnya saja. Misal poligon terbuka terikat sepihak A123

Gambar 5. Poligon Terbuka Terikat Sepihak


Langkah-langkah perhitungannya:
1) Menghitung Azimuth ()
Misal diketahui azimuth ( A-1 ) maka : 1-2 = A-1 - 180 + 1
2) Menghitung koordinat ( X,Y )
Diketahui koordinat awal ( Xa,YA ) maka :
X1 = XA + d A-1 . Sin A-1
Y1 = YA + d A-1 . Cos A-1
Perhitungan ini dilanjutkan hingga:
X3 = X2 + d 2-3 . Sin 2-3
Y3 = Y2 + d 2-3 . Cos 2-3
Pada poligon jenis ini kurang baik untuk kerangka dasar sebab cara perhitungannya sangat
sederhana karena tidak ada hitungan koreksi baik koreksi sudut maupun jarak, hanya koordinat
titik ikat atau koordinat yang diketahui digunakan sebagai acuan dalam perhitungan koordinat
lainnya .
d) Poligon Terbuka Bebas
Poligon terbuka bebas adalah poligon lepas atau poligon yang tidak terikat kedua ujungnya.
Untuk menghitung koordinat masing-masing titiknya maka harus ditentukan terlebih dahulu
koordinat salah satu titik sebagai acuann menghitung koordinat titik lainnya. Pada poligon ini
tidak ada koreksi sudut maupun koreksi jarak.

Gambar 6. Poligon Terbuka Bebas


Proses perhitungannya :
1) Hitungan azimuth ( )
Misal diketahui azimuth ( 1-2 ) maka :
2) Hitungan koordinat ( X,Y )
Misal ditentukan koordinat titik awal ( X1,Y1 ) maka :
X2 = X1 + d 1-2 . Sin 1-2
Y2 = Y1 + d 1-2 . Cos 1-2
b. Azimut
Azimuth adalah besaran sudut yang diukur dari arah utara searah jarum jam dari sembarang
meridian acuan yang besarnya berkisar antara 0 360. Azimuth berfungsi sebagai orientasi
arah utara pada peta, sebagai kontrol pada pengukuran jaringan poligon maupun dalam hitungan
koordinat.
Azimuth yang diukur dilapangan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1) Azimuth Magnetis
Azimuth Magnetis adalah azimuth yang berdasarkan arah utara magnetis. Untuk mendapatkan
azimuth magnetis dapat dilakukan dengan pengukuran menggunakan alat ukur yang dilengkapi
dengan bousole atau kompas, seperti halnya theodolit (TO). Azimuth magnetis ini tidak
berdasarkan arah utara sebenarnya (kutub utara bumi), namun hanya berdasarkan arah utara
magnetis.
2) Azimuth Geografis
Azimuth Geografis adalah azimuth yang berdasarkan arah kutub utara bumi atau utara
sebenarnya. Untuk mendapatkan besaran azimuth geografis dapat dilakukan dengan pengamatan
benda-benda angkasa (pengamatan matahari atau pengamatan bintang).
c.

Cara penetuan jarak dan sudut


Cara pengukuran poligon merupakan cara yang umum dilakukan untuk pengadaan
kerangka dasar pemetaan pada daerah yang tidak terlalu luas - sekitar (20 km x 20km). Berbagai

bentuk poligon mudah dibentuk untuk menyesuaikan dengan berbagai bentuk medan pemetaan
dan keberadaan titik-titik rujukan maupun pemeriksa.
Tingkat ketelitian, sistem koordinat yang diinginkan dan keadaan medan lapangan
pengukuran merupakan faktor-faktor yang menentukan dalam menyusun ketentuan poligon
kerangka dasar. Tingkat ketelitian umum dikaitkan dengan jenis dan atau tahapan pekerjaan yang
sedang dilakukan. Sistem koordinat dikaitkan dengan keperluan pengukuran pengikatan. Medan
lapangan pengukuran menentukan bentuk konstruksi pilar atau patok sebagai penanda titik di
lapangan dan juga berkaitan dengan jarak selang penempatan titik.
Koordinat VR diketahui
Sudut sudut Poligon So, S1, ....., S6 diketahui.
Bila : VR = sudut jurusan 1 V2

12 = sudut jurusan 1 2
Rumus rumus yang digunakan dalam perhitungan :

12 = VR So
23 = 12 + 180 0 S2
34 = 23 + 180 0 S3
45 = 34 + 180 0 S4
Titik 1
X1 = XR + dR sin VR
Y1 = YR + dR cos VR
Dimana dR = jarak dari titik 1 ke VR
Titik 2
X2= X1 + d12 sin V12
Y2 = Y1+ d12 cos V12
Dimana d12 = jarak dari titik 1 ke 2
Titik 3
X3 = X2 + d23 sin V23

Y3 = Y2 + d23 cos V23


Dimana dR = jarak dari titik 2 ke 3
Demikian juga untuk titik 4, 5 dan 6
Untuk mendapatkan hasil yang cukup teliti, maka diadakan koreksi koreksi. Ada 2 macam
koreksi, yaitu :
1. Koreksi Sudut f ()
S1 + S2 + S3 + S4 + S5 + S6 + f () = 720 0( jumlah sudut dalam segi enam )
Atau :
( n-2 ) X 180 0
f () = 720 0- S1
f () merupakan koreksi sudut
f () dibagi bagi pada S1 , S2 , S3 , ....... , S6
2. Koreksi Jarak
a. di sin + f (x) = (x) = Xakhir Xawal

Karena titik awal dan akhir berimpit, maka :


Xakhir Xawal = 0
di sin + f (x) = 0
F(x) = koreksi x
b. di cos + f (y) = Yakhir Yawal

Karena titik awal dan akhir berimpit, maka :


Yakhir Yawal = 0
di sin + f (y) = 0
F(y) = koreksi y
Maka :
Absis xi diberi koreksi sebesar : di . f(x)/ d

Ordinat yi diberi koreksi sebesar : di . f(y)/ d


Sudut adalah lingkaran yang dibagi dalam 4 bagian yang dinamakan kuadran. Cara
menentukan besarnya sudut ada 3 cara, yaitu :
1. Cara Seksadesimal yaitu, membagi lingkaran dalam 360 bagian yang dinamakan derajat,
sehingga satu kuadran terdiri dari 900. Sistem besaran sudut seksadesimal selain dalam bentuk
derajat, juga disajikan dalam besaran menit dan sekon. Nilai maksimum sudut ini adalah 3600 60
60.
10 = 60 = 3600
2. Cara Sentisimal yaitu, membagi lingkaran dalam 400 bagian, sehingga satu kuadran terdiri
dari 100 bagian yang dinamakan grade. Sistem besaran sudut sentisimal selain disajikan dalam
besaran grade, juga disajikan dalam bentuk centigrade dan centisentigrade. Nilai maksimum
sudut ini adalah 400g 100cg 100cc.
1g = 100cg = 10000cc
3. Cara Radian yaitu, cara menyatakan sudut dengan menggunakan radial sebagai satuan sudut.
Karena keliling lingkaran adalah 2r, maka satu lingkaran mempunyai sudut sebesar 2r/r = 2
radian.
Hubungan antara radian, derajat dan grade yaitu :
2 radial = 3600 = 4000

si dari seksadesimal ke sistem centisimal :


Degree = Grade
Misal : a0bc
Maka : x = (400/360)x a0bc= dg ecg fcc

si dari sentisimal ke sistem seksadesimal :


Grade

= Degree

Misal : ag bcg ccc = x


Maka : x = (360/400)x a0bc= d0 e f

si dari seksadesimal ke sistem radian :


Degree = Rad
Misal : a0bc = x
Maka : x = (2 /360)x a0bc= d rad

si dari radian ke sistem seksadesimal :


Rad

= Degree

Misal : a rad = x
Maka : x = (360/2) a rad = d0 e f

si dari sentisimal ke sistem radian :


Grade

= Degree

Misal : ag bcg ccc = x


Maka : x = (2 /400) a0bc= d rad
6. Konversi dari radian ke sistem seksadesimal :
Rad

= Grade

Misal : a rad = x
Maka : x = (400/2) a rad = bg ccg dcc

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Terdapat contoh hasil data pengukuruan di lapangan :
Pengolahan Data
Titik
letak

Titik

theodolite
A
A-F
A-B
B
B-A
B-C
C
C-B
C-D
D
D-C
D-E
E
E-D
E-F
F

F-A

BA

BT

BB

HA

158

154.5

151

102
96.1
148.5 144.8

94.2
141

90
90
90
90
90
90
90
90
90
90

7m
7,5 m
7,5 m
9,19 m
9,19 m
5,8 m
5,8 m
4,47 m
4,47 m
4,69 m

90

7m

143.2

140

137.8

0
144o2835
0
77o2525
0
115o3415
0
128o6345
0
148o5135

100

96.5

93.3

103o5750

134.8 130 125.4


120 115.5 111
131.2 127.5 125.6
127.2 124.2 121.2
168.9 166.5 164.2
100.4 98.2
96

1. Sudut dalam sebelum koreksi


TITIK
BESAR SUDUT DALAM
144o2835
A
B
77o2525
C
1153415''
D
12863'45''
E
14851'35''
F
10357'50''
JUMLAH SUDUT DALAM = 71921'25''

2. Koreksi Sudut

Poligon segi-n

VA d lapangan

R = (n-2) x 180 = (6-2) x 180 = 720

Faktor koreksi

F = (720 - 71921'25'')/6 = 06' 25,83''


3. Sudut setelah dikoreksi
TITIK
A
B
C
D
E
F

BESAR SUDUT DALAM TERKOREKSI


14435'0.83''
7731'50.83''
11540'40.83''
12910'10.83''
14858'0.83''
1044'15.83''
JUMLAH SUDUT DALAM =720

4. Sudut Jurusan
TITIK
A-B
B-C
C-D
D-E
E-F
F-A

BESAR SUDUT JURUSAN


00 '0''
N 102289.17 E
S 1312' 31.68'' E
S 37 17' 17.47'' W
S 68 39' 16.67'' W
N 35 24' 59.14'' W

Pengolahan data jarak


1. Proyeksi terhadap sumbu X
dij x = Lij sin ij

ij = Sudut Jurusan
Ketentuan : East ( E ) = +

West ( W ) = -

Titik

Lij ( m )

ij

Hasil ( dij x)

AB

7,5

00 '0''

BC

9,19

N 102289.17 E

8,97

CD

5,8

S 1312' 31.68'' E

2,1

DE

4,47

S 37 17' 17.47'' W

-2,73

EF

4,69

S 68 39' 16.67'' W

-4,37

FG

N 35 24' 59.14'' W

-4,06

38.65

-0,09

2. Proyeksi terhadap sumbu Y


dij y = Lij cos ij
ij = Sudut Jurusan
Ketentuan : North ( N ) = +

South ( S ) = -

Titik

Lij ( m )

ij

Hasil ( dij y)

AB

7,5

00 '0''

7.5

BC

9,19

N 102289.17 E

-1.98

CD

5,8

S 1312' 31.68'' E

-5,65

DE

4,47

S 37 17' 17.47'' W

-2,73

EF

4,69

S 68 39' 16.67'' W

-1,71

FG

N 35 24' 59.14'' W

38.65

Perhitungan kesalahan

5,7
-4,39

d
lapangan
7m
7,5 m
7,5 m
9,19 m
9,19 m
5,8 m
5,8 m
4,47 m
4,47 m
4,69 m
7m

d optis

Kesalahan (%)

70
78
75
94
90
56
60
47
44
54

0
4
0
2,28
2,07
3,45
3,45
5,14
1,57
15,14

67

4,29

B. Pembahasan
Pertama-tama hal yang harus dilakukan adalah mempersiapkan peralatan yang
dibutuhkan untuk melakukan pengukuran. Peralatan yang dibutuhkan adalah theodolit, patok,
payung, rambu, tripod, dan meteran. Hal selanjutnya yang harus di lakukan adalah menentukan
titik mula, yaitu titik A, dan menentukan ke 5 titik lainnya yaitu titik B, C, D, E, dan F. Atur
posisi theodolite pada titik A, seperti mengatur posisi gelembung nivo agar tepat berada di
tengah-tengah, tembakan ke titik sebelum titik acuan (F) dengan sudut horizontal awal
000000 dan sudut vertikal 900000.
Ukur jarak dari titik A ke F, kemudian putar theodolite ke titik B untuk dibidik sehingga
diperoleh data sudut dalam di titik A lalu ukur jarak antara titik A dengan titik B. Pada
pengukuran ini hal yang harus kita perhatikan adalah arah putaran theodolite harus selalu searah
jarum jam dan harus mengukur tinggi alat di setiap titik tembak.
Hal yang selanjutnya dilakukan adalah memindahkan theodolite ke titik B dengan
membidik titik A seperti langkah-langkah diatas. Hal lain yang harus selalu diingat adalah sudut
horizontal harus selalu 000000 dan sudut vertikal pun harus selalu 900000. Kemudian bidik
ke titik C, catat besar sudut horizontal dan jarak dari B ke C. Demikian seterusnya dengan
langkah yang sama di setiap titik yang telah ditentukan.
Pengukuruan yang dilakukan adalah untuk mendapatkan sudut dalam tiap titik, sudut
jurusan, dan jarak antar titik yang membentuk poligon. Koordinat titik akan diperoleh dari hasil
pengolahan jarak. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menghitung sudut dalam, contohnya

jika titk tembak berada di titik A berarti untuk mencari sudut dalam A dapat dikurangin dengan
360 dengan sudut hasil bidikan dari titik F ke B. Hal tersebut pun berlaku untuk menentukan
sudut dalam di titik-titik yang lain.
Penentuan sudut bearing dapat dibantu dengan gambar yang menggunakan skala tertentu
dan dapat diperiksa kebenarannya dari hasil perhitungan. Pada pengukuran di lapangan sudut
dalam yang diperoleh tidak sama dengan standarnya, yaitu 720. Sementara hasil pengukuran
yang di dapat dilapangan adalah 7192125. Ini membuktikan bahwa hasil pembidikan ada
yang tidak tepat karena disebabkan beberapa faktor kesalahan. Agar poligon tersebut mempunyai
sifat sebagai poligon tertutup maka diperlukan adanya proses faktor koreksi. Berdasarkan
pengolahan data yang telah dilakukan, faktor koreksi sudutnya sebesar 06' 25,83''. Berikut
gambar poligin setelah koreksi sudut:

Gambar sketsa poligon


Hal yang selanjutnya dilakukan adalah mencari besar sudut jurusan. Untuk menentukan
sudut jurusan, mula-mula kita tentukan arah utara dengan bantuan gambar dan data sudut dalam.
Fungsi dari sudut jurusan ini adalah untuk menunjukan keakuratan dari jarak yang telah kita
hitung sebelumnya dengan meteran. Sudut jurusan didapat dengan cara menambahkan sudut
yang di dapat pada saat pengukuran dilapangan dengan faktor koreksi sudut sebesar 06' 25,83''.
Pengolahan data jarak dapat dilakukan setelah besar sudut jurusan diketahui.
Adapun, dari pengolahan data diperoleh kordinat poligon adalah sebagai berikut :

Titik
A-B
B-C
C-D

X
0
8,97
2,1

Y
7.5
-1.98
-5,65

D-E
E-F
F-G

-2,73
-4,37
-4,06

-2,73
-1,71
5,7

Pengolahan data jarak akan menghasilkan proyeksi pada sumbu x dan proyeksi pada
sumbu y. Untuk mencari proyeksi pada sumbu x di setiap titik d ij x = Lij sin ij dengan ij = Sudut
Jurusan dan dij x = -0,09. Sedangkan untuk mencari proyeksi pada sumbu y di setiap titik dij y =
Lij cos ij dengan ij = Sudut Jurusan dan dij y = -4,39.

BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Kerangka dasar mendatar pemetaan dengan pengukuran poligon dapat dibuat dengan
menggunakan theodolite.
2. Poligon adalah garis lurus yang menghubungkan titik-titik di permukaan bumi.
3. Pengukuran dilapangan menghasilkan sudut dalam sebesar 7192125 dan faktor koreksi sudut
sebesar 0625,83.
4. Dengan menentukan besar sudut dalam, baik secara azimuth maupun bearing, kita dapat
menentukan koordinat tiap titik sehingga kita dapat memperoleh bentuk poligon. Setiap titik
dalam rangkaian akan menjadi acuan bagi penentuan koordinat titik-titik sekitarnya.
5. Berdasarkan dari hasil pengolahan data jarak dihasilkan nilai d ij x = -0,09 dan nilai dij y =
-4,39.
B. Saran
Guna tercapainya keberhasilan dalam pengukuruan yang dilakukan agar tidak terjadi
banyak error atau selisih error terlalu jauh. Sebelum melakukan pengukuran hendaknya dipelajari
dahulu teori-teori yang nanti tentang pengukuruan. Dalam penggunaan alat hendaknya
diperhatikan ketentuan-ketentuan penggunaannya untuk menghindari terjadinya kerusakan dan
kesalahan pengukuran. Serius dan teliti dalam melakukan kegiatan pengukuran agar kesalahan
dapat diminimalkan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1999. Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah I. Yogyakarta: Laboratorium Ilmu Ukur Tanah
Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik UGM.
Batara, Y. D. Ilmu Ukur Tanah. Banjarmasin: Jurusan Teknik Geodesi. Politeknik Negeri Banjarmasin.
Basuki, S. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Jurusan Geodesi Universitas Gajah Mada.
Mulyo, Jarot dan Supriatna. 2008. Modul Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Depok: Fakultas MIPA Universitas
Indonesia.
Purwaamijaya, Iskandar Muda. 2008. Teknik Survei dan Pemetaan. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Suharto.

2011.

Pekerjaan

Survei

dan

Pemetaan.

http://www.indahnyabelajar.wordpress.com/2011/07/17/pekerjaan-survei-dan-pemetaan/.
Diakses tanggal 6 November 2011
Tim Penyusun Modul Praktikum Ilmu Ukur Tanah. 2010. Pedoman Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Depok :
Laboratorium Survey dan Pemetaan, Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
Wongsotjitro, Soetomo. 1980. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Diposkan 14th February 2012 oleh I Putu Yuliawan APP

EnginEer berBagi Info


1.
Feb
14

ANALISA KEKUATAN BAHAN pada


KURSI BERBAHAN KAYU
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kayu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, dan kebutuhannya akan
selalu meningkat dari tahun ke tahun. Dengan demikian maka penyediaannya harus
sejalan agar tidak terjadi kekurangan bahan baku. Penyediaan kayu dari hutan alam
relatif sukar untuk ditaksir, sementara penyediaan dari hutan tanaman lebih mudah,
upaya melalui pembuatan hutan tanaman industri merupakan langkah yang positif.
Kayu merupakan salah satu jenis komoditi hasil hutan yang banyak
dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai keperluan, mulai dari yang sederhana
(korek api, peti sabun) sampai kepada bahan lux atau mewah (furniture, bahan interior
kapal dan bangunan, ukiran, dll) serta bahan bangunan.
Didalam kebijaksanaan peningkatan pengolahan hasil hutan oleh industri
kemampuan sumber daya hutan dalam memenuhi kebutuhan bahan baku industri harus
mendapatkan perhatian yang lebih, agar industri-industri pengolahan kayu yang ada tetap
berperan dimasa mendatang.
Kayu sebagai bahan bangunan diisyaratkan mempunyai kekuatan tertentu,
terutama mengenai sifat fisik/mekaniknya. Dengan diketahuinya kekuatan untuk jenis kayu
tertentu,

maka

konsumen

akan

memilih

jenis

kayu

yang

tepat

sesuai

penggunaannya. Sifat fisik/mekanik kayu yang penting adalah berat jenis, kembang susut,

kadar air dan kekuatan mekanik.


Setiap jenis kayu mempunyai ciri tersendiri baik sifat kimia, fisik/mekaniknya.
Sebagai contoh kayu jenis fast growing spesies mempunyai sifat mekanik yang lebih lemah
jika dibandingkan dengan jenis non fast growing spesies, karena kondisi set-set kayunya
berbeda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan kayu diantaranya adalah: faktor
biologis (microorganisme yang menyerang kayu), kadar air, berat jenis kayu. Faktor-faktor
tersebut pada dasamya dapat dimanipulasi sehingga upaya pencegahan gangguan
kekuatan kayu dapat dipertahankan, misalnya upaya pengawetan dengan zat kimia,
pengeringan dan manipulasi percepatan tumbuh.
Mengenai komponen kimia kayu mempunyai arti yang penting karena dapat
mengetahui penggunaan suatu jenis kayu dan dapat digunakan untuk membedakan
sesuatu jenis kayu yang secara anatomis sukar sekali untuk dibedakan. Susunan kimia
kayu dapat digunakan sebagai identifikasi kekuatan sesuatu jenis kayu terhadap
serangga atau jamur perusak. Disamping itu dapat pula digunakan untuk mengatur
pengerjaan atau perlakuan dalam pengolahan untuk mendapatkan hasil yang optimal.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana analisis kekuatan bahan kayu terhadap beban maksimal yang diberikan
padanya?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui tegangan dan beban maksimal yang dapat ditahan oleh kayu jika
digunakan pada pembuatan kursi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat Mekanik Kayu


Sifat-sifat kayu yang penting sehubungan dengan penggunaannya meliputi
sifat fisik, sifat mekanik, sifat kimia dan keawetan alami. Sifat kayu yang erat
kaitannya dengan kekuatan kayu adalah sifat mekanik kayu. Kekuatan dan ketahanan
terhadap perubahan bentuk suatu bahan disebut sebagai sifat-sifat mekaniknya
(Haygreen dan Bowyer, 1993). Ketahanan terhadap perubahan bentuk menentukan
banyaknya bahan yang dimanfaatkan, terpuntir atau terlengkungkan oleh sesuatu beban
yang mengenainya. Perubahan-perubahan bentuk yang terjadi segera sesudah beban
dikenakan dan dapat dipulihkan jika beban dihilangkan disebut peubahan bentuk
elastis. Sebaliknya jika perubahan bentuk berkembang perlahan-lahan sesudah dikenakan,
disebut reologis atau tergantung waktu.
Istilah kekuatan sering digunakan dalam arti umum untuk menyatakan semua sifat
mekanik. Hal ini dapat menyebabkan kekacauan karena banyak terdapat tipe-tipe kekuatan
dan sifat elastik yang berbeda-beda. Kayu yang relatif kuat sehubungan dengan satu
kekuatan mungkin tingkatnya lebih rendah pada sifat yang lain apabila dibandingkan
dengan spesies yang lain. Sifat-sifat mekanik kayu yang penting diketahui kaitannya
dengan kekuatan kayu, yaitu :
1. Kekuatan lengkung (MOR): menentukan beban yang dapat dipikul suatu gelagar.
2. Kekuatan tekan sejajar serat: menentukan beban yang dapat dipikul suatu tiang
atau pancang yang pendek.
3. Tekanan tegak lurus serat: penting dalam rancangan sambungan-sambungan
antara siku-siku kayu dalam suatu bangunan dan pada penyangga gelagar.

4. Kekuatan tarik sejajar serat: penting untuk siku bawah (busur) pada penopang
kayu dan dalam rancangan sambungan antara siku-siku bangunan.
5. Kekuatan geser sejajar serat: sering menentukan kapasitas beban yang dapat
dipikul oleh gelagar pendek.
6. Keuletan: ukuran banyaknya kerja yang dikeluarkan untuk memecahkan contoh
uji kecil dengan pukulan.
7. Kekenyalan: diukur dengan banyaknya energi yang diserap apabila sepotong kayu
dibengkokkan dalam kisaran elastisitasnya.
8. Kekerasan sisi: berhubungan dengan ketahanannya terhadap lekukan seperti untuk
rantai.
9. Usaha sampai beban maksimal: ukuran energi yang diserap oleh contoh-contoh uji
kecil dibengkokkan perlahan-lahan.
10. Modulus elastisitas: ukuran ketahanan terhadap pembengkokan, yaitu
berhubungan langsung dengan kekauan gelagar juga suatu faktor untuk kekuatan
tiang yang panjang.
11. Modulus elastis (MOE) sejajar serat (Modulus Young): ukuran ketahanan
terhadap pemanjangan atau pemendekan suatu contoh uji dibawah tarikan atau
tekanan.
Sifat mekanis kayu merupakan ukuran ketahanan kayu terhadap gaya luar yang
cenderung merubah bentuk benda. Ketahanan kayu tersebut tergantung pada besarnya
gaya dan cara pembebanan (tarik, tekan, geser, pukul). Kayu menunjukan perbedaan sifat
mekanis dalam arah pertumbuhan yang berbeda (aksial, radial, dan tangensial) (Tsoumis
1991). Beberapa sifat mekanis yang diuji adalah:
1. Modulus Elastisitas (MOE)
Tsoumis (1991) menyatakan bahwa elastisitas adalah sifat benda yang mampu
kembali ke kondisi semula dalam bentuk dan ukurannya ketika beban yang mengenainya
dihilangkan. Nilai modulus elastisitas kayu bervariasi antara 2500 17000 N/mm 2. Nilai
modulus elastisitas berbeda pada ketiga arah pertumbuhannya. Pada arah transversal
modulus elastisitas hanya berkisar 300 600 N/mm2, sedangkan perbedaan untuk arah
radial dan tangensial tidak nyata.
2. Kekuatan lentur (MOR)

Kekuatan lentur statis merupakan salah satu sifat mekanis yang sangat penting.
Kekuatan lentur kayu biasanya dinyatakan dengan modulus patah. Modulus patah
bervariasi antara 55 160 N/m2. Nilai kekuatan lentur ini menunjukan kecenderungan
yang sama dengan kekuatan tarik aksial sehingga modulus patah dapat digunakan sebagai
petunjuk kekuatan tarik aksial jika data nilai kekuatan tersebut tidak tersedia. Kekuatan
lentur kayu lebih rendah dibandingkan logam tetapi lebih tinggi dari kebanyakan bahan
non logam (Tsoumis 1991).
3. Kekuatan Tekan
Menurut Tsoumis (1991), kekuatan tekan adalah kemampuan kayu untuk
menahan beban atau tekanan yang berusaha memperkecil ukurannya. Kekuatan tekan
aksial lebih tinggi dari kekuatan tekan transversal (sampai 15 kali). Pada kayu lunak
kekuatan tekan pada arah tangensial lebih tinggi daripada radial, sedangkan untuk kayu
keras kekuatan tekan radial lebih tinggi dibandingkan tangensialnya. Kekuatan tekan
kayu pada arah aksial lebih rendah dibandingkan dengan logam, tetapi jika dibandingkan
dengan bahan konstruksi lainnya kekuatan tekan kayu lebih tinggi.
4. Rasio Poisson
Rasio poisson atau poissons ratio () ialah perbandingan antara regangan pasif
dan regangan aktif. Regangan pasif ialah deformasi kayu tegak lurus gaya terpakai,
sedangkan regangan aktif ialah deformasi kayu searah gaya terpakai (Bodig & Jayne,
1993). Rasio poisson merupakan salah satu sifat elastis kayu, dan digunakan untuk
mengetahui seberapa besar elastisitas suatu bahan yang terjadi akibat adanya beban
ataupun tegangan yang menyebabkan adanya pergeseran struktur atau regangan (USDA,
1999). Selain itu juga rasio Poisson digunakan untuk memperoleh nilai keamanan /
kekuatan suatu bahan. Nilai rasio Poisson suatu bahan yang tinggi menunjukan bahwa
bahan tersebut elastis, sedangkan jika nilai rasio Poisson suatu bahan yang rendah
menandakan bahwa benda tersebut memiliki kekakuan yang tinggi. Nilai rasio Poisson
berkisar antara 0 < < 0,5, untuk beton 0,1, karet 0,5, aluminium 0,16, kuningan 0,26,
tembaga 0,32, besi 0,27, baja 0,19 (Dede 2008).

2.2 Kelas Kekuatan Kayu


Di dalam Vademecum Kehutanan Indonesia, kelas kekuatan kayu didasarkan pada
berat jenis, keteguhan lengkung mutlak (klm) dan keteguhan tekan mutlak (ktm), dan dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1 : Kelas Kekuatan Kayu

Kekuatan kayu terhadap gaya tekanan (sejajar serat) disebut daya tegang kayu.
Tegangan adalah gaya yang tersebar persatuan luas dan dinyatakan dalam psi (pon per inci
persegi) atau dalam Pascal (newton per meter kwadrat). Apabila suatu gaya dikenakan
pada suatu suku (benda), maka akan terjadi tegangan-tegangan internal. Tegangan ini
memiliki atau mengubah bentuk ukuran benda tersebut. Perubahan panjang per satuan
panjang dalam arah tekanan disebut regangan.
MOE dapat juga dihitung berdasarkan uji keteguhan lengkung. Untuk

mengerjakannya gelagar diberi beban sedang dan defleksinya diukur. Dari data ini
MOE dapat dihitung dengan menggunakan hubungan yang telah dikenal antara MOE,
ukuran gelagar, bentangan, beban, dan defleksinya. Cara ini umum untuk menentukan
MOE kayu utuh, partikel, dan produk-produk serat. Ini merupakan pengujian yang
lebih sederhana yang dapat dilakukan dan lebih dekat dengan hubungannya dengan
kebanyakan situas daripada MOB yang ditentukan dari uji tarik dan tekan. Untuk contoh
uji yang dibebani dengan beban yang terpusat pada tengahtengah bentangan dan
disangga pada ujung-ujungnya. MOB dapat dihitung sebagai berikut: (Haygreen dan
Bowyer, 1993).

MOE = PL 3/48 ID (psi)


dimana :
P = beban dalam pon (di bawah batas proposi)
D = defleksi pada tengah-tengah bentangan dalam inci akibat dari P L = bentangan dalam
inci
I = momen inersia, suatu fungsi ukuran gelagar (lebar x tinggi 3)/12 untuk gelagar
dengan potongan melintang empat persegi panjang, dihitung dengan bersamaan.
Keteguhan lengkung kayu utuh dan produk-produk asal kayu biasanya
dinyatakan dalam istilah Modulus Patah (MOR). I dihitung dari beban maksimum
(beban pada saat patah) dalam uji keteguhan lengkung, dengan menggunakan cara
pengujian yang sama seperti untuk menentukan MOE. Untuk contoh dengan
penampang melintang empat persegi panjang MOR dihitung dengan persamaan :

MOR = 1,5 PL/db2 psi

dimana :
P = beban maksimum pematah dalam pon
L = jarak penyangga (bentangan) dalam inci b = lebar gelagar (inci)
d = tebal gelagar (inci)
Persamaan ini hanya syah apabila gelagar empat persegi panjang disangga
secara bebas pada kedua ujungnya dan dibebani pada tengah-tengah bentangan.
2.3 Hubungan Antara Kekuatan Kayu Dengan Berat Jenis
Kekuatan kayu sangat erat kaitannya dengan berat jenis. Semakin besar berat jenis
kayu maka semakin kuat kayu tersebut. Hubungan antara sifat-sifat mekanik dan berat jenis
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2 : Hubungan antara sifat-sifat dan berat jenis kadar air 12%

Tabel di atas menunjukkan sejumlah kekuatan dan berat jenis yang ditetapkan oleh
laboratorium hasil hutan Amerika Serikat dengan menguji 160 spesies. Dapat dilihat
bahwa sifat-sifat seperti MOE dalam lengkungan dan keteguhan tekan maksimum
sejajar serat naik secara linear dengan berat jenis. Hubungan untuk sifatsifat yang lain
adalah fungsi pangkat. Jadi sebagian sifat-sifat naik dengan berat jenis jauh lebih cepat
daripada yang lain.

2.4 Tegangan normal


Daripada berbicara tentang gaya internal yang bekerja pada beberapa luasan
elemen yang kecil, lebih baik, untuk tujuan perbandingan, kita memperlakukan gaya
normal yang bekerja pada suatu unit luasan pada penampang melintang. Intensitas gaya
normal per unit luasan disebut tegangan normal dan dinyatakan dalam unit gaya per unit
luasan, misalnya lb/in2, atau N/m2. Apabila gaya-gaya dikenakan pada ujung-ujung
batang sedemikian sehingga batang dalam kondisi tertarik, maka terjadi suatu tegangan

tarik pada batang; jika batang dalam kondisi tertekan maka terjadi tegangan tekan. Perlu
dicatat bahwa garis aksi dari gaya yang bekerja adalah melalui pusat setiap bagian
penampang melintang batang.
Gaya per satuan Luas disebut juga sebagai tegangan. Secara matematis ditulis :

Satuan tegangan adalah N/m2 (Newton per meter kuadrat)

2.5 Regangan normal


Kita misalkan suatu spesimen telah ditempatkan pada mesin tes tekan-tarik dan
gaya tarikan diberikan secara gradual pada ujung-ujungnya. Perpanjangan pada gage
dapat diukur seperti dijelaskan diatas untuk setiap kenaikan tertentu dari beban aksial.
Dari nilai-nilai ini, perpanjangan per unit panjang yang biasa disebut regangan normal
dan diberi simbol dengan , dapat diperoleh dengan membagi total pertambahan panjang
l dengan panjang gage L, yaitu

Regangan biasanya dinyatakan meter per meter sehingga secara efektif tidak berdimensi.
Regangan
Regangan merupakan perbandingan antara perubahan panjang dengan panjang
awal. Secara matematis ditulis :

Karena L sama-sama merupakan dimensi panjang, maka regangan tidak


mempunyai satuan (regangan tidak mempunyai dimensi). Regangan merupakan ukuran
perubahan bentuk benda dan merupakan tanggapan yang diberikan oleh benda terhadap
tegangan yang diberikan. Jika hubungan antara tegangan dan regangan dirumuskan
secara matematis, maka akan diperoleh persamaan berikut :

Ini adalah persamaan matematis dari Modulus Elastis (E) alias modulus Young
(Y). Jadi modulus elastis sebanding dengan Tegangan dan berbanding terbalik Regangan.
Di bawah ini adalah daftar modulus elastis dari berbagai jenis benda padat

2.6 Kurva tegangan-regangan


Sebagaimana beban aksial yang bertambah bertahap, pertambahan panjang
terhadap panjang gage diukur pada setiap pertambahan beban dan ini dilanjukan sampai
terjadi kerusakan (fracture) pada spesimen. Dengan mengetahui luas penampang awal
spesimen, maka tegangan normal, yang dinyatakan dengan , dapat diperoleh untuk
setiap nilai beban aksial dengan menggunakan hubungan

Gb. 1-1

Gb. 1-2

Gb. 1-3

Gb. 1-4

Gb. 1-5

dimana P menyatakan beban aksial dalam Newton dan A menyatakan luas penampang
awal (m2). Dengan memasangkan pasangan nilai tegangan normal dan regangan normal
, data percobaan dapat digambarkan dengan memperlakunan kuantitas-kuantitas ini
sebagai absis dan ordinat. Gambar yang diperoleh adalah diagram atau kurva teganganregangan. Kurva tegangan-regangan mempunyai bentuk yang berbeda-beda tergantung
dari bahannya. Gambar 1-1 adalah kurva tegangan regangan untuk baja karbon-medium,
Gb. 1-2 untuk baja campuran, dan Gb. 1-3 untuk baja karbon-tinggi dengan campuran
bahan nonferrous. Untuk campuran nonferrous dengan besi kasar diagraxmnya
ditunjukkan pada Gb. 1-4, sementara untuk karet ditunjukkan pada Gb. 1-5.

2.7 Hukum Hooke


Untuk bahan-bahan yang mempunyai kurva tegangan-regangan dengan
bentuk seperti Gb. 1-1, 1-2, dan 1-3, dapat dibuktikan bahwa hubungan teganganregangan untuk nilai regangan yang cukup kecil adalah linier. Hubungan linier antara
pertambahan panjang dan gaya aksial yang menyebabkannya pertama kali dinyatakan
oleh Robert Hooke pada 1678 yang kemudian disebut Hukum Hooke. Hukum ini
menyatakan

dimana E menyatakan kemiringan (slope) garis lurus OP pada kurva-kurva Gb. 1-1, 1-2
dan 1-3.

BAB III
PEMBAHASAN

Studi kasus yang ingin kita bahas yakni deformasi aksial kau yang terjadi
pada kursi yang memiliki luas penampang sebesar 1,2 m 2 dengan beban W sebesar
10 kN. Modulus elastisitas batang besi itu E adalah sebesar 10 x 10 9 Pa dan panjang
batang adalah 30 cm. Antara panjang batang kaki dengan alas duduk membentuk
sudut 90o.

Pertama kita harus menghitung besar tegangan batang besi tersebut dengan
persamaan:

T sin 90o 10kN = 0


T = 10kN/1
T= 10 kN

Jika kita telah mendapatkan tegangan batang besi tersebut kita dapat menghitung
besarnya deformasi dengan rumus:

Dimana

adalah

gaya

yang

bekerja

pada

batang

kita

dapat

mengasumsikannya adalah tegangan batang besi tadi. L adalah adalah panjang


batang. A adalah luas penampang besi dan E adalah modulus elatisitas besi yang
telah diketahui dalam soal studi kasus ini. Lalu kita masukan data yang telah
diberikan dan kalkulasikan. Maka mendapatkan hasil;
= (10 kN) (0,3 m)/ (1,2 m2) (10 x 109 Pa)
= (3 kNm)/ (12 x109 kN)
= 0,25 x10-9 m
Maka deformasi (pertambahan panjang batang besi) yang dihasilkan pada
batang kayu tersebut adalah sebesar 0,25 x10-9 m.
Selanjutnya menghitung elastisitas kayu yang bekerja pada kursi tersebut.
Dengan rumus:

E = (10 kN/ 1,2 m2)/ (0,25 x10-9 m/ 0,3 m)


E = (8,33 kN/m2)/ (0,833 x10-9)
E = 10 x109 kN/m2

E = 10 x109 Pa
Pada perhitungan di atas didapat bahwa deformasi yang terjadi pada batang
kayu kursi yang menahan beban sebesar 10 kN adalah sebesar 0,25 x10-9 m. Maka
dapat disimpulkan batang besi yang menopang beban sebesar 10 kN dengan luas
penampang batang tersebut sebesar 1,2 m2 dan panjangnya 0,3 m. Batang besi
tersebut mampu menopang beban sebesar 10 kN. Hal ini dapat dilihat dari modulus
elastisitas dan tegangan dari batang besi tersebut. Didapat juga besar elastisitas
dari kayu pada kursi tersebut yakni 10 x 109 Pa. Dimana apabila beban diberikan
pada kayu tersebut melebihi ME nya maka kayu tersebut tidak mampu menahan
beban tersebut.
Kekuatan tekan adalah kemampuan kayu untuk menahan beban atau tekanan yang
berusaha memperkecil ukurannya. Kekuatan tekan aksial lebih tinggi dari kekuatan tekan
transversal (sampai 15 kali). Pada kayu lunak kekuatan tekan pada arah tangensial lebih
tinggi daripada radial, sedangkan untuk kayu keras kekuatan tekan radial lebih tinggi
dibandingkan tangensialnya. Kekuatan tekan kayu pada arah aksial lebih rendah
dibandingkan dengan logam, tetapi jika dibandingkan dengan bahan konstruksi lainnya
kekuatan tekan kayu lebih tinggi.
Kekuatan lentur kayu biasanya dinyatakan dengan modulus patah. Modulus patah
bervariasi antara 55 160 N/m2. Nilai kekuatan lentur ini menunjukan kecenderungan
yang sama dengan kekuatan tarik aksial sehingga modulus patah dapat digunakan sebagai
petunjuk kekuatan tarik aksial jika data nilai kekuatan tersebut tidak tersedia. Kekuatan
lentur kayu lebih rendah dibandingkan logam tetapi lebih tinggi dari kebanyakan bahan
non logam

BAB IV
KESIMPULAN

1. Sifat mekanis kayu merupakan ukuran ketahanan kayu terhadap gaya luar yang
cenderung merubah bentuk benda. Ketahanan kayu tersebut tergantung pada besarnya
gaya dan cara pembebanan (tarik, tekan, geser, pukul).
2. Kayu memiliki modulus elastisitas (ME) yaitu 10 x 109 N/m2.
3. Ketahanan terhadap perubahan bentuk menentukan banyaknya bahan yang
dimanfaatkan, terpuntir atau terlengkungkan oleh sesuatu beban yang mengenainya.
4. Kayu dapat menahan beban apabila tidak melebihi standar ME yang dimilikinya.
5. Kekuatan tekan adalah kemampuan kayu untuk menahan beban atau tekanan yang
berusaha memperkecil ukurannya. Kekuatan tekan aksial lebih tinggi dari kekuatan
tekan transversal (sampai 15 kali).

DAFTAR PUSTAKA

Hariandja, Binsar. 1997. Mekanika Bahan dan Pengantar Teori Elastisitas. Jakarta:
Erlangga.
Karlinasari, L. 2007. Analisis kekakuan kayu berdasarkan pengujian nondestruktif
metode gelombang ultrasonik dan kekuatan lentur kayu berdasarkan pengujian
destruktif. [Disertasi]. Bogor: Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB.
Kamarwan, Sidharta S. 1995. Mekanika Bahan Bagian dari Mekanika Teknik. Universitas
Indonesia.
Diposkan 14th February 2012 oleh I Putu Yuliawan APP
2.
Feb
14

PENGARUH KECEPATAN ALIRAN


AIR PADA SISTEM IRIGASI DI
LAHAN PERTANIAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hidrolika adalah bagian dari hidromekanika (hydro mechanics) yang


berhubungan dengan gerak air. Ditinjau dari mekanika aliran, terdapat dua macam aliran
yaitu aliran saluran tertutup dan aliran saluran terbuka. Dua macam aliran tersebut
dalam banyak hal mempunyai kesamaan tetapi berbeda dalam satu ketentuan penting.
Perbedaan tersebut adalah pada keberadaan permukaan bebas; aliran saluran terbuka
mempunyai permukaan bebas, sedang aliran saluran tertutup tidak mempunyai
permukaan bebas karena air mengisi seluruh penampang saluran. Dengan demikian
aliran saluran terbuka mempunyai permukaan yang berhubungan dengan atmosfer,
sedang aliran saluran tertutup tidak mempunyai hubungan langsung dengan tekanan
atmosfer.
Aliran air yang ada di alam ini memiliki bentuk yang beragam, karena berbagai
sebab dari keadaan alam baik bentuk permukaan tempat mengalirnya air juga akibat arah
arus yang tidak mudah untuk digambarkan. Aliran air yang ada di alam ini memiliki
bentuk yang beragam, karena berbagai sebab dari keadaan alam baik bentuk permukaan
tempat mengalirnya air juga akibat arah arus yang tidak mudah untuk digambarkan.
Misalnya aliran sungai yang sedang banjir, air terjun dari suatu ketinggian tertentu, dan
sebagainya. Contoh yang disebutkan di bagian depan memberikan gambaran mengenai
bentuk yang sulit dilukiskan secara pasti. Namun demikian, bila kita kaji secara
mendalam maka dalam setiap gerakan partikel tersebut akan selalu berlaku hukum ke-2
Newton. Oleh sebab itu, agar kita labih mudah untuk memahami perilaku air yang
mengalir diperlukan pemahaman yang berkaitan dengan kecepatan (laju air) dan
kerapatan air dari setiap ruang dan waktu. Bertolak dari dua besaran ini aliran air akan
mudah untuk dipahami gejala fisisnya, terutama dibedakan macam-macam alirannya.
Aktivitas dan operasional usaha tani di lahan pertanian sangat tergantung pada
sistem tata air. Air adalah bahan alami yang secara mutlak diperlukan tanaman dalam
jumlah cukup pada saat yang tepat. Sehingga diperlukan suatu pengairan untuk mengairi
lahan pertanian yang sering kita kenal dengan sebutan irigasi. Irigasi dimaksudkan untuk
memberikan suplai air kepada tanaman dalam waktu, ruang, jumlah, dan mutu yang tepat.
Pencapaian tujuan tersebut dapat dicapai melalui berbagai teknik pemberian air irigasi.
Rancangan pemakaian berbagai teknik tersebut disesuaian degan karakteristik tanaman
dan kondisi setempat. Agar pemberian air tersebut dapat berjalan dengan dengan dan
tidak ada waktu yang terbuang percuma maka kecepatan aliran air harus diperhatikan.
Kecepatan aliran ini ada kaitanya dengan debit air yang akan di alirkan oleh para petani
pada saat irigasi dilakukan.
Kemajuan ilmu dan teknologi senantiasa memperluas batas-batas yang dapat
dicapai dalam bidang keirigasian. Manusia mengembangkan ilmu alam, ilmu dan juga
hidrolika yang meliputi statika dan dinamika benda cair. Semua ini membuat
pengetahaun tentang irigasi bertambah lengkap.
Irigasi merupakan alternatif sistem pemanfaatan air secara efisien yang sering
digunakan sebagai proses pengairan lahan pertanian. Sistem pembangunan infrastruktur
irigasi membutuhkan lahan yang cukup luas pada proses penataan dan pengelolaannya.
Dalam hal ini, hutan merupakan pilihan lahan yang seringkali dijadikan sebagai pengalih

fungsian untuk pembuatan sluran irigasi. Semakin besar dan luasnya saluran irigasi yang
dibangun maka semakin banyak pula lahan yang harus dikorbankan. Untuk memenuhi
kebutuhan pembuatan irigasi tersebut, banyak pohon-pohon yang harus ditebang
sehingga terjadilah penggundulan hutan yang tidak terkendalikan.
Dalam pengelolaan lingkungan hidup, kondisi pada saat ini menunjukkan terjadi
penurunan kualitas dan daya dukung lingkungan yang signifikan. Hilangnya berbagai
species keanekaragaman hayati juga menjadi cerminan degradasi daya dukung
lingkungan. Penurunan kualitas dan daya dukung lingkungan juga dipengaruhi oleh
kerusakan lingkungan global. Salah satu fenomena perubahan iklim adalah gejala
pemanasan global (global warming) yang terjadi akibat bertambahnya jumlah gas
buangan di atmosfir yang dihasilkan oleh kegiatan pertanian, industri, dan transportasi.
Kondisi sumber daya alam dan lingkungan hidup di atas dihadapkan pada berbagai
permasalahan yang meliputi aspek pemanfaatan SDA yang bersifat eksploitatif, boros dan
tidak efisien (Anonim 2008).
Oleh karena itu, penataan dan proses pengelolaan bangunan saluran irigasi perlu
direncanakan dan disesuaikan dengan kondisi yang ramah lingkungan. Sebagai alternatif
penataan irigasi yang tetap memprioritaskan adanya penghijauan lingkungan diperlukan
upaya mitigasi dan adaptasi. Adaptasi terhadap dampak perubahan iklim adalah salah satu
cara penyesuaian yang dilakukan secara spontan atau terencana untuk memberikan reaksi
terhadap perubahan iklim yang diprediksi atau yang sudah terjadi. Mitigasi adalah
kegiatan jangka panjang yang dilakukan untuk menghadapi dampak dengan tujuan untuk
mengurangi resiko atau kemungkinan terjadi suatu bencana.
Irigasi dibutuhkan orang untuk beberapa fungsi. Fungsi pertama adalah untuk
menambahkan air atau lengas tanah ke dalam tanah untuk memasok kebutuhan air bagi
pertumbuhan tanaman. Kemudian air irigasi juga dipakai untuk menjamin ketersediaan
air atau lengas apabila terjadi betatan (dry spell), menurunkan suhu tanah, pelarut garamgaram dalam tanah, untuk mengurangi kerusakan karena frost (jamur upas), untuk
melunakkan lapis keras tanah (hard pan) dalam pengolahan tanah.
Apabila disebutkan tentang sistem irigasi bayangan orang selalu dibawa pada
suatu bangunan fisik berupa bendung, dam, ataupun saluran yang membawa air untuk
mengairi tanaman. Namun orang selalu lupa bahwa agar bangunan tersebut dapat
beroperasi dengan benar maka diperlukan pula manusia yang mengoperasikan pintupintu, membersihkan sampah dari dalam saluran, atau membagikan air dengan adil pada
saat kekuarangan air. Oleh sebab itu perlu ditakrifkan apa arti irigasi dan sistem irigasi
itu.

1.2 Tujuan
1.2.1
1.2.2

Untuk mengetahui pengaruh kecepatan aliran air pada sistem irigasi di


lahan pertanian.
Untuk mengetahui sistem pengairan aliran air di lahan pertanian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aliran Air


Ditinjau dari mekanika aliran, terdapat dua macam aliran yaitu aliran saluran
tertutup dan aliran saluran terbuka. Dua macam aliran tersebut dalam banyak hal
mempunyai kesamaan tetapi berbeda dalam satu ketentuan penting. Perbedaan tersebut
adalah pada keberadaan permukaan bebas; aliran saluran terbuka mempunyai permukaan
bebas, sedang aliran saluran tertutup tidak mempunyai permukaan bebas karena air
mengisi seluruh penampang saluran.
Dengan demikian aliran saluran terbuka
mempunyai permukaan yang berhubungan dengan atmosfer, sedang aliran saluran
tertutup tidak mempunyai hubungan langsung dengan tekanan atmosfer.
Aliran air dalam suatu saluran dapat berupa aliran dalam saluran terbuka, dan
dapat pula berupa aliran dalam pipa. Kedua jenis aliran tersebut memiliki prinsip yang
sangat berbeda. Aliran melalui saluran terbuka dalah aliran yang memiliki permukaan
bebas sehingga memiliki tekanan udara walaupun berada pada saluran tertutup. Adapun
aliran dalam pipa merupakan aliran yang tidak memiliki permukaan bebas, karena aliran
air mengisi saluran secara terus menerus, sehingga tidak dipengaruhi oleh tekanan udara
dan hanya dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik.
Aliran air dikatakan steady (mantap) apabila kelajuan air pada setiap titik tertentu
setiap saat adalah konstan. Hal ini berarti pada titik tersebut kelajuannya akan selalu
konstan. Hal ini barati pada aliran steady (mantap) kelajuan pada satu titik tertentu adalah
tetap setiap saat, meskipun kelajuan aliran secara keseluruhan itu berubah/berbeda.
Aliran steady ini akan banyak dijumpai pada aliran air yang memiliki kedalaman
yang cukup, atau pada aliran yang yang memiliki kecepatan yang kecil. Sebagai contoh
aliran steady ini adalah aliran laminier, yakni bahwa arus air memiliki arus yang
sederhana (streamline/arus tenang), kelajuan gerak yang kecil dengan dimensi vektor
kecepatannya berubah secara kontinyu dari nol pada dinding dan maksimum pada sumbu
pipa (dimensi linearnya kecil) dan banyak terjadi pada air yang memiliki kekentalan
rendah. Selanjutnya aliran air dikatakan tidak mantap (non steady) apabila kecepatan v
pada setiap tempat tertentu dan setiap saat tidak konstan. Hal ini berarti bahwa pada
aliran ini kecepatan v sebagai fungsi dari waktu.
Dalam aliran ini elemen penyusun air akan selalu berusaha menggabungkan diri
satu sama lain dengan elemen air di sekelilingnya meskipun aliran secara keseluruhan

berlangsung dengan lancar. Contoh aliran tidak steady ini adalah aliran turbulen, yakni
bahwa partikel dalam fluida mengalami perubahan kecepatan dari titik ke titik dan dari
waktu ke waktu berlangsung secara tidak teratur (acak). Oleh sebab itu aliran turbulen
biasanya terjadi pada kecepatan air yang tinggi dengan kekentalan yang relatif tinggi
serta memiliki dimensi linear yang tinggi, sehingga terdapat kecenderungan berolak
selama pengalirannya.
Di samping aliran laminier dan aliran turbulen dikenal pula aliran yang memiliki
profil kecepatan datar, tetapi aliran ini hanya dikenal pada fluida yang tidak memiliki
kekentalan (koefisien kekentalannya nol) dan mengalir secara lambat. Sedangkan air
adalah tergolong pada fluida yang memiliki kekentalan, sehingga air tidak dapat
digolongkan sebagai aliran datar.
Selanjutnya aliran irrotational adalah aliran air yang tidak diikuti perputaran
partikel penyusun air tersebut, sedangkan aliran rotational adalah aliran yang diikuti
perputaran partikel penyusun air. Hal ini memberikan gambaran bahwa untuk aliran
rotational dapat diberikan istilah rotasi. Salah satu cara untuk mengetahui adanya aliran
rotasi ini antara lain bila di permukaan air terapung sebuah tongkat yang melintang
selama aliran gerak tongkat tersebut akan mengalami gerakan yang berputar di samping
berpindag secara translasi akibat aliran air tersebut. Contoh aliran rotasi adalah aliran
yang berupa aliran pusaran, yakni suatu aliran yang vektor kecepatannya berubah dalam
arah tegak atau transversal.
Selanjutnya bila ditinjau dari perubahan massa jenis air yang mengalir maka akan
dikenal aliran-aliran sebagai berikut:
a. Aliran viscous dan aliran non viscous
b. Aliran termampatkan dan aliran tak termampatkan
Aliran viscous adalah aliran dengan kekentalan, atau sering disebut aliran fluida
pekat. Kepekatan fluida ini tergantung pada gesekan antara beberapa partikel penyusun
fluida. Di samping itu juga gesekan antara fluida itu sendiri dengan tempat terjadinya
aliran tersebuut. Untuk aliran air lebih didekatkan pada aliran dengan kekentalan yang
rendah, sehingga aliran air dapat berapda pada aliran non viscous.
Selanjutnya aliran termampatkan adalag aliran yang terjadi pada fluida yang
selama pengalirannya dapat dimampatkan atau berubah volumenya, sehingga akan
mengubah pula massa jenis fluida tersbeut. Aliran termampatkan ini pada umumnya
berlangsung pada gas, sedangkan pada air alirannya lebih didekatkan pada pengertian
aliran tak termampatkan yakni bahwa selama pengaliran air tersebut massa jenis air
dianggap tetap besarnya.
Dari uraian yang telah dikemukakan di bagian depan, maka agar aliran air dapat
dipahami dengan mudah maka aliran yang dimaksud dalam pembahasan nanti labih
ditekankan pada aliran-aliran yang meliputi:

1. Aliran air merupakan aliran yang mantap


2. Aliran air merupakan aliran yang tidak berputar (irrotational = tidak berotasi)
3. Aliran air merupakan aliran yang tidak termampatkan, yakni bahwa selama
pengaliran berlangsung massa jenisnya tetap
4. Aliran air merupakan merupakan aliran tanpa kekentalan (kekentalannya
rendah)

2.2 Hubugan Debit dan Kecepatan Aliran Air


Debit adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit
dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m 3/dt). Dalam laporan-laporan teknis,
debit aliran biasanya ditunjukkan dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf aliran adalah
suatu perilaku debit sebagai respon adanya perubahan karakteristik biogeofisik yang
berlangsung dalam suatu DAS (oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS) dan atau adanya
perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan) iklim lokal (Asdak, 1995).
Laju aliran permukaan adalah jumlah atau volume air yang mengalir pada suatu
titik per detik atau per jam, dinyatakan dalam m 3 per detik atau m3 per jam. Laju aliran
permukaan dikenal juga dengan istilah debit. Besarnya debit ditentukan oleh luas
penampang air dan kecepatan alirannya, yang dapat dinyatakan dengan persamaan :
Q = AV
dimana :
Q = debit air (m3/detik atau m3/jam)
A = luas penampang air (m2)
V = kecapatan air melalui penampang tersebut (m/detik)

(Arsyad, 1989).
Sebagian besar debit aliran pada sungai kecil yang masih alamiah adalah debit
aliran yang berasal dari air tanah atau mata air dan debit aliran air permukaan (air hujan).
Dengan demikian aliran air pada sungai kecil pada umumnya lebih menggambarkan
kondisi hujan daerah yang bersangkutan. Sedangkan sungai besar, sebagian besar debit
alirannya berasal dari sungai-sungai kecil dan sungai sedang diatasnya. Sehingga aliran
air sungai besar tidak mesti menggambarkan kondisi hujan dilokasi yang bersangkutan.
Aliran dasar pada sungai kecil terbentuk dari aliran mata air dan air tanah, sedang aliran
dasar pada sungai besar dibentuk dari aliran dasar sungai-sungai kecil dan sedang
diatasnya (Maryono, 2005).
Seperti telah diungkapkan di bagian depan bahwa aliran air pada umumnya
berkaitan dengan kecepatan pengalirannya, dan massa jenis air itu sendiri. Aliran air
dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tersebut tidak dapat dimampatkan dan
berpindah tanpa mengalami gesekan. Hal ini berarti bahwa pada gerakan air tersebut
memiliki kecepatan yang tetap pada masing-masing titik dalam pipa dan geraknya
beraturan akibat pengaruh gravitasi bumi di suatu tempat terhadap partikel penyusun air
tersebut. Namun demikian sifat seperti yang telah diungkapkan di bagian depan tersebut
dalam kehidupan sehari-hari sering sulit dijumpai dalam kenyataan, sehingga besarnya
debit air yang mengalir pada sembarang aliran tersebut juga tidak mudah.
Bilangan Reynold merupakan besaran fisis yang tidak berdimensi. Bilangan ini
dipergunakan sebagai acuan dalam membedakan aliran laminier dan turbulen di satu
pihak, dan di lain pihak dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk mengetahui jenis-jenis
aliran yang berlangsung dalam air. Hal ini didasarkan pada suatu keadaan bahwa dalam
satu tabung atau pipa atau dalam satu tempat mengalirnya air, sering terjadi perubahan
bentuk aliran yang satu menjadi aliran yang lain. Perubahan bentuk aliran ini pada
umumnya tidaklah terjadi secara tiba-tiba tetapi memerlukan waktu antara, yakni suatu
waktu yang relatif pendek dengan diketahuinya kecepatan kristis dari suatu aliran.
Kecepatan kritis ini pada umumnya akan dipengaruhi oleh ukuran pipa, jenis zat cair
yang lewat dalam pipa tersebut.
Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan terdapat empat besaran yang
menentukan apakah aliran tersebut digolongkan aliran laminier ataukah aliran turbulen.
Keempat besaran tersebut adalah besaran massa jenis air, kecepatan aliran, kekentalan,
dan diameter pipa. Kombinasi dari keempatnya akan menentukan besarnya bilangan
Reynold. Oleh sebab itu, bilangan Reynold dapat dituliskan dalam keempat besaran
tersebut sebagai berikut.
Re = ( v D)/
Keterangan:
Re : bilangan Reynold

: massa jenis
: viscositas/kekentalan
v : kecepatan aliran
D : diameter pipa

Density atau rapat jenis () suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat tersebut
dan dinyatakan dalam massa persatuan volume; sifat ini ditentukan dengan cara
menghitung nisbah ( ratio ) massa zat yang terkandung dalam suatu bagian tertentu
terhadap volume bagian tersebut. Hubunganya dapat dinyatakan sebagai berikut nilai
density dapat dipengaruhi oleh temperatur semakin tinggi temperatur maka kerapatan
suatu fluida semakin berkurang karena disebabkan gaya kohesi dari molekul molekul
fluida semakin berkurang.

Dimana :
m = massa
V = volume
Berat jenis (g) adalah berat benda persatuan volume pada temperatur dan tekanan
tertentu, dan berat suatu benda adalah hasil kali antara rapat massa (r) dan percepatan
gravitasi (g).
1. Aliran laminar
Aliran dengan air yang bergerak dalam lapisan lapisan, atau lamina lamina
dengan satu lapisan meluncur secara lancar . Dalam aliran laminar ini viskositas
berfungsi untuk meredam kecendrungan terjadinya gerakan relative antara lapisan.
2. Aliran turbulen
Aliran dimana pergerakan dari partikel partikel air sangat tidak menentu karena
mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang mengakibatkan saling
tukar momentum dari satu bagian air kebagian air yang lain dalam skala yang besar.
Dalam keadaan aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan
geser yang merata diseluruh air sehingga menghasilkan kerugian kerugian aliran.
3. Aliran transisi

Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen.

2.3 Irigasi
Irigasi atau pengairan adalah suatu usaha untuk memberikan air guna keperluan
pertanian yang dilakukan dengan tertib dan teratur untuk daerah pertanian yang
membutuhkannya dan kemudian air itu dipergunakan secara tertib dan teratur dan
dibuang kesaluran pembuang. Istilah irigasi diartikan suatu bidang pembinaan atas air
dari sumber-sumber air, termasuk kekayaan alam hewani yang terkandung didalamnya,
baik yang alamiah maupun yang diusahakan manusia. Pengairan selanjutnya diartikan
sebagai pemanfaatan serta pengaturan air dan sumber-sumber air yang meliputi irifasi,
pengembangan daerah rawa, pengendalian banjir, serta usaha perbaikan sungai, waduk
dan pengaturan penyediaan air minum, air perkotaan dan air industri (Ambler, 1991).
Berdasarkan sudut pandangnya irigasi digolong-golongkan menjadi irigasi aliran
dan irigasi aliran dan irigasi angkatan lebih dikenal dengan sebutan irigasi pompa. Irigasi
aliran adalah tipe irigasi yang penyampaian airnya kedalam pertanian atau area
persawahan dilakukan dengan cara pengaliran. Sedangkan irigasi angkat adalah tipe
irigasi yang penyampaian airnya ke areal pertanaman dilakukan dengan cara pemompaan
bangunan airnya berumah pompa bukan bendungan atau waduk (Dumairy, 1992).
Kebutuhan pangan terutama beras terus meningkat dari waktu ke waktu
sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Di sisi lain ketersediaan pangan
terbatas sehubungan dengan terbatasnya lahan yang ada untuk bercocok tanam,
teknologi, modal dan tenaga kerja, sehingga defisit penyediaan bahan pangan masih
sering terjadi di negeri ini. Untuk itu berbagai pihak tidak henti-hentinya berupaya
untuk mengatasi masalah tersebut diatas melalui berbagai kebijaksanaan dan program
(Sudjarwadi, 1990).
Sudjarwadi (1990) mendefinisikan irigasi merupakan salah satu faktor penting
dalam produksi bahan pangan. Sistem irigasi dapat diartikan sebagai satu kesatuan yang
tersusun dari berbagai komponen, menyangkut upaya penyediaan, pembagian,
pengelolaan dan pengaturan air dalam rangka meningkatkan produksi pertanian.
Beberapa komponen dalam sistem irigasi diantaranya adalah :
a) siklus hidrologi (iklim, air atmosferik, air permukaan, air bawah permukaan),
b) kondisi fisik dan kimiawi (topografi, infrastruktur, sifat fisik dan kimiawi lahan),
c) kondisi biologis tanaman,

d) aktivitas manusia (teknologi, sosial, budaya, ekonomi).


Ditinjau dari proses penyediaan, pemberian, pengelolaan dan pengaturan air,
sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi 4 (Sudjarwadi, 1990), yaitu :
a) sistem irigasi permukaan (surface irrigation system),
b) sistem irigasi bawah permukaan (sub surface irrigation system),
c) sistem irigasi dengan pemancaran (sprinkle irrigation system),
d) sistem irigasi dengan tetesan (trickle irrigation / drip irrigation system).
Pemilihan jenis sistem irigasi sangat dipengaruhi oleh kondisi hidrologi,
klimatologi, topografi, fisik dan kimiawi lahan, biologis tanaman sosial ekonomi dan
budaya, teknologi (sebagai masukan sistem irigasi) serta keluaran atau hasil yang
akan diharapkan (Bustomi, 2000).

2.4 Teknik Pemberian Air Irigasi


Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 20/2006 tentang Irigasi, yang merupakan
bentuk legal untuk pengaturan tentang irigasi disebutkan bahwa irigasi ditakrifkan
sebagai berikut: Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air
bawah tanah, irigasi pompa, dan tambak.
Irigasi dimaksudkan untuk memberikan suplai air kepada tanaman dalam waktu,
ruang, jumlah, dan mutu yang tepat. Pencapaian tujuan tersebut dapat dicapai melalui
berbagai teknik pemberian air irigasi. Rancangan pemakaian berbagai teknik tersebut
disesuaian degan karakteristik tanaman dan kondisi setempat. Fungsi irigasi :
Untuk mencapai fungsi utamanya untuk memberikan suplai air kepada tanaman,
irigasi perlu mencapai beberapa fungsi spesifik yaitu:
1. Mengambil air dari sumber (diverting)
2. Membawa atau mengalirkan air dari sumber ke lahan pertanian (conveying)
3. Mendistribusikan air kepada tanaman (distributing)
4. Mengatur dan mengukur aliran air (regulating and measuring).
Disamping fungsi pokoknya untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, irigasi juga
mempunyai fungsi tambahan seperti:

1. Mendinginkan tanah dan tanaman


2. Mencuci garam-garaman dari permukaan tanah
3. Melunakkan tanah
4. Mengaplikasikan bahan-bahan kimia, seperti pupuk, pestisida, dan herbisida.

2.5 Macam-macam Sistem Irigasi


Sistem irigasi yang ada sangat bervariasi bergantung pada jenis tanaman, kondisi
lahan dan air, cuaca, ekonomi, dan faktor budaya. Macam-macam sistem irigasi dapat
dibedakan sebagai berikut.
Menurut sumber airnya:
1. Air permukaan (surface source)
Sumber air permukaan terutama berasal dari sungai dan danau. Waduk (reservoir)
merupakan juga sumber air permukaan yang berasal dari sungai yang dengan
sengaja dibendung.
2. Air tanah (groundwater)
Airtanah merupakan air yang mengisi pori antar partikel tanah dalam suatu
akuifer (aquifer). Akuifer adalah suatu formasi yang berupa bahan permeable
yang mengandung air serta dapat menghantarkan dan menghasilkan air. Ada dua
macam akuifer yaitu akuifer bebas (unconfined aquifer, phreatik aquifer) dan
aquifer terkekang (confined aquifer) (lihat ). Pada akuifer bebas terdapat muka
air (water table) yang memisahkan zone aerasi dan zone saturasi. Di muka air
tekanan air sama dengan tekanan atmosfer. Akuifer terkekang terjadi apabila air
tanah terkekang oleh lapisan kedap (impermeable). Airtanah pada akuifer
terkekang mempunyai tekanan lebih besar daripada tekanan atmosfer sehingga air
akan naik bila dibuat sumur melalui lapisan kedap. Airtanah dalam akuifer dapat
muncul ke permukaan tanah secara alamiah dalam bentuk mata air maupun
melalui saluran vertikal dari permukaan tanah ke akuifer yang disebut sumur.

Gambar 1. Jenis-jenis akuifer


Menurut cara pengambilan airnya:
1. Pengambilan gravitasi

Jika elevasi permukaan air atau head pada sumber air cukup maka digunakan
metode gravitasi. Cara pengambilan gravitasi yang paling banyak digunakan
adalah dengan penyadapan dari sumber air pemukaan ke saluran terbuka maupun
pipa. Bangunan sadap biasanya mempunyai bagian pengatur dan pengukur aliran
ke lahan, seperti bendung, pintu, atau katub.
2. Pemompaan
Apabila head sumber air tidak cukup maka digunakan pompa untuk menaikkan
permukaan air dan atau memberikan tekanan yang diperlukan untuk membawa
dan/atau mendistribusikan air irigasi. Suatu instalasi pompa terdiri dari unit
pompa (pump unit) dan unit sumberdaya (power unit). Unit pompa merupakan
peralatan mekanis yang memberikan energi pada air untuk menaikkan elevasinya.
Pompa sentrifugal merupakan jenis pompa yang paling cocok digunakan untuk
irigasi dibandingkan jenis pompa rotari maupun reciprokal. Unit sumberdaya
yang berupa motor listrik atau motor bakar berfungsi menghasilkan energi
mekanis untuk menggerakkan pompa.

Menurut cara pengaliran airnya:


1. Saluran terbuka (open channel)
Saluran terbuka biasanya mempunyai slope searah aliran. Jenis saluran terbuka
adalah saluran tanah dan saluran dengan pasangan (lining) berupa pasangan batu,
semen atau yang lain. Saluran tanah mempunyai kelebihan lebih murah
konstruksinya sedangkan saluran dengan lining lebih murah perawatannya,
ukuran penampang relatif tetap, serta kehilangan karena seepage lebih kecil.
2. Jaringan pipa (pipe networks)
Jaringan pipa dapat dibedakan menjadi pipa terbuka (low head) dan pipa tertutup
(pressurized) bergantung apakah sistem terbuka terhadap atmosfer. Pipa mungkin
diletakkan di permukaan tanah agar mudah dipindah (portable) atau ditanam
dalam tanah (burried) untuk mengurangi kemungkinan kerusakan.
Dibandingkan dengan saluran terbuka, jaringan pipa ini mempunyai keuntungan
mengurangi kehilangan karena seepage dan evaporasi, menghindari pertumbuhan
gulma, lebih aman, memungkinkan aliran ke atas, serta mengurangi kehilangan
lahan produktif.

2.6 Bangunan irigasi

Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan


pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai dalam
praktek irigasi antara lain (1) bangunan utama, (2) bangunan pembawa, (3) bangunan
bagi, (4) bangunan sadap, (5) bangunan pengatur muka air, (6) bangunan
pembuang dan penguras serta (7) bangunan pelengkap (Direktorat Jenderal
Pengairan, 1986).
Menurut Direktorat Jenderal Pengairan (1986) bangunan utama dimaksudkan
sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi
yang dilayani. Berdasarkan sumber airnya, bangunan utama dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa kategori, (1) bendung, (2) pengambilan bebas, (3) pengambilan dari
waduk, dan (4) stasiun pompa. Direktorat Jenderal Pengairan, 1986) memberikan
penjelasan mengenai berbagai saluran yang ada dalam suatu sistem irigasi sebagai
berikut:
a) Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder dan ke
petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi
yang terakhir.
b) Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran primer
menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas akhir
dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir.

2.7 Hidrolika Irigasi Permukaan


Proses irigasi permukaan tersebut dapat dimodelkan dengan model matematika.
Ada beberapa jenis model matematika misalnya hydrodinamic model dan kinematicwave model. Pada dasarnya model matematika ini diturunkan dari persamaan
kontinyuitas dan persamaan energi pada aliran unsteady di saluran terbuka.
Model matematis dipergunakan dalam desain irigasi permukaan misalnya untuk
memperkirakan posisi front pembasahan pada fase awal, memperkirakan posisi
pengeringan tanah pada fase resesi, menghitung efisiensi dan keseragaman, menentukan
kombinasi ebit, slope dan panjang lahan optimal, dan sebagainya. Model matematika
biasanya berupa persamaan diferensial yang harus diselesaikan dengan bantuan
komputer.

2.8 Persamaan Kontinyuitas

Gerakan air di permukaan tanah seperti yang ditunjukkan pada Error: Reference
source not found dapat didekati dengan sebagai aliran fluida (air) tak tunak (unsteady).
Persamaan kontinyuitas untuk aliran unsteady dapat disusun berdasarkan konservasi
massa pada suatu ruang di antara dua buah penampang saluran seperti nampak pada
gambar 2. Pada aliran unsteady debit berubah terhadap jarak dengan laju sebesar Q/x,
dan kedalaman berubah terhadap waktu dengan laju y/t.

Gambar 2. Kontinyuitas aliran tak tunak (unsteady)


Perubahan debit yang melalui ruang dalam waktu dt adalah (Q/x) dx dt.
Perubahan simpanan saluran pada ruang dalam waktu yang sama adalah T dx (y/t) = dx
(A/t) dt. Karena air bersifat tak mampat (incompressible), netto perubahan debit
ditambah perubahan simpanan sama dengan nol.

Bila disederhanakan (dibagi dx dt) diperoleh:

(1)

(2)
Atau

(3)

Pada penampang yang ditinjau, Q = vA, sehingga persamaan (2) menjadi:

(4)

Atau

(5)

Karena kedalaman hidrolik D = A/T dan A = T y, persamaan di atas dapat dituliskan


sebagai:

(6)

Persamaan-persamaan di atas merupakan persamaan kontinyuitas untuk aliran unsteady


pada saluran terbuka. Persamaan ini pertaman kali dikemukakan oleh Saint Venant.
Bila persamaan digunakan pada saluran lebar dengan laju infiltrasi per satuan panjang I
maka persamaan (3) dapat dituliskan sebagai:

2.9 Persamaan Energi

(7)

Gerakan air di permukaan tanah juga mengikuti hukum kekekalan energi seperti
yang dinyatakan dengan persamaan Bernoulli. Persamaan energi diturunkan dengan
mengambil sepenggal kecil aliran yang berukuran dx. Garis energi pada aliran unsteady
di permukaan tanah tersebut dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Gambaran sederhana energi pada aliran unsteady


Kemiringan dasar saluran

: So

Kemiringan permukaan air

: Sw

Kemiringan garis energi

: Sf

Kemiringan garis percepatan

: Sa

Berat air

:w

Kehilangan karena percepatan:


Dengan mengacu gambar di atas, percepatan v/t untuk tiap satuan berat air adalah
(w/g)(v/t). Hal ini setara dengan gaya = massa percepatan.
Kerja yang dilakukan percepatan sepanjang dx adalah (w/g)(v/t) dx. Kerja ini
merupakan kehilangan energi karena percepatan dalam satuan berat air. Apabila
dinyatakan dalam tinggi energi, kehilangan energi karena percepatan :

(8)

Kehilangan energi karena gesekan:

(9)

Dengan demikian persamaan Bernoulli untuk Gambar 3. Gambaran sederhana energi


pada aliran unsteady menjadi:

(10)

Disederhanakan menjadi:

(11)

Tiga elemen di pertama dari persamaan 11 merupakan perubahan tinggi energi total
sedangkan dua elemen terakhir merupakan kehilangan (losses) energi karena percepatan
dan gesekan. Persamaan 11 dibagi dengan dx dan diubah ke diferensial parsial menjadi

(12)

(13)

Atau

Untuk kemiringan saluran So = - z/x maka

(14)

Persamaan-persamaan di atas merupakan persamaan dinamik untuk aliran unsteady pada


saluran terbuka. Persamaan ini pertama kali dikemukakan oleh Saint Venant.

2.10 Irigasi Genangan atau Sawah (Basin Irrigation)

Sistem irigasi ini banyak digunakan untuk tanaman padi. Air diberikan melalui
siphon, saluran maupun pintu air ke kolam kemudian ditahan di kolam dengan kedalaman
dan selama waktu yang dikehendaki.
Irigasi sawah paling cocok untuk untuk tanah dengan laju infiltrasi sedang sampai
rendah ( 50 mm/jam). Topografi lahan yang sesuai adalah kemiringan kecil (slope = 00,5). Apabila lahan miring atau bergelombang perlu diratakan (levelling) atau dibuat
teras.
Operasi dapat dilaksanakan oleh tenaga yang tidak ahli. Teknik pemberiaan air
dengan genangan dapat digunakan untuk tanaman apapun dengan memperhatikan desain,
layout, dan prosedur operasinya.

Gambar 4. Contoh irigasi genangan

2.11 Daerah Irigasi (DI)


Suatu DI terdiri dari susunan tanah yang akan diairi secara teratur dan terdiri dari
susunan jaringan saluran air dan bangunan lain untuk mengatur pembagian, pemberian,
penyaluran, dan pembuangan kelebihan air. Dari sumbernya, air disalurkan melalui
saluran primer lalu dibagi-bagikan ke saluran sekunder dan tersier dengan perantaraan
bangunan bagi dan atau sadap terser ke petak sawah dalam satuan petak tersier.
Petak terier merupakan petak-petak pengairan/pengambilan dari saluran irigasi
yang terdiri dari gabungan petak sawah. Bentuk dan luas masing-masing petak tersier
tergantung pada topografi dan kondisi lahan akan tetapi diusahakan tidak terlalu banyak

berbeda. Apabila terlalu besar akan menyulitkan pembagian air tetapi apabila terlalu kecil
akan membutuhkan bangunan sadap. Ukuran petak tersier:
-

di tanah datar

: 200-300 ha

di tanah agak miring : 100-200 ha

di tanah perbukitan

: 50-100 ha

BAB III
PEMBAHASAN

Pembahasan mengenai aliran air akan selalu melibatkan besaran kecepatan


pengaliran. Untuk itu dalam aliran air di lahan pertanian dipengaruhi oleh kecepatan
aliran. Semakin cepat air mengalir maka waktu yang dibutuhkan pun sedikit. Dan ini
dapat menghemat waktu para petani untuk dapat melakukan pekerjaan yang lainnya.
Kecepatan aliran biasanya tergantung dari tipe saluran yang digunakan, seperti persegi,
trapesium, segitiga dan setengan lingkaran. Umumnya yang sering digunakan yaitu
saluran yang bertipe trapesium.
Sebagai contoh persamaan kontinuitas dimana kecepatan pengaliran air akan
terbesar pada suatu tempat yang memiliki luas penampang terkecil.
Di sini volume air yang mengalir
V =Av t
Jadi selama t detik besarnya debit air yang dapat keluar adalah
Q = (A v t)/t
Q =Av
Suatu kasus misalnya debit suatu aliran 30 m3/s dengan luas penampang saluran 20
m2, hitunglah kecepatan alirannya. Sesuai dengan pernyataan di atas dapat kita ketahui
kecepatannya dengan debit aliran dibagi dengan luas penampang. Sehingga didapat
kecepatannya yaitu 1,5 m/s. Jadi untuk jarak 1,5 m untuk setiap waktu 1 detik,
kecepatannya yaitu 1,5 m/s.
Seperti telah diungkapkan di bagian depan bahwa aliran air pada umumnya
berkaitan dengan kecepatan pengalirannya, dan massa jenis air itu sendiri. Aliran air
dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tersebut tidak dapat dimampatkan dan
berpindah tanpa mengalami gesekan. Hal ini berarti bahwa pada gerakan air tersebut
memiliki kecepatan yang tetap pada masing-masing titik dalam pipa dan geraknya
beraturan akibat pengaruh gravitasi bumi di suatu tempat terhadap partikel penyusun air
tersebut. Namun demikian sifat seperti yang telah diungkapkan di bagian depan tersebut
dalam kehidupan sehari-hari sering sulit dijumpai dalam kenyataan, sehingga besarnya
debit air yang mengalir pada sembarang aliran tersebut juga tidak mudah.

Aliran air pada lahan pertanian dapat berupa aliran dalam saluran terbuka dimana
aliran melalui saluran terbuka dalah aliran yang memiliki permukaan bebas sehingga
memiliki tekanan udara walaupun berada pada saluran tertutup. Dengan demikian aliran
saluran terbuka mempunyai permukaan yang berhubungan dengan atmosfer, sedang
aliran saluran tertutup tidak mempunyai hubungan langsung dengan tekanan atmosfer. Ini
yang menyebabkan aliran terbuka sering digunakan untuk irigasi di lahan pertanian.
Sawah paling cocok untuk untuk tanah dengan laju infiltrasi sedang sampai
rendah ( 50 mm/jam). Topografi lahan yang sesuai adalah kemiringan kecil (slope = 00,5). Apabila lahan miring atau bergelombang perlu diratakan (levelling) atau dibuat
teras. Dalam aliran ini elemen penyusun air akan selalu berusaha menggabungkan diri
satu sama lain dengan elemen air di sekelilingnya meskipun aliran secara keseluruhan
berlangsung dengan lancar.
Menurut cara pengaliran airnya yaitu saluran terbuka (open channel). Saluran
terbuka biasanya mempunyai slope searah aliran. Jenis saluran terbuka adalah saluran
tanah dan saluran dengan pasangan (lining) berupa pasangan batu, semen atau yang lain.
Saluran tanah mempunyai kelebihan lebih murah konstruksinya sedangkan saluran
dengan lining lebih murah perawatannya, ukuran penampang relatif tetap, serta
kehilangan karena see page lebih kecil. Jaringan pipa (pipe networks). Jaringan pipa
dapat dibedakan menjadi pipa terbuka (low head) dan pipa tertutup (pressurized)
bergantung apakah sistem terbuka terhadap atmosfer. Pipa mungkin diletakkan di
permukaan tanah agar mudah dipindah (portable) atau ditanam dalam tanah (burried)
untuk mengurangi kemungkinan kerusakan.
Dibandingkan dengan saluran terbuka, jaringan pipa ini mempunyai keuntungan
mengurangi kehilangan karena seepage dan evaporasi, menghindari pertumbuhan gulma,
lebih aman, memungkinkan aliran ke atas, serta mengurangi kehilangan lahan produktif.
Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan terdapat empat besaran yang
menentukan apakah aliran tersebut digolongkan aliran laminier ataukah aliran turbulen.
Keempat besaran tersebut adalah besaran massa jenis air, kecepatan aliran, kekentalan,
dan diameter pipa. Kombinasi dari keempatnya akan menentukan besarnya bilangan
Reynold. Oleh sebab itu, bilangan Reynold dapat dituliskan dalam keempat besaran
tersebut sebagai berikut.
Re = ( v D)/
Keterangan:
Re : bilangan Reynold
: massa jenis
: viscositas/kekentalan

v : kecepatan aliran
D : diameter pipa

Density atau rapat jenis () suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat tersebut
dan dinyatakan dalam massa persatuan volume; sifat ini ditentukan dengan cara
menghitung nisbah ( ratio ) massa zat yang terkandung dalam suatu bagian tertentu
terhadap volume bagian tersebut. Hubunganya dapat dinyatakan sebagai berikut nilai
density dapat dipengaruhi oleh temperatur semakin tinggi temperatur maka kerapatan
suatu fluida semakin berkurang karena disebabkan gaya kohesi dari molekul molekul
fluida semakin berkurang.

Dimana :
m = massa
V = volume
Berat jenis (g) adalah berat benda persatuan volume pada temperatur dan tekanan
tertentu, dan berat suatu benda adalah hasil kali antara rapat massa (r) dan percepatan
gravitasi (g).
2. Aliran laminar
Aliran dengan air yang bergerak dalam lapisan lapisan, atau lamina lamina
dengan satu lapisan meluncur secara lancar . Dalam aliran laminar ini viskositas
berfungsi untuk meredam kecendrungan terjadinya gerakan relative antara lapisan.
2. Aliran turbulen
Aliran dimana pergerakan dari partikel partikel air sangat tidak menentu karena
mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang mengakibatkan saling
tukar momentum dari satu bagian air kebagian air yang lain dalam skala yang besar.
Dalam keadaan aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan
geser yang merata diseluruh air sehingga menghasilkan kerugian kerugian aliran.
3. Aliran transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen.

Hampir seluruh air irigasi berasal dari pembagian dari saluran-saluran dari
reservoir. Kehilangan air terjadi ketika air berlebih. Efisiensi irigasi dapat dicari dengan
menggunakan rumus
Ec = Wr
Wf x 100 %, dimana Ec adalah efisiensi irigasi, Wf adalah jumlah air yang terdapat di
areal persawahan atau air yang digunakan oleh tanaman, Wr adalah jumlah air yang
tersedia yang berasal dari reservoir (Hansen, dkk., 2002).
Efisiensi pengairan merupakan suatu rasio atau perbandingan antar jumlah air
yang nyata bermanfaat bagi tanaman yang diusahakan terhadap jumlah air yang tersedia
atau yang diberikan dinyatakan dalam satuan persentase. Dalam hal ini dikenal 3 macam
efisiensi yaitu efisiensi penyaluran air, efisiensi pemberian air dan efisiensi penyimpanan
air (Dumairy, 1992).
Jumlah air yang tersedia bagi tanaman di areal persawahan dapat berkurang
karena adanya evaporasi permukaan, limpasan air dan perkolasi. Efisiensi irigasi adalah
perbandingan antara air yang digunakan oleh tanaman atau yang bermanfaat bagi
tanaman dengan jumlah air yang tersedia yang dinyatakan dalam satuan persentase
(Lenka, 1991).
Efisiensi irigasi adalah angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata yang
terpakai untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang keluar dari pintu
pengambilan (intake). Efisiensi irigasi merupakan faktor penentu utama dari unjuk kerja
suatu sistem jaringan irigasi. Efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi pengaliran yang pada
umumnya terjadi di jaringan utama dan efisiensi di jaringan sekunder yaitu dari bangunan
pembagi sampai petak sawah. Efisiensi irigasi didasarkan asumsi sebagian dari jumlah air
yang diambil akan hilang baik di saluran maupun di petak sawah. Kehilangan air yang
diperhitungkan untuk operasi irigasi meliputi kehilangan air di tingkat tersier, sekunder
dan primer. Besarnya masing-masing kehilangan air tersebut dipengaruhi oleh panjang
saluran, luas permukaan saluran, keliling basah saluran dan kedudukan air tanah.
(Direktorat Jenderal Pengairan, 1986).

BAB IV
KESIMPULAN

1. Pembahasan mengenai aliran air akan selalu melibatkan besaran kecepatan pengaliran.
Untuk itu dalam aliran air di lahan pertanian dipengaruhi oleh kecepatan aliran.
2. Aliran air pada lahan pertanian dapat berupa aliran dalam saluran terbuka dimana
aliran melalui saluran terbuka dalah aliran yang memiliki permukaan bebas sehingga
memiliki tekanan udara walaupun berada pada saluran tertutup.
3. Sistem pengairan menurut cara pengambilan airnya:
a. Pengambilan gravitasi
Cara pengambilan gravitasi yang paling banyak digunakan adalah dengan
penyadapan dari sumber air pemukaan ke saluran terbuka maupun pipa. Bangunan
sadap biasanya mempunyai bagian pengatur dan pengukur aliran ke lahan, seperti
bendung, pintu, atau katub.
b. Pemompaan
Apabila head sumber air tidak cukup maka digunakan pompa untuk menaikkan
permukaan air dan atau memberikan tekanan yang diperlukan untuk membawa
dan/atau mendistribusikan air irigasi.
4. Kecepatan aliran biasanya tergantung dari tipe saluran yang digunakan, seperti
persegi, trapesium, segitiga dan setengan lingkaran. Umumnya yang sering digunakan
yaitu saluran yang bertipe trapesium.

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanto, Dwi Priyo. Sistem Pemberian Kebutuhan Air Untuk Lahan Pertanian. USM
Surakarta: Fakultas Pertanian.
Aris, Bambang. 2002. Teknik Drainase Bagian Pertama. Bandung: Teknotan Universitas
Padjadjaran.
Giancoli, Douglas C,.2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Nadeak, Ronauli. 2009. Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di
Kawasan Bendeng Kabupaten Serdang Bedagai. USU : Fakultas Pertanian.
Tipler, P.A,. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penebit
Erlangga.
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A,. 2002. Fisika Universitas (terjemahan). Jakarta:
Penerbit Erlangga.
http://id.wikipedia.org/wiki/Mekanika_fluida, diakses tanggal 27 Mei 2011.
http://www.gurumuda.com/fluida-dinamis, diakses tanggal 27 Mei 2011.

Diposkan 14th February 2012 oleh I Putu Yuliawan APP


2.
Feb
14

LINGKUNGAN DAN BANGUNAN


PERTANIAN PENGUKURAN SUHU
RUMAH KACA dengan BOLA BASAH
dan BOLA KERING
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lingkungan Bangunan Pertanian adalah salah satu metode pembelajaran untuk
mempelajari bangunan-bangunan pertanian yang fungsinya untuk menjaga atau
meningkatkan produksi pertanian dari hal kualitas maupun kuantitas. Bidang pertanian
memiliki arti yang luas, mencakup pertanian dalam bercocok tanam, berkebun, usaha
konservasi kehutanan, perikanan, hingga usaha perternakan. Dari berbagai bidang yang
dicakup oleh pertanian sudah dapat ditebak memiliki banyak tipe-tipe bangunan pertanian
sesuai dengan penggunaannya, bahkan dari keseluruhan bidang tersebut, tipe bangunan
satu dengan yang lain itu berbeda.
Pada laporan ini kami hanya membahas tentang bagunan pertanian yang
mencakup bidang pertanian bercocok tanam dan bidang peternakan. Bangunan pertanian
yang mencakup bidang bercocok tanam memiliki arti luas juga. Dimana di dalamnya

terdapat berbagai jenis bangunan, seperti rumah kaca (Green House), rumah bayangan,
dan juga tempat penyimpanan hasil produksi pertanian. Pada bidang peternakan ada
berbagai jenis tempat perawatan hewan ternak berdasarkan jenis hewan yang
dibudidayakan, seperti kandang ayam atau kandang burung puyuh dan kandang kambing.
Bangunan dari tiap kandang itu juga berbeda struktur bangunannya, karena dilihat dari
fungsionalnya.
Suhu adalah derajat panas suatu benda yang menyatakan panas dinginnya benda
tersebut. Suhu udara atau temperatur udara permukaan sendiri merupakan suhu udara
bebas pada ketinggian antara 1,20 1,25 meter dari permukaan tanah. Alat yang
digunakan dalam pengukuran suhu untuk keperluan synoptic adalah :
a.

Thermometer bola kering


Alat ini digunakan untuk mengukur suhu udara saat pengamatan. Thermometer
bola kering terpasang dalam sangkar meteorologi. Data yang di hasilkan dinyatakan
dalam persepuluhan C. Pengamatan dilakukan setiap jam. Cara membaca : usahakan
tinggi pengamat sejajar atau seimbang dengan tinggi tempat alat diletakkan dalam
sangkar. Kemudian perhatikan ujung meniscus air raksa dalam tabung thermometer, baca
dengan tepat nilai skala suhu yang tepat pada meniscus. Hindari kesalahan paralaks,
lakukan pembacaan dengan cepat.

b. Thermometer bola basah


Thermometer ini dibaca setiap jam, dinyatakan dalam persepuluhan C. Dimana
nantinya suhu hasil pembacaan thermometer ini digunakan untuk menghitung nilai

kelembaban nisbi yang dinyatakan dalam %. Cara membaca : usahakan tinggi pengamat
sejajar atau seimbang dengan tinggi tempat alat diletakkan dalam sangkar. Kemudian
perhatikan ujung meniscus air raksa dalam tabung thermometer, baca dengan tepat nilai
skala suhu yang tepat pada meniscus. Hindari kesalahan paralaks, lakukan pembacaan
dengan cepat.
c.

Thermometer maksimum
Thermometer maksimum digunakan untuk mengukur suhu tertinggi yang terjadi
dalam periode waktu 24 jam ( 1 hari ). Data yang di hasilkan dinyatakan dalam
persepuluhan C. Spesifikasi dari thermometer maksimum adalah terdapatnya celah
sempit pada bagian antara bola thermometr dan kolom raksa dalam skala, untuk
menghambat kembalinya air raksa yang telah masuk ke kolom raksa kembali ke bola
thermometer saat terjadipenyusutan oleh penurunan suhu. Thermometer maksimum
dipasang miring sebesar 5 dari garis horisontal. Dibaca dan dilaporkan pada jam 12.00
UTC.

d. Thermometer minimum
Alat ini digunakan untuk mengukur suhu yang terendah yang terjadi dalam
periode waktu 24 jam ( 1 hari ). Data yang dihasilkan dinyatakan dalam satuan
persepuluhan C. Thermometer minimum dipasang dalam sangkar meteorologi.
Spesifikasi dari alat ini adalah thermometer minimum tidak menggunakan raksa, akan
tetapi menggunakan alkohol. Alasan penggunaan alkohol adaalh bahwa alkohol

mempunyai titik beku yang rendah dan merupakan penghantar yang baik. Dibaca dan
dilaporkan pada jam 00.00 UTC.
e.

Kelembaban Udara
Kelembaban Udara menggambarkan tentang kandungan air di udara yang dapat
dinyatakan sebagai kelembapan mutlak, kelembaban nisbi ( relatif ) maupun defisit
tekanan uap air. Kelembaban mutlak adalah kandungan uap air per satuan volume.
kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/ tekanan uap air aktual dengan
keadaan jenuhnya dan dinyatakan dalam persen ( % ).

1.2. Tujuan
Untuk mengetahui suhu di dalam rumah kaca dengan menggunakan termometer
bola basah dan bola kering.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumah Kaca


Rumah kaca (rumah hijau) adalah sebuah bangunan di mana tanaman
dibudidayakan. Sebuah rumah kaca terbuat dari gelas atau plastik; Dia menjadi panas
karena radiasi elektromagnetik yang datang dari matahari memanaskan tumbuhan, tanah,
dan barang lainnya di dalam bangunan ini. Kaca yang digunakan untuk rumah kerja
bekerja sebagai medium transmisi yang dapat memilih frekuensi spektral yang berbedabeda, dan efeknya adalah untuk menangkap energi di dalam rumah kaca, yang
memanaskan tumbuhan dan tanah di dalamnya yang juga memanaskan udara dekat tanah
dan udara ini dicegah naik ke atas dan mengalir keluar. Oleh karena itu rumah kaca
bekerja dengan menangkap radiasi elektromagnetik dan mencegah konveksi.
Rumah kaca sering kali digunakan untuk mengembangkan bunga, buah dan
tanaman tembakau. Lebah bumble adalah polinator pilihan untuk banyak polinasi rumah
kaca, meskipun tipe lebah lain juga digunakan, dan juga polinasi buatan. Selain
tembakau, banyak sayuran dan bunga juga dikembangkan di rumah kaca pada akhir
musim dingin atau awal musim semi, yang kemudian dipindahkan ke luar begitu cuaca
menjadi hangat.

Ruangan yang tertutup dari rumah kaca mempunyai kebutuhan yang unik,
dibandingkan dengan produksi luar ruangan. Hama dan penyakit, dan panas tinggi dan
kelembaban, harus dikontrol, dan irigasi dibutuhkan untuk menyediakan air. Rumah kaca
menjadi penting dalam penyediaan makanan di negara garis lintang tinggi. Kompleks
rumah kaca terbesar di dunia terletak di Leamington, Ontario (dekat tempat paling selatan
Kanada) di mana sekitar 200 "acre" (0.8 km) tomat dikembangkan dalam gelas.Rumah
kaca melindungi tanaman dari panas dan dingin yang berlebihan, melindungi tanaman
dari badai debu dan "blizzard", dan menolong mencegah hama. Pengontrolan cahaya dan
suhu dapat mengubah tanah tak subur menjadi subur. Rumah kaca dapat memberikan
negara kelaparan persediaan bahan makanan, di mana tanaman tak dapat tumbuh karena
keganasan lingkungan.

2.2. Dasar-Dasar Psikometrik


Psikometrik merupakan suatu bahasan tentang sifat-sifat campuran udara dengan
uap air, dan ini mempunyai arti yang sangat penting dalam pengkondisian udara karena
udara pada atmosfir merupakan percampuran antara udara dan uap air, jadi tidak benarbenar kering. Kandungan uap air dalam udara pada untuk suatu keperluan harus dibuang
atau malah ditambahkan.
Pada bagan psikometrik ada dua hal yang penting, yaitu penguasaan akan dasardasar bagan dan kemampuan menentukan sifat-sifat pada kelompok-kelompok keadaan
lain, misalnya tekanan barometrik yang tidak standar. Untuk memahami proses-proses

yang terjadi pada karta psikometrik perlu adanya pemahaman tentang hukum Dalton dan
sifat-sifat yang ada dalam karta psikometrik, antara lain :
1. Temperatur bola kering.
Temperatur bola kering merupakan temperatur yang terbaca pada termometer
sensor kering dan terbuka, namun penunjukan dari temperatur ini tidak tepat
karena adanya pengaruh radiasi panas.
2. Temperatur bola basah.
Temperatur bola basah merupakan temperatur yang terbaca pada termometer
dengan sensor yang dibalut dengan kain basah. Untuk mengukur temperatur ini
diperlukan aliran udara sekurangnya adalah 5 m/s. Temperatur bola basah sering
disebut dengan temperatur jenuh adiabatik.
3. Titik embun.
Titik embun adalah temperatur air pada keadaan dimana tekanan uapnya sama
dengan tekanan uap air dari udara. Jadi pada temperatur tersebut uap air dalam
udara mulai mengembun dan hal tersebut terjadi apabila udara lembab
didinginkan. Pada tekanan yang berbeda

titik embun uap air akan berbeda,

semakin besar tekanannya maka titik embunnya semakin besar.


4. Kelembaban relatif.

Kelembaban relatif didefinisikan sebagai perbandingan fraksi molekul uap air di


dalam udara basah terhadap fraksi molekul uap air jenuh pada suhu dan tekanan
yang sama, atau perbandingan antara tekanan persial uap air yang ada di dalam
udara dengan tekanan jenuh uap air yang ada pada temperatur yang sama.
Kelembaban relatif dapat dikatakan sebagai kemampuan udara untuk menerima
kandungan uap air, jadi semakin besar RH semakin kecil kemampuan udara
tersebut untuk menyerap uap air.
Kelembaban ini dapat dirumuskan :

( 1 )

dimana :
Pw

= Tekanan parsial uap air

Pws

= Tekanan jenuh uap air

( Stoecker, W.F and jones, J.W. 1989. Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, edisi
ke-2. Alih bahasa Ir. Supratman Hara. Jakarta : Erlangga )
5. Kelembaban spesifik (rasio kelembaban)
Kelembaban spesifik (w) adalah berat atau massa air yang terkandung didalam
setiap kilogram udara kering, atau perbandingan antara massa uap air dengan
massa udara kering yang ada didalam atmosfir.

Kelembaban spesifik dapat dirumuskan :

.( 2 )

Dimana :
W

Kelembaban spesifik
Mw

= Massa uap

Ma

air
Massa

udara kering
( Stoecker, W.F and jones, J.W. 1989. Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, edisi
ke-2. Alih bahasa Ir. Supratman Hara. Jakarta : Erlangga )
6. Entalpi.
Entalpi merupakan energi kalor yang dimiliki oleh suatu zat pada temperatur
tertentu, atau jumlah energi kalor yang diperlukan untuk memanaskan 1 kg udara
kering dan x kg air ( dalam fasa cair ) dari 0oC sampai mencapai t oC dan
menguapkannya menjadi uap air ( fasa gas).
7. Volume spesifik.

Volume spesifik merupakan volume udara campuran dengan satuan meter-kubik


per kilogram udara kering.
2.3. Proses Udara Thermal
Proses udara yang terjadi dalam karta psikometrik adalah :
1. Proses pemanasan (Heating).
2. Proses pendinginan (Cooling).
3. Proses pelembaban (humidifikasi).
4. Proses penurunan kelembaban (dehumidifikasi).
5. Proses pemanasan dan pelembaban (Heating dan humidifikasi).
6. Proses pemanasan dan penurunan kelembaban (Heating dan dehumidifikasi).
7. Proses pendinginan dan pelembaban (Cooling dan humidifikasi).
8. Proses pendinginan dan penurunan kelembaban (Cooling dan dehumidifikasi).
( G Pita, Edward. 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and
Sons. Inc.)
a. Proses pemanasan (Heating).
Proses pemanasan adalah proses penambahan kalor sensibel ke udara sehingga
temperatur udara tersebut naik. Proses ini hanya disebabkan oleh perubahan temperatur

bola kering udara tanpa perubahan rasio kelembaban. Garis proses pada karta psikometrik
adalah garis horizontal ke arah kanan.

Gambar 1. Pemanasan Sensibel


( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and
Sons. Inc.)
c. Proses pendinginan (Cooling).
Proses pendinginan adalah proses pengambilan kalor sensibel dari udara sehingga
temperatur udara tersebut mengalami penurunan. Proses ini hanya disebabkan oleh
perubahan temperatur bola kering udara tanpa perubahan rasio kelembaban. Garis proses
pada karta psikometrik adalah garis horizontal ke arah kiri.

Gambar 2. Pendinginan Sensibel


( G Pita, Edward. 1981. Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and
Sons. Inc.)
b. Proses pelembaban (humidifikasi).
Proses pelembaban adalah

proses penambahan kandungan uap air ke udara

sehingga terjadi kenaikan entalpi dan ratio kelembaban. Pada proses ini terjadi perubahan
kalor laten tanpa disertai perubahan kalor sensibel . Garis proses pada karta psikometrik
adalah garis vertikal ke arah atas. Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air
di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif)
maupun

defisit

tekanan

uap

air.

Kelembaban

nisbi

membandingkan

antara

kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau apda kapasitas udara
untuk menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap air (pada keadaan
jenuh) tergantung pada suhu udara.

Gambar 3. Pelembaban
( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and
Sons. Inc.)
Defisit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap air jenuh dengan tekanan
uap aktual. Pengembunan akan terjadi bila kelembaban nisbi mencapai 100 %. Massa uap
air per satuan volume udara yang mengandung uap air tersebut.(kelembaban mutlak)
v = kerapatan uap air (kg m-3)
Mv= massa uap air (kg) pada volume udara sebesar V
V = volume udara (m3)
Pada daerah lembab seperti di daerah tropis, v akan lebih tinggi daripada daerah
temperate yang relatif kering terutama pada musim dingin (winter). Pada musim dingin
kapasitas udara untuk menampung uap air menjadi kecil. Kelembaban Relatif (RH) Bila
RH 100% maka, ea = es . Es tergantung pada suhu udara (T), Makin tinggi T, kapasitas

untuk menampung uap air/ es meningkat. Pada ea yang tetap, RH akan lebih kecil bila
suhu udara meningkat, sebaliknya RH makin tinggi bila suhu udara rendah.

Gambar 4. Sebaran kelembaban


Sebaran Kelembaban, ea yang tetap antara siang dan malam, menyebabkan RH
akan lebih rendah pada siang hari ytetapi lebih tinggi pada malam hari . RH lebih tinggi
pada malam hari dam mencapai maksimum pada pagi hari sebelum matahari terbit. Hal
tersebut menyebabkan proses pengembunan bila udara bersentuhan dengan bidang atau
permukaan yang suhunya lebih rendah dari suhu titik embun. Embun terbentuk pada
tempat-tempat yang terbuka atau tidak ternaungi seperti bagian terluar dari tajuk pohon
dan di rumput (tidak terlindungi benda lain. Tempat tersebut memiliki suhu terendah
karena paling banyak kehilangan energi melalui pancaran radiasi gelombang panjang.
d. Proses penurunan kelembaban (dehumidifikasi).
Proses penurunan kelembaban adalah proses pengurangan kandungan uap air ke
udara sehingga terjadi penurunan entalpi dan ratio kelembaban. Pada proses ini terjadi

perubahan kalor laten tanpa disertai perubahan kalor sensibel. Garis proses pada karta
psikometrik adalah garis vertikal ke arah bawah.

Gambar 5. Penurunan Kelembaban


( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and
Sons. Inc.)
e. Proses pemanasan dan pelembaban (Heating dan humidifikasi).
Pada proses ini udara dipanaskan disertai dengan penambahan uap air, yaitu
dengan mengalirkan udara melewati ruangan semburan air atau uap yang temperaturnya
lebih tinggi dari temperatur udara, sehingga didapatkan peningkatan kalor sensibel dan
kalor laten secara bersamaan. Pada proses ini terjadi kenaikan rasio kelembaban, entalpi,
Tdb, Twb dan kelembaban relatif. Garis proses pada karta psikometrik adalah garis
kearah kanan atas.

Gambar 6. Pemanasan dan Pelembaban


( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and
Sons. Inc.)
f. Proses pemanasan dan penurunan kelembaban (Heating dan dehumidifikasi)
Pada proses ini udara mengalami pendinginan dahulu sampai temperaturnya
dibawah titik embun udara, pada temperatur ini udara mengalami pengembunan sehingga
kandungan uap air akan berkurang, kemudian udara dilewatkan melalui koil pemanas
sehingga temperatur udara akan meningkat. Proses ini terjadi pada alat pengering udara
(dehumidifier). Pada proses ini terjadi penurunan rasio kelembaban, entalpi, Twb, entalpi
dan kelembaban relatif tetapi terjadi peningkatan Tdb. Garis proses pada karta
psikometrik adalah garis kearah kanan bawah.

Gambar 7. Pemanasan dan Penurunan Kelembaban


( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and
Sons. Inc.)

g. Proses pendinginan dan pelembaban (Cooling dan humidifikasi)


Proses ini dilakukan dengan melewatkan udara pada ruangan semburan air yang
temperaturnya lebih rendah dari temperatur udara, tetapi lebih tinggi dari titik embun
udara sehingga temperatur akan mengalami penurunan dan rasio kelembaban akan
mengalami peningkatan.

Gambar 8. Pendinginan dan Pelembaban


( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and
Sons. Inc.)
h.

Proses pendinginan dan penurunan kelembaban (Cooling dan dehumidifikasi).


Proses ini dilakukan dengan cara melewatkan udara pada koil pendingin atau

ruangan semburan air dimana temperaturnya lebih rendah dari temperatur udara sehingga
terjadi penurunan kalor laten dan kalor sensibel.

Gambar 9. Pendinginan dan Penurunan Kelembaban


( G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA . John Wily and
Sons. Inc.)
1. Siklus Kompresi Uap

Gambar 10. Kompresi Uap


Siklus kompresi uap merupakan salah satu siklus yang digunakan dalam proses
pendinginan, siklus kompresi uap memerlukan beberapa komponen utama agar siklus ini
dapat bekerja dengan baik seperti kompresor, kondensor, katup ekspansi, dan evaporator.
Adapun proses ideal yang terjadi pada siklus kompresi uap adalah proses kompresi,
kondensasi, proses ekspansi dan proses evaporasi, dan proses ini dapat digambarkan
sebagai berikut :

Gambar 11. Diagram P-H Sistem Kompresi Uap

Gambar 12. Diagram Sistem Kompresi Uap


( Stoecker, W.F and jones, J.W. 1989. Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, edisi ke2.Alih bahasa Ir. Supratman Hara.Jakarta : Erlangga )
12

Proses Evaporasi
Pada tahap ini terjadi pertukaran kalor di evaporator, dimana kalor dari

lingkungan atau media yang didinginkan diserap oleh refrigerant cair dalam evaporator
sehingga refrigerant cair yang berasal dari katup ekspansi yang bertekanan dan
bertemperatur rendah berubah fasa dari fasa cair menjadi uap yang mempunyai tekanan
dan temperatur tinggi. Maka besar kalor yang diserap oleh refrigerant adalah :
Qc = m ( h2 h1 ) ( 3 )
Dimana :

Qc

= Banyaknya kalor yang diserap di evaporator per satuan waktu


( kj/s).

= Laju aliran massa refrigerant ( kg/s).

h2 h1 = Efek refrigerasi (kj/kg).


Proses pendinginan evaporative atau secara teknik disebut dengan proses
pendinginan adiabatik yang terjadi pada sebuah peralatan air washer adalah suatu proses
pengkondisian udara yang dilakukan denganmembiarkan kontak langsung antara udara
dengan air, sehingga terjadi perpindahan panas dan perpindahan massa antara keduanya.
Temperatur bola kering udara akan menurun dalam proses ini, dan panas sensibel yang
dilepaskan digunakan untuk menguapkan sebagian butiran air. Apabila selang waktu
kontak air dan udara mencukupi, maka udara akan mencapai kondisi saturasi. Ketika
kondisi equilibrium tercapai, temperatur air turun hingga sama dengan temperatur bola
basah udara. Secara umum akan diperoleh bahwa temperatur bola basah udara sebelum
dan sesudah proses adalah sama karena proses semacam ini terjadi di sepanjang garis
bola basah yang konstan.

Gambar 13. Proses Pendinginan Evaporative


Berikut ini adalah fakta yang terjadi dalam proses pendinginan udara dengan cara
saturasi adiabatik:
a. Hanya terjadi perpindahan panas internal, jumlah panas sensibel yang dilepaskan
adalah sama dengan jumlah panas laten yang diterima, dan jumlah panas total dari
udara yang melalui pendingin adalah konstan.
b. Temperatur bola basah adalah konstan, temperatur bola kering turun, dan temperatur
dew point naik.
c. Titik-titik air dari spray pada air washer akan dengan sendirinya menyesuaikan pada
temperatur bola basah. Apabila titik-titik air yang masuk pada pendingin memiliki
temperatur lebih rendah daripada temperatur bola basah, maka mula-mula temperatur
titik-titik air tersebut akan naik hingga mencapai temperatur bola basah kemudian baru
menguap. Apabila titik-titik air yang masuk pada pendingin memiliki temperatur lebih

tinggi daripada temperatur bola basah, maka temperatur titik-titik air itu akan turun
hingga mencapai temperatur bola basah oleh karena terjadinya penguapan. Temperatur
air yang akan masuk ke pendingin hanya memiliki pengaruh yang sangat kecil
terhadap efisiensi pendingin oleh karena panas untuk pendinginan 1 lb air hingga
mencapai temperatur bola basah biasanya kurang dari 10 Btu, sedangkan panas yang
akan diserapnya ketika menguap adalah sebesar 1060 Btu.
d. Kuantitas pendinginan udara yang dihasilkan adalah berbanding secara lurus terhadap
jumlah air yang menguap.
e. Apabila kondisi udara jenuh tercapai, maka temperatur bola kering dari udara yang
keluar dari pendingin adalah sama dengan temperatur bola basah dan sama dengan
temperatur dew point. Namun bagaimanapun juga, kondisi udara 100% jenuh jarang
sekali dapat dicapai, dan udara yang meninggalkan pendingin walaupun memiliki
batas temperatur bola basah sebagai batas paling rendah, namun sesungguhnya tidak
benar-benar mampu mencapai temperatur itu.
23

Proses Kompresi

Tahap ini terjadi di kompresor dimana refrigerant yang berfasa uap dengan temperatur
dan tekanan rendah dikompresi secara isentropic sehingga temperatur dan tekanannya
menjadi tinggi, besar kapasitas pemanasan dapat ditulis dengan persamaan :
Qw = m ( h3 h2 ) ( 4 )
Dimana :

Qw

= Kapasitas pemanasan ( kj/s).

= Laju aliran massa refrigerant ( kg/s).

h3 h2 = Kerja kompresi (kj/kg).


34

Proses Kondensasi

Tahap ini terjadi di dalam kondensor, dimana panas dari refrigerant yang berfasa uap
dari kompresor dibuang ke lingkungan sehingga refrigerant tersebut mengalami
kondensasi. Pada tahap ini terjadi perubahan fasa dari dari fasa uap superheat menjadi
fasa cair jenuh, pada fasa cair jenuh ini tekanan dan temperaturnya masih tinggi.
Besarnya kalor yang dilepaskan di kondensor adalah :
qc = h3 h4.( 5 )
Dimana :
qc

= Kalor yang dilepas di kondensor (kj/kg)

h3

= Entalpi refrigerant yang keluar dari kompresor (kj/kg)

h4

= Entalpi refrigerant cair jenuh (kj/kg)

41

Proses Ekspansi
Tahap ini terjadi di katup ekspansi dimana refrigerant diturunkan tekanannya yang

diikuti dengan turunnya temperatur isentalphi.

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Waktu : Selasa, 29 Maret 2011
Tempat : Rumah Kaca Budi Daya Pertanian

3.2. Cara Kerja


1.

Termometer diberi tali sebagai alat untuk mengikat termometer tersebut pada dinding
rumah kaca yang sudah ditentukan

2.

Gantunglah termometer pada dinding rumah kaca

3.

Atur selang waktu yang sudah ditentukan dan pada praktikum ini selang waktu yang
digunakan 10 menit. Dan setiap sepuluh menit diperhatikan dan dilakukan selama 3
kali ataupun selama 30 menit.

4.

Amati dan Catatlah suhu yang terdapat pada termometer sesuai dengan selang waktu
yang ditentukan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil
Bola Kering (oC)
29
29
28,5

No
1.
2.
3.

Percobaan 1
Tw

= 28,5 oC

= 29 oC

RH

= 90 %

HR

= 0,0248 g/kg

= 0,90 m3/kg

= 92 kJ/kg

Tdp

= 28,5 oC

Bola Basah (oC)


28,5
28
28

Waktu
11.00 11.05
11.05 11.15
11.15 11.25

Percobaan 2
Tw

= 28 oC

= 29 oC

RH

= 92 %

HR

= 0,0239 g/kg

= 0,90 m3/kg

= 90 kJ/kg

Tdp

= 27,8 oC

Percobaan 3
Tw

= 28 oC

= 28,5 oC

RH

= 96 %

HR

= 0,0239 g/kg

= 0,90 m3/kg

=90 kJ/kg

Tdp

= 28 oC

Keterangan =
Tw

= bola basah (oC)

= bola kering (oC)

RH

= relative humidity (%)

HR

= humidity ratio (g/kg)

= volume (m3/kg)

= enthalpy (kJ/kg)

Tdp

= titik temu antara suhu bola basah dengan suhu bola kering (oC)

3.2. Pembahasan
Dry Bulb temperature (Temperatur bola kering), yaitu suhu yang ditunjukkan
dengan thermometer bulb biasa dengan bulb dalam keadaan kering. Satuan untuk suhu ini
bias dalam celcius, Kelvin, fahrenheit. Seperti yang diketahui bahwa thermometer
menggunakan prinsip pemuaian zat cair dalam thermometer. Jika kita ingin mengukur
suhu udara dengan thermometer biasa maka terjadi perpindahan kalor dari udara ke bulb
thermometer. Karena mendapatkan kalor maka zat cair (misalkan: air raksa) yang ada di
dalam thermometer mengalami pemuaian sehingga tinggi air raksa tersebut naik.

Kenaikan ketinggian cairan ini yang di konversika dengan satuan suhu (celcius,
Fahrenheit, dll).
Wet Bulb Temperature (Temperatur bola basah), yaitu suhu bola basah. Sesuai
dengan namanya wet bulb, suhu ini diukur dengan menggunakan thermometer yang
bulbnya (bagian bawah thermometer) dilapisi dengan kain yang telah basah kemudian
dialiri udara yang ingin diukur suhunya.
Perpindahan kalor terjadi dari udara ke kain basah tersebut. Kalor dari udara akan
digunakan untuk menguapkan air pada kain basah tersebut, setelah itu baru digunakan
untuk memuaikan cairan yang ada dalam thermometer.
Dari hasil pengamatan maka dapat kami asumsikan bahwa dengan perbedaan
selang waktu selama 10 menit maka suhu rumah kaca tidak mengalami interval angka
yang drastis atau dapat dikatakan suhu pada termometer bola basah dan termometer bola
kering tidak terdapat perbedaan suhu yang berbeda.
Selama 10 menit pertama suhu pada bola basah adalah 29 oC dan pada termometer
bola kering 28,5oC dan setelah 10 menit berikutnya suhu rumah kaca pada termometer
bola basah 29 oC adalah dan pada bola kering 28 oC.
Akan tetapi setelah 10 menit berikutnya ternyata suhu rumah kaca yang terdapat
pada termometer bola basah menurun dan termometer bola kering naik 0,5 oC,dan itu
terjadi karena suhu luar lingkungan rumah kaca memang mendung sehingga suhu pada
termometer tersebut menurun yang menyatakan suhu pada rumah kaca juga menurun.
Dan perlu diperhatikan bahwa selama pengamatan dan praktikum dilakukan termometer

yang sudah digantung didinding tidak boleh dipegang-pegang ataupun digoyang karena
itu akan mengganggu pengamatan.
Untuk menjelaskan apa itu wet bulb temperature, dapat kita gambarkan jika ada
suatu kolam dengan panjang tak hingga diatasnya ditutup. Kemudian udara dialirka
melalui permukaan air. Dengan adanya perpindahan kalor dari udara ke permukaan air
maka terjadilah penguapan. Udara menjadi jenuh diujung kolam air tersebut. Suhu
disinilah yang dinamakan Wet Bulb temperature.
Untuk mengukur dua sifat (Dry dan Wet bulb temperature) ini sekaligus biasanya
menggunkan alat yang namanya sling, yaitu dua buah thermometer yang di satukan pada
sebuah tempat yang kemudian tempat tersebut dapat diputar. Satu thermometer biasa dan
yang lainnya thermometer dengan bulb diselimuti kain basah.
Dew Point, yaitu suhu dimana udara telah mencapai saturasi (jenuh). Jika udara
tersebut mengalami pelepasan kalor sedikit saja, maka uap air dalam udara akan
mengembun. Humidity Ratio (w), yaitu ukuran massa uap air yang ada dalam satu satuan
udara kering (Satuan International: gram/kg). Relative Humidity (RH), Perbandingan
antara fraksi mol uap dengan fraksi mol udara basah pada suhu dan tekanan yang sama
(satuannya biasanya dalam persen (%)). Volume Spesifik (v), yaitu besarnya volume udara
dalam satu satuan massa. (SI: m3/kg) Enthalpy (h), yaitu banyaknya kalor (energy) yang
ada dalam udara setiap satu satuan massa. Enthalpy ini merupakan jumlah total energi
yang ada dalam udara terebut, baik dari udara maupun uap air yang terkandung
didalamnya.

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
a. Kecepatan aliran udara yang lebih rendah menghasilkan penurunan temperatur
dan efektifitas lebih tinggi, serta memerlukan laju penguapan air lebih rendah.
b. Hasil yang didapat dari thermometer bola kering dan thermometer bola basah
berbeda.
c. Semakin tinggi temperatur bola kering dan semakin rendah RH udara masuk,
semakin besar penurunan temperatur db dan semakin tinggi efektifitas
evaporative.
d. Kelembaban udara juga mempengaruhi naik turunnya suhu dalam rumah kaca.
e. Semakin rendah temperatur air yang membasahi bantalan, semakin sedikit laju
penguapan air.
f. Pembacaan thermometer bola kering dipengaruhi oleh radiasi sinar matahari
sehingga sering kali terjadi kesalahan dalam pembacaan.
g. Perpindahan kalor terjadi dari udara ke kain basah tersebut.
h. Dry Bulb temperature (Temperatur bola kering), yaitu suhu yang ditunjukkan
i.

dengan thermometer bulb biasa dengan bulb dalam keadaan kering.


Jika kita ingin mengukur suhu udara dengan thermometer biasa maka terjadi

perpindahan kalor dari udara ke bulb thermometer.


j. Alat yang digunakan dalam pengukuran suhu untuk keperluan synoptic adalah
termometer bola kering, termometer bola basah, termometer maksimum, dan
termometer minimum.
k. Suhu udara atau temperatur udara permukaan merupakan suhu udara bebas pada
ketinggian antara 1,20 1,25 meter dari permukaan tanah.

4.2. Saran
Saat melakukan percobaan perlu diperhatikan bahwa selama pengamatan pada
termometer yang sudah digantung didinding tidak boleh dipegang - pegang ataupun
digoyang karena itu akan mengganggu pengamatan dan juga dapat mempengaruhi hasil
pengamatan (terhadap suhu).

DAFTAR PUSTAKA

G Pita, Edward . 1981 . Air Conditioning Principles and Systems . USA: John Wily and
Sons. Inc.
Rokhani, H. 2009. Pengendalian Lingkungan Dalam Bangunan Pertanian. Departemen
Teknik Mesin dan Biosistem, Institut Pertanian Bogor.
Soegijanto. 1999. Bangunan di Indonesia dengan Iklim Tropis Lembab Ditinjau Dari
Aspek Fisika Lingkungan. Bandung: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Stoecker, W.F and jones, J.W. 1989 . Refrigerasi dan Pengkondisian Udara, edisi ke2.Alih bahasa Ir.Supratman Hara. Jakarta : Erlangga.
Satwiko, P. 2004. Fisika Bangunan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
http://id.wikipedia.org/wiki/Suhu, diakses tanggal 2 April 2011.
http://id.wikipedia.org/wiki/Lingkungan_Bangunan_Pertanian, diakses tanggal 2 April
2011.
http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_Kaca, diakses tanggal 2 April 2011.

LAMPIRAN :
1. GAMBAR PRAKTIKUM

2.

LAPORAN SEMENTARA

Gambar 1. Termometer bola basah

Gambar 2. Termometer bola kering

Gambar 3. Rumah Kaca Budidaya Pertanian


Diposkan 14th February 2012 oleh I Putu Yuliawan APP
2.
Feb
14

WATERPASS

Waterpass adalah alat mengukur beda ketinggian dari satu titik acuan ke acuan
berikutnya. Waterpass ini dilengkapi dengan kaca dan gelembung kecil di dalamnya.
Untuk mengecek apakah waterpass telah terpasang dengan benar, perhatikan gelembung
di dalam kaca berbentuk bulat. Apabila gelembung tepat berada di tengah, berarti
waterpass telah terpasang dengan benar. Pada waterpass, terdapat lensa untuk melihat
sasaran bidik. Dalam lensa, terdapat tanda panah menyerupai ordinat (koordinat
kartesius). Angka pada sasaran bidik akan terbaca dengan melakukan pengaturan fokus
lensa. Selisih ketinggian diperoleh dengan cara mengurangi nilai pengukuran sasaran
bidik kiri dengan kanan. Waterpass memiliki nivo sebagai penyama ketinggian, lensa
objektif, lensa okuler, dan penangkap cahaya. Dengan waterpass ini kita dapat
menentukan berapa banya tanah yang dibutuhkan untuk meratakan suatu lokasi. Alat ini
bersifat sangat sensitif terhadap cahaya, sehingga memerlukan payung untuk menutupi
cahaya matahari.

Cara kerja:
Yang diamati dilapangan adalah pembacaan:
bentang tengah (BT),
bentang bawah (BB)
bentang atas (BA)
sudut horizontal kasar
Angka angka pada BT, BB, BA dapat kita baca pada rambu yang
ditegakan pada strat pot (patok kayu yang diberi paku payung)
melalui water pass yang telah distel.
1. pasang la trifood statif(kaki 3) setinggi dada juru ukur,
dan pasang water pass pada kaki 3
2. atur lah alat ukur sehingga nivo kontak tepat ditengah, dengan menggunakan 3
buah skrup penyetel
3. Intip lensa okuler, fokuskan pada tiang (objek) yang akan diukur.
4. Catat ketinggian tiang.
5. Ulangi langkah yang sama pada tempat yang akan dicari selisih ketinggiannya.
Setelah melakukan pengukuran di lapangan,maka kita dapat membuat
tabel hasil pengukuran dan mendapatkan gambar hasil kontur tanahnya.
Adapun yang perlu diperhatikan dalam pengukuran ini adalah:

a. Usahakan jarak antara titik dengan alat sama.


b. Seksi dibagi dalam jumlah yang genap.

c. Baca rambu belakang, baru kemudian dibaca rambu muka.

d. Diukur pulang pergi dalam waktu satu hari.

e. Jumlah jarak muka=jumlah jarak belakang.

f. Jarak alat ke rambu maksimum 75 m.

g. saat terbaik pengukuran pagi jam 06.00 - 11.00 siang jam 15.00 - 18.00

Dalam pembuatan jalan maupun pembangunan diperlukan suatu pengukuran beda tinggi
agar dapat diketahui perbedaan tinggi yang ada dipermukaan tanah.

Kesalahan dalam pengukuran Waterpass


Dalam setiap pengukuran tidaklah lepas dari adanya kesalahan pembacaan angka,
sehingga diperlukan adanya koreksi antara hasil yang didapat di lapangan dengan hasil
dari perhitungan.
Kesalahan Dalam Pengukuran:
Dalam melakukan pengukuran kemungkinan terjadi kesalahan pastilah ada
dimana sumber kesalahan atau permasalahan tersebut, antara lain :
a. Kesalahan yang bersumber dari pengukur
Kurangnya ketelitian mata dalam pembacaan alat waterpass, yaitu pembacaan benang
atas, benang bawah, dan benang tengah.
Adanya emosi dari pengukur akibat rasa lapar,cuaca yang panas,dan penyebab emosi
yang lainnya sehingga tergesa-gesa dalam melakukan pengukuran dan akhirnya terjadi
kesalahan mencatat.
b. Kesalahan yang bersumber dari alat
Pita ukur yang sering dipakai mempunyai tendensi panjangnya akan berubah, apalagi jika
menariknya terlalu kuat. Sehingga panjang pita ukur tidak betul atau tidak memenuhi
standar lagi.
Patahnya pita ukur akibat terlalu kencangnya menarik pita ukur, sehingga panjang pita
ukur bergeser (berkurang)
c. Kesalahan yang bersumber dari alam.
Adanya angin yang membuat rambu ukur terkena hembusan angin, sehingga tidak dapat
berdiri dengan tegak.
Angin yang merupakan faktor alam, membuat pita ukur menjadi susah diluruskan,
sehingga jarak yang didapatkan menjadi lebih panjang daripada jarak sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA
http://geomatika07.wordpress.com/2008/07/18/pengukuran-beda-tinggi/#comment182
http://geomatika07.wordpress.com/2008/09/07/kesalahan-dalam-pengukuran-waterpass/

Diposkan 14th February 2012 oleh I Putu Yuliawan APP

2.
Feb
14

PENENTUAN JARAK DAN SUDUT


KERANGKA HORIZONTAL DENGAN
METODE POLIGON PADA SUATU
WILAYAH
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu ukur tanah adalah ilmu, seni dan teknologi untuk menyajikan informasi
bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun unsur buatan manusia pada bidang
yang dianggap datar. Ilmu ukur tanah sering disebut plan surveying. Ilmu ukur tanah
bagian dari geodesi (geodetic surveying). Definisi sederhana dari ukur tanah adalah
menentukan posisi atau letak titik di atas atau pada permukaan bumi. Definisi yang lebih
berkembang adalah pekerjaan untuk menggambarkan keadaan fisik sebagian permukaan
bumi menyerupai keadaan sebenarnya dilapangan (Iskandar, 2008).
Produk yang sesuai dengan definisi terakhir adalah peta topografi, sedangkan
jenis-jenis pekerjaan yang sederhana antara lain mengukur jarak antara dua titik,
mengukur panjang dan lebar atau sisi-sisi sebidang lahan, mengukur lereng dan
penggambaran bentuk sebidang lahan.

Pengukuran-pengukuran dibagi dalam pengukuran yang mendatar untuk


mendapat hubungan titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi (pengukuran kerangka
dasar horizontal) dan pengukuran-pengukuran tegak guna mendapat hubungan tegak
antara titik-titik yang diukur (pengukuran kerangka dasar vertikal) serta pengukuran titiktitik detail (Mulyo dan Supriatna, 2008).
Kerangka dasar pemetaan untuk pekerjaan rekayasa sipil pada kawasan yang tidak
luas, sehingga bumi masih bisa dianggap sebagai bidang datar, umumnya merupakan
bagian pekerjaan pengukuran dan pemetaan dari satu kesatuan paket pekerjaan
perencanaan dan atau perancangan bangunan teknik sipil. Titik-titik kerangka dasar
pemetaan yang akan ditentukan tebih dahulu koordinat dan ketinggiannya itu dibuat
tersebar merata dengan kerapatan tertentu, permanen, mudah dikendalikan dan
didokumentasikan secara baik sehingga memudahkan penggunaan selanjutnya (Suharto,
2011).
Batasan datar ilmu ukur tanah cakupan wilayahnya yang relatif sempit yaitu
berkisar antara 0,5 derajat x 0,5 derajat atau 55 km x 55 km. Yang membedakan ilmu
ukur dengan geodesi yaitu kalau ilmu ukur tanah tidak memperhatikan kelengkungan
bumi sedangkan geodesi sebaliknya.
Kerangka dasar horizontal adalah sejumlah titik yang telah diketahui
koordinatnya dalam suatu koordinat titik tertentu. Sistem koordinat disini adalah sistem
koordinat kartesian dimana bidang datarnya merupakan sebagian kecil dari permukaan
elipsioda bumi. Salah satu cara untuk menentukan koordinat banyak titik adalah metode
poligon. Pengukuran dan pemetaan poligon merupakan salah satu metode pengukuran
dan pemetaan kerangka dasar horizontal untuk memperoleh koordinat planimetris (X,Y)
titik-titik ikat pengukuran.
Metoda poligon adalah salah satu cara penentuan posisi horizontal banyak titik
dimana titik satu dengan yang lainnya dihubungkan satu sama lain dengan pengukuran
sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian titik-titik (poligon).

Pengukuran sudut berarti mengukur suatu sudut yang berbentuk antara suatu titik
dan dua titik lainnya. Pada pengukuran ini diukur arah dari pada dua titik atau lebih yang
dibidik dari satu titik kontrol dan jarak antara titik-titik diabaikan. Pengukuranpengukuran dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan bayangan daripada keadaan
lapangan, dengan menentukan tempat titik-titik diatas permukaan bumi terhadap satu
sama lainnya, untuk mendapatkan hubungan mendatar titik-titik yang diukur di atas
permukaan bumi perlu dilakukan pengukuran mendatar yang disebut dengan istilah
pengukuran kerangka dasar horizontal. Jadi untuk hubungan mendatar diperlukan data
sudut mendatar yang diukur pada skala lingkaran yang letaknya mendatar.

B. Rumusan Masalah
Dalam penentuan jarak dan sudut diperlukan suatu metode pengukuran, agar
pekerjaan yang dilakukan menjadi lebih mudah dan efisien. Bagaimana kita dapat
mengukur jarak dan sudut dari kerangka horizontal dengan metode poligon suatu
wilayah?

C. Tujuan
Untuk mengetahui jarak dan sudut menggunakan metode poligon dalam
pengukuran jarak dan sudut dari kerangka horizontal pada suatu wilayah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengukuran Kerangka Horizontal


Tahap awal sebelum melakukan suatu pengukuran adalah dengan melakukan
penentuan titik-titik kerangka dasar pemetaan pada daerah atau areal yang akan dilakukan
pengukuran yaitu penentuan titik-titik yang ada di lapangan yang ditandai dengan patok
kayu, paku atau patok permanen yang dipasang dengan kerapatan tertentu, fungsi dari
sistem kerangka dasar pemetaan dengan penentuan titik-titik inilah yang nantinya akan
dipakai sebagai titik acuan ( reference ) bagi penentuan titik-titik lainya dan juga akan
dipakai sebagai titik kontrol bagi pengukuran yang baru. Pengukuran dilakasanakan
untuk memperoleh data sudut dan jarak dilapangan yang akan dihasilkan suatu data posisi
berupa data koordinat (X,Y) yang dapat digunakan dalam pembuatan peta dasar teknik
(Brinker, 1987).
Kerangka dasar horizontal merupakan kumpulan titik-titik yang telah diketahui
atau ditentukan posisi horizontalnya berupa koordinat pada bidang datar (X,Y) dalam
sistem proyeksi tertentu. Bila dilakukan dengan cara teristris, pengadaan kerangka
horizontal bisa dilakukan menggunakan cara triangulasi, trilaterasi atau poligon.
Pemilihan cara dipengaruhi oleh bentuk medan lapangan dan ketelitian yang dikehendaki
( Purworhardjo, 1986 ).

a. Poligon
Metode poligon adalah metode penentuan posisi lebih dari satu titik dipermukaan bumi,
yang terletak memanjang sehingga membentuk segi banyak, (Wongsotjitro, 1977). Unsurunsur yang diukur adalah unsur sudut dan jarak, jika koordinat awal diketahui, maka
titik-titik yang lain pada poligon tersebut dapat ditentukan koordinatnya. Pengukuran
dengan metode poligon ini terbagi menjadi dua bentuk yaitu:

1) Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah poligon dengan titik awal sama dengan titik akhir, jadi dimulai
dan diakhiri dengan titik yang sama.

U
2

1-2

d 2-3

d 1-2

1 1

d 3-4

d 6-1

6
d 5-6

d 4-5

Gambar 2. Poligon Tertutup


Syarat-syarat geometris poligon tertutup adalah sebagi berikut:

= ( n 2 ) . 180 ( untuk sudut dalam )

= ( n + 2 ) . 180 ( untuk sudut luar )

( D . sin )

= X = 0

( D . cos ) = Y = 0
Pada umumnya hasil pengukuran jarak dan sudut tidak segera memenuhi syarat diatas,
tetapi akan didapat bentuk persamaan sebagai berikut :
+ = ( n 2 ) . 180 ( untuk sudut dalam )
+ = ( n + 2 ) . 180 ( untuk sudut luar )
( D . sin ) + X = 0
( D . cos ) + Y = 0
Dalam hal ini :

= jumlah sudut ukuran

= jumlah titik pengukuran

= kesalahan penutup sudut ukuran

= jumlah selisih absis ( X )

= jumlah selisih ordinat ( Y )

= kesalahan absis ( X )

= kesalahan ordinat ( Y )

= jarak / sisi poligon

= azimuth

Langkah awal perhitungan koordinat ( X,Y ) poligon tertutup adalah sebagai berikut :
a.

Menghitung jumlah sudut


= hasil pengukuran - ( n - 2 ) . 180
Apabila selisih sudut tersebut masuk toleransi, maka perhitungan dapat
dilanjutkan tetapi jika selisih sudut tersebut tidak masuk toleransi maka akan
dilakukan cek lapangan atau pengukuran ulang.

b.

Mengitung koreksi pada tiap-tiap sudut ukuran ( ki )


ki = i / n ( jika kesalahan penutup sudut bertanda negatif (-) maka koreksinya
positif (+), begitu juga sebaliknya.

c.

Menghitung sudut terkoreksi


i = 1 + k1

d.

Menghitung azimuth sisi poligon ()


misal diketahui azimuth awal (1-2 )
2-3 = 1-2 + 180 - 2 ( untuk sudut dalam )
2-3 = 1-2 - 180 + 2 ( untuk sudut luar )
Dengan catatan, apabila azimuth lebih dari 360, maka :
2-3 = ( 1-2 + 180 - 2 ) - 360
apabila azimuth kurang dari 0, maka :
2-3 = ( 1-2 + 180 - 2 ) + 360

e.

Menghitung selisih absis dan selisih ordinat ( X dan Y )


X 1-2 = d1-2 . sin 1-2
Y 1-2 = d1-2 . cos 1-2

f.

Melakukan koreksi pada tiap-tiap kesalahan absis dan ordinat ( kXi dan kYi )
kXi = ( di / d ) . X

dalam hal ini

X = X

kYi = ( di / d ) . Y

Y = Y

jika kesalahan absis dan ordinat bertanda negatif (-) maka koreksinya positif
(+)
begitu juga sebaliknya.
g.

Menghitung selisih absis ( X ) dan ordinat ( Y ) terkoreksi


X 1-2 = X 1-2 + kX 1-2
Y 1-2 = Y 1-2 + kY 1-2
Koordinat ( X,Y )
misal diketahui koordinat awal ( X1 , Y1 ) maka :
X2 = X1 + X 1-2
Y2 = Y1 + Y 1-2

Jika pada proses perhitungan poligon tertutup koordinat akhir sama dengan
koordinat awal maka perhitungan tersebut dianggap benar, sebaliknya jika koordinat
akhir tidak sama dengan koordinat awal maka perhitungan tersebut dinyatakan salah
karena titik awal dan titik akhir poligon tertutup adalah sama atau kembali ketitik semula.

2) Poligon Terbuka
Poligon terbuka adalah poligon dimana titik awal dan titik akhir tidak berimpit atau titik
awal tidak bertemu dengan titik akhir. Poligon terbuka ditinjau dari sistem pengukuran
dan cara perhitungannya dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :
a) Poligon Terikat sempurna
Poligon terbuka terikat sempurna adalah poligon yang titik awal dan titik akhir terikat
oleh koordinat dan azimuth atau terikat oleh dua koordinat pada awal dan akhir
pengukuran. Poligon jenis ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan poligon
lainnya. Pada poligon ini kesalahan sudut serta kesalahan jaraknya dapat dikoreksi
dengan diketahuinya azimuth dan koordinat awal serta azimuth dan koordinat akhir.

Gambar 3. Poligon Terbuka Terikat sempurna

Dalam poligon terbuka terikat sempurna, besaran - besaran yang harus diukur :
1. Semua sisi jarak

= dB-1, d1-2 , .., d3-P

2. Semua sudut horizontal

= B, 1, 2, , P

Syarat-syarat geometris poligon terbuka terikat sempurna :


= ( P-Q - A-B ) + n . 180 ( untuk sudut kanan )
= ( A-B - P-Q ) + n . 180 ( untuk sudut kiri )
( D . sin ) = X = XP - XB
( D . cos ) = Y = YP - YB
Dalam hal ini :

= jumlah sudut ukuran

= jumlah titik pengukuran

= kesalahan penutup sudut ukuran

= jumlah selisih absis (X)

= jumlah selisih ordinat (Y)

= kesalahan absis (X)

= kesalahan ordinat (Y)

P-Q

= azimuth / sudut jurusan akhir titik ikat

A-B

= azimuth / sudut jurusan awal titik ikat

XP dan YP = koordinat titik ikat akhir


XB dan YB = koordinat titik ikat awal
D

= jarak / sisi poligon

= azimuth

Langkah - langkah perhitungan koordinat ( X , Y ) poligon terbuka terikat sempurna :


1)

Menghitung azimuth titik ikat awal dan titik ikat akhir ( A-B dan P-Q )

A-B = Arc tan [ (XB XA) / (YB YA) ]


P-Q = arc tan [ (XQ XP) / (YQ YP) ]
2) Jumlah sudut horizontal hasil pengukuran ( )
= B + 1 + 2 + 3 + P
3) Jumlah ukuran jarak (D)
D = DB-1 + D1-2 + D2-3 + D3-P
4) Menghitung kesalahan penutup sudut
= ( P-Q A-B ) n . 180
5) Menghitung koreksi pada tiap-tiap sudut ukuran ( ki )
ki = / n ( jika kesalahan penutup sudut bertanda negatif (-) maka koreksinya
positif (+), begiti pula sebaliknya )
6) Menghitung sudut terkoreksi
B = B + ki

1 = 1 + ki
P = P + ki
7) Menghitung azimuth ( ) titik titik poligon
Diketahui azimuth awal ( A-B ) maka :

B-1 = A-B - 180 + B ( untuk sudut luar )


B-1 = A-B + 180 - B ( untuk saudut dalam )
Dengan catatan, apabila azimuth lebih dari 360 maka:
a.

Menghitung jumlah sudut horizontal, kemudian menghitung salah penutup


sudutnya
( 1 + 2 + 3 + .. + 11 ) + = ( n 2 ) x 180 ( untuk sudut dalam )
= ( 1 + 2 + + 11 + 12 ) (( n -2 )) x 180
Jika salah penutup sudut ( ) masuk toleransi yang disyaratkan maka
perhitungan dilanjutkan, tetapi jika tidak masuk toleransi harus dilakukan cek
sudut atau pengukuran ulang.

b. Menghitung jumlah jarak


c.

= d1-2, d2-3, .., dan d12-1

d. Menghitung sudut horizontal terkoreksi, dengan ketentuan jika salah penutup


sudut bertanda positif ( + ), untuk koreksinya negatif ( - ), dan jika salah penutup
sudutnya negatif ( - ), maka koreksinya positif ( + ).

e.

= 1 + ( / n )

12

= 11 + ( / n )

Menghitung azimuth
P1-P2

= BM-P1 + 180 - P1

P11-BM = P10-P11 + 180 - P11


f.

Menghitung selisih absis dan ordinat


Xawal = D x sin

Xawal

= XP1 + Xawal

8) Menghitung selisih absis ( X ) dan ordinat ( Y ) terkoreksi


X B-1 = X B-1 + kX B-1
Y B-1 = Y B-1 + kY B-1
Perhitungan dilanjutkan hingga :
X 3-P = X 3-P + kX 3-P
Y 3-P = Y 3-P + kY 3-P
9) Perhitungan Koordinat ( X, Y )
Diketahui koordinat awal ( XB,YB ) maka:
X1 = XB + X B-1
Y1 = YB + Y B-1
Perhitungan ini dilanjutkan hingga :
X3 = X2 + X 2-3
Y3 = Y2 + Y 2-3
Jika nilai koordinat titik akhir ( XP,YP ) yang dihitung sama dengan koordinat titik
ikat akhir, maka perhitungannya dinyatakan memenuhi toleransi serta dapat
dilanjutkan pada pekerjaan lainnya.

b) Poligon Terbuka Terikat Koordinat


Poligon terikat koordinat adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya terikat oleh
koordinat, nilai azimuth awal dan akhir tidak diketahui. Misal poligon terbuka terikat
koordinat A123

Gambar 4. Poligon Terbuka Terikat Koordina

Dalam poligon terbuka terikat koordinat, besaran-besaran yang harus diukur :


1. Semua sisi/jarak

= d A-1 , d 1-2 , .., d 3-B

2. Semua sudut horizontal


3

= 1, 2,

Langkah perhitungan poligon terbuka terikat koordinat adalah :


1) Menentukan azimuth pendekatan yang besarnya sembarang, misal : A-1
2) Menentukan azimuth sementara menggunakan azimuth pendekatan

1-2 = A-1 - 180 + 1


2-3 = 1-2 - 180 + 2
3-B = 2-3 - 180 + 3
3) Menghitung koordinat sementara 1,2,3 dan B.
X1 = XA + d A-1 . sin A-1
Y1 = YA + d A-1 . cos A-1
X2 = X1 + d 1-2 . sin 1-2
Y2 = Y1 + d 1-2 . cos 1-2

X3 = X2 + d 2-3 . sin 2-3


Y3 = Y2 + d 2-3 . cos 2-3
XB = X3 + d 3-B . sin 3-B
YB = Y3 + d 3-B . cos 3-B
4) Menghitung azimuth ( A-B ) yang diketahui

A-B = Arc tan [ ( XB-XA ) / ( YB-YA ) ]


5) Menghitung azimuth ( A-B ) dari perhitungan pendekatan

A-B = Arc tan [ ( XB-XA ) / ( YB-YA ) ]


6) Hitungan selisih azimuth ( A-B )

A-B = A-B

A-B

7) Hitungan azimuth terkoreksi

A-1 = A-1 + A-B


1-2 = A-1 + A-B - 180 + 1
2-3 = 1-2 + A-B - 180 + 2
3-B = 2-3 + A-B - 180 + 3
Dengan catatan apabila azimuth lebih dari 360 maka :

1-2 = ( A-1 + A-B - 180 + 1 ) - 360


apabila azimuth kurang dari 0 maka :

1-2 = ( A-1 + A-B - 180 + 1 ) + 360


8) Hitungan selisih absis dan selisih ordinat ( X dan Y )
X A-1 = D A-1 . sin A-1
Y A-1 = D A-1 . cos A-1

Perhitungan ini dilanjutkan hingga :


X 3-B = D 3-B . sin 3-B
Y 3-B = D 3-B . cos 3-B
9) Menghitung koreksi pada tiap-tiap kesalahan absis dan ordinat ( KX dan KY)
kX A-1 = ( DA-1 / d ) . X
kY A-1 = ( DA-1 / d ) . Y
Perhitungan dilanjutkan hingga :
kX 3-B = ( D3-B / d ) . X
kY 3-B = ( D3-B / d ) . Y
jika kesalahan absis dan ordinat bertanda negatif (-) maka koreksinya positif
(+),
begitu pula sebaliknya.
10) Menghitung koordinat sesungguhnya ( X,Y )
Diketahui koordinat ( XA,YA) maka :
X1 = XA + X A-1 KX A-1
Y1 = YA + Y A-1 KY A-1
Perhitungan ini dilanjutkan hingga :
XB = X3 + X 3-B KX 3-B
YB = Y3 + Y 3-B KY 3-B
Jika nilai koordinat titik B yang dihitung sama dengan koordinat titik B yang
diketahui maka perhitungannya dinyatakan benar. Poligon ini sering dipakai dilapangan
karena tidak menutup kemungkinan banyak dijumpai hambatan-hambatan misalnya
hanya ada dua titik pengikat yang diketahui sehingga azimuth awal dan akhir belum
diketahui sehingga memakai azimuth pendekatan.

c) Poligon Terbuka Terikat Sepihak

Poligon terbuka terikat sepihak adalah poligon yang hanya terikat salah satu titiknya saja,
bisa terikat pada titik awalnya atau titik akhirnya saja. Misal poligon terbuka terikat
sepihak A123

Gambar 5. Poligon Terbuka Terikat Sepihak


Langkah-langkah perhitungannya:
1) Menghitung Azimuth ()
Misal diketahui azimuth ( A-1 ) maka : 1-2 = A-1 - 180 + 1
2) Menghitung koordinat ( X,Y )
Diketahui koordinat awal ( Xa,YA ) maka :
X1 = XA + d A-1 . Sin A-1
Y1 = YA + d A-1 . Cos A-1
Perhitungan ini dilanjutkan hingga:
X3 = X2 + d 2-3 . Sin 2-3
Y3 = Y2 + d 2-3 . Cos 2-3
Pada poligon jenis ini kurang baik untuk kerangka dasar sebab cara perhitungannya
sangat sederhana karena tidak ada hitungan koreksi baik koreksi sudut maupun jarak,
hanya koordinat titik ikat atau koordinat yang diketahui digunakan sebagai acuan dalam
perhitungan koordinat lainnya .

d) Poligon Terbuka Bebas


Poligon terbuka bebas adalah poligon lepas atau poligon yang tidak terikat kedua
ujungnya. Untuk menghitung koordinat masing-masing titiknya maka harus ditentukan
terlebih dahulu koordinat salah satu titik sebagai acuann menghitung koordinat titik
lainnya. Pada poligon ini tidak ada koreksi sudut maupun koreksi jarak.

Gambar 6. Poligon Terbuka Bebas


Proses perhitungannya :
1) Hitungan azimuth ( )
Misal diketahui azimuth ( 1-2 ) maka :
2) Hitungan koordinat ( X,Y )
Misal ditentukan koordinat titik awal ( X1,Y1 ) maka :
X2 = X1 + d 1-2 . Sin 1-2
Y2 = Y1 + d 1-2 . Cos 1-2

b. Azimut

Azimuth adalah besaran sudut yang diukur dari arah utara searah jarum jam dari
sembarang meridian acuan yang besarnya berkisar antara 0 360. Azimuth berfungsi
sebagai orientasi arah utara pada peta, sebagai kontrol pada pengukuran jaringan poligon
maupun dalam hitungan koordinat.
Azimuth yang diukur dilapangan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1) Azimuth Magnetis
Azimuth Magnetis adalah azimuth yang berdasarkan arah utara magnetis. Untuk
mendapatkan azimuth magnetis dapat dilakukan dengan pengukuran menggunakan alat
ukur yang dilengkapi dengan bousole atau kompas, seperti halnya theodolit (TO).
Azimuth magnetis ini tidak berdasarkan arah utara sebenarnya (kutub utara bumi), namun
hanya berdasarkan arah utara magnetis.

2) Azimuth Geografis
Azimuth Geografis adalah azimuth yang berdasarkan arah kutub utara bumi atau utara
sebenarnya. Untuk mendapatkan besaran azimuth geografis dapat dilakukan dengan
pengamatan benda-benda angkasa (pengamatan matahari atau pengamatan bintang).

c.

Cara penetuan jarak dan sudut


Cara pengukuran poligon merupakan cara yang umum dilakukan untuk

pengadaan kerangka dasar pemetaan pada daerah yang tidak terlalu luas - sekitar (20 km
x 20km). Berbagai bentuk poligon mudah dibentuk untuk menyesuaikan dengan berbagai
bentuk medan pemetaan dan keberadaan titik-titik rujukan maupun pemeriksa.
Tingkat ketelitian, sistem koordinat yang diinginkan dan keadaan medan lapangan
pengukuran merupakan faktor-faktor yang menentukan dalam menyusun ketentuan
poligon kerangka dasar. Tingkat ketelitian umum dikaitkan dengan jenis dan atau tahapan
pekerjaan yang sedang dilakukan. Sistem koordinat dikaitkan dengan keperluan
pengukuran pengikatan. Medan lapangan pengukuran menentukan bentuk konstruksi
pilar atau patok sebagai penanda titik di lapangan dan juga berkaitan dengan jarak selang
penempatan titik.

Koordinat VR diketahui
Sudut sudut Poligon So, S1, ....., S6 diketahui.
Bila : VR = sudut jurusan 1 V2

12 = sudut jurusan 1 2
Rumus rumus yang digunakan dalam perhitungan :

12 = VR So
23 = 12 + 180 0 S2
34 = 23 + 180 0 S3
45 = 34 + 180 0 S4

Titik 1
X1 = XR + dR sin VR
Y1 = YR + dR cos VR
Dimana dR = jarak dari titik 1 ke VR
Titik 2
X2= X1 + d12 sin V12
Y2 = Y1+ d12 cos V12

Dimana d12 = jarak dari titik 1 ke 2


Titik 3
X3 = X2 + d23 sin V23
Y3 = Y2 + d23 cos V23
Dimana dR = jarak dari titik 2 ke 3
Demikian juga untuk titik 4, 5 dan 6

Untuk mendapatkan hasil yang cukup teliti, maka diadakan koreksi koreksi. Ada 2
macam koreksi, yaitu :
1. Koreksi Sudut f ()
S1 + S2 + S3 + S4 + S5 + S6 + f () = 720 0( jumlah sudut dalam segi enam )
Atau :
( n-2 ) X 180 0
f () = 720 0- S1
f () merupakan koreksi sudut
f () dibagi bagi pada S1 , S2 , S3 , ....... , S6
2. Koreksi Jarak
a. di sin + f (x) = (x) = Xakhir Xawal

Karena titik awal dan akhir berimpit, maka :


Xakhir Xawal = 0
di sin + f (x) = 0
F(x) = koreksi x
b. di cos + f (y) = Yakhir Yawal

Karena titik awal dan akhir berimpit, maka :


Yakhir Yawal = 0
di sin + f (y) = 0
F(y) = koreksi y
Maka :
Absis xi diberi koreksi sebesar : di . f(x)/ d
Ordinat yi diberi koreksi sebesar : di . f(y)/ d

Sudut adalah lingkaran yang dibagi dalam 4 bagian yang dinamakan kuadran.
Cara menentukan besarnya sudut ada 3 cara, yaitu :
1. Cara Seksadesimal yaitu, membagi lingkaran dalam 360 bagian yang dinamakan
derajat, sehingga satu kuadran terdiri dari 900. Sistem besaran sudut seksadesimal selain
dalam bentuk derajat, juga disajikan dalam besaran menit dan sekon. Nilai maksimum
sudut ini adalah 3600 60 60.
10 = 60 = 3600

2. Cara Sentisimal yaitu, membagi lingkaran dalam 400 bagian, sehingga satu kuadran
terdiri dari 100 bagian yang dinamakan grade. Sistem besaran sudut sentisimal selain
disajikan dalam besaran grade, juga disajikan dalam bentuk centigrade dan
centisentigrade. Nilai maksimum sudut ini adalah 400g 100cg 100cc.
1g = 100cg = 10000cc
3. Cara Radian yaitu, cara menyatakan sudut dengan menggunakan radial sebagai satuan
sudut. Karena keliling lingkaran adalah 2r, maka satu lingkaran mempunyai sudut
sebesar 2r/r = 2 radian.

Hubungan antara radian, derajat dan grade yaitu :


2 radial = 3600 = 4000
1. Konversi dari seksadesimal ke sistem centisimal :
Degree = Grade
Misal : a0bc
Maka : x = (400/360)x a0bc= dg ecg fcc
2. Konversi dari sentisimal ke sistem seksadesimal :
Grade

= Degree

Misal : ag bcg ccc = x


Maka : x = (360/400)x a0bc= d0 e f
3. Konversi dari seksadesimal ke sistem radian :
Degree = Rad

Misal : a0bc = x
Maka : x = (2 /360)x a0bc= d rad
4. Konversi dari radian ke sistem seksadesimal :
Rad

= Degree

Misal : a rad = x
Maka : x = (360/2) a rad = d0 e f
5. Konversi dari sentisimal ke sistem radian :
Grade

= Degree

Misal : ag bcg ccc = x


Maka : x = (2 /400) a0bc= d rad
6. Konversi dari radian ke sistem seksadesimal :
Rad

= Grade

Misal : a rad = x
Maka : x = (400/2) a rad = bg ccg dcc

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Terdapat contoh hasil data pengukuruan di lapangan :
Pengolahan Data
Titik
letak

Titik

theodolite
A
A-F
A-B
B
B-A
B-C
C
C-B
C-D
D
D-C
D-E
E
E-D
E-F
F

F-A

BA

BT

BB

HA

158

154.5

151

90
90
90
90
90
90
90
90
90
90

7m
7,5 m
7,5 m
9,19 m
9,19 m
5,8 m
5,8 m
4,47 m
4,47 m
4,69 m

90

7m

143.2

140

137.8

0
144 2835
0
o
77 2525
0
o
115 3415
0
o
128 6345
0
o
148 5135

100

96.5

93.3

103o5750

102
96.1
148.5 144.8

94.2
141

134.8 130 125.4


120 115.5 111
131.2 127.5 125.6
127.2 124.2 121.2
168.9 166.5 164.2
100.4 98.2
96

1. Sudut dalam sebelum koreksi

VA d lapangan

TITIK
BESAR SUDUT DALAM
144o2835
A
B
77o2525
C
1153415''
D
12863'45''
E
14851'35''
F
10357'50''
JUMLAH SUDUT DALAM = 71921'25''

2. Koreksi Sudut
Poligon segi-n
R = (n-2) x 180 = (6-2) x 180 = 720

Faktor koreksi
F = (720 - 71921'25'')/6 = 06' 25,83''

3. Sudut setelah dikoreksi


TITIK
A
B
C
D
E
F

BESAR SUDUT DALAM TERKOREKSI


14435'0.83''
7731'50.83''
11540'40.83''
12910'10.83''
14858'0.83''
1044'15.83''
JUMLAH SUDUT DALAM =720

4. Sudut Jurusan
TITIK
A-B
B-C
C-D
D-E
E-F
F-A

BESAR SUDUT JURUSAN


00 '0''
N 102289.17 E
S 1312' 31.68'' E
S 37 17' 17.47'' W
S 68 39' 16.67'' W
N 35 24' 59.14'' W

Pengolahan data jarak


1. Proyeksi terhadap sumbu X
dij x = Lij sin ij
ij = Sudut Jurusan

Ketentuan : East ( E ) = +

West ( W ) = -

Titik

Lij ( m )

ij

Hasil ( dij x)

AB

7,5

00 '0''

BC

9,19

N 102289.17 E

8,97

CD

5,8

S 1312' 31.68'' E

2,1

DE

4,47

S 37 17' 17.47'' W

-2,73

EF

4,69

S 68 39' 16.67'' W

-4,37

FG

N 35 24' 59.14'' W

-4,06

38.65

-0,09

2. Proyeksi terhadap sumbu Y


dij y = Lij cos ij
ij = Sudut Jurusan

Ketentuan : North ( N ) = +

South ( S ) = -

Titik

Lij ( m )

ij

Hasil ( dij y)

AB

7,5

00 '0''

7.5

BC

9,19

N 102289.17 E

-1.98

CD

5,8

S 1312' 31.68'' E

-5,65

DE

4,47

S 37 17' 17.47'' W

-2,73

EF

4,69

S 68 39' 16.67'' W

-1,71

FG

N 35 24' 59.14'' W

38.65

5,7
-4,39

Perhitungan kesalahan

d
lapangan
7m
7,5 m
7,5 m
9,19 m
9,19 m
5,8 m
5,8 m
4,47 m
4,47 m
4,69 m
7m

d optis

Kesalahan (%)

70
78
75
94
90
56
60
47
44
54

0
4
0
2,28
2,07
3,45
3,45
5,14
1,57
15,14

67

4,29

B. Pembahasan
Pertama-tama hal yang harus dilakukan adalah mempersiapkan peralatan yang
dibutuhkan untuk melakukan pengukuran. Peralatan yang dibutuhkan adalah theodolit,
patok, payung, rambu, tripod, dan meteran. Hal selanjutnya yang harus di lakukan adalah
menentukan titik mula, yaitu titik A, dan menentukan ke 5 titik lainnya yaitu titik B, C,
D, E, dan F. Atur posisi theodolite pada titik A, seperti mengatur posisi gelembung nivo
agar tepat berada di tengah-tengah, tembakan ke titik sebelum titik acuan (F) dengan
sudut horizontal awal 000000 dan sudut vertikal 900000.
Ukur jarak dari titik A ke F, kemudian putar theodolite ke titik B untuk dibidik
sehingga diperoleh data sudut dalam di titik A lalu ukur jarak antara titik A dengan titik

B. Pada pengukuran ini hal yang harus kita perhatikan adalah arah putaran theodolite
harus selalu searah jarum jam dan harus mengukur tinggi alat di setiap titik tembak.
Hal yang selanjutnya dilakukan adalah memindahkan theodolite ke titik B dengan
membidik titik A seperti langkah-langkah diatas. Hal lain yang harus selalu diingat adalah
sudut horizontal harus selalu 000000 dan sudut vertikal pun harus selalu 900000.
Kemudian bidik ke titik C, catat besar sudut horizontal dan jarak dari B ke C. Demikian
seterusnya dengan langkah yang sama di setiap titik yang telah ditentukan.
Pengukuruan yang dilakukan adalah untuk mendapatkan sudut dalam tiap titik,
sudut jurusan, dan jarak antar titik yang membentuk poligon. Koordinat titik akan
diperoleh dari hasil pengolahan jarak. Hal pertama yang harus dilakukan adalah
menghitung sudut dalam, contohnya jika titk tembak berada di titik A berarti untuk
mencari sudut dalam A dapat dikurangin dengan 360 dengan sudut hasil bidikan dari
titik F ke B. Hal tersebut pun berlaku untuk menentukan sudut dalam di titik-titik yang
lain.
Penentuan sudut bearing dapat dibantu dengan gambar yang menggunakan skala
tertentu dan dapat diperiksa kebenarannya dari hasil perhitungan. Pada pengukuran di
lapangan sudut dalam yang diperoleh tidak sama dengan standarnya, yaitu 720.
Sementara hasil pengukuran yang di dapat dilapangan adalah 7192125.

Ini

membuktikan bahwa hasil pembidikan ada yang tidak tepat karena disebabkan beberapa
faktor kesalahan. Agar poligon tersebut mempunyai sifat sebagai poligon tertutup maka
diperlukan adanya proses faktor koreksi. Berdasarkan pengolahan data yang telah
dilakukan, faktor koreksi sudutnya sebesar 06' 25,83''. Berikut gambar poligin setelah
koreksi sudut:

Gambar sketsa poligon


Hal yang selanjutnya dilakukan adalah mencari besar sudut jurusan. Untuk
menentukan sudut jurusan, mula-mula kita tentukan arah utara dengan bantuan gambar
dan data sudut dalam. Fungsi dari sudut jurusan ini adalah untuk menunjukan keakuratan
dari jarak yang telah kita hitung sebelumnya dengan meteran. Sudut jurusan didapat
dengan cara menambahkan sudut yang di dapat pada saat pengukuran dilapangan dengan
faktor koreksi sudut sebesar 06' 25,83''. Pengolahan data jarak dapat dilakukan setelah
besar sudut jurusan diketahui.
Adapun, dari pengolahan data diperoleh kordinat poligon adalah sebagai berikut :

Titik
A-B
B-C
C-D
D-E
E-F
F-G

X
0
8,97
2,1
-2,73
-4,37
-4,06

Y
7.5
-1.98
-5,65
-2,73
-1,71
5,7

Pengolahan data jarak akan menghasilkan proyeksi pada sumbu x dan proyeksi
pada sumbu y. Untuk mencari proyeksi pada sumbu x di setiap titik d ij x = Lij sin ij
dengan ij = Sudut Jurusan dan dij x = -0,09. Sedangkan untuk mencari proyeksi pada
sumbu y di setiap titik dij y = Lij cos ij dengan ij = Sudut Jurusan dan dij y = -4,39.

BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Kerangka dasar mendatar pemetaan dengan pengukuran poligon dapat dibuat
dengan menggunakan theodolite.
2. Poligon adalah garis lurus yang menghubungkan titik-titik di permukaan bumi.
3. Pengukuran dilapangan menghasilkan sudut dalam sebesar 7192125 dan faktor
koreksi sudut sebesar 0625,83.
4. Dengan menentukan besar sudut dalam, baik secara azimuth maupun bearing, kita
dapat menentukan koordinat tiap titik sehingga kita dapat memperoleh bentuk
poligon. Setiap titik dalam rangkaian akan menjadi acuan bagi penentuan koordinat
titik-titik sekitarnya.
5. Berdasarkan dari hasil pengolahan data jarak dihasilkan nilai d ij x = -0,09 dan
nilai dij y = -4,39.

B. Saran
Guna tercapainya keberhasilan dalam pengukuruan yang dilakukan agar tidak
terjadi banyak error atau selisih error terlalu jauh. Sebelum melakukan pengukuran
hendaknya dipelajari dahulu teori-teori yang nanti tentang pengukuruan. Dalam
penggunaan alat hendaknya diperhatikan ketentuan-ketentuan penggunaannya untuk
menghindari terjadinya kerusakan dan kesalahan pengukuran. Serius dan teliti dalam
melakukan kegiatan pengukuran agar kesalahan dapat diminimalkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1999. Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah I. Yogyakarta: Laboratorium Ilmu
Ukur Tanah Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik UGM.
Batara, Y. D. Ilmu Ukur Tanah. Banjarmasin: Jurusan Teknik Geodesi. Politeknik Negeri
Banjarmasin.
Basuki, S. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Jurusan Geodesi Universitas Gajah
Mada.
Mulyo, Jarot dan Supriatna. 2008. Modul Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Depok: Fakultas
MIPA Universitas Indonesia.
Purwaamijaya, Iskandar Muda. 2008. Teknik Survei dan Pemetaan. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Suharto.

2011.

Pekerjaan

Survei

dan

Pemetaan.

http://www.indahnyabelajar.wordpress.com/2011/07/17/pekerjaan-survei-danpemetaan/. Diakses tanggal 6 November 2011


Tim Penyusun Modul Praktikum Ilmu Ukur Tanah. 2010. Pedoman Praktikum Ilmu Ukur
Tanah. Depok : Laboratorium Survey dan Pemetaan, Jurusan Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Indonesia.
Wongsotjitro, Soetomo. 1980. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Diposkan 14th February 2012 oleh I Putu Yuliawan APP


2.
Feb
13

KELEMBABAN DAN TEKANAN


UDARA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Iklim merupakan salah satu faktor pembatas dalam proses pertumbuhan dan
produksi tanaman. Jenis - jenis dan sifat - sifat iklim bisa menentukkan jenis - jenis
tanaman yang tumbuh pada suatu daerah serta produksinya. Oleh karena itu kajian
klimatologi dalam bidang pertanian sangat diperlukan. Seiring dengan dengan semakin
berkembangnya isu pemanasan global dan akibatnya pada perubahan iklim, membuat
sektor pertanian begitu terpukul. Tidak teraturnya perilaku iklim dan perubahan awal
musim dan akhir musim seperti musim kemarau dan musim hujan membuat para petani
begitu susah untuk merencanakan masa tanam dan masa panen. Untuk daerah tropis
seperti indonesia, hujan merupakan faktor pembatas penting dalam pertumbuhan dan
produksi tanaman pertanian. Selain hujan, unsur iklim lain yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman adalah suhu, angin, kelembaban dan sinar matahari.
Dalam mengenal serta memahami sifat-sifat cuaca dan iklim di alam, kita
dihadapkan dengan beberapa pengertian yang satu sama lain saling terkait antar lain;

Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam periode waktu yang panjang pada suatu
wilayah tertentu. Ilmu yang mempelajari iklim disebut Klimatologi. Sedangkan
cuaca adalah peristiwa fisika yang terjadi di atmosfir, atau keadaan atmosfir pada suatu
saat. Dan ilmu yang mempelajari cuaca disebut Meteorologi. Atmosfir atau Atmosfera
berasal dari bahasa Yunani "Atmos" yang berarti uap air atau gas dan "Sphaira" yang
berarti keadaan sekitarnya atau selimut. Jadi atmosfir dapat diartikan selubung gas, atau
selimut gas yang disekitar bumi. Teranglah bahwa pengenalan cuaca dan iklim
menyangkut semua peristiwa yang terjadi di atmosfir yang diantaranya radiasi surya,
suhu udara, tekanan udara, angin, hujan dan awan, kelembaban udara, penguapan,
keseluruhannya disebut juga unsur-unsur cuaca. Peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk
daerah yang sempit atau disekitar lokasi usaha tertentu disebut iklim mikro (micro
climate) (Darsiman, 2000, 2007).
Akibat adanya unsur-unsur pengendali iklim (radiasi surya, suhu udara, tekanan
udara, angin, hujan dan awan, kelembaban udara, penguapan) maka masing-masing unsur
cuaca/iklim berbeda dari suatu tempat ketempat lain atau dari waktu ke waktu dari setiap
jengkal lahan secara mikro dibumi ini (Darsiman, 2007).
Kelembaban merupakan salah satu komponen abiotik di udara dan tanah.
Kelembaban di udara berarti kandungan uap air di udara, sedangkan kelembaban di tanah
berarti kandungan air dalam tanah. Kelembaban diperlukan oleh makhluk hidup agar
tubuhnya tidak cepat kering karena penguapan. Kelembaban yang diperlukan setiap
maklhuk hidup berbeda-beda. Sebagai contoh, cendawan dan cacing memerlukan habitat
yang sangat lembab.
1.2.
Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana cara mengukur kelembaban dan tekanan udara ?
1.2.2. Bagaimana pengaruh kelembaban dan tekanan udara terhadap lingkungan, terutama
terhadap tanaman pertanian ?
1.3.
Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui definisi atau penjelasan dari kelembaban dan tekanan udara
1.3.2. Untuk menambah pemahaman kita tentang pentingnya pengaturan kelembaban dan
tekanan udara bagi lingkungan terutama terhadap tanaman pertanian

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelembaban Udara


Definisi kelembaban udara adalah banyaknya kandungan uap air di atmosfer.
Udara atmosfer adalah campuran dari udara kering dan uap air. Kelembaban udara adalah
tingkat kebasahan udara karena dalam udara air selalu terkandung dalam bentuk uap air.
Kandungan uap air dalam udara hangat lebih banyak daripada kandungan uap air dalam
udara dingin. Kalau udara banyak mengandung uap air didinginkan maka suhunya turun
dan udara tidak dapat menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap air berubah menjadi titiktitik air. Udara yang mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut
udara jenuh.
Macam-macam kelembaban udara sebagai berikut :
1) Kelembaban relatif atau nisbi yaitu perbandingan jumlah uap air di udara dengan yang
terkandung di udara pada suhu yang sama.
2) Kelembaban absolut atau mutlak yaitu banyaknya uap air dalam gram pada 1 m 3.
Contoh : 1 m3 udara suhunya 250 C terdapat 15 gram uap air maka kelembaban mutlak
= 15 gram. Jika dalam suhu yang sama, 1 m3 udara maksimum mengandung 18 gram
uap air, maka kelembaban relatifnya = 15/18 X 100 % = 83,33 %.
Beberapa cara untuk menyatakan jumlah uap air yaitu :
1. Tekanan uap adalah tekanan parsial dari uap air. Dalam fase gas maka uap air di
dalam atmosfer seperti gas sempurna (ideal).

2. Kelembaban mutlak yaitu massa air yang terkandung dalam satu satuan volume
udara lengas.
3. Nisbah percampuran (mixing ratio) yaitu nisbah massa uap air terhadap massa
udara kering.
4. Kelembaban spesifik didefinisikan sebagai massa uap air persatuan massa udara
basah.
5. Kelembaban nisbi (RH) ialah perbandingan nisbah percampuran dengan nilai
jenuhnya dan dinyatakan dalam %.
6. Suhu virtual.
Besaran yang sering dipakai untuk menyatakan kelembaban udara adalah
kelembaban nisbi yang diukur dengan psikrometer atau higrometer. Kelembaban nisbi
berubah sesuai tempat dan waktu. Pada siang hari kelembaban nisbi berangsur angsur
turun kemudian pada sore hari sampai menjelang pagi bertambah besar.

Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat


dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit
tekanan uap air.

Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual


dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air.

Kapasitas udara untuk menampung uap air (pada keadaan jenuh) tergantung pada
suhu udara

Defisit tekanan uap air adalah selisih antara tekanan uap air jenuh dengan tekanan
uap aktual.

Pengembunan akan terjadi bila kelembaban nisbi mencapai 100 %.


Kerapatan Uap Air

Massa uap air per satuan volume udara yang mengandung uap air tersebut.
(kelembaban mutlak)

Massa uap air per satuan volume udara yang mengandung uap air tersebut
(kelembaban mutlak)

v = kerapatan uap air (kg m-3)


Mv= massa uap air (kg) pada volume udara sebesar V
V = volume udara (m3)

Pada daerah lembab seperti di daerah tropis, v akan lebih tinggi daripada daerah
temperate yang relatif kering terutama pada musim dingin (winter).

Pada musim dingin kapasitas udara untuk menampung uap air menjadi kecil

Tekanan Uap Air

Hukum Gas Ideal :

ea = Tekanan uap air (mb)


R = Tetapan gas umum (8.3143 J K-1 mol -1)
T = suhu mutlak (K)
V = volume udara (m3)

Jumlah mol adalah n = m/Mv dan Mv = 18.016 untuk uap (H2O), serta v =
mv /V, maka

Berdasarkan persamaan di atas, maka tekanan uap ditentukan oleh kerapatan uap air (v )
serta suhu udara (T)
Kelembaban Spesifik

Specific humidity (q)

Perbandingan antara massa uap air (mv), dengan massa udara lembab, yaitu massa
udara kering (md) bersama-sama uap air tersebut (mv)

q = m/(md + mv)
NIsbah campuran (r) (mixing ratio), massa uap air dibandingkan dengan massa udara
kering
r = mv/md
Kelembaban Relatif

Relative humidity (RH)


Perbandingan antara kelembaban aktual dengan kapasitas udara untuk
menampung uap air.

RH = 100 ea / es
ea = kelembaban aktual/tekanan uap air aktual
es = kapasitas udara untuk menampung uap air/tekanan uap jenuh
Kelembaban Relatif (RH)

Bila RH 100% maka, ea = es

Es tergantung pada suhu udara (T)

Makin tinggi T, kapasitas untuk menampung uap air/ es meningkat.

Pada ea yang tetap, RH akan lebih kecil bila suhu udara meningkat, sebaliknya
RH makin tinggi bila suhu udara rendah.

Sebaran Kelembaban

ea yang tetap antara siang dan malam, menyebabkan RH akan lebih rendah pada
siang hari ytetapi lebih tinggi pada malam hari

RH lebih tinggi pada malam hari dam mencapai maksimum pada pagi hari
sebelum matahari terbit.

Hal tersebut menyebabkan proses pengembunan bila udara bersentuhan dengan


bidang/permukaan yang suhunya lebih rendah dari suhu titik embun.

Embun terbentuk pada tempat-tempat yang terbuka atau tidak ternaungi seperti
bagian terluar dari tajuk pohon dan di rumput (tidak terlindungi benda lain).

Tempat tersebut memiliki suhu terendah karena paling banyak kehilangan energi
melalui pancaran radiasi gelombang panjang.

Prinsip Pengukuran Kelembaban Udara


1. Metode pertambahan panjang pada benda-benda higroskopis (mudah menyerap air or
uap air)
2. Metode pertambahan berat pada benda-benda higroskopis
3. Metode termodinamika

Alat pengukur kelembaban udara secara umum disebut higrometer, sedangkan yang
menggunakan prinsip metode termodinamika disebut dengan psikrometer.

2.2. Tekanan Udara


Tekanan udara merupakan tenaga yang bekerja untuk menggerakkan massa udara
dalam setiap satuan luas tertentu. Diukur dengan menggunakan barometer. Satuan
tekanan udara adalah milibar (mb). Garis yang menghubungkan tempat-tempat yang
sama tekanan udaranya disebut sebagai isobar.

2.2.1. Variasi Tekanan Udara


Tekanan udara dibatasi oleh ruang dan waktu. Artinya pada tempat dan waktu
yang berbeda, besarnya juga berbeda. Tekanan udara secara vertikal yaitu makin ke atas
semakin menurun. Hal ini dipengaruhi oleh:
Komposisi gas penyusunnya makin ke atas makin berkurang.
Sifat udara yang dapat dimampatkan, kekuatan gravitasi makin ke atas makin
lemah.
Adanya variasi suhu secara vertikal di atas troposfer (>32 km) sehingga makin
tinggi tempat suhu makin naik.
Tekanan udara secara horizontal yaitu variasi tekanan udara dipengaruhi suhu
udara, bahwa daerah yang suhu udaranya tinggi akan bertekanan rendah dan daerah yang
bersuhu udara rendah tekanannya tinggi. Pola penyebaran tekanan udara horizontal
dipengaruhi:
Lintang tempat.
Penyebaran daratan dan lautan.

Pergeseran posisi matahari tahunan.


Tekanan udara diukur berdasarkan tekanan gaya pada permukaan dengan luas
tertentu, misalnya 1 cm2. Satuan yang digunakan adalah atmosfer (atm),millimeter kolom
air raksa (mmHg) atau milibar (mbar).
Tekanan udara patokan (sering juga disebut) tekanan udara normal) adalah
tekanan kolom udara setinggi lapisan atmosfer bumi pada garis lintang 450 dan suhu
00C. besarnya tekanan udara tersebut dinyatakan sebagai 1 atm. Tekanan sebesar 1 atm
ini setara dengan tekanan yang diberikan oleh kolom air raksa setinggi 760 mm. satuan
tekanan selain dengan atm atau mmHg juga dapat dan sering dinyatakan dalam satuan
kg/m2. Konversi antara satuan tekanan udara tersebut adalah sebagai berikut 1 atm = 760
mmHg = 14,7 Psi = 1,013 mbar.
Alat untuk mengukur tekanan udara disebut barometer. Tekanan udara berkurang
dengan bertambahnya ketinggian tempat(elevasi atau altitude). Hubungan antara tekanan
udara dengan ketinggian dapat dilihat pada persamaan laplace sebagai berikut :
H = k(1+t)log(0/h)
Keterangan :
H = ketinggian tempat
k = konstanta (18.400)
= koefisien pemuaian udara (0,000367)
t = suhu rata rata antara permukaan laut sampai pada ketinggian h
0 = tekanan udara pada permukaan laut
h = tekanan udara pada permukaan ketinggian h

Hubungan antara tekanan udara dengan ketinggian tempat itu dimanfaatkan dalam
merancang alat untuk pengukuran ketinggian tempat yang disebut altimeter. Tekanan
udara dipengaruhi oleh suhu.
Kepadatan udara tidak sepadat tanah dan air. Namun udara pun mempunyai berat
dan tekanan. Berat atau kecilnya tekanan udara, dapat diukur dengan menggunakan
barometer. Orang yang pertama kali mengukur tekanan udara adalah Torri Celli (1643).
Alat yang digunakan adalah barometer raksa.
Tekanan udara menunjukkan tenaga yang bekerja untuk menggerakan massa
udara dalam setiap satuan luas tertentu. Tekanan udara semakin rendah apabila semakin
tinggi dari permukaan laut. Gerakan tersebut dinamakan angin. Angin adalah udara yang
bergerak. Ada tiga hal yang penting yang menyangkut sifat angin yaitu:
a. Kekuatan angin
Menurut hukum Buys Ballot, udara bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi
(maksimum) ke daerah bertekanan rendah (minimum), dibelahan bumi utara berbelok
ke kanan sedangkan dibelahan bumi selatan berbelok ke kiri.
b. Arah angin
Arah angin dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu gradient barometrik, rotasi bumi, dan
kekuatan yang menahan.
c. Kecepatan angin

Tekanan udara secara vertikal yaitu makin ke atas semakin menurun. Hal ini
dipengaruhi oleh:
Komposisi gas penyusunnya makin ke atas makin berkurang.
Sifat udara yang dapat dimampatkan, kekuatan gravitasi makin ke atas makin
lemah.
Adanya variasi suhu secara vertikal di atas troposfer (>32 km) sehingga makin
tinggi tempat suhu makin naik.

Tekanan udara secara horizontal yaitu variasi tekanan udara dipengaruhi suhu
udara, bahwa daerah yang suhu udaranya tinggi akan bertekanan rendah dan daerah yang
bersuhu udara rendah tekanannya tinggi. Pola penyebaran tekanan udara horizontal
dipengaruhi:
Lintang tempat.
Penyebaran daratan dan lautan.
Pergeseran posisi matahari tahunan.
Tekanan Udara Normal, tekanan kolom udara setinggi lapisan atmosfer bumi pada
garis lintang 45 o dan suhu 0 0C. Besarnya tekanan udara dinyatakan dalam atm.
Tekanan udara diukur berdasarkan tekanan gaya pada permukaan dengan luas
tertentu (1 cm2, 1 m2, dll)
Tekanan 1 atm setara dengan tekanan yang diberikan oleh kolom air raksa
setinggi 760 mm.
1 atm = 760 mm Hg = 14.7 psi = 1.013 mbar
Psi (pound per square inchi)

2.2.2. Hubungan Ketinggian dengan Tekanan Udara

Hubungan antara tekanan udara dengan ketinggian tempat dipakai untuk


merancang alat untuk pengukuran tinggi tempat = ALTIMETER

Tekanan udara umumnya menurun untuk setiap bertambah ketinggian 100 m

2.2.3. Ragam Angin


Angin yang mengikuti pola umum sirkulasi udara = prevailing wind

Prevailing wind pada daerah tropis disebut trade wind, beriklim sedang,
westerlies wind, daerah kutub, polar wind

Angin musiman (seasonal wind)


Angin moonsoon, angin berubah sesuai musim.
Angin bertiup dari arah timur laut selama periode 6 bulan dan dari arah barat daya
selama 6 bulan berikutnya

Angin di dekat permukaan bumi, kecepatannya lebih rendah dibandingkan


denganlapisan udara yang kebih tinggi.

Terjadi karena hambatan akibat geseran dengan permukaan bumi.


Arah Angin pada ketinggian lapisan udara yang tinggi juga lebih bervariasi.
Pada ketinggian 6 12 km, dapat dijumpai angin dengan kecepatan samapi 300
km/jam yang umumnya berhembus dari barat, disebut jet stream.
Angin Darat dan Angin LautTerjadi akibat perbedaan suhu udara dia tas laut (atau
danau) dengan udara di atas wilayah daratan.
Siang hari, diatas daratan lebih panas dibanding lautan sehingga angin berhembus
dari arah laut ke daratan, ANGIN LAUT.

Malam hari, daratan lebih dingin sehingga tekanan udaranya lebih tinggi,
menyebabkan angin berhembus dari daratan ke arah lautan, ANGIN DARAT

Angin GUNUNG dan Angin LEMBAH

Siang hari, bagian pun cak gunung menerima radiasi matahari lebih banyak
sehingga suhunya lebih tinggi, angin berhembus dari lembah ke puncak gunung,
ANGIN LEMBAH.

Malam hari, angin akan bergerak dari puncak ke arah lembah karena udara di
puncak lebih dingin dibanding lembah akibat kehilangan panas melalui radiasi
gelombang panjang ke atmosfer. Angin dari arah puncak pada malam hari disebut
ANGIN GUNUNG.

ANGIN LOKAL
Angin foehn, angin yang melintasi pegunungan, mengalami tekanan karena turun
dari elevasi tinggi ke ke levasi rendah. Angin bersifat kering dan panas.
Angin chinook yang berhembus di lereng timur pegunungan Rocky (USA) dan
Santa Ana di California Selatan, dapat merusak tanaman pertanian.
Angin Bohorok, Sumut.
FUNGSI ANGIN
Tiga sifat Angin:
1. Angin menyebabkan tekanan terhadap permukaan yang menentang arah angin
tersebut
2. Angin mempercepat pendinginan dari benda yang panas
3. Kecepatan angin sangat beragam dari tempat ke tempat lain dan dari waktu ke
waktu.
Profil angin logaritmik di atas kanopi

Fungsi lain: pencampur lapisan udara, antara udara panas dan udara dingin, udara
lembab dan udara kering, udara yang kaya dengan CO2 dengan udara dengan
CO2 yang rendah.

Fungsi tersebut, maka siklus hidrologi dapat berlangsung, dan keracunan CO2
pada pusat kota dan kawasan industri dapat dihindari.

TURBULENSI ATMOSFER

Angin dalam pergerakannya tidak mengikuti garis lurus tetapi berkelok-kelok


sesuai dengan medan yang dilewatinya.

Angin akan menghindar (berbelok ke arah lain) jika kekuatan dorongnya lebih
rendah dari hambatan yang dimiliki oleh struktur fisik benda yang diterpanya.

Kecepatan angin juga tidak stabil, pergerakan angin akan lebih cepat jika
hambatan/resistensi media yang dilaluinya rendah.

Fenomena arah dan kecepatan angin yang berubah-ubah disebut TURBULENSI.

Variasi arah dan kecepatan angin yang disebbkan oleh kekasaran permukaan,
Turbulensi Mekanis.

Turbulensi yang terjadi disebabkan perbedaan suhu lapisan atmosfer, turbulensi


termal/t. konvektif.

Turbulensi termal, terjadi pada saat udara panas pada permukaan bergerak ke atas
secara vertikal karena resistensi dari lapisan udara di atasnya.

Kecepatan angin turbulensi mekanis fluktuasinya lebih kecil tetapi frekuensinya


lebih tinggi dibandingkan fluktuasi akibat t. termal.

KECEPATAN ANGIN

Kecepatan angin: kecepatan angin horisontal pada ketinggian 2 m dari


permukaan tanahnyang ditanami rumput.

Alat pengukur = ANEMOMETER

Kecepatan angin ditentukan oleh perbedaan tekanan udara antara tempat asal dan
tujuan angin dan resistensi medan yang dilaluinya.

u = [u*/kk].Ln[Z + ZM d)/ ZM )]

Dimana
u = kecepatan angin (m/det)
u* = velositas friksi (m/det)
Kk = konstanta von Karman (0.4)
Z = ketinggian dari permukaan tanah
ZM = parameter kekasaran momentum (momentum rougness parameter)
d = ketinggian alihan permukaan (zero plane displacement)
Untuk tanaman/vegetasi yang seragam, d = 0.4 h , Zm = 0.13 h, dimana h = tinggi
vegetasi rata-rata.

BAB III
PEMBAHASAN

Pengaruh kelembaban dan tekanan udara terhadap tanaman padi


Kelembaban udara nisbi berpengaruh terhadap evapotranspirasi pada musim
kemarau dengan kelembaban rendah, intensitas sinar surya dan suhu tinggi mempercepat
laju evaportranspirasi. Bila laju evaportranspirasi tidak diimbangi dengan laju translokasi
air ke akar, tanaman padi akan mengalami kekeringan.
Kelembaban udara juga mempengaruhi aktivitas fotosintesa padi. Dan juga terjadi
perubahan pola fotosintesa akibat perubahan kelembaban udara dan hubungan
kelembaban dengan intensitas cahaya dan temperatur.
Kisaran kelembaban nisbi optimum untuk pagi antara 50 90%. Di indonesia
beriklim tropis tanah basah, kelembaban nisbi tidak merupakan kendala bagi usaha
peningkatan produksi padi. Tetapi di daratan tinggi kelembaban lebih dari 95% dapat
menyebabkan agresi tepung sari, dan ini dapat mengganggu penyebukan.
Ada beberapa macam kelembaban yang bisa diukur pada tanaman padi,
misalnya :
a. Kelembaban relatif atau nisbi yaitu perbandingan jumlah uap air di udara dengan yang
terkandung di udara pada suhu yang sama. Misalnya pada suhu 27 0C, udara tiap-tiap 1
m3 maksimal dapat memuat 25 gram uap air pada suhu yang sama ada 20 gram uap
air,maka lembab udara pada waktu itu sama dengan
20 x 100 % = 80 %

25
b. Kelembaban absolut atau mutlak yaitu banyaknya uap air dalam gram pada 1 m 3.
Contoh : 1 m3 udara suhunya 250 C terdapat 15 gram uap air maka kelembaban mutlak
= 15 gram. Jika dalam suhu yang sama, 1 m3 udara maksimum mengandung 18 gram
uap air, maka kelembaban relatifnya = 15/18 X 100 % = 83,33 %.

Tekanan udara dibatasi oleh ruang dan waktu. Artinya pada tempat dan waktu
yang berbeda, besarnya juga berbeda. Tekanan udara secara vertikal yaitu makin ke atas
semakin menurun. Tekanan udara diukur berdasarkan tekanan gaya pada permukaan
dengan luas tertentu, misalnya 1 cm2. Satuan yang digunakan adalah atmosfer
(atm),millimeter kolom air raksa (mmHg) atau milibar (mbar).
Tekanan udara patokan (sering juga disebut) tekanan udara normal) adalah
tekanan kolom udara setinggi lapisan atmosfer bumi pada garis lintang 450 dan suhu
00C. besarnya tekanan udara tersebut dinyatakan sebagai 1 atm. Tekanan sebesar 1 atm
ini setara dengan tekanan yang diberikan oleh kolom air raksa setinggi 760 mm. satuan
tekanan selain dengan atm atau mmHg juga dapat dan sering dinyatakan dalam satuan
kg/m2. Konversi antara satuan tekanan udara tersebut adalah sebagai berikut 1 atm = 760
mmHg = 14,7 Psi = 1,013 mbar.
Hubungan antara tekanan udara dengan ketinggian tempat itu dimanfaatkan dalam
merancang alat untuk pengukuran ketinggian tempat yang disebut altimeter.
Tekanan udara dipengaruhi oleh suhu. Sehingga sangat berpengaruh sekali terhadap
pertumbuhan tanaman padi.

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
1. Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan
sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air.
2. Besaran yang sering dipakai untuk menyatakan kelembaban udara adalah kelembaban
nisbi yang diukur dengan psikrometer atau higrometer. Kelembaban nisbi berubah
sesuai tempat dan waktu.
3. Tekanan udara merupakan tenaga yang bekerja untuk menggerakkan massa udara
dalam setiap satuan luas tertentu.
4. Alat untuk mengukur tekanan udara disebut barometer. Tekanan udara berkurang
dengan bertambahnya ketinggian tempat(elevasi atau altitude). Hubungan antara
tekanan udara dengan ketinggian dapat dilihat pada persamaan laplace sebagai
berikut :
H = k(1+t)log(0/h)

4.2. Saran

Kelembaban dan tekanan udara setiap saat pasti mengalami perubahan, untuk itu
perlu dilakukan pengawasan setiap waktu. Agar tidak terjadi kesalahan seperti
mengganggu pertumbuhan tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-dasar klimatologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


http://smamuhwsb.freeoda.com,kelembaban_udara2.html, diakses tanggal 21 Maret 2011.
http://www.cuacajateng.com/kelembabanudara.htm, diakses tanggal 21 Maret 2011.
http://www.scribd.com/doc/16665921/Tekanan-Udara-Dan-Angin, diakses tanggal 21
Maret 2011.
http://leonheart94.blogspot.com/2010/04/tekanan-udara.html, diakses tanggal 21 Maret
2011.

Diposkan 13th February 2012 oleh I Putu Yuliawan APP


2.
Feb
13

PENGARUH KECEPATAN ALIRAN


AIR PADA IRIGASI LAHAN
PERTANIAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hidrolika adalah bagian dari hidromekanika (hydro mechanics) yang
berhubungan dengan gerak air. Ditinjau dari mekanika aliran, terdapat dua macam aliran
yaitu aliran saluran tertutup dan aliran saluran terbuka. Dua macam aliran tersebut
dalam banyak hal mempunyai kesamaan tetapi berbeda dalam satu ketentuan penting.
Perbedaan tersebut adalah pada keberadaan permukaan bebas; aliran saluran terbuka
mempunyai permukaan bebas, sedang aliran saluran tertutup tidak mempunyai
permukaan bebas karena air mengisi seluruh penampang saluran. Dengan demikian
aliran saluran terbuka mempunyai permukaan yang berhubungan dengan atmosfer,
sedang aliran saluran tertutup tidak mempunyai hubungan langsung dengan tekanan
atmosfer.
Aliran air yang ada di alam ini memiliki bentuk yang beragam, karena berbagai
sebab dari keadaan alam baik bentuk permukaan tempat mengalirnya air juga akibat arah
arus yang tidak mudah untuk digambarkan. Aliran air yang ada di alam ini memiliki
bentuk yang beragam, karena berbagai sebab dari keadaan alam baik bentuk permukaan
tempat mengalirnya air juga akibat arah arus yang tidak mudah untuk digambarkan.
Misalnya aliran sungai yang sedang banjir, air terjun dari suatu ketinggian tertentu, dan
sebagainya. Contoh yang disebutkan di bagian depan memberikan gambaran mengenai
bentuk yang sulit dilukiskan secara pasti. Namun demikian, bila kita kaji secara
mendalam maka dalam setiap gerakan partikel tersebut akan selalu berlaku hukum ke-2
Newton. Oleh sebab itu, agar kita labih mudah untuk memahami perilaku air yang
mengalir diperlukan pemahaman yang berkaitan dengan kecepatan (laju air) dan
kerapatan air dari setiap ruang dan waktu. Bertolak dari dua besaran ini aliran air akan
mudah untuk dipahami gejala fisisnya, terutama dibedakan macam-macam alirannya.
Aktivitas dan operasional usaha tani di lahan pertanian sangat tergantung pada
sistem tata air. Air adalah bahan alami yang secara mutlak diperlukan tanaman dalam
jumlah cukup pada saat yang tepat. Sehingga diperlukan suatu pengairan untuk mengairi
lahan pertanian yang sering kita kenal dengan sebutan irigasi. Irigasi dimaksudkan untuk
memberikan suplai air kepada tanaman dalam waktu, ruang, jumlah, dan mutu yang tepat.
Pencapaian tujuan tersebut dapat dicapai melalui berbagai teknik pemberian air irigasi.
Rancangan pemakaian berbagai teknik tersebut disesuaian degan karakteristik tanaman
dan kondisi setempat. Agar pemberian air tersebut dapat berjalan dengan dengan dan
tidak ada waktu yang terbuang percuma maka kecepatan aliran air harus diperhatikan.
Kecepatan aliran ini ada kaitanya dengan debit air yang akan di alirkan oleh para petani
pada saat irigasi dilakukan.

Irigasi dibutuhkan orang untuk beberapa fungsi. Fungsi pertama adalah untuk
menambahkan air atau lengas tanah ke dalam tanah untuk memasok kebutuhan air bagi
pertumbuhan tanaman. Kemudian air irigasi juga dipakai untuk menjamin ketersediaan
air atau lengas apabila terjadi betatan (dry spell), menurunkan suhu tanah, pelarut garamgaram dalam tanah, untuk mengurangi kerusakan karena frost (jamur upas), untuk
melunakkan lapis keras tanah (hard pan) dalam pengolahan tanah.
Apabila disebutkan tentang sistem irigasi bayangan orang selalu dibawa pada
suatu bangunan fisik berupa bendung, dam, ataupun saluran yang membawa air untuk
mengairi tanaman. Namun orang selalu lupa bahwa agar bangunan tersebut dapat
beroperasi dengan benar maka diperlukan pula manusia yang mengoperasikan pintupintu, membersihkan sampah dari dalam saluran, atau membagikan air dengan adil pada
saat kekuarangan air. Oleh sebab itu perlu ditakrifkan apa arti irigasi dan sistem irigasi
itu.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana pengaruh kecepatan aliran air pada irigasi di lahan pertanian?
1.2.2. Bagaimana sistem pengairan aliran air di lahan pertanian?
1.2.3. Jenis aliran yang bagaimana cocok digunakan di lahan pertanian?

1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui pengaruh kecepatan aliran air pada irigasi di lahan pertanian.
1.3.2. Untuk mengetahui sistem pengairan aliran air di lahan pertanian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Aliran Air


Ditinjau dari mekanika aliran, terdapat dua macam aliran yaitu aliran saluran
tertutup dan aliran saluran terbuka. Dua macam aliran tersebut dalam banyak hal
mempunyai kesamaan tetapi berbeda dalam satu ketentuan penting. Perbedaan tersebut
adalah pada keberadaan permukaan bebas; aliran saluran terbuka mempunyai permukaan
bebas, sedang aliran saluran tertutup tidak mempunyai permukaan bebas karena air
mengisi seluruh penampang saluran.
Dengan demikian aliran saluran terbuka
mempunyai permukaan yang berhubungan dengan atmosfer, sedang aliran saluran
tertutup tidak mempunyai hubungan langsung dengan tekanan atmosfer.
Aliran air dalam suatu saluran dapat berupa aliran dalam saluran terbuka, dan
dapat pula berupa aliran dalam pipa. Kedua jenis aliran tersebut memiliki prinsip yang
sangat berbeda. Aliran melalui saluran terbuka dalah aliran yang memiliki permukaan
bebas sehingga memiliki tekanan udara walaupun berada pada saluran tertutup. Adapun
aliran dalam pipa merupakan aliran yang tidak memiliki permukaan bebas, karena aliran
air mengisi saluran secara terus menerus, sehingga tidak dipengaruhi oleh tekanan udara
dan hanya dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik.
Aliran air dikatakan steady (mantap) apabila kelajuan air pada setiap titik tertentu
setiap saat adalah konstan. Hal ini berarti pada titik tersebut kelajuannya akan selalu
konstan. Hal ini barati pada aliran steady (mantap) kelajuan pada satu titik tertentu adalah
tetap setiap saat, meskipun kelajuan aliran secara keseluruhan itu berubah/berbeda.
Aliran steady ini akan banyak dijumpai pada aliran air yang memiliki kedalaman
yang cukup, atau pada aliran yang yang memiliki kecepatan yang kecil. Sebagai contoh
aliran steady ini adalah aliran laminier, yakni bahwa arus air memiliki arus yang
sederhana (streamline/arus tenang), kelajuan gerak yang kecil dengan dimensi vektor
kecepatannya berubah secara kontinyu dari nol pada dinding dan maksimum pada sumbu
pipa (dimensi linearnya kecil) dan banyak terjadi pada air yang memiliki kekentalan
rendah. Selanjutnya aliran air dikatakan tidak mantap (non steady) apabila kecepatan v
pada setiap tempat tertentu dan setiap saat tidak konstan. Hal ini berarti bahwa pada
aliran ini kecepatan v sebagai fungsi dari waktu.
Dalam aliran ini elemen penyusun air akan selalu berusaha menggabungkan diri
satu sama lain dengan elemen air di sekelilingnya meskipun aliran secara keseluruhan

berlangsung dengan lancar. Contoh aliran tidak steady ini adalah aliran turbulen, yakni
bahwa partikel dalam fluida mengalami perubahan kecepatan dari titik ke titik dan dari
waktu ke waktu berlangsung secara tidak teratur (acak). Oleh sebab itu aliran turbulen
biasanya terjadi pada kecepatan air yang tinggi dengan kekentalan yang relatif tinggi
serta memiliki dimensi linear yang tinggi, sehingga terdapat kecenderungan berolak
selama pengalirannya.
Di samping aliran laminier dan aliran turbulen dikenal pula aliran yang memiliki
profil kecepatan datar, tetapi aliran ini hanya dikenal pada fluida yang tidak memiliki
kekentalan (koefisien kekentalannya nol) dan mengalir secara lambat. Sedangkan air
adalah tergolong pada fluida yang memiliki kekentalan, sehingga air tidak dapat
digolongkan sebagai aliran datar.
Selanjutnya aliran irrotational adalah aliran air yang tidak diikuti perputaran
partikel penyusun air tersebut, sedangkan aliran rotational adalah aliran yang diikuti
perputaran partikel penyusun air. Hal ini memberikan gambaran bahwa untuk aliran
rotational dapat diberikan istilah rotasi. Salah satu cara untuk mengetahui adanya aliran
rotasi ini antara lain bila di permukaan air terapung sebuah tongkat yang melintang
selama aliran gerak tongkat tersebut akan mengalami gerakan yang berputar di samping
berpindag secara translasi akibat aliran air tersebut. Contoh aliran rotasi adalah aliran
yang berupa aliran pusaran, yakni suatu aliran yang vektor kecepatannya berubah dalam
arah tegak atau transversal.
Selanjutnya bila ditinjau dari perubahan massa jenis air yang mengalir maka akan
dikenal aliran-aliran sebagai berikut:
a. Aliran viscous dan aliran non viscous
b. Aliran termampatkan dan aliran tak termampatkan
Aliran viscous adalah aliran dengan kekentalan, atau sering disebut aliran fluida
pekat. Kepekatan fluida ini tergantung pada gesekan antara beberapa partikel penyusun
fluida. Di samping itu juga gesekan antara fluida itu sendiri dengan tempat terjadinya
aliran tersebuut. Untuk aliran air lebih didekatkan pada aliran dengan kekentalan yang
rendah, sehingga aliran air dapat berapda pada aliran non viscous.
Selanjutnya aliran termampatkan adalag aliran yang terjadi pada fluida yang
selama pengalirannya dapat dimampatkan atau berubah volumenya, sehingga akan
mengubah pula massa jenis fluida tersbeut. Aliran termampatkan ini pada umumnya
berlangsung pada gas, sedangkan pada air alirannya lebih didekatkan pada pengertian
aliran tak termampatkan yakni bahwa selama pengaliran air tersebut massa jenis air
dianggap tetap besarnya.
Dari uraian yang telah dikemukakan di bagian depan, maka agar aliran air dapat
dipahami dengan mudah maka aliran yang dimaksud dalam pembahasan nanti labih
ditekankan pada aliran-aliran yang meliputi:

1. Aliran air merupakan aliran yang mantap


2. Aliran air merupakan aliran yang tidak berputar (irrotational = tidak berotasi)
3. Aliran air merupakan aliran yang tidak termampatkan, yakni bahwa selama
pengaliran berlangsung massa jenisnya tetap
4. Aliran air merupakan merupakan aliran tanpa kekentalan (kekentalannya
rendah)

2.2. Hubugan Debit dan Kecepatan Aliran Air


Debit adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit
dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m 3/dt). Dalam laporan-laporan teknis,
debit aliran biasanya ditunjukkan dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf aliran adalah
suatu perilaku debit sebagai respon adanya perubahan karakteristik biogeofisik yang
berlangsung dalam suatu DAS (oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS) dan atau adanya
perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan) iklim lokal (Asdak, 1995).
Laju aliran permukaan adalah jumlah atau volume air yang mengalir pada suatu
titik per detik atau per jam, dinyatakan dalam m 3 per detik atau m3 per jam. Laju aliran
permukaan dikenal juga dengan istilah debit. Besarnya debit ditentukan oleh luas
penampang air dan kecepatan alirannya, yang dapat dinyatakan dengan persamaan :
Q = AV
dimana :
Q = debit air (m3/detik atau m3/jam)
A = luas penampang air (m2)
V = kecapatan air melalui penampang tersebut (m/detik)

(Arsyad, 1989).
Sebagian besar debit aliran pada sungai kecil yang masih alamiah adalah debit
aliran yang berasal dari air tanah atau mata air dan debit aliran air permukaan (air hujan).
Dengan demikian aliran air pada sungai kecil pada umumnya lebih menggambarkan
kondisi hujan daerah yang bersangkutan. Sedangkan sungai besar, sebagian besar debit
alirannya berasal dari sungai-sungai kecil dan sungai sedang diatasnya. Sehingga aliran
air sungai besar tidak mesti menggambarkan kondisi hujan dilokasi yang bersangkutan.
Aliran dasar pada sungai kecil terbentuk dari aliran mata air dan air tanah, sedang aliran
dasar pada sungai besar dibentuk dari aliran dasar sungai-sungai kecil dan sedang
diatasnya (Maryono, 2005).
Seperti telah diungkapkan di bagian depan bahwa aliran air pada umumnya
berkaitan dengan kecepatan pengalirannya, dan massa jenis air itu sendiri. Aliran air
dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tersebut tidak dapat dimampatkan dan
berpindah tanpa mengalami gesekan. Hal ini berarti bahwa pada gerakan air tersebut
memiliki kecepatan yang tetap pada masing-masing titik dalam pipa dan geraknya
beraturan akibat pengaruh gravitasi bumi di suatu tempat terhadap partikel penyusun air
tersebut. Namun demikian sifat seperti yang telah diungkapkan di bagian depan tersebut
dalam kehidupan sehari-hari sering sulit dijumpai dalam kenyataan, sehingga besarnya
debit air yang mengalir pada sembarang aliran tersebut juga tidak mudah.

Bilangan Reynold
Bilangan Reynold merupakan besaran fisis yang tidak berdimensi. Bilangan ini
dipergunakan sebagai acuan dalam membedakan aliran laminier dan turbulen di satu
pihak, dan di lain pihak dapat dimanfaatkan sebagai acuan untuk mengetahui jenis-jenis
aliran yang berlangsung dalam air. Hal ini didasarkan pada suatu keadaan bahwa dalam
satu tabung/pipa atau dalam satu tempat mengalirnya air, sering terjadi perubahan bentuk
aliran yang satu menjadi aliran yang lain. Perubahan bentuk aliran ini pada umumnya
tidaklah terjadi secara tiba-tiba tetapi memerlukan waktu antara, yakni suatu waktu yang
relatif pendek dengan diketahuinya kecepatan kristis dari suatu aliran. Kecepatan kritis
ini pada umumnya akan dipengaruhi oleh ukuran pipa, jenis zat cair yang lewat dalam
pipa tersebut.
Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan terdapat empat besaran yang
menentukan apakah aliran tersebut digolongkan aliran laminier ataukah aliran turbulen.
Keempat besaran tersebut adalah besaran massa jenis air, kecepatan aliran, kekentalan,
dan diameter pipa. Kombinasi dari keempatnya akan menentukan besarnya bilangan
Reynold. Oleh sebab itu, bilangan Reynold dapat dituliskan dalam keempat besaran
tersebut sebagai berikut.
Re = ( v D)/

Keterangan:
Re : bilangan Reynold
: massa jenis
: viscositas/kekentalan
v : kecepatan aliran
D : diameter pipa

Density atau rapat jenis () suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat tersebut
dan dinyatakan dalam massa persatuan volume; sifat ini ditentukan dengan cara
menghitung nisbah ( ratio ) massa zat yang terkandung dalam suatu bagian tertentu
terhadap volume bagian tersebut. Hubunganya dapat dinyatakan sebagai berikut nilai
density dapat dipengaruhi oleh temperatur semakin tinggi temperatur maka kerapatan
suatu fluida semakin berkurang karena disebabkan gaya kohesi dari molekul molekul
fluida semakin berkurang.

Dimana :
m = massa
V = volume
Berat jenis (g) adalah berat benda persatuan volume pada temperatur dan tekanan
tertentu, dan berat suatu benda adalah hasil kali antara rapat massa (r) dan percepatan
gravitasi (g).

1. Aliran laminar
Aliran dengan air yang bergerak dalam lapisan lapisan, atau lamina lamina
dengan satu lapisan meluncur secara lancar . Dalam aliran laminar ini viskositas
berfungsi untuk meredam kecendrungan terjadinya gerakan relative antara lapisan.
2. Aliran turbulen
Aliran dimana pergerakan dari partikel partikel air sangat tidak menentu karena
mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang mengakibatkan saling

tukar momentum dari satu bagian air kebagian air yang lain dalam skala yang besar.
Dalam keadaan aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan
geser yang merata diseluruh air sehingga menghasilkan kerugian kerugian aliran.
3. Aliran transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran turbulen.

2.3. Teknik Pemberian Air Irigasi


Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 20/2006 tentang Irigasi, yang merupakan
bentuk legal untuk pengaturan tentang irigasi disebutkan bahwa irigasi ditakrifkan
sebagai berikut: Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air untuk
menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air
bawah tanah, irigasi pompa, dan tambak.
Irigasi dimaksudkan untuk memberikan suplai air kepada tanaman dalam waktu,
ruang, jumlah, dan mutu yang tepat. Pencapaian tujuan tersebut dapat dicapai melalui
berbagai teknik pemberian air irigasi. Rancangan pemakaian berbagai teknik tersebut
disesuaian degan karakteristik tanaman dan kondisi setempat. Fungsi irigasi :
Untuk mencapai fungsi utamanya untuk memberikan suplai air kepada tanaman,
irigasi perlu mencapai beberapa fungsi spesifik yaitu:
1. Mengambil air dari sumber (diverting)
2. Membawa atau mengalirkan air dari sumber ke lahan pertanian (conveying)
3. Mendistribusikan air kepada tanaman (distributing)
4. Mengatur dan mengukur aliran air (regulating and measuring).
Disamping fungsi pokoknya untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, irigasi juga
mempunyai fungsi tambahan seperti:
1. Mendinginkan tanah dan tanaman
2. Mencuci garam-garaman dari permukaan tanah
3. Melunakkan tanah
4. Mengaplikasikan bahan-bahan kimia, seperti pupuk, pestisida, dan herbisida.

2.4. Macam-macam sistem irigasi

Sistem irigasi yang ada sangat bervariasi bergantung pada jenis tanaman, kondisi
lahan dan air, cuaca, ekonomi, dan faktor budaya. Macam-macam sistem irigasi dapat
dibedakan sebagai berikut.
Menurut sumber airnya:
1. Air permukaan (surface source)
Sumber air permukaan terutama berasal dari sungai dan danau. Waduk (reservoir)
merupakan juga sumber air permukaan yang berasal dari sungai yang dengan
sengaja dibendung.
2. Air tanah (groundwater)
Airtanah merupakan air yang mengisi pori antar partikel tanah dalam suatu
akuifer (aquifer). Akuifer adalah suatu formasi yang berupa bahan permeable
yang mengandung air serta dapat menghantarkan dan menghasilkan air. Ada dua
macam akuifer yaitu akuifer bebas (unconfined aquifer, phreatik aquifer) dan
aquifer terkekang (confined aquifer) (lihat ). Pada akuifer bebas terdapat muka
air (water table) yang memisahkan zone aerasi dan zone saturasi. Di muka air
tekanan air sama dengan tekanan atmosfer. Akuifer terkekang terjadi apabila air
tanah terkekang oleh lapisan kedap (impermeable). Airtanah pada akuifer
terkekang mempunyai tekanan lebih besar daripada tekanan atmosfer sehingga air
akan naik bila dibuat sumur melalui lapisan kedap. Airtanah dalam akuifer dapat
muncul ke permukaan tanah secara alamiah dalam bentuk mata air maupun
melalui saluran vertikal dari permukaan tanah ke akuifer yang disebut sumur.

Gambar 1. Jenis-jenis akuifer


Menurut cara pengambilan airnya:
1. Pengambilan gravitasi
Jika elevasi permukaan air atau head pada sumber air cukup maka digunakan
metode gravitasi. Cara pengambilan gravitasi yang paling banyak digunakan
adalah dengan penyadapan dari sumber air pemukaan ke saluran terbuka maupun
pipa. Bangunan sadap biasanya mempunyai bagian pengatur dan pengukur aliran
ke lahan, seperti bendung, pintu, atau katub.
2. Pemompaan
Apabila head sumber air tidak cukup maka digunakan pompa untuk menaikkan
permukaan air dan atau memberikan tekanan yang diperlukan untuk membawa
dan/atau mendistribusikan air irigasi. Suatu instalasi pompa terdiri dari unit
pompa (pump unit) dan unit sumberdaya (power unit). Unit pompa merupakan
peralatan mekanis yang memberikan energi pada air untuk menaikkan elevasinya.
Pompa sentrifugal merupakan jenis pompa yang paling cocok digunakan untuk
irigasi dibandingkan jenis pompa rotari maupun reciprokal. Unit sumberdaya
yang berupa motor listrik atau motor bakar berfungsi menghasilkan energi
mekanis untuk menggerakkan pompa.

Menurut cara pengaliran airnya:


1. Saluran terbuka (open channel)
Saluran terbuka biasanya mempunyai slope searah aliran. Jenis saluran terbuka
adalah saluran tanah dan saluran dengan pasangan (lining) berupa pasangan batu,
semen atau yang lain. Saluran tanah mempunyai kelebihan lebih murah
konstruksinya sedangkan saluran dengan lining lebih murah perawatannya,
ukuran penampang relatif tetap, serta kehilangan karena seepage lebih kecil.
2. Jaringan pipa (pipe networks)
Jaringan pipa dapat dibedakan menjadi pipa terbuka (low head) dan pipa tertutup
(pressurized) bergantung apakah sistem terbuka terhadap atmosfer. Pipa mungkin
diletakkan di permukaan tanah agar mudah dipindah (portable) atau ditanam
dalam tanah (burried) untuk mengurangi kemungkinan kerusakan.
Dibandingkan dengan saluran terbuka, jaringan pipa ini mempunyai keuntungan
mengurangi kehilangan karena seepage dan evaporasi, menghindari pertumbuhan
gulma, lebih aman, memungkinkan aliran ke atas, serta mengurangi kehilangan
lahan produktif.

2.5. Hidrolika Irigasi Permukaan


Proses irigasi permukaan tersebut dapat dimodelkan dengan model matematika.
Ada beberapa jenis model matematika misalnya hydrodinamic model dan kinematicwave model. Pada dasarnya model matematika ini diturunkan dari persamaan
kontinyuitas dan persamaan energi pada aliran unsteady di saluran terbuka.
Model matematis dipergunakan dalam desain irigasi permukaan misalnya untuk
memperkirakan posisi front pembasahan pada fase awal, memperkirakan posisi
pengeringan tanah pada fase resesi, menghitung efisiensi dan keseragaman, menentukan
kombinasi ebit, slope dan panjang lahan optimal, dan sebagainya. Model matematika
biasanya berupa persamaan diferensial yang harus diselesaikan dengan bantuan
komputer.

2.6. Persamaan Kontinyuitas


Gerakan air di permukaan tanah seperti yang ditunjukkan pada Error: Reference
source not found dapat didekati dengan sebagai aliran fluida (air) tak tunak (unsteady).

Persamaan kontinyuitas untuk aliran unsteady dapat disusun berdasarkan konservasi


massa pada suatu ruang di antara dua buah penampang saluran seperti nampak pada
gambar 2. Pada aliran unsteady debit berubah terhadap jarak dengan laju sebesar Q/x,
dan kedalaman berubah terhadap waktu dengan laju y/t.

Gambar 2. Kontinyuitas aliran tak tunak (unsteady)


Perubahan debit yang melalui ruang dalam waktu dt adalah (Q/x) dx dt.
Perubahan simpanan saluran pada ruang dalam waktu yang sama adalah T dx (y/t) = dx
(A/t) dt. Karena air bersifat tak mampat (incompressible), netto perubahan debit
ditambah perubahan simpanan sama dengan nol.

Bila disederhanakan (dibagi dx dt) diperoleh:

(1)

(2)
Atau

(3)

Pada penampang yang ditinjau, Q = vA, sehingga persamaan (2) menjadi:

(4)

Atau

(5)

Karena kedalaman hidrolik D = A/T dan A = T y, persamaan di atas dapat dituliskan


sebagai:

(6)

Persamaan-persamaan di atas merupakan persamaan kontinyuitas untuk aliran unsteady


pada saluran terbuka. Persamaan ini pertaman kali dikemukakan oleh Saint Venant.
Bila persamaan digunakan pada saluran lebar dengan laju infiltrasi per satuan panjang I
maka persamaan (3) dapat dituliskan sebagai:

(7)

2.7. Persamaan Energi


Gerakan air di permukaan tanah juga mengikuti hukum kekekalan energi seperti
yang dinyatakan dengan persamaan Bernoulli. Persamaan energi diturunkan dengan

mengambil sepenggal kecil aliran yang berukuran dx. Garis energi pada aliran unsteady
di permukaan tanah tersebut dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Gambaran sederhana energi pada aliran unsteady


Kemiringan dasar saluran

: So

Kemiringan permukaan air

: Sw

Kemiringan garis energi

: Sf

Kemiringan garis percepatan

: Sa

Berat air

:w

Kehilangan karena percepatan:


Dengan mengacu gambar di atas, percepatan v/t untuk tiap satuan berat air adalah
(w/g)(v/t). Hal ini setara dengan gaya = massa percepatan.
Kerja yang dilakukan percepatan sepanjang dx adalah (w/g)(v/t) dx. Kerja ini
merupakan kehilangan energi karena percepatan dalam satuan berat air. Apabila
dinyatakan dalam tinggi energi, kehilangan energi karena percepatan :

(8)

Kehilangan energi karena gesekan:

(9)

Dengan demikian persamaan Bernoulli untuk Gambar 3. Gambaran sederhana energi


pada aliran unsteady menjadi:

Disederhanakan menjadi:

(10)

(11)

Tiga elemen di pertama dari persamaan 11 merupakan perubahan tinggi energi total
sedangkan dua elemen terakhir merupakan kehilangan (losses) energi karena percepatan
dan gesekan. Persamaan 11 dibagi dengan dx dan diubah ke diferensial parsial menjadi

(12)

(13)

Atau

Untuk kemiringan saluran So = - z/x maka

(14)

Persamaan-persamaan di atas merupakan persamaan dinamik untuk aliran unsteady pada


saluran terbuka. Persamaan ini pertama kali dikemukakan oleh Saint Venant.
2.8. Irigasi Genangan atau Sawah (Basin Irrigation)
Sistem irigasi ini banyak digunakan untuk tanaman padi. Air diberikan melalui
siphon, saluran maupun pintu air ke kolam kemudian ditahan di kolam dengan kedalaman
dan selama waktu yang dikehendaki.
Irigasi sawah paling cocok untuk untuk tanah dengan laju infiltrasi sedang sampai
rendah ( 50 mm/jam). Topografi lahan yang sesuai adalah kemiringan kecil (slope = 00,5). Apabila lahan miring atau bergelombang perlu diratakan (levelling) atau dibuat
teras.

Operasi dapat dilaksanakan oleh tenaga yang tidak ahli. Teknik pemberiaan air
dengan genangan dapat digunakan untuk tanaman apapun dengan memperhatikan desain,
layout, dan prosedur operasinya.

Gambar 4. Contoh irigasi genangan

2.9. Daerah Irigasi (DI)


Suatu DI terdiri dari susunan tanah yang akan diairi secara teratur dan terdiri dari
susunan jaringan saluran air dan bangunan lain untuk mengatur pembagian, pemberian,
penyaluran, dan pembuangan kelebihan air. Dari sumbernya, air disalurkan melalui
saluran primer lalu dibagi-bagikan ke saluran sekunder dan tersier dengan perantaraan
bangunan bagi dan atau sadap terser ke petak sawah dalam satuan petak tersier.
Petak terier merupakan petak-petak pengairan/pengambilan dari saluran irigasi
yang terdiri dari gabungan petak sawah. Bentuk dan luas masing-masing petak tersier
tergantung pada topografi dan kondisi lahan akan tetapi diusahakan tidak terlalu banyak
berbeda. Apabila terlalu besar akan menyulitkan pembagian air tetapi apabila terlalu kecil
akan membutuhkan bangunan sadap. Ukuran petak tersier:
-

di tanah datar

: 200-300 ha

di tanah agak miring : 100-200 ha

di tanah perbukitan

: 50-100 ha

2.10. Bangunan Irigasi Permukaan


Macam-macam bangunan irigasi:
1. Bangunan pengambilan air
Berfungsi untuk menyadap air dari sumbernya. Contoh: bendung (weir)
2. Bangunan pembawa
Berfungsi untuk mengalirkan air dari sumber ke lahan. Contoh: saluran, goronggorong, siphon, talang.
3. Bangunan pengatur
Berfungsi untuk mengatur head, kecepatan, atau debit. Contoh: bangunan bagi,
bangunan sadap, terjunan, got miring
4. Bangunan pengukur
Berfungsi untuk mengukur debit air yang dialirkan. Contoh: bangunan ukur
ambang tajam (sekat Thomson, cippoletti), bangunan ukur ambang lebar, flume
(parshal flume, cut throat)
5. Bangunan lain-lain
Secara hidrolis tidak berfungsi tetapi harus ada untuk suatu keperluan. Contoh:
jembatan, tempat minum ternak, tempat cuci.

BAB III
PEMBAHASAN

Pembahasan mengenai aliran air akan selalu melibatkan besaran kecepatan


pengaliran. Untuk itu dalam aliran air di lahan pertanian dipengaruhi oleh kecepatan
aliran. Semakin cepat air mengalir maka waktu yang dibutuhkan pun sedikit. Dan ini
dapat menghemat waktu para petani untuk dapat melakukan pekerjaan yang lainnya.
Kecepatan aliran biasanya tergantung dari tipe saluran yang digunakan, seperti persegi,
trapesium, segitiga dan setengan lingkaran. Umumnya yang sering digunakan yaitu
saluran yang bertipe trapesium.
Sebagai contoh persamaan kontinuitas dimana kecepatan pengaliran air akan
terbesar pada suatu tempat yang memiliki luas penampang terkecil.
Di sini volume air yang mengalir
V =Av t
Jadi selama t detik besarnya debit air yang dapat keluar adalah
Q = (A v t)/t
Q =Av
Suatu kasus misalnya debit suatu aliran 30 m3/s dengan luas penampang saluran 20
m2, hitunglah kecepatan alirannya. Sesuai dengan pernyataan di atas dapat kita ketahui
kecepatannya dengan debit aliran dibagi dengan luas penampang. Sehingga didapat
kecepatannya yaitu 1,5 m/s. Jadi untuk jarak 1,5 m untuk setiap waktu 1 detik,
kecepatannya yaitu 1,5 m/s.
Seperti telah diungkapkan di bagian depan bahwa aliran air pada umumnya
berkaitan dengan kecepatan pengalirannya, dan massa jenis air itu sendiri. Aliran air
dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tersebut tidak dapat dimampatkan dan
berpindah tanpa mengalami gesekan. Hal ini berarti bahwa pada gerakan air tersebut
memiliki kecepatan yang tetap pada masing-masing titik dalam pipa dan geraknya
beraturan akibat pengaruh gravitasi bumi di suatu tempat terhadap partikel penyusun air
tersebut. Namun demikian sifat seperti yang telah diungkapkan di bagian depan tersebut
dalam kehidupan sehari-hari sering sulit dijumpai dalam kenyataan, sehingga besarnya
debit air yang mengalir pada sembarang aliran tersebut juga tidak mudah.

Aliran air pada lahan pertanian dapat berupa aliran dalam saluran terbuka dimana
aliran melalui saluran terbuka dalah aliran yang memiliki permukaan bebas sehingga
memiliki tekanan udara walaupun berada pada saluran tertutup. Dengan demikian aliran
saluran terbuka mempunyai permukaan yang berhubungan dengan atmosfer, sedang
aliran saluran tertutup tidak mempunyai hubungan langsung dengan tekanan atmosfer. Ini
yang menyebabkan aliran terbuka sering digunakan untuk irigasi di lahan pertanian.
Sawah paling cocok untuk untuk tanah dengan laju infiltrasi sedang sampai
rendah ( 50 mm/jam). Topografi lahan yang sesuai adalah kemiringan kecil (slope = 00,5). Apabila lahan miring atau bergelombang perlu diratakan (levelling) atau dibuat
teras. Dalam aliran ini elemen penyusun air akan selalu berusaha menggabungkan diri
satu sama lain dengan elemen air di sekelilingnya meskipun aliran secara keseluruhan
berlangsung dengan lancar.
Menurut cara pengaliran airnya yaitu saluran terbuka (open channel). Saluran
terbuka biasanya mempunyai slope searah aliran. Jenis saluran terbuka adalah saluran
tanah dan saluran dengan pasangan (lining) berupa pasangan batu, semen atau yang lain.
Saluran tanah mempunyai kelebihan lebih murah konstruksinya sedangkan saluran
dengan lining lebih murah perawatannya, ukuran penampang relatif tetap, serta
kehilangan karena see page lebih kecil. Jaringan pipa (pipe networks). Jaringan pipa
dapat dibedakan menjadi pipa terbuka (low head) dan pipa tertutup (pressurized)
bergantung apakah sistem terbuka terhadap atmosfer. Pipa mungkin diletakkan di
permukaan tanah agar mudah dipindah (portable) atau ditanam dalam tanah (burried)
untuk mengurangi kemungkinan kerusakan.
Dibandingkan dengan saluran terbuka, jaringan pipa ini mempunyai keuntungan
mengurangi kehilangan karena seepage dan evaporasi, menghindari pertumbuhan gulma,
lebih aman, memungkinkan aliran ke atas, serta mengurangi kehilangan lahan produktif.

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
a. Pembahasan mengenai aliran air akan selalu melibatkan besaran kecepatan
pengaliran. Untuk itu dalam aliran air di lahan pertanian dipengaruhi oleh
kecepatan aliran.
b. Aliran air pada lahan pertanian dapat berupa aliran dalam saluran terbuka dimana
aliran melalui saluran terbuka dalah aliran yang memiliki permukaan bebas
sehingga memiliki tekanan udara walaupun berada pada saluran tertutup.
c. Macam-macam sistem irigasi
Menurut sumber airnya:
1. Air permukaan (surface source)
2. Air tanah (groundwater)
Menurut cara pengambilan airnya:
1. Pengambilan gravitasi
2. Pemompaan
Menurut cara pengaliran airnya:
1. Saluran terbuka (open channel)
2. Jaringan pipa (pipe networks)
d. Menurut cara pengaliran airnya yaitu saluran terbuka (open channel). Saluran
terbuka biasanya mempunyai slope searah aliran. Jaringan pipa (pipe networks)
Jaringan pipa dapat dibedakan menjadi pipa terbuka (low head) dan pipa tertutup
(pressurized) bergantung apakah sistem terbuka terhadap atmosfer.

DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, Douglas C,.2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.


Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Tipler, P.A,. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan). Jakarta: Penebit
Erlangga.
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A,. 2002. Fisika Universitas (terjemahan). Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Jurnal :
Apriyanto, Dwi Priyo. Sistem Pemberian Kebutuhan Air Untuk Lahan Pertanian. USM
Surakarta: Fakultas Pertanian.
Nadeak, Ronauli. 2009. Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di
Kawasan Bendeng Kabupaten Serdang Bedagai. USU : Fakultas Pertanian.
http://id.wikipedia.org/wiki/Mekanika_fluida, diakses tanggal 25 Maret 2011.
http://www.gurumuda.com/fluida-dinamis, diakses tanggal 25 Maret 2011.

Diposkan 13th February 2012 oleh I Putu Yuliawan APP


2.
Feb
13

ANALISIS STUDI KELAYAKAN


PROYEK DAN INVESTASI PADA
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI
INDONESIA
BAB I
PENDAULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Saat ini hampir setiap sektor usaha yang akan didirikan, dikembangkan dan
diperluas ataupun dilikuidasi selalu didahului dengan satu kegiatan yang disebut studi
kelayakan. Kekeliruan dan kesalahan dalam menilai investasi akan menyebabkan
kerugian dan resiko yang besar. Penilaian Investasi termasuk dalam studi kelayakan yang
bertujuan untuk menghindari terjadinya keterlanjuran investasi yang tidak
menguntungkan karena usaha yang tidak layak atau feasible.
Studi Kelayakan Bisnis menuntut kita untuk mengaplikasikan beberapa mata
kuliah lain secara integral kedalam suatu kancah riset atau penelitian secara ilmiah,
khususnya dalam rangka meneliti kelayakan suatu proyek bisnis. Jadi ada tujuan ganda
dalam mempelajari mata kuliah ini, yaitu sisi teori dan sisi prakteknya. Tingkat
kerumitan, kedalaman dan kompleksitas studi kelayakan bergantung pada objek kajian itu
sendiri. Dalam pelaksanaannya, bentuk studi kelayakan disesuaikan dengan tujuan dan
kepentingan untuk apa studi kelayakan dibuat. Studi Kelayakan mempunyai arti penting
bagi perkembangan dunia usaha. Beberapa proyek gagal di tengah jalan, bisnis yang
berhenti beroperasi, dan kredit yang macet di dunia perbankan, serta kegagalan investasi
lainnya merupakan bagian dari tidak diterapkannya studi kelayakan secara konsisten.
Studi kelayakan yang diterapkan secara benar akan menghasilkan laporan yang
komprehensif tentang kelayakan proyek atau bisnis yang akan didirikan atau
dikembangkan atau didanai dan kemungkinan-kemungkinan resiko yang akan dihadapi
atau terjadi.
Dalam perekonomian Indonesia, komoditas kelapa sawit (terutama minyak sawit)
mempunyai peran yang cukup strategis. Pertama, minyak sawit merupakan bahan utama
minyak goreng, sehingga pasokan yang kontinu ikut menjaga kestabilan harga minyak
goreng. Ini penting, sebab minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan

pokok kebutuhan masyarakat sehingga harganya harus terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat. Kedua, sebagai salah satu komoditas pertanian andalan ekspor non migas,
komoditas ini memiliki prospek yang baik sebagai sumber perolehan devisa maupun
pajak. Ketiga, dalam proses produksi maupun pengolahan juga mampu menciptakan
kesempatan kerja dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Soetrisno dan
Winahyu, 1991).
Pengembangan kelapa sawit di Indonesia sebagai suatu komoditas perkebunan
selalu dilakukan oleh perkebunan besar yang dimiliki baik oleh pemerintah dalam bentuk
Perkebunan Besar Negara (PBN) maupun oleh perusahaan swasta dalam bentuk
Perkebunan Besar Swasta (PBS). Pada masa kolonial Belanda, perkebunan kelapa sawit
yang ada di Indonesia seluruhnya dimiliki oleh perusahaan swasta asing. Ada beberapa
alasan, mengapa perkebunan kelapa sawit tidak muncul dikalangan masyarakat petani.
Salah satu alasan yang penting adalah karena membangun perkebunan kelapa sawit
membutuhkan sumberdayamodal yang besar dan teknologi yang mahal. Sampai saat ini
belum ditemukan suatu teknologi yang sederhana yang bisa digunakan oleh petani untuk
memproses buah kelapa sawit menjadi minyak sawit yang siap untuk dipasarkan oleh
petani.
Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak kelapa sawit (CPO- crude palm
oil) dan inti kelapa sawit (CPO) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan
yang menjadi sumber penghasil devisa non-migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek
komoditi minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong
pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit.
Selama 14 tahun terakhir ini telah terjadi peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit
sebesar 2,35 juta ha, yaitu dari 606.780 ha pada tahun 1986 menjadi hampir 3 juta ha
pada tahun 1999. Gambar 1 memperlihatkan perkembangan luas areal perkebunan kelapa
sawit di Indonesia dari tahun 1985-1999. Areal perkebunan kelapa sawit milik
perusahaan swasta, mengalami pertumbuhan yang paling tinggi.

Gambar 1. Areal Perkebunan Kelapa Sawit


Menurut Kepemilikan, 1985-1999

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Casson (2000).


Seiring dengan bertambahnya luas perkebunan kelapa sawit, total produksi
minyak kelapa sawit Indonesia meningkat tajam, yaitu dari 1,71 juta ton pada tahun 1988
menjadi 5,38 juta ton pada tahun 1997. Pada tahun 1998, sehubungan dengan terjadinya
krisis ekonomi di Indonesia, produksi minyak sawit turun menjadi 5 juta ton. Namun
demikian, pada tahun 1999 produksinya kembali meningkat menjadi 5,66 juta ton. Nilai
ekspor minyak sawit tertinggi dicapai pada tahun 1997, yaitu sebesar US$ 1,4 milyar,
kemudian turun menjadi US$ 745 juta pada tahun 1998 (lihat Gambar 2). Penurunan nilai
ekspor ini terutama disebabkan oleh kebijakan larangan ekspor CPO dan/atau pengenaan
pajak ekspor CPO yang sangat tinggi untuk memenuhi kebutuhan permintaan minyak
kelapa sawit di dalam negeri.
Berkembangnya sub-sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak lepas dari
adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif. Terutama kemudahan
dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk pembangunan perkebunan rakyat
dengan pola PIR-Bun dan dalam perijinan pembukaan wilayah baru untuk areal
perkebunan besar swasta. Pada tahun 1996, pemerintahan Suharto merencanakan untuk
mengalahkan Malaysia sebagai eksportir minyak kelapa sawit terbesar di dunia dengan
cara menambah luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dua kali lipat, yaitu
menjadi 5,5 juta hektar pada tahun 2000. Separuh dari luasan perkebunan kelapa sawit ini
dialokasikan untuk perusahaan perkebunan swasta asing. Pengembangan perkebunan
kelapa sawit terutama akan dibangun di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Irian Jaya.
(Casson, 2000).
Gambar 2: Produksi Minyak Sawit (CPO),
Jumlah Ekspor dan Nilai Ekspor, 1990-1998

Sumber: BPS dan Departemen Kehutanan dan Perkebunan dalam Casson (2000)
Sementara pertumbuhan sub-sektor perkebunan kelapa sawit telah menghasilkan
manfaat ekonomi yang penting, pengembangan areal perkebunan kelapa sawit ternyata
menyebabkan meningkatnya ancaman terhadap keberadaan hutan alam tropis Indonesia.
Hal ini terjadi karena pengembangan areal perkebunan kelapa sawit utamanya dibangun
pada areal hutan konversi (lihat Lampiran 1). Konversi hutan alam untuk pembangunan
perkebunan kelapa sawit terus berlangsung sampai saat ini walaupun di Indonesia
sesungguhnya sudah tersedia lahan kritis dan lahan terlantar dalam skala yang sangat luas
(sekitar 30 juta hektar) sebagai akibat aktifitas pembukaan dan/atau eksploitasi hutan
untuk berbagai keperluan (Badan Planologi Kehutanan dan Perkebunan, 2000).
Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Dirjen Perkebunan Deptan, menganggap
bahwa peningkatan kesejahteraan petani pekebun di Indonesia dapat dicapai apabila
lembaga terkait dan semua faktor produksinya digabungkan dalam suatu bentuk terpadu
mulai dari penanaman sampai dengan pemasarannya. Melalui suatu studi kelayakan
tahun 1974/1975, Pemerintah memutuskan untuk mengembangkan suatu proyek
perkebunan rakyat melalui pemukiman daerah-daerah baru dengan dukungan perusahaan
perkebunan negara sebagai intinya. Bentuk proyek ini disebut Perusahaan Inti Rakyat
Perkebunan (PIR-Bun) yang berasal dari terjemahan Nucleus Estate and Small-holder
Development Project, disingkat NES-Project (Soetrisno dan Winahyu, 1991).
Selanjutnya, melalui bantuan Bank Dunia sebagai sumber pendanaan proyek maka pada
tahun 1977/1978 pemerintah membangun dua proyek PIR di dua propinsi, yakni
Sumatera Selatan dan D.I. Aceh.
Tujuan dari model PIR-Bun ini tidak hanya terbatas pada pembangunan fisik
kebun saja, tetapi lebih luas lagi yaitu membangun masyarakat pekebun yang
berwiraswasta, sejahtera, dan selaras dengan lingkungannya yang dilaksanakan di
wilayah bukaan baru yang pada akhirnya diharapkan terbentuknya petani modern. Secara
konseptual, maka pengertian PIR-Bun adalah suatu pola pelaksanaan pengembangan
perkebunan dengan menggunakan perkebunan besar sebagai inti yang membantu dan
membimbing perkebunan rakyat disekitarnya sebagai plasma dalam suatu sistem

kerjasama yang saling menguntungkan, utuh, dan berkesinambungan, melalui sistem


agribisnis yang dimulai dari penyediaan saprodi, produksi, pengolahan dan pemasaran
hasil.
Khusus untuk pengembangan PIR kelapa sawit, maka pada awal pelita IV,
pemerintah menciptakan dua jenis PIR-Bun baru, yakni Akselerasi Kelapa Sawit dan PIR
Swasta Kelapa Sawit. Pada jenis PIR-Bun sebelumnya (PIR lokal, PIR khusus, PIR
berbantuan, dan PIR trans), dana proyek disediakan oleh pemerintah. Sedangkan, pada
proyek PIR Akselerasi Kelapa Sawit dan PIR Swasta Kelapa Sawit dibiayai terlebih
dahulu oleh perusahaan inti.
Sampai akhir Desember 1988, luas areal PIR kelapa sawit di Indonesia adalah
142.425 ha, tersebar di 12 propinsi. Dari laus tersebut, 28 % (40.500 ha) terdapat di
Propinsi Riau, menyusul Sumatera Utara 17 % (25,117 ha), Sumatera Selatan 14 %
(20.000 ha), Jambi 8 % (11.402 ha), Kalimantan Barat 7,3 % (10.409 ha), dan
Kalimantan Timur 5,9 % (8.435 ha). Jumlah pesertanya adalah sebanyak 15.000 KK
(Soetrisno dan Winahyu, 1991). Proyek perkebunan kelapa sawit yang dikembangkan di
Propinsi Papua (Irian Jaya) diprakarsai oleh PT. Hanrison Inti Persada yang berperan
sebagai inti dengan melibatkan 5.650 KK petani sebagai plasma.
Proyek perkebunan kelapa sawit ini merupakan proyek PIR swasta baru yang
meliputi luas areal 19.333 ha yang terdiri atas 8.033 ha kebun inti dan 11.300 ha kebun
plasma (Hartono, S., 1999). Investasi dalam proyek perkebunan ini sebesar 231,79 Milyar
dengan insentip investasi berupa pinjaman dari pemerintah sebesar Rp 107,64 Milyar
atau 46,44 % dari total investasi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Apakah proyek perkebunan kelapa sawit di Indonesia dapat memenuhi berbagai
aspek kelayakan suatu proyek ?

1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui kelayakan proyek perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang
dilihat dari aspek pemasaran, teknis, manajemen operasional, ekonomis dan finansial.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Investasi


Menurut William F. Sharfe, investasi adalah

mengorbankan

dollar

sekarang untuk dollar di masa yang akan datang. Maksudnya ialah dengan
mengorbankan uang/dollar dalam arti menanamkan sejumlah dana (uang) dalam
suatu usaha saat sekarang dengan mengharapkan pengembalian investasi disertai
tingkat keuntungan yang diharapkan di masa yang akan datang (dalam waktu
tertentu). Jenis - jenis investasi antara lain :
1. Investasi Nyata (real investment) ialah investasi yang dibuat dalam harta
tetap (fixed asset) seperti tanah, bangunan, peralatan atau mesin-mesin.
2. Investasi Finansial (financial investment) ialah investasi dalam bentuk
kontrak kerja, pembelian saham atau obligasi atau surat berharga lainnya
seperti sertifikat deposito.

2.2 Pengertian Proyek


Secara umum proyek adalah kegiatan yang melibatkan berbagai sumber
daya yang terhimpun dalam suatu wadah (organisasi) tertentu dalam jangka waktu
tertentu untuk melakukan kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya atau untuk
mencapai sasaran tertentu. Kegiatan proyek biasanya dilakukan dalam bidang :

Pembangunan fasilitas baru kegiatan yang benar-benar baru untuk


penambahan usaha baru.

Perbaikan fasilitas yang sudah ada merupakan kelanjutan dari usaha


sebelumnya dengan adanya perbaikan yang diinginkan.

Penelitian dan pengembangan mengadakan penelitian terhadap fenomena


yang terjadi di masyarakat dan mengembangkannya dengan tujuan yang
diharapkan.

Sebab Timbulnya Proyek

Adanya Permintaan Pasar adanya kebutuhan dari masyarakat yang perlu


disediakan.

Untuk meningkatkan kualitas produk perlunya meningkatkan mutu produk


karena tingginya tingkat persaingan.

Kegiatan pemerintah adanya kehendak pemerintah untuk memenuhi


kebutuhan masyarakat atas suatu produk dan jasa.

2.3 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis


Studi Kelayakan dapat dilakukan untuk menilai kelayakan investasi baik pada
suatu proyek maupun bisnis yang sedang berjalan. Studi kelayakan yang dilakukan untuk
menilai kelayakan sebuah proyek yang akan dijalankan disebut studi kelayakan proyek,
sedangkan studi kelayakan yang dilakukan untuk menilai kelayakan dalam
pengembangan sebuah usaha disebut studi kelayakan bisnis. Maksud layak atau tidak
layak disini adalah perkiraan bahwa proyek yang akan dapat atau tidak dapat
menghasilkan keuntungan yang layak bila telah dioperasionalkan.
Studi Kelayakan Bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam
tentang suatu kegiatan atau usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka
menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Ukuran kelayakan masing-masing
jenis usaha sangat berbeda, misalnya antara usaha jasa dan usaha non jasa seperti
pendirian hotel dengan usaha pembukaan perkebunan atau usaha peternakan dengan
pendidikan. Akan tetapi aspek-aspek yang digunakan untuk mneytakan layak atau

tidaknya adalah sama sekalipun bidang usahanya berbeda. Penilaian masing-masing


aspek nantinya harus dinilai secara keseluruhan bukan berdiri sendiri-sendiri (Kasmir dan
Jakfar, 2006).

Tahap-Tahap Dalam SKB


1. Pengumpulan Data dan Informasi mengumpulkan data dan informasi yang
bersifat kualitatif dan kuantitatif
2. Melakukan Pengolahan Data pengolahan data dan informasi dengan metodemetode yang lazim digunakan kemudian dicek ulang untuk memastikan
kebenarannya
3. Analisis Datauntuk menentukan kriteria kelayakan untuk bisa digunakan secara
umum dari seluruh aspek
4. Mengambil Keputusanmengambil keputusan terhadap hasil analisa yang
dilakukan. Jika layak maka dapat direkomendasikan, jika tidak layak maka
sebaiknya dibatalkan
5.

Memberikan Rekomendasimerekomendasikan kepada pihak-pihak yang


berwenang. Rekomendasi sebaiknya disertakan saran-saran, perbaikan yang
dibutuhkan dan kelengkapan dokumentasi.
Penetuan layak atau tidaknya suatu usaha dapat dilihat dari berbagai aspek.

Ukuran kelayakan tiap proyek berbeda-beda berdasarkan jenis usahanya, namun


mengacu pada aspek-aspek yang sama. Untuk melakukan penilaian terhadap
aspek-aspek ini, perlu dibentuk suatu team yang terdiri dari orang-orang yang
berasal dari berbagai bidang keahlian.

Skema Aspek-Aspek Penilaian

Aspek-aspek penilaian tersebut adalah:


1. Aspek pasar dan pemasaran
Dari aspek pasar dan pemasarannya kita perlu tahu persis, segmen pasar yang
dituju oleh perusahaan, kita juga perlu tahu persis siapa-siapa pelanggan perusahaan serta
kemungkinan risiko akibat ketergantungan perusahaan pada beberapa pelanggan saja,
risiko menurunnya daya beli konsumen yang dituju, kemungkinan pengembangan pasar
di masa yang akan datang, hambatan-hambatan pemasaran produk serta faktor-faktor
pemasaran lainnya.

2. Aspek teknis dan teknologi


a.

Masalah Manajemen Operasional


Adalah suatu fungsi atau kegiatan manajemen yang meliputi perencanaan,

organisasai, staffing, koordinasi, pengarahan dan pengawasan terhadap operasi


perusahaan. Tugas manajemen operasional diperusahaan adalah untuk mendukung
manajemen dalam rangka pengambilan keputusan masalah-masalah produksi/operasi.

Ada 2 masalah pokok yang akan di hadapi:


b. Masalah penentuan posisi perusahaan.
Penentuan posisi perusahaan dalam masyarakat bertujuan agar keberadaan
perusahaan sesuai dengan kebutuhan masyrakat, dan dapat dijalankan secara ekonomis
efektif dan efisien. Oleh kaena itu, perlu diputuskan bagaimana hendaknya posisi
perusahaan di tentukan. Keputusan meliputi, antara lain meliputi penentuan produk yang
akan di tawarkan ke pasar, termasuk menentukan kualitasnya.
c. Masalah operasional
Biasanya timbul pada saat proses produksi sudah berjalan. Untuk proses produksi
yang menghasilkan jasa, keputusan pada masalah operasional ini adalah, rencana
produksi, rencana persediaan bahan baku(komputer, koneksi internet, kabel data, listrik,
dll) penjadwalan kerja proses produksi, pengawasan dan monitoring kualitas dan
pengawasan biaya produksi.

3. Aspek organisasi dan manajemen


Sedangkan dari aspek organisasi dan manajemen, kita perlu memiliki gambaran
yang jelas mengenai kapasitas terpasang serta kapasitas normal perusahaan, kemungkinan
pengembangan kapasitas produksi, teknologi serta risiko ketinggalan zaman dari
teknologi, bahan baku dan sumbernya (komputer, koneksi internet, server dll) serta risiko
habisnya bahan baku, kualitas serta kuantitas ketersediaan tenaga kerja, dan hal-hal lain
yang berhubungan dengan operasional perusahaan.
Demikian juga pemahaman akan industri sangatlah penting, paling tidak kita
mengetahui sudah berada pada tahap mana produk perusahaan jika dipandang dari
industrial life cycle nya. Karena dasar penilaian adalah proyeksi dan prediksi kondisi
perusahaan di masa yang akan datang, maka kajian mengenai peluang dan ancaman yang
berasal dari aspek makro harus pula mendapat perhatian khusus dalam proses valuation
ini.
Manajemen dalam pembangunan proyek bisnis maupun manajemen dalam
implementasi rutin bisnis adalah sama saja dengan manajemen lainnya. Yang berfungsi

sebagai aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian.


Pada sisi tingakatan manajemen, perencanaan bila di golongkan ke dalam tingkatan
manajemen akan terbagi dua, yaitu perencanaan strategis dan perencanaan fungsional.

4. Kelayakan aspek keuangan


Tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan proyek adalah
untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang di
harapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti
ketersediaan dana, biaya modal awal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana
tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakan proyek akan dapat
berkembang terus.
a.

Penentuan aliran kas (cash flow)


Laporan perubahan kas (cash flow statement) disusun untuk menunjukkan

perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan
kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaanpenggunaannya. Pada saat kita menganalisis perkiraan arus kas di masa datang, kita
berhadapan dengan ketidakpastian. Akibatnya, hasil perhitungan diatas kertas itu dapat
menyimpang

jauh dari

kenyataannya.

Ketidakpastian

itu dapat menyebabkan

berkurangnya kemampuan untuk development proyek tersebut dalam beroperasi untuk


menghasilkan laba bagi perusahaan.
b. Urutan prioritas
Apabila dijumpai beberapa proyek yang feasible atau layak untuk dilaksanakan,
padahal hanya akan melaksanakan satu atau sebagian aja dari usulan-usulan itu karena
keterbatasan sumber daya manusia dan dana, maka dapat dilakukan pengurutan prioritas

(ranking) untuk menentukan usulan proyek yang paling layak. Dari hasil analisis terhadap
elemen-elemen aspek keuangan nanti akan berupa suatu pernyataan apakah rencana
bisnis dianggap layak atau tidak layak.
c.

Kajian mengenai biaya modal (Cost of Capital)


Cost of Capital bertujuan untuk menentukan berapa besar biaya riil dari masing-

masing sumber dana yang akan di pakai dalam berinvestasi. Untuk menghitung
keseluruhan dana yang di pakai, rincian analisis biaya dari sumber pembelanjaan
ditentukan oleh:

Biaya utang
Biaya modal sendiri

Biaya laba yang ditahan


Dana pada kas akan dimanfaatkan untuk membiayai pembangunan investasi

sedangkan operasional cash flow merupakan rencana pendanaan keluar-masuk arus kas
jika proyek sudah dioprasionalkan.
2.4 Kegagalan Usaha dan Pencegahannya

Meskipun suatu proyek sudah melalui studi kelayakan bisnis yang sungguhsungguh, namun resiko kegagalan usaha tetap saja dapat terjadi dikarenakan berbagai
alasan.
Faktor-faktor penyebab kegagalan usaha:
- Data dan informasi tidak lengkap adanya ketidaklengkapan dan kepalsuan data.
- Tidak teliti adanya kecerobohan yang menyebabkan kesalahan.
- Salah perhitungan adanya kesalahan saat perhitungan ataupun rumus-rumus yang
digunakan.
- Pelaksanaan pekerjaan salah adanya pekerja yang tidak mengerjakan proyek
berdasarkan pedoman yang ditetapkan.
- Kondisi lingkungan adanya unsur0unsur yang tidak dapat dikendalikan.

- Unsur sengaja adanya kesalahan yang disengaja oleh peneliti dengan berbagai
sebab. Hal ini sangat fatal.
Agar kegagalan usaha dapat dicegah, maka perlu memperhatikan beberapa hal.
Pencegahan kegagalan usaha:

Kelengkapan serta keakuran data dan informasi yang diperoleh


Tenaga ahli yang dimiliki benar-benar tangguh
Penentuan metode dan alat ukur yang tepat
Loyalitas team studi kelayakan bisnis

2.5 Lembaga-Lembaga yang Memerlukan Studi Kelayakan


a.

Pemilik Usahakarena mereka tidak mau dana yang mereka tanamkan


mengalami kerugian

b. Kreditorkarena mereka tidak mau sampai kredit/pinjamannya tidak berjalan


secara semestinya
c. Pemerintah untuk dapat meyakinkan mereka apakah bisnis yang dijalankan
memberikan manfaat bagi perekonomian negara
d. Masyarakat Luasadanya tersediannya lapangan kerja, dibukanya fasilitas
umum, dan terbukanya sebuah wilayah dari ketertutupan
e. Manajemen sebagai ukuran kinerja yang telah dicapai perusahaan dan melihat
prestasi kerja manajemen yang menjalankan usaha.
2.6 Tujuan dan manfaat Studi Kelayakan Bisnis
1.Tujuan Studi Kelayakan Bisnis
Ada lima tujuan mengapa sebelum suatu usaha atau proyek dijalankan perlu
dilakukan studi kelayakan (Kasmir dan Jakfar, 2006) yaitu :

a. Menghindari resiko kerugian


Resiko kerugian untuk masa yang akan datang yang penuh dengan ketidak pastian, dalam
hal ini fungsi studi kelayakan untuk meminimalkan resiko baik yang dapat dikendalikan
maupun yang tidak dapat dikendalikan.
b. Memudahkan Perencanaan
Perencanaan meliputi berapa jumlah dana yang diperlukan, kapan usaha akan dijalankan,
dimana, bagaimana pelaksanaannya, berapa besar keuntungan yang akan diperoleh serta
bagaimana mengawasinya jika terjadi penyimpangan.
c. Memudahkan Pelaksanaan Pekerjaan
Dengan rencana yang telah tersusun maka sangat memudahkan pelaksanaan bisnis,
pengerjaan usaha dapat dilakukan secara sistematik.
d. Memudahkan Pengawasan
Dengan melaksanakan proyek sesuai rencana maka memudahkan untuk melakukan
pengawasan terhadap jalannya usaha.
e. Memudahkan Pengendalian
Jika dapat diawasi maka jika terjadi penyimpanganakan muidah terdeteksi, sehingga
mudah untuk mengendalikan penyimpangan tersebut.

2. Manfaat Studi kelayakan Bisnis


Manfaat Studi kelayakan dapat dibedakan karena dua pihak yang berkepentingan atas
studi kelayakan itu sendiri :
a.

Pihak Pertama (bagi analisis)


1.

Memberikan pengetahuan tentang cara berpikir yang sistematis (runtut) dalam


menghadapi suatu masalah (problem) dan mencari jawabannya.(solusi)

2.

Menerpakan berbagai disiplin ilmu yang telah dipelajari sebelumnya dan


menjadikannya sebagai alat bantu dalam penghitungan/pengukuran, penilaian dan
pengambilan keputusan.

3.

Mengerjakan studi kelayakan berarti mempelajari suatu objek bisnis secara


komprehensif sehingga penyusunannya akan mendapatkan pembelajaran dan
pengalaman yang sangat berharga.

b.

Pihak kedua (bagi masyarakat)


1. Calon Investor
Dalam menilai SKB, calon Investor lebih terkonsentrasi pada aspek ekonomis dan
keuangan karena pada aspek inilah mereka dapat menentukan tingkat
pengembalian modal (IRR), payback period, aliran kas dan tentunya proyeksi
laba-rugi. Disini mereka juga dapat memperhitungkan return dan resiko yang
mungkin dihadapi.
2. Mitra penyerta modal
Calon Investor biasanya membutuhkan mitra penyerta modal baik perseorangan
maupun perusahaan. Hasil studi kelayakan ini akan membantu calon investor
dalam meyakinkan mitranya.
3. Perbankan
Dalam proses persetujuan perkreditan dari bank diperlukan rekomendasi yang
menyatakan bahwa proyek tersebut layak, maka diperlukan SKB
4. Pemerintah
Penilaian Pemerintah terhadap studi kelayakan adalah biasanya yang menyangkut
pada aspek legalitas dan perizinan.(izin prinsip dan izin operasional proyek).
5. Manajemen Perusahaan
SKB untuk pengembangan bisnis baru akan berhububngan dengan pihak
menajemen terutama direksi.
6. Masyarakat
Acuan penilaian masyarakat terhadap suatu proyek atau bisnis biasanya yang
menyangkut AMDAL (dampak lingkungan). Dan AMDAL ini biasanya untuk
proyek-proyek besar.

BAB III
PEMBAHASAN

Dalam melakukan evaluasi finansial terhadap proyek ini dibatasi pada


penggunaan kriteria investasi Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return
(IRR), serta dengan melihat proyeksi neraca tahun demi tahun (Comparative Balance
Sheets) dan daftar rugi laba (Income Statement). NPV dari arus benefit dan biaya
merupakan selisih present value arus benefit dengan present value arus biaya, atau secara
ringkas adalah:

dimana, Bt adalah benefit sosial bruto proyek pada tahun t; Ct adalah biaya sosial bruto
sehubungan dengan proyek pada tahun t; n adalah umur ekonomis proyek; dan i adalah
social opportunity cost of capital yang digunakan sebagai social discount rate (Gray, C.,
dkk., 1997).
Kriteria NPV 0, berarti suatu proyek dapat dinyatakan bermanfaat untuk
dilaksanakan bila net present value proyek tersebut sama atau lebih besar dari nol. Jika
NPV sama dengan nol berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar social
opportunity cost of capital. Selanjutnya, perhitungan IRR dilakukan dnegan interpolasi
atau ekstrapolasi, yaitu dengan menghitung discount rate baru berdasarkan kedua
perhitungan i1 dan i2 atau secara ringkas:

Jika IRR sama dengan social discount rate (i), maka NPV proyek itu sama dengan
nol. Jika IRR lebih kecil dari i, berarti NPV lebih kecil dari nol. Oleh karena itu, nilai
IRR yang sama atau lebih besar dari i menyatakan tanda go project, sedangkan nilai
IRR yang lebih kecil dari nol memberikan tanda no go project.
Disini yang akan di bahaas adalah salah satu perkebunan kelapa sawit yang ada di
Indonesia yaitu proyek perkebunan kelapa sawit yang dikembangkan di Propinsi Papua

(Irian Jaya) diprakarsai oleh PT. Hanrison Inti Persada. Dimanaperkebunan ini berperan
sebagai inti dengan melibatkan 5.650 KK petani sebagai plasma. Proyek perkebunan
kelapa sawit ini merupakan proyek PIR swasta baru yang meliputi luas areal 19.333 ha
yang terdiri atas 8.033 ha kebun inti dan 11.300 ha kebun plasma (Hartono, S., 1999).
Investasi dalam proyek perkebunan ini sebesar 231,79 Milyar dengan insentip investasi
berupa pinjaman dari pemerintah sebesar Rp 107,64 Milyar atau 46,44 % dari total
investasi.

3.1 Analisis Studi Kelayakan Perkebunan Kelapa Sawit


1. Aspek Pasar dan Pemasaran
Sampai saat ini, sekitar 70 negara di dunia telah menggunakan minyak sawit
sebagai bahan baku industri pangan maupun non pangan. Pemakai dengan jumlah antara
100 200 ribu ton sebanyak 21 negara, sedangkan yang memakai lebih dari 200 ribu ton
ada 12 negara. Di antara negara-negara pemakai minyak tersebut, India merupakan
negara pemakai terbesar, yakni 1.045 ribu ton pada tahun 1988, disusul oleh Indonesia,
Nigeria, Malaysia, RRC dan Pakistan. RRC yang biasanya mengkonsumsi minyak
kedelai, pada tahun 1988 mengkonsumsi minyak sawit sebesar 435 ribu ton. Iklim yang
tidak mendukung bagi produksi kedelai serta penduduk RRC yang sangat padat, cukup
potensial bagi pasar minyak sawit Indonesia (Soetrisno dan Winahyu, 1991).
Minyak sawit bukanlah produk akhir, melainkan merupakan input antara
(intermediate input) untuk berbagai macam produk industri. Oleh karena itu,
permintaannya sangat dipengaruhi oleh harga maupun pasokan dari minyak lain yang
menjadi substitusinya. Pasokan minyak kelapa yang tidak stabil dan harga minyak sawit
yang cenderung lebih rendah telah menyebabkan minyak sawit sebagai pemasok utama
kebutuhan minyak nabati dalam negeri beberapa tahun belakangan ini. Minyak sawit ini
terutama digunakan dalam industri minyak goreng, sabun dan margarine, serta industri
kimia lain yang jumlahnya masih relatif kecil.
Kapasitas terpasang dari 35 pabrik pengolahan minyak goreng yang
menggunakan minyak sawit mencapai 2,88 juta ton crude palm oil (CPO) per tahun atau
173 % di atas kapasitas yang diizinkan oleh pemerintah. Sedangkan, kemampuan
produksi total CPO masih di bawah 1,5 juta ton. Terbatasnya pasokan CPO juga
menyebabkan proses diversifikasi vertikal industri minyak sawit Indonesia sangat
lamban. Padahal, prospek pasar bagi produk non minyak goreng dari bahan baku minyak
dan inti sawit sangat baik. Pasar dunia untuk gliserine dan PVC stabilizer umpamanya
sangat terbuka, karena permintaan yang cukup besar di pasar dunia terhadap kedua
produk tersebut. Rusia membutuhkan gliserine minimal 500 ton setiap bulan atau 6.000
ton per tahun. Sedangkan, Jepang membutuhkan PVC stabilizer 3.500 ton per bulan
(Budiman dalam Soetrisno dan Winahyu, 1991). Prospek industri minyak sawit Indonesia
dapat menjadi lebih cerah bila para industriawan Indonesia mau dan mampu

memanfatkan keragaman produk yang terkandung dalam minyak sawit, dengan terlebih
dahulu dilakukan pembenahan masalah pasokan CPO oleh pemerintah.
Negara produsen utama minyak sawit dunia adalah Indonesia dan Malaysia. Di
Malaysia, kelapa sawit merupakan sumber devisa negara, karena sebagian besar
produksinya diekspor, sementara bagi Indonesia dan Nigeria, kelapa sawit terutama
digunakan untuk keperluan dalam negeri, sehingga ekspornya merupakan sisa dari
konsumsi dalam negeri. Singapura yang bukan negara produsen minyak sawit ternyata
punya andil cukup besar dalam ekspor dunia. Hal ini berarti pabrik-pabrik pengolahan
yang ada di Singapura mengekspor minyak sawit yang diimpor dari Malaysia maupun
Indonesia. Dari segi komoditas, kompetitor utama minyak sawit adalah minyak kedelai,
sedangkan dari negara yang memproduksi minyak sawit, kompetitor minyak sawit
Indonesiaadalah Malaysia. Namun demikian, Indonesia memiliki comparative advantage
dari segi biaya produksi minyak nabati terkemuka. Hal ini karena kelapa sawit tergolong
tanaman keras tropika, sedangkan penghasil minyak nabati lainya adalah tanaman
semusim. Secara rinci hal ini bisa dilihat pada Tabel 1.

Terkait dengan strategi pemasaran produk olahan kelapa sawit yang dihasilkan
PT. Henrison Inti Persada, maka perlu ditetapkan jenis produk yang dipasarkan, harga
dan syarat penjualan, distribusi, dan penetapan pajak penjualan. Jenis produk yang
dipasarkan adalah minyak sawit dan inti sawit hasil olahan dari tandan buah segar (TBS)
yang dihasilkan sendiri dan yang dibeli dari plasma. Distribusi pemasaran minyak sawit
(CPO) ditetapkan 70 % untuk tujuan ekspor dan 30 % untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri. Sedangkan inti sawit seluruhnya dipasarkan di dalam negeri. Harga yang
ditetapkan untuk minyak sawit ekspor minimal sebesar Rp 1.288/kg, sedangkan untuk
pasaran lokal (domestik) Rp 1.000/kg. Harga inti sawit untuk pasar lokal Rp 720/kg dan
harga ekspor Rp 627,51/kg. Pajak yang dikenakan terhadap penjualan produk olahan
kelapa sawit dibedakan antara pajak ekspor dan pajak penjualan lokal. Dalam hal ini,
diproyeksikan pajak ekspor sebesar 14 % dari jumlah hasil ekspor, sedangkan pajak
penjualan lokal sebesar 10 % dari jumlah hasil penjualan lokal.

2. Aspek Teknis dan Teknologis

Membangun perkebunan kelapa sawit dengan menggunakan teknologi budidaya


dan pengolahan yang canggih harus memperhitungkan kapasitas produksi yang ekonomis
sehingga investasi di subsektor ini benar-benar dapat memberikan manfaat di kemudian
hari. Pendirian pabrik yang mencakup mesin-mesin dan peralatannya dengan kapasitas
standar tertentu yang dari hasil penelitian telah memiliki skala produksi yang optimal
telah tersedia di pasaran. Selanjutnya, pihak pemrakarsa proyek tinggal menyesuaikan
luasan kebun kelapa sawit yang harus dibangun. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa satu
unit pabrik dapat memproses 30 ton TBS/jam, dan dapat diperluas menurut kelipatannya.
Pada proyek ini, ditetapkan pembangunan pabrik secara bertahap, dimulai dengan
kapasitas 30 ton TBS/jam pada tahun ke-4, kemudian diperluas menjadi 60 ton TBS/jam
pada tahun ke-5 dan meningkat menjadi 90 ton TBS/jam pada tahun ke-6, dengan
mempertimbangkan produksi TBS yang dihasilkan oleh perusahaan inti dan plasma.
Produksi minyak sawit dan inti sawit diperhitungkan berdasarkan rendemen
terhadap TBS dari masing-masing inti dan plasma. Kapasitas terpasang pada tahun ke-5
dan ke-6 sebesar 30 ton TBS/jam, selanjutnya 60 ton TBS/jam pada tahun ke-7, dan 90
ton TBS/jam mulai tahun ke-8 sampai proyek ini berakhir pada tahun ke-25. Dalam hal
ini, jumlah jam kerja per hari adalah 7 jam dengan kemungkinan jam kerja lembur 2-3
jam per hari tergantung pasokan TBS ke pabrik. Sedangkan jumlah hari kerja per bulan
sebanyak 25 hari.
Teknologi yang canggih tidak hanya dibutuhkan dalam pemrosesan minyak sawit,
namun juga dibutuhkan dalam pengolahan kebun dan pemeliharaan tanaman kelapa
sawit. Sehingga model PIR-Bun seperti yang diprakarsai oleh PT. Henrison Inti Persada
sangat tepat diterapkan dalam pengembangan kelapa sawit di Indonesia termasuk di
Propinsi Papua. Bahan baku yang diproses untuk mengahsilkan minyak sawit dan inti
sawit adalah TBS yang dihasilkan dari kebun inti dan kebun plasma. TBS yang
diproduksi dari kebun plasma dibeli oleh inti dengan harga yang telah ditetapkan dan
disepakati kedua belah pihak antara inti dan plasma. Dalam pemrosesan TBS menjadi
minyak sawit dan inti sawit tidak memerlukan bahan penolong yang spesifik, tetapi yang
terpenting adalah adanya sumber air di lokasi pabrik.
Lokasi proyek perkebunan kelapa sawit dengan model PIR-Bun adalah pada areal
bekas HPH (hak pengelolaan hutan di Propinsi Papua (Irian Jaya). Daerah bekas HPH
dipilih sebagai lokasi proyek dengan pertimbangan, bahwa opportunity cost of land-nya
sama dengan nol, karena tanaman di atas areal tersebut terdiri atas semak belukar yang
nilainya dianggap nol.
Seluruh waktu yang diperlukan untuk membangun proyek ini adalah sebagai
berikut: investasi kebun inti dan plasma dimulai dari tahun ke-1 hingga tahun ke-8. Tahun
ke-1 hingga 4 merupakan masa pra operasi dan mulai tahun ke-5 proyek sudah dapat
beroperasi hingga proyek berakhir. Jadwal investasi kebun inti disajikan pada Tabel 2.
Sedangkan program pembangunan kebun inti dan plasma dapat disajikan pada Tabel 3.

3. Aspek Manajemen Operasional


Untuk mengelola perkebunan kelapa sawit ini akan diperlukan berbagai macam
tenaga pimpinan dan tenaga inti dengan berbagai macam keahlian. Sebagai pimpinan
operasional puncak akan diperlukan seorang manajer umum atau General Manager
(Sutoyo, S., 1996). Dalam proyek ini sebagai pimpinan operasional puncak adalah
pemimpin proyek (Pimpro). Pejabat ini harus menguasai segi teknis, pemasaran dan

finansial proyek. Guna menjamin kelancaran operasional, maka pada proyek ini akan
diperbantukan seorang manajer, dalam hal ini Pemimpin Kebun. Pejabat ini akan
membawahi tiga kompartemen, yakni :
1)
2)

Asisten Kepala yang membawahi asisten-asisten komponen kebun;


Kepala Kantor (Administrasi) yang membidangi administrasi seluruh komponen
proyek;
3) Masinis Kepala yang bertanggungjawab terhadap komponen pabrik. Di bawah
Masinis Kepala terdapat Teknolog Kepala yang akan membawahi Asisten Teknolog,
Asisten Pabrik, dan Asisten Laboratorium. Di bawah asisten terdapat Pegawai
Bulanan dan Pegawai Harian.
Jenis dan jumlah tenaga kerja inti yang dibutuhkan disesuaikan dengan rencana
penempatan pegawai kebun dan pekerja pabrik dengan standar gaji pegawai kebun inti
dan pabrik yang telah ditetapkan dalam proyek ini. Kegiatan operasional sehari-hari
dilaksanakan oleh Pemimpin Kebun yang akan bertanggung jawab kepada Pemimpin
Proyek.

4. Aspek Finansial
Dana investasi yang dibutuhkan untuk membangun Proyek Perkebunan Kelapa
Sawit ini sebesar Rp 231,79 Milyar yang akan dialokasikan untuk membangun kebun inti
sebesar Rp 102,68 Milyar dan Kebun Palsma Rp 129,11 Milyar. Dalam studi ini,
diasumsikan bahwa untuk membiayai pembangunan dan operasi perkebunan akan
diperoleh dua macam sumber pembiayaan, yaitu:
(1) Modal sendiri (Equity Capital) dari PT. Henrison Inti Persada,
(2) Modal berupa kredit investasi dan modal kerja dari pemerintah melalui mekanisme
DIPP.
Perbandingan antara pinjaman dan modal sendiri (debt/equity ratio) yang
disarankan adalah 46/54 dengan tujuan untuk menekan jumlah biaya pinjaman selama
tahun-tahun pertama operasi. Jumlah pinjaman yang terlalu besar dibandingkan dengan
modal sendiri akan mengakibatkan beban bunga yang terlalu berat, sehingga dapat
membahayakan likuiditas maupun profitabilitas perusahaan pengelola proyek. Kredit
investasi dalam negeri diasumsikan diperoleh dalam jangka waktu pinjaman 13 tahun
dengan masa tenggang pembayaran kembali selama empat tahun. Biaya pinjaman berupa
bunga dibedakan antara pinjaman untuk perusahaan inti dan pinjaman untuk plasma.
Bunga pinjaman untuk inti diharapkan sebesar 18 % per tahun dan untuk plasma sebesar
14 % per tahun. Pembayaran kembali pinjaman berupa angsuran pokok (principle) dan
bunga (interest) selama 9 tahun setelah masa tenggang dengan cara mencicil menurut
waktu pencairan pinjaman. Biaya operasional tahunan dihitung untuk mempermudah para
pemrakarsa dan pihak ketiga yang berkepentingan untuk mengkaji prospek finansial

perkebunan kelapa sawit ini di masa mendatang. Dalam menghitung biaya oparasional
tahunan ini digunakan asumsiasumsi:
1)

Harga-harga bahan baku dan penolong pada dasarnya tidak akan berubah secara
berarti;
2) Hal yang serupa berlaku untuk upah langsung, gaji, dan biaya overhead;
3) Harga jual minyak dan inti sawit tidak akan berubah secara berarti;
4) Inflasi dalam negeri akan mempengaruhi harga jual produk dan biaya langsung
secara sepadan.
Perhitungan NPV dan IRR melalui media komputer untuk perusahaan inti dan
plasma berturut-turut didasarkan pada anggaran kebun inti dan plasma. NPV pada
discount factor (DF) sebesar 18 % berdasarkan anggaran kebun inti selama umur proyek
diperoleh sebesar negatip Rp 1.979,88 juta, yang berarti nilai bersih (net benefit) yang
diterima proyek selama 25 tahun mendatang nilainya sekarang sebesar negatif Rp
1.979,88 juta. Sedangkan, kemampuan proyek untuk mengembalikan modal yang diukur
berdasarkan IRR sebesar 17,16 %. Kalau proyek perkebunan ini hanya memperhatikan
nilai kriteria NPV dan IRR ini tanpa meninjau kembali faktor besarnya harga produk
(terutama harga ekspor CPO) dan besarnya biaya investasi, maka proyek ini bukanlah
merupakan suatu competitive investment, sehingga rencana proyek tersebut sebaiknya
tidak perlu dilaksanakan. Karena IRR yang lebih kecil dari social discount rate (18 %)
akan tidak memberikan insentif yang cukup menarik bagi investor untuk menanamkan
modalnya pada proyek tersebut. Sehingga, lebih baik mereka memilih alternatif investasi
lain yang bisa memberi manfaat yang lebih baik di masa mendatang.

3.2 Analisis Investasi Perkebunan Kelapa Sawit


1. Biaya dan Manfaat Bagi Perusahaan
Semua biaya yang dikeluarkan dan manfaat yang diterima oleh perusahaan dalam
pelaksanaan kegiatan proyek perkebunan kelapa sawit diidentifikasi dan dicatat secara
rinci, setiap tahun, selama umur proyek. Aliran kas terdiri dari aliran pengeluaran
(outflow), yaitu semua biaya per tahun, dalam nilai uang, yang dikeluarkan oleh
perusahaan selama pelaksanaan kegiatan, dan aliran penerimaan (inflow), yaitu semua
penerimaan per tahun, dalam nilai uang, yang diterima oleh perusahaan dari pelaksanaan
kegiatan perkebunan kelapa sawit, yaitu dari tahun ke-0 sampai dengan tahun ke-28.
Total biaya per tahun untuk pelaksanaan kegiatan perkebunan kelapa sawit merupakan
penjumlahan dari semua pengeluaran dalam kurun waktu satu tahun tertentu, untuk
melaksanakan kegiatan tertentu, sesuai dengan jadual pelaksanaan kegiatan. Biaya-biaya
yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan proyek di antaranya
adalah biaya untuk:
1)

Mendapatkan Hak Guna Usaha (HGU) lahan perkebunan kelapa sawit,

2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)

Investasi tanaman kelapa sawit,


Pemeliharaan tanaman,
Pemanenan TBS,
Pemupukan,
Pengangkutan TBS ke pabrik pengolahan,
Investasi pembangunan pabrik,
Biaya pengolahan TBS menjadi CPO dan KPO,
Biaya pengangkutan CPO dan KPO dari lokasi PKS ke pelabuhan ekspor,
Biaya overhead, dan
Biaya depresiasi.

Pengeluaran biaya proyek dimulai dari tahun ke-0, yaitu mulai dari tahapan
pengurusan ijin HGU dan pembukaan lahan; biaya pada tahun ke-1 berupa biaya
investasi tanaman kelapa sawit, dan berbagai pengeluaran biaya lainnya, sesuai dengan
rencana kegiatan proyek sampai dengan tahun ke-28.
Total manfaat per tahun yang diterima dari pelaksanaan kegiatan perkebunan
kelapa sawit merupakan penjumlahan dari semua penerimaan dalam kurun waktu satu
tahun tertentu, selama jangka waktu umur kegiatan. Penerimaan dalam nilai uang,
diperoleh dari hasil penjualan CPO dan KPO yang dijual di pasar domestik maupun yang
diekspor. Tanaman kelapa sawit baru mulai menghasilkan TBS pada tahun ke-4
(gestation period 3tahun), sehingga penerimaan proyek dari hasil penjualan CPO dan
KPO baru mulai dihasilkan pada tahun ke-4, kemudian terus berlanjut sampai dengan
tahun ke-28.
Selanjutnya, dari hasil analisis data yang disajikan pada Lampiran 4 diketahui
bahwa penerimaan total perusahaan yang berasal dari penjualan CPO dan KPO, mulai
tahun ke-4 sampai dengan tahun ke-28, kisaran nilainya sebesar US$ 105
$3.718/ha/tahun. Dengan total biaya produksi selama jangka waktu umur kegiatan yang
berkisar antara: US$ 478 - $1353/ha/tahun.

6.2. Analisis Finansial Investasi Perkebunan Kelapa Sawit


Analisis finansial bertujuan untuk menilai apakah suatu kegiatan tertentu
dilaksanakan layak secara finansial, atau dapat memberikan keuntungan finansial bagi
perusahaan yang bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan. Dalam mengambil
keputusan berdasarkan penilaian kelayakan suatu kegiatan, sangat penting untuk turut
memperhitungkan semua biaya dan manfaat yang relevan dan atau benar terjadi sebagai
akibat pelaksanaan kegiatan.
Kelayakan finansial suatu kegiatan ditunjukan oleh nilai NPV (net present value),
B/C ratio (Benefit-Cost Ratio), atau IRR (Internal Rate of Return). Nilai NPV, B/C ratio
dan IRR sesungguhnya saling berhubungan satu sama lainnya. Suatu kegiatan dikatakan
layak secara finansial (menguntungkan bagi perusahaan) bila nilai NPV-nya positif. Bila

NPV positif artinya nilai B/C ratio-nya lebih besar dari satu, dan nilai IRR-nya lebih
besar dari tingkat suku bunga diskonto (discount rate) yang dipergunakan dalam
perhitungan nilai NPV. Jadi, salah satu dari ketiga nilai tersebut dapat dipergunakan
untuk mengambil keputusan apakah suatu kegiatan akan menguntungkan (layak) atau
tidak secara finansial.
Dalam studi ini, kelayakan finansial ditunjukkan oleh nilai NPV. Bila keseluruhan
manfaat yang dihasilkan selama jangka waktu umur kegiatan lebih besar daripada
keseluruhan biaya investasi, maka nilai NPV positif. Artinya, kegiatan secara finansial
layak untuk dilaksanakan karena dapat memberikan keuntungan finansial bagi
perusahaan.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis finansial, dengan tingkat suku bunga
diskonto (discount rate) sebesar 10%, proyek perkebunan kelapa sawit skala besar
(10.000 ha) memberikan nilai NPV sebesar US$ 72,62 juta (dan nilai IRR sebesar
26,35%).
Dengan demikian, perkebunan kelapa sawit skala besar secara finansial sangat
menguntungkan. Seperti telah dikemukakan, sesungguhnya sebelum investasi
perkebunan kelapa sawit dimulai, (grup) perusahaan telah menerima keuntungan besar
berupa kayu IPK yang berasal dari kegiatan pembukaan lahan hutan konversi. Nama
perusahaan yang memperoleh IPK dari Departemen Kehutanan dan Perkebunan biasanya
berbeda dengannama perusahaan yang akan membangun perkebunan kelapa sawit.

BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Studi Kelayakan mempunyai arti penting bagi perkembangan dunia usaha. Beberapa
proyek gagal di tengah jalan, bisnis yang berhenti beroperasi, dan kredit yang macet
di dunia perbankan, serta kegagalan investasi lainnya merupakan bagian dari tidak
diterapkannya studi kelayakan secara konsisten.
4.2 Pembangunan proyek perkebunan kelapa sawit di Indonesai terutama Propinsi Papua
yang diprakarsai oleh PT. Henrison Inti Persada merupakan rencana investasi yang
layak terutama didasarkan atas analisis finansial, di samping didukung pula oleh
aspek pemasaran, teknis, manajemen operasional, dan aspek ekonomis (sosial).
4.3 Proyek perkebunan kelapa sawit di Propinsi Papua ini menunjukan kepekaan
(sensitivity) yang tinggi (terutama pada kebun inti) bila dilihat dari nilai IRR sama
dengan 18,07 % yang hanya sedikit lebih besar terhadap social discount rate 18 %.
Tetapi, pada kebun plasma proyek ini tidak begitu sensitif, karena IRR yang besarnya
22,37 % jauh lebih besar daripada social discount rate yang disarankan sebesar 14 %.
4.4 Studi kelayakan yang diterapkan secara benar akan menghasilkan laporan yang
komprehensif tentang kelayakan proyek atau bisnis yang akan didirikan atau
dikembangkan atau didanai dan kemungkinan-kemungkinan resiko yang akan
dihadapi atau terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
Djamin, Zulkarnain. 1993. Perencanaan dan Analisis Proyek. Jakarta:mLembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Kodoatie, R. 1994. Analisis Ekonomi Teknik. Yogyakarta: Andi.
Soetrisno, L. dan R. Winahyu. 1991. Kelapa Sawit: Kajian Sosial Ekonomi. Yogyakarta:
Aditya Media.
Sutojo, Siswanto. 1996. Studi Kelayakan Proyek: Teori dan Praktek. Jakarta: PT.
Sapdodadi.
Manurung, E. G. Togu. 2001. Analisis Valuasi Ekonomi Investasi Perkebunan Kelapa
Sawit di Indonesia. Jakarta.
Jurnal :
Budiasa, I Wayan. Studi Kelayakan Proyek Perkebunan Kelapa Sawit. Denpasar:
Universitas Udayana, diakses tanggal 9 Juni 2011.
http://id.wikipedia.org/wiki/Studi_kelayakan_bisnis, diakses tanggal 9 Juni 2011.

Diposkan 13th February 2012 oleh I Putu Yuliawan APP


2.
Feb
13

KADAR AIR TANAH, BULK DENSITY,


DAN RUANG PORI TOTAL

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah. Antara lain pada proses
pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara larut
bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak hara ke
akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara dapat tercuci
dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam terlarut mungkin
terangkat kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan juga membatasi pergerakan udara
dalam tanah, merintangi akar tanaman memperoleh O2 sehingga dapat mengakibatkan
tanaman mati.
Kandungan air tanah dapat ditentukan dengan beberapa cara. Sering dipakai
istilah-istilah nisbih, seperti basah dan kering. Kedua-duanya adalah kisaran yang tidak
pasti tentang kadar air sehingga istilah jenuh dan tidak jenuh dapat diartikan yang penuh
terisi dan yang menunjukkan setiap kandungan air dimana pori-pori belum terisi penuh.
Jadi yang dimaksud dengan kadar air tanah adalah jumlah air yang bila dipanaskan
dengan oven yang bersuhu 105oC hingga diperoleh berat tanah kering yang tetap.
Dua fungsi yang saling berkaitan dalam penyediaan air bagi tanaman yaitu
memperoleh air dalam tanah dan pengaliran air yang disimpan ke akar-akar tanaman.
Jumlah air yang diperoleh tanah sebagian bergantung pada kemampuan tanah yang
menyerap air cepat dan meneruskan air yang diterima dipermukaan tanah ke bawah.

Akan tetapi jumlah ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti jumlah curah hujan
tahunan dan sebaran hujan sepanjang tahun.
Kerapatan isi adalah bobot kering suatu isi tanah dalam keadaan utuh yang
dinyatakan dalam g/cm3. isi tanah terdiri dari isi bahan padatan dan isi ruangan di
antaranya. Bagian isi tanah yang tidak terisi oleh bahan padat, baik bahan mineral
maupun bahan organik disebut ruang pori tanah. Kerapatan jenis zarah adalah massa
(bobot) suatu unit yang hanya terdiri dari bagian padatan dan dinyatakan dalam gram tiap
sentimeter kubik.
Ruang pori total adalah isi seluruh pori-pori dalam suatu isi tanah utuh yang
dinyatakan dalam persen, yang terdiri atas ruang diantaranya partikel pasir, debu, liat
serta ruang diantara agregat agregat tanah.
Untuk mendapatkan kerapatan jenis zarah tidaklah mudah karena peubah ini
merupakan fungsi dari nisbah antara komponen mineral dan bahan organik tanah. Untuk
komponen mineral tanpa memperhatikan banyaknya besi dan mineral-mineral berat,
kerapatan jenis zarah rata-rata adalah 2,65. Sedangkan untuk bahan organik dari tanah
normal (bukan gambut) rata-rata 1,45. Jika bahan organik lebih dari 1%, kerapatan jenis
zarah harus dikurangi dengan 0,02 untuk tiap persen bahan organik.
Bobot isi (B.I) tanah yang biasa juga disebut sebagai apparent density, adalah
perbandingan antara berat suatu masa tanah dengan keadaan kering mutlak dengan
volumenya. Tanah tersebut harus dalam keadaan tidak terganggu (utuh). Satuan bobot isi

tanah dinyatakan dalam g/cm3. Tanah-tanah mineral nilainya berkisar antara 0,7 1,5
g/cm3.
Metode penentuan bulk density yang paling sering dilakukan adalah dengan ring
sample atau dengan metode clod. Pada metode clod, gumpalan tanah dicelupkan ke
dalam cairan plastic kemudian ditimbang biasa (di udara) dan di dalam air untuk
mengetahui berat dan volume dari clod tersebut.
Gunanya menentukan bulk density adalah untuk :
1.

Deteksi adanya lapisan padas dan tingkat perkembanganya. Makin berkembang


makin tinggi bulk densitynya

2. Menentukan adanya kandungan abu volkan dan batu apung yang cukup tinggi
3. Menunjukkan tingkat pelapukan batuan
4. Evaluasi terhadap kemungkinan akar menembus tanah
5.

Evaluasi perubahan volume tanah karena proses pembentukan tanah, akibat


penambahan pencucian dari horisan-horisan tertentu
Contoh tanah yang dikirim ke laboratorium harus dalam keadaan alami dan

struktur tanah tidak terganggu. Contoh tanah yang diambil dengan Core Sampler akan
memudahkan perhitungan volume dan bobot isi tanah tersebut. Bila contoh tanah hanya
merupakan bongkahan (clod) yang bentuknya tidak beraturan, maka penentuan
volumenya dilakukan dengan cara menimbang berat bongkah tanah tersebut di dalam air,

yang sebelumnya dilapisi tanah dulu dengan lilin/paraffin untuk menghindarkan


penyerapan.
Bobot isi kering (dry bulk density) : b,
Bp

Bp
Yaitu : b =

g/cm3
It

Ip + Iu + Ia

Untuk tanah-tanah yang isi ruang porinya sama dengan setengah isi total tanah, maka b
sama dengan setengah p, yaitu sekitar 1,3 1,35 g/cm3. Tanah berpasir b-nya dapat
mencapai nilai 1,6, sedangkan tanah lampung dan liat nilainya dapat mencapai 1,1 g/cm3.
Struktur tanah mempunyai pengaruh penting terhadap bobot isi ini.
Bobot isi basah (wet bulk density) ; t
Bt

Bp + Ba
Yaitu : t =

g/cm3
It

Ip + Iu + Ia

Besaran ini menyatakan bobot total tanah, yaitu padat dan air per satuan isi. Yang paling
sering dipakai adalah bobot isi kering yang umumnya disebut bobot isi saja. Nilai bobot

isi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pengolahan tanah, bahan organic,
pemadatan oleh alat-alat pertanian, tekstur, struktur, dan kandungan air tanah. Nilai ini
banyak dipergunakan dalam perhitungan-perhitungan seperti dalam penentuan kebutuhan
air irigasi, pemupukan, pengolahan tanah, dan lain-lain.

Jenis tanah
Podsolik merah kuning (ultisol)
Regosol (entisol)
Aluvial (entisol/inseptisol)
Grumusol (vertisol)
Mediteran (alfisol/inseptisol)
Latosol (inseptisol)
Gley humus rendah (gleisol)
Andosil (inseptisol)
Organosol (histosol)

Bobot isi (gr/cm3)


1.10 1.35
1.07 1.48
1.02 1.42
0.98 1.37
0.97 1.48
0.93 1.11
0.90 0.22
0.68 - 0.86
0.14 - 0.21

Dalam pemantauan total porositas tanah ini sebaiknya ditentukan dahulu nilai
kepadatan partikel tanah (particle density). Kepadatan partikel tanah ini adalah masa
tanah kering persatuan volume tanah bebas udara, satuannya adalah g/cm3. Kepadatan
partilel tanah-tanah mineral banyak diteliti dan hasilnya hampir sama yaitu berkisar
antara 2.6 2.7 g/cm3. Kepadatan partikel tanah yang tidak atau sedikit kandungan bahan
organiknya mendekati atau sama dengan 2.7 g/cm3, tanah dengan kandungan bahan
organiknya sedang 2.65 g/cm3, dan untuk tanah dengan kandungan bahan organiknya
tinggi nilai ini akan lebih rendah lagi yaitu 2.6 g/cm3.

Total porositas tanah (soil porosity) daalm keadaan alami dinyatakan sebagi
persentase volume total pori (rongga) yang diisi oleh udara dan air diantara partikel tanh
berdasarkan nilai bobot isi dan kepadatan partikel (particle density).
Porositas tanah erat hubungannya dengan bulk density serta permeabilitas.
Apabila total ruang pori tinggi maka memiliki tekstur tanah yang halus yang dapat
menyimpan air dan udara dalam tanah sehingga menyebabkan kerapatan massa (bulk
density) yang rendah.
Pori-pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah
(terisi oleh udara dan air). Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar dan
pori-pori halus. Pori-pori kasar berisi udara atau air gravitasi, sedang pori-pori halus
berisi air kapiler atau udara. Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori kasar lebih banyak
daripada tanah liat. Tanah dengan banyak pori-pori kasar kulit menahan air sehingga
tanaman mudsah kekeringan. Tanah-tanah liat mempunyai pori total, lebih tinggi dari
pada pasir.
Porositas tanah dipengaruhi oleh :

Kandungan bahan organic

Struktur tanah

Tekstur tanah

Porositas tanah tinggi kalau bahan organic tinggi. Tanah-tanah dengan struktur
granuler atau remah, mempunyai porisitas yang lebih tinggi dari pada tanah-tanah dengan

struktur massive. Tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro
sehingga sulit menahan air.
Dalam mengamati pori-pori tanah ada beberapa hal yang harus dicatat
yaitu : ukuran, jumlah, kesinambungan, bentuk, orientasi, dan letak.
Ukuran dibedakan menjadi beberapa kelas yaitu :

Sangat halus 0.1-0.5 mm

Halus 0.5-2.0 mm

Sedang 2.0-5.0 mm

Kasar > 5.0 mm

Pori-pori kasar yang ukuranya lebih dari 10 mm harus disebut kisaran ukuranya.
Rongga-rongga yang terbentuk karena tanah yang retak bila tanah kering harus
disebutkan pula ukuranya. Jumlah pori taanh dibedakan sesuai dengan ukuran dan jumlah
pori-pori per dm2. Klasifikasinya dalah sebagai berikut :
Tabel Ukuran pori tanah

Sangat halus

Sedikit
<25

Sedang
25-200

Banyak
>200

(0.1-0.5 mm)
Halus

<10

10-50

>50

(0.5-2.0)

Sedang

<1

1-5

>5

(2.0-5.0)
Kasar

<1

1-2.5

>2.5

(5.0-10.0)

Kesinambungan pori-pori tanah sangat penting karena menentukan apakah


air atau udara dapat bergerak dengan baik di dalam tanah atau tidak. Dibedakan menjadi
beberapa kelas yaitu :

Tidak menyambung

Masing-masing pori tanah tidak dihubungkan satu sama lain oleh rongga yang
berukuran lebih dari 0.1 mm

Agak menyambung

Masing-masing pori tanah dihubungkan oleh rongga yang berukuran lebih dari
0.1 mm, tetapi ukuran rongga penghubung tersebut paling besar dua tingkat lebih kecil
dari ukuran pori-porinya sendiri. Karena itu istilah ini hanya berlaku untuk pori-pori
sedang dan kasar.

Menyambung

Masing-masing pori tanah


Bentuk pori-pori tanah dibedakan sebagai berikut :

Vesikular

Tidak teratur

Tubular

1.2 Tujuan
Untuk menetukan kadar air contoh tanah yang dinyatakan terhadap bobot kering
mutlak (kering oven 105oC).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air terdapat di dalam tanah Alfisol ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan
oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Baik kelebihan air
ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Fungsi air tanah yaitu
sebagai pembawa unsur hara dalam tanah serta keseluruhan bagian tanaman. Kadar air
selalu berubah sebagai respon terhadap faktor-faktor lingkungan dan gaya gravitasi.
Karena itu contoh tanah dengan kadar air harus disaring, diukur, dan biasanya satu kali
contoh tanah akan dianalisis untuk penerapan suatu sifat (Hakim, dkk., 1986).
Jumlah air yang ditahan oleh tanah dapat dinyatakan atas dasar berat dan isi.
Begitupula pada tanah Alfisol pada umunya, dasar penentuannya adalah pengukuran
kehilangan berat dari suatu contoh tanah yang lebih lembab setelah dikeringkan pada
suhu 105oC selama 24 jam. Kehilangan berat sama dengan berat air yang terdapat dalam
contoh tanah. Kadar air (0) dihitung secara gravimetrik dengan satuan g / g, yaitu berat
air yang terdapat di dalam suatu massa tanah kering (0 = tanah lembab-berat kering
oven). (Pairunan, dkk., 1985)
Kadar air dalam tanah Alfisol dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persen
volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat
memberikan gambaran tentang ketersediaan air pada pertumbuhan pada volume tanah

tertentu. Cara penetapan kadar air tanah dapat digolongkan dengan beberapa cara
penetapan kadar air tanah dengan gravimetrik, tegangan atau hisapan, hambatan listrik
dan pembauran neutron. (Hardjowigeno, S., 1992).
Daya pengikat butir-butir tanah Alfisol terhadap air adalah besar dan dapat
menandingi kekuatan tanaman yang tingkat tinggi dengan baik begitupun pada tanah
Inceptisol dan Vertisol, karena itu tidak semua air tanah dapat diamati dan ditanami oleh
tumbuhan. (Syarief, 1998).
Faktor tumbuhan dan iklim mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah air
yang dapat diabsorpsi dengan efisien tumbuhan dalam tanah. Kelakukan akan ketahanan
pada kekeringan, keadaan dan tingkat pertumbuhan adalah faktor tumbuhan yang berarti.
Temperatur dan perubahan udara merupakan perubahan iklim dan berpengaruh pada
efisiensi penggunaan air tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalui saluran
evaporasi permukaan tanah. Diantara sifat khas tanah yang berpengaruh pada air tanah
yang tersedia adalah hubungan tegangan dan kelembaban, kadar garam, kedalaman tanah,
strata dan lapisan tanah. (Buckman dan Brady, 1982).
Banyaknya kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air
(moisture tension) dalam tanah tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain
dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah-tanah yang bertekstur kasar mempunyai daya
menahan air yang lebih kecil dari pada tanah yang bertekstur halus. Pasir umumnya lebih
mudah kering dari pada tanah-tanah bertekstur berlempung atau liat. (Hardjowigeno, S.,
1992).

Bulk menyatakan tingkat kepadatan tanah yaitu berat kering suatu volume tanah
dalam keadaan utuh yang biasanya dinyatakan dengan g/cm3. Perkembangan struktur
yang paling besar pada tanah-tanah permukaan dengan tekstur halus menyebabkan
kerapatan massanya lebih rendah dibandingkan tanah berpasir. Kerapatan massa (Bulk
Density) dihitung sebagai berikut : Kerapatan massa = Berat tanah (g)/Volume tanah
(cm3) (Foth, 1988).
Kerapatan massa lapisan yang bertekstur halus biasanya antara 1,0-1,3 g/cm3.
Jika struktur tanah kasar maka kerapatan massa 1,3-1,8 g/cm3. Dimana makin padat
suatu tanah makin tinggi kerapatan massa atau bulk densitynya sehingga makin sulit
meneruskan air atau ditembus oleh akar tanaman. Pemberian bahan organik pada tanah
dapat menurunkan Bulk Density tanah, hal ini disebabkan oleh bahan organik yang di
tambahkan mempunyai kerapatan jenis yang lebih rendah. Kemantapan agregat yang
semakin tinggi dapat menurunkan bulk density tanah maka persentase ruang pori pori
semakin kasar dan kapasitas mengikat air semakin tinggi (Kartasapoetra dan Sutedjo,
1991).
Kepadatan tanah erat hubungannya dengan penetrasi akar dan produksi tanaman.
Jika terjadi pemadatan tanah maka air dan udara sulit disimpan dan ketersediaannya
terbatas dalam tanah menyebabkan terhambatnya pernapasan akar dan penyerapan air dan
memiliki unsur hara yang rendah karena memiliki aktivitas mikroorganisme yang rendah
(Hakim,dkk,1986).
Ruang pori tanah ialah bagian yang diduduki udara dan air. Jumlah ruang pori
sebagian ditentukan oleh susunan butir-butir padat, apabila letak keduannya cenderung

erat, seperti pada pasir atau subsoil yang padat, total porositasnya rendah.Sedangkan
tersusun dalam agregat yang bergumpal seperti yang kerap kali terjadi pada tanah-tanah
yang bertekstur sedang yang besar kandungan bahan organiknya, ruang pori persatuan
volume akan tinggi (Buckman and Brady, 1984).
Total ruang pori dapat dihitung dengan menggunakan data bobot jenis partikel
partikel dan bobot isi tanah sebagai berikut: TRP = 1 - X 100% Dimana: TRP = Total
Ruang Pori BD = Bulk Density (g/cm3) PD = Partikel Density (Sutanto, 2005).
Tanah bertekstur halus akan mempunyai persentase pori total lebih tinggi dari
pada bertekstur kasar, walaupun ukuran pori dari tanah bertekstur halus kebanyakan
sangat kecil dan porositas sama sekali tidak menunjukkan distribusi ukuran pori dalam
tanah yang merupakan suatu sifat yang penting (Sarief, 1986). PDBD).
Pori tanah adalah ruang-ruang yang terletak antara padatan bahan tanah. Pori
tanah diklasifikasikan berdasar pada ukuran yang setara ruang antar bahan padat tanah.
Pengklasifikasian pori tanah dapat dilaksanakan dengan menganggap pori tanah ini
sebagai badan tunggal di dalam tubuh tanah. Antar poribesar berukuran setara akan
dihubungkan oleh sekumpulan pori-pori berukuran sangat kecil. Pada susunan padat
sederhana butiran pasir, dengan pori yang berbentuk dan berukuran serupa, saling
berhubungan, maka bidang kerut-tegas yang terlihat dianggap sabagai batas dari suatu
pori. Pori dengan O < 30 mikron berperan penting bagi jasad renik tanah dan tanaman,
pori dengan O 30-100 mikron penting pada fenomena pergantian udara tanah dan
cadangan untuk transpot dan pengagihan air tanah, dan pori dengan O > 100 mikron
berperan besar dalam mempercepat laju penetrasi udara ke bagian tubuh tanah sebelah

dalam, serta mempercepat pelaluan air. Pori tanah dapat dikelompokkan menjadi delapan
kategori, yaitu packing void yang terdiri dari simple packing dan compoud packing,
vugh, vesicle, channel dan chamber, plane yang terdiri dari joint, craze dan skew
(Poerwowidodo, 1990).
Sifat-sifat fisika tanah berhubungan erat dengan kelayakan pada banyak
penggunaan (yang diharapkan dari) tanah. Kekokohan dan kekuatan pendukung, drainase
dan kapasitas penyimpanan air, plastisitas, kemudian kemudahan ditembus akar, aerasi,
dan penyimpanan hara tanaman semuanya secara erat berkaitan dengan kondisi fisika
tanah. Oleh karena tiu, erat kaitannya bahwa jika seseorang berhadapan dengan tanah dia
harus mengetahui sampai berapa jauh dan dengan cara apa sifat-sifat tersebut dapat
diubah. Hal ini berlaku apakah tanah itu akan digunakan sebagai medium untuk
pertumbuhan tanaman atau sebagai bahan struktural dalam pembangunan.
Bobot merupakan kerapatan tanah per satuan volume yang dinyatakan dalam dua
batasan yaitu :
1. Kerapatan partikel (bobot partikel, BP) adalah bobot massa partikel padat
per satuan volume tanah, biasanya tanah mempunyai kerapatan partikel
2,6 g/cm3.
2. Kerapatan massa (bobot isi, BI) adalah bobot massa tanah kondisi
lapangan yang dikering-ovenkan per satuan volume. Nilai kerapatan
massa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikel-partikel
tanah, makin besar akan makin berat (Henry D. Foth, 1994).

BAB III
PEMBAHASAN
Di dalam tanah terdapat sejumlah ruang pori pori. Ruang pori tersebut sangat
penting sebagai media alir air dan udara. Berat dan ruang pori pori tanah bervariasi dari
setiap horizon, sama halnya dengan sifat sifat tanah lainnya kedua sifat ini dipengaruhi
oleh tekstur dan struktur tanah.
Kerapatan isi atau bulk density adalah berat persatuan volume atau gr/cm 3. Dalam
pengambilan contoh tanah harus dilakukan dengan hati hati karena dapat
mempengaruhi jumlah pori pori tanah dan juga kerapatan isinya. Proses pembentukan
struktur di horizon horizon bagian atas dari tanah induk dapat mengakibatkan kerapatan
isi lebih rendah, dari bahan induk itu sendiri tanah tanah organic memiliki nilai kerapatan
isi yang sangat rendah dengan tanah mineral.
Ruang pori dalam tanah dapat dihitung dari kerapatan isi dan kerapatan partikel.
Tanah yang berpasir biasanya mempunyai kerapatan isi yang lebih besar dibandingkan
dengan tanah tanah yang berliat. Sehingga dapat diartikan bahwa dalam kondisi kering,
tanah berpasir memiliki volume yang diisi ruang pori lebih rendah. Ruang pori total pada
tanah berpasir semakin rendah tetapi sebagian besar dari pori pori itu terdiri dari pori
pori yang besar yang sangat efisien dalam lalu lintas air maupun udara.

Persentase volume yang ditempati oleh pori pori kesil, dalam tanah tanah
berpasir adalah rendah, yang menunjukkan kapasitas memegang air yang rendah.
Sebaliknya, pada topsoil bertekstur halus, memiliki lebih banyak ruang pori total yang
sebagian besar terdiri dari pori pori kecil, sehingga tanah dapat memegang air dengan
kapasitas besar.
Untuk melakukan perhitungan tanah yang sebelumnya mengambil contoh tanah
dilapangan, tabung-tabung (ring) tersebut dihitung diameter dan tingginya dengan jangka
sorong. Selain itu, tabung-tabung juga ditimbang bobotnya agar setelah mengambil
contoh tanah, bobot tanah basah dapat dihitung. Setelah tabung terisi penuh dengan
tanah, maka kembali ditimbang dan ditutup dengan plastik dari aluminium. Selanjutnya
dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 1050C selama 24 jam. Lalu setelah 24 jam tanah
tersebut dimasukkan ke dalam desikator. Hal ini bertujuan unutk menyamakan suhu
contoh tanah dengan suhu ruangan. Contoh tanah yang dimasukkan ke dalam desikator
ditunggu (dibiarkan) selama 1 jam. Setalah 1 jam, plastik dibuka dan ditimbang kembali
dan dicatat bobot keringnya. Setelah itu tanah dibersihkan.
Contoh perhitungan :
Diket :
Pada sample tanah L1T1 : BTB : 318,19 gr
BTK : 315,73 gr
BC : 40,25 gr

BR : 24,63 gr
Vring

: 98,125 cm3

Sehingga dapat dihitung :


BTBM = BTB (BR + BC)
= 318,19 gr (24,63 gr + 40,25 gr)
= 253,31 gr
BTKM = BTK (BR + BC)
= 315,73 gr (24,63 gr + 40,25 gr)
= 250,91 gr

KA =

= 0,956 %

BD =

x 100 %

= 2,56 gr/cm3

RPT =1-

=1

x 100%

=4%

BAB IV
KESIMPULAN

1. Kadar air adalah air yang terdapat pada suatu tanah yang dinyatakan dalam persen.
2. Ruang pori total adalah isi seluruh pori pori dalam suatu tanah yang dinyatakan
dalam persen. Ruang pori total sebagai lalu lintas air dan udara dalam tanah.
3. Ruang pori total dipengaruhi oleh struktur dan tekstur tanah. Tanah bertekstur halus
memiliki lebih banyak ruang pori dan daya jerap air semakin besar.
4. Bulk density atau kerapatan isi merupakan bobot tanah dalam keadaan utuh. Bulk
density sangat mempengaruhi ruang pori total, semakin besar BD, maka RPT semakin
besar pula. Bobot kering suatu isi tanah dalam keadaan utuh yaitu bagian padatan dan
bagian ruang pori tanah diperhitungkan yang dinyatakan dalam g/cm3.
5. Ruang pori total adalah isi seluruh pori-pori dalam suatu isi tanah utuh yang
dinyatakan dalam persen, yang terdiri atas ruang di antara partikel pasir, debu, liat,
serta ruang diantara agregat-agregat tanah.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Hanafiah, Kemas. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta:Raja Grafindo Persada.

Buckman, O, Hanry, Brady, C, Nyle. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Barat Karya Aksara.
Foth,HD dan L.N.Turk . 1999. Fundamental of soils science. New York:fifth Ed. John.
Waley & soil.
Gobahong, prof. Dr. 1994 Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
Harjowigeno, S. 1985. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademik Persindo.
Kartasapoetra, A. G, Ir. Dkk. 1985. Teknologi Konservasi Tanah Dan Air. Jakarta: Rineka
Cipta.
Pairunan. A. K. dkk. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Ujung Pandang: BKPT INTIM.
Purwowidodo. 1991. Ganesa Tanah. Jakrta: Rajawali.
http://uftoriwasit.blogspot.com/2010/10/air-tanah-dan-kadar-air-tanah.html,

diakses

tanggal 28 April 2011.


http://wahyuaskari.wordpress.com/literatur/kadar-air-tanah/, diakses tanggal 28 April
2011.
http://www.scribd.com/doc/27376087/Praktikum-Kadar-Air-Tanah, diakses tanggal 28
April 2011.

Diposkan 13th February 2012 oleh I Putu Yuliawan APP

2.
Feb
13

BANGUNAN SALURAN IRIGASI


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bangunan dan saluran irigasi sudah dikenal orang sejak zaman sebelum Masehi.
Hal ini dapat dibuktikan oleh peninggalan sejarah, baik sejarah nasional maupun sejarah
dunia. Keberadaan bangunan tersebut disebabkan oleh adanya bahwa sumber makanan
nabati yang disediakan oleh alam sudah tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Segi teknis dari persoalan pertanian ini menimbulkan permasalahan dari yang
paling sederhana sampai yang paling sulit. Air tunduk pada hukum gravitasi, sehingga air
dapat mengalir melalui saluran-saluran secara alamiah ke tempat yang lebih rendah.
Untuk keperluan air irigasi, dengan cara yang paling sederhanapun telah dapat dicapai
hasil yang memadai.
Kemajuan ilmu dan teknologi senantiasa memperluas batas-batas yang dapat
dicapai dalam bidang keirigasian. Manusia mengembangkan ilmu alam, ilmu dan juga
hidrolika yang meliputi statika dan dinamika benda cair. Semua ini membuat
pengetahaun tentang irigasi bertambah lengkap.

Irigasi merupakan alternatif sistem pemanfaatan air secara efisien yang sering
digunakan sebagai proses pengairan lahan pertanian. Sistem pembangunan infrastruktur
irigasi membutuhkan lahan yang cukup luas pada proses penataan dan pengelolaannya.
Dalam hal ini, hutan merupakan pilihan lahan yang seringkali dijadikan sebagai pengalih
fungsian untuk pembuatan sluran irigasi. Semakin besar dan luasnya saluran irigasi yang
dibangun maka semakin banyak pula lahan yang harus dikorbankan. Untuk memenuhi
kebutuhan pembuatan irigasi tersebut, banyak pohon-pohon yang harus ditebang
sehingga terjadilah penggundulan hutan yang tidak terkendalikan.
Dalam pengelolaan lingkungan hidup, kondisi pada saat ini menunjukkan terjadi
penurunan kualitas dan daya dukung lingkungan yang signifikan. Hilangnya berbagai
species keanekaragaman hayati juga menjadi cerminan degradasi daya dukung
lingkungan. Penurunan kualitas dan daya dukung lingkungan juga dipengaruhi oleh
kerusakan lingkungan global. Salah satu fenomena perubahan iklim adalah gejala
pemanasan global (global warming) yang terjadi akibat bertambahnya jumlah gas
buangan di atmosfir yang dihasilkan oleh kegiatan pertanian, industri, dan transportasi.
Kondisi sumber daya alam dan lingkungan hidup di atas dihadapkan pada berbagai
permasalahan yang meliputi aspek pemanfaatan SDA yang bersifat eksploitatif, boros dan
tidak efisien (Anonim 2008).
Oleh karena itu, penataan dan proses pengelolaan bangunan saluran irigasi perlu
direncanakan dan disesuaikan dengan kondisi yang ramah lingkungan. Sebagai alternatif
penataan irigasi yang tetap memprioritaskan adanya penghijauan lingkungan diperlukan
upaya mitigasi dan adaptasi. Adaptasi terhadap dampak perubahan iklim adalah salah satu
cara penyesuaian yang dilakukan secara spontan atau terencana untuk memberikan reaksi
terhadap perubahan iklim yang diprediksi atau yang sudah terjadi. Mitigasi adalah
kegiatan jangka panjang yang dilakukan untuk menghadapi dampak dengan tujuan untuk
mengurangi resiko atau kemungkinan terjadi suatu bencana.
Salah satu upaya mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko
pemanasan global adalah dengan green planting irrigation, yaitu suatu perencanaan
wilayah pengairan dengan memadukan antara saluran irigasi dan tanaman herbal.

Tanaman herbal yang digunakan adalah jenis tanaman mahkota dewa. Banyak penelitian
yang melaporkan bahwa tanaman mahkota dewa dapat digunakan sebagai tanaman obat
dan tanaman peneduh. Namun demikian, penggunaan tanaman ini masih belum
dimanfaatkan secara maksimal. Dengan inovasi pada green planting irrigation yang
menerapkan sistem pembangunan infrastruktur bernilai ganda ini diharapkan ada nilai
lebih terhadap saluran irigasi yang sudah ada sekarang ini.

1.2 Tujuan
a.

Untuk mengetahui pengertian tentang irigasi.

b. Untuk mengetahui tipe tipe irigasi yang sering digunakan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Irigasi


Irigasi atau pengairan adalah suatu usaha untuk memberikan air guna keperluan
pertanian yang dilakukan dengan tertib dan teratur untuk daerah pertanian yang
membutuhkannya dan kemudian air itu dipergunakan secara tertib dan teratur dan
dibuang kesaluran pembuang. Istilah irigasi diartikan suatu bidang pembinaan atas air
dari sumber-sumber air, termasuk kekayaan alam hewani yang terkandung didalamnya,
baik yang alamiah maupun yang diusahakan manusia. Pengairan selanjutnya diartikan
sebagai pemanfaatan serta pengaturan air dan sumber-sumber air yang meliputi irifasi,
pengembangan daerah rawa, pengendalian banjir, serta usaha perbaikan sungai, waduk
dan pengaturan penyediaan air minum, air perkotaan dan air industri (Ambler, 1991).
Berdasarkan sudut pandangnya irigasi digolong-golongkan menjadi irigasi aliran
dan irigasi aliran dan irigasi angkatan lebih dikenal dengan sebutan irigasi pompa. Irigasi
aliran adalah tipe irigasi yang penyampaian airnya kedalam pertanian atau area
persawahan dilakukan dengan cara pengaliran. Sedangkan irigasi angkat adalah tipe
irigasi yang penyampaian airnya ke areal pertanaman dilakukan dengan cara pemompaan
bangunan airnya berumah pompa bukan bendungan atau waduk (Dumairy, 1992).
Kebutuhan pangan terutama beras terus meningkat dari waktu ke waktu
sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Di sisi lain ketersediaan pangan
terbatas sehubungan dengan terbatasnya lahan yang ada untuk bercocok tanam,
teknologi, modal dan tenaga kerja, sehingga defisit penyediaan bahan pangan masih
sering terjadi di negeri ini. Untuk itu berbagai pihak tidak henti-hentinya berupaya

untuk mengatasi masalah tersebut diatas melalui berbagai kebijaksanaan dan program
(Sudjarwadi, 1990).
Sudjarwadi (1990) mendefinisikan irigasi merupakan salah satu faktor penting
dalam produksi bahan pangan. Sistem irigasi dapat diartikan sebagai satu kesatuan yang
tersusun dari berbagai komponen, menyangkut upaya penyediaan, pembagian,
pengelolaan dan pengaturan air dalam rangka meningkatkan produksi pertanian.
Beberapa komponen dalam sistem irigasi diantaranya adalah :
a) siklus hidrologi (iklim, air atmosferik, air permukaan, air bawah permukaan),
b) kondisi fisik dan kimiawi (topografi, infrastruktur, sifat fisik dan kimiawi lahan),
c) kondisi biologis tanaman,
d) aktivitas manusia (teknologi, sosial, budaya, ekonomi).
Ditinjau dari proses penyediaan, pemberian, pengelolaan dan pengaturan air,
sistem irigasi dapat dikelompokkan menjadi 4 (Sudjarwadi, 1990), yaitu :
a) sistem irigasi permukaan (surface irrigation system),
b) sistem irigasi bawah permukaan (sub surface irrigation system),
c) sistem irigasi dengan pemancaran (sprinkle irrigation system),
d) sistem irigasi dengan tetesan (trickle irrigation / drip irrigation system).
Pemilihan jenis sistem irigasi sangat dipengaruhi oleh kondisi hidrologi,
klimatologi, topografi, fisik dan kimiawi lahan, biologis tanaman sosial ekonomi dan
budaya, teknologi (sebagai masukan sistem irigasi) serta keluaran atau hasil yang
akan diharapkan (Bustomi, 2000).

2.2 Jaringan Irigasi


Dari segi konstruksi jaringan irigasinya, (Pasandaran,1991) mengklasifikasikan
sistem irigasi menjadi empat jenis yaitu :
1) Irigasi Sederhana
Adalah sistem irigasi yang sistem konstruksinya dilakukan dengan sederhana, tidak
dilengkapi dengan pintu pengatur dan alat pengukur sehingga air irigasinya tidak teratur
dan tidak terukur, sehingga efisiensinya rendah.
2) Irigasi Setengah Teknis
Adalah suatu sistem irigasi dengan konstruksi pintu pengatur dan alat pengukur pada
bangunan pengambilan (head work) saja, sehingga air hanya teratur dan terukur pada
bangunan pengambilan saja dengan demikian efisiensinya sedang.
3) Irigasi Teknis
Adalah suatu sistem irigasi yang dilengkapi dengan alat pengatur dan pengukur air pada
bangunan pengambilan, bangunan bagi dan bangunan sadap sehingga air terukur dan
teratur sampai bangunan bagi dan sadap, diharapkan efisiensinya tinggi.
4) Irigasi Teknis Maju
Adalah suatu sistem irigasi yang airnya dapat diatur dan terukur pada seluruh jaringan
dan diharapkan efisiensinya tinggi sekali.
Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan untuk
pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan
penggunaannya. Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan utama dan
jaringan tersier. Jaringan utama meliputi bangunan, saluran primer dan saluran sekunder.
Sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dan saluran yang berada dalam petak
tersier. Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan air dari suatu jarigan irigasi disebut

dengan Daerah Irigasi. Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing
seluas kurang lebih 8 sampai dengan 15 hektar. Pembagian air, eksploitasi dan
pemeliharaan di petak tersier menjadi tanggung jawab para petani yang mempunyai lahan
di petak yang bersangkutan dibawah bimbingan pemerintah. Petak tersier sebaiknya
mempunyai batas-batas yang jelas, misalnya jalan, parit, batas desa dan batas-batas
lainnya. Ukuran petak tersier berpengaruh terhadap efisiensi pemberian air. Beberapa
faktor lainnya yang berpengaruh dalam penentuan luas petak tersier antara lain jumlah
petani, topografi dan jenis tanaman. Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier
yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder
menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batasbatas petak sekunder pada umumnya berupa tanda topografi yang jelas misalnya saluran
drainase. Luas petak sukunder dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi topografi
daerah yang bersangkutan. Saluran sekunder pada umumnya terletak pada punggung
mengairi daerah di sisi kanan dan kiri saluran tersebut sampai saluran drainase yang
membatasinya. Saluran sekunder juga dapat direncanakan sebagai saluran garis tinggi
yang mengairi lereng medan yang lebih rendah. Petak primer terdiri dari beberapa petak
sekunder yang mengambil langsung air dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh
satu saluran primer yang mengambil air langsung dari bangunan penyadap. Daerah di
sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan cara
menyadap air dari saluran sekunder (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986).

2.3 Petak
a. Petak Tersier
Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing seluas kurang
lebih 8 sampai dengan 15 hektar. Pembagian air, eksploitasi dan pemeliharaan di
petak tersier menjadi tanggung jawab para petani yang mempunyai lahan di petak
yang

bersangkutan

dibawah

bimbingan

pemerintah. Petak

tersier

sebaiknya

mempunyai batas-batas yang jelas, misalnya jalan, parit, batas desa dan batas-batas

lainnya.

Ukuran

petak

tersier

berpengaruh

terhadap efisiensi

pemberian

air.

Beberapa faktor lainnya yang berpengaruh dalam penentuan luas petak tersier antara
lain jumlah petani, topografi dan jenis tanaman (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986).

b. Petak Sekunder
Menurut Direktorat Jenderal Pengairan (1986) petak sekunder terdiri dari
beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder.
Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer
atau sekunder. Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda topografi
yang jelas misalnya saluran drainase. Luas petak sukunder dapat berbeda-beda
tergantung pada kondisi topografi daerah yang bersangkutan. Saluran sekunder pada
umumnya terletak pada punggung mengairi daerah di sisi kanan dan kiri saluran
tersebut sampai saluran drainase yang membatasinya. Saluran sekunder juga dapat
direncanakan sebagai saluran garis tinggi yang mengairi lereng medan yang lebih
rendah (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986).

c. Petak Primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil langsung
air dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang
mengambil air langsung dari bangunan penyadap. Daerah di sepanjang saluran
primer

sering

tidak

dapat

dilayani

dengan

mudah

dengan saluran sekunder

(Direktorat Jenderal Pengairan, 1986).

2.4 Bangunan Irigasi


Keberadaan bangunan irigasi diperlukan untuk menunjang pengambilan dan

pengaturan air irigasi. Beberapa jenis bangunan irigasi yang sering dijumpai dalam
praktek irigasi antara lain (1) bangunan utama, (2) bangunan pembawa, (3) bangunan
bagi, (4) bangunan sadap, (5) bangunan pengatur muka air, (6) bangunan
pembuang

dan

penguras

serta

(7)

bangunan

pelengkap

(Direktorat Jenderal

Pengairan, 1986).
Menurut Direktorat Jenderal Pengairan (1986) bangunan utama dimaksudkan
sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi
yang dilayani. Berdasarkan sumber airnya, bangunan utama dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa kategori, (1) bendung, (2) pengambilan bebas, (3) pengambilan dari
waduk, dan (4) stasiun pompa. Direktorat Jenderal Pengairan, 1986) memberikan
penjelasan

mengenai berbagai saluran yang ada dalam suatu sistem irigasi sebagai

berikut :
a) Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder dan ke
petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi
yang terakhir.
b) Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran primer
menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas akhir
dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir.

Mengacu pada Direktorat Jenderal Pengairan (1986) cara pengaturan,


pengukuran, serta kelengkapan fasilitas, jaringan irigasi dapat dikelompokkan menjadi 3
(tiga) jenis, yaitu (1) jaringan irigasi sederhana, (2) jaringan irigasi semi teknis dan (3)
jaringan irigasi teknis.

2.5 Efisiensi Irigasi


Hampir seluruh air irigasi berasal dari pembagian dari saluran-saluran dari
reservoir. Kehilangan air terjadi ketika air berlebih. Efisiensi irigasi dapat dicari dengan
menggunakan rumus
Ec = Wr
Wf x 100 %, dimana Ec adalah efisiensi irigasi, Wf adalah jumlah air yang terdapat di
areal persawahan atau air yang digunakan oleh tanaman, Wr adalah jumlah air yang
tersedia yang berasal dari reservoir (Hansen, dkk., 2002).
Efisiensi pengairan merupakan suatu rasio atau perbandingan antar jumlah air
yang nyata bermanfaat bagi tanaman yang diusahakan terhadap jumlah air yang tersedia
atau yang diberikan dinyatakan dalam satuan persentase. Dalam hal ini dikenal 3 macam
efisiensi yaitu efisiensi penyaluran air, efisiensi pemberian air dan efisiensi penyimpanan
air (Dumairy, 1992).
Jumlah air yang tersedia bagi tanaman di areal persawahan dapat berkurang
karena adanya evaporasi permukaan, limpasan air dan perkolasi. Efisiensi irigasi adalah

perbandingan antara air yang digunakan oleh tanaman atau yang bermanfaat bagi
tanaman dengan jumlah air yang tersedia yang dinyatakan dalam satuan persentase
(Lenka, 1991).
Efisiensi irigasi adalah angka perbandingan dari jumlah air irigasi nyata yang
terpakai untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang keluar dari pintu
pengambilan (intake). Efisiensi irigasi merupakan faktor penentu utama dari unjuk kerja
suatu sistem jaringan irigasi. Efisiensi irigasi terdiri atas efisiensi pengaliran yang pada
umumnya terjadi di jaringan utama dan efisiensi di jaringan sekunder yaitu dari bangunan
pembagi sampai petak sawah. Efisiensi irigasi didasarkan asumsi sebagian dari jumlah air
yang diambil akan hilang baik di saluran maupun di petak sawah. Kehilangan air yang
diperhitungkan untuk operasi irigasi meliputi kehilangan air di tingkat tersier, sekunder
dan primer. Besarnya masing-masing kehilangan air tersebut dipengaruhi oleh panjang
saluran, luas permukaan saluran, keliling basah saluran dan kedudukan air tanah.
(Direktorat Jenderal Pengairan,1986).

BAB III
PEMBAHASAN

Sebagian besar sumber air untuk irigasi adalah air permukaan yang berasal dari
air hujan dan pencairan salju. Air ini secara alami mengalir di sungai-sungai, yang
membawanya ke laut. Jika dimanfaatkan untuk irigasi, sungai dibendung dan dialirkan
melalui saluran-saluran buatan ke daerah pertanian, atau air terlebih dahulu ditampung di
dalam waduk yang selanjutnya dialirkan secara teratur melalui jaringan irigasi ke daerah
pertanian. Adapun faktor-faktor yang menentukan pemilihan metoda pemberian air irigasi
adalah : distribusi musiman hujan, kemiringan lereng dan bentuk permukaan lahan,
suplay air, rotasi tanaman dan permeabilitas tanah lapisan bawah. Irigasi merupakan
upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam dunia modern,
saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu,
jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata
air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun
demikian, irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah
kemudian menuangkan pada tanaman satu per satu. Untuk irigasi dengan model seperti
ini di Indonesia biasa disebut menyiram.
Tidak semua air cocok untuk dipergunakan bagi kebutuhan air irigasi. Air yang
dapat dinyatakan kurang baik untuk air irigasi biasanya mengandung :
a. bahan kimia yang beracun bagi tumbuhan atau orang yang makan tanaman itu,
b. bahan kimia yang bereaksi dengan tanah yang kurang baik.
c. tingkat keasaman air (Ph),
d. tingkat kegaraman air,

e. bakteri yang membahayakan orang atau binatang yang makan tanaman yang
diairi dengan air tersebut.
Dalam perkembangannya, irigasi dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :
a. Irigasi Sistem Gravitasi
Irigasi gravitasi merupakan sistem irigasi yang telah lama. dikenal dan diterapkan dalam
kegiatan usashatani. Dalam sistem irigasi ini, sumber air diambil dari air yang ada di
permukaan burni yaitu dari sungai, waduk dah danau di dataran tinggi. Pengaturan dan
pembagian air irigasi menuju ke petak-petak yang membutuhkan, dilakukan secara
gravitatif.
b. Irigasi Sistem Pompa
Sistem irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan, apabila pengambilan secara gravitatif
ternyata tidak layak dari segi ekonomi maupUn teknik. Cara ini membutuhkan modal
kecil, namun memerlukan biaya ekspoitasi yang besar.
c. Irigasi Pasang-surut
Yang dimaksud dengan sistem irigasi pasang-surut adalah suatu tipe irigasi yang
memanfaatkan pengempangan air sungai akibat peristiwa pasang-surut air laut. Areal
yang direncanakan untuk tipe irigasi ini adalah areal yang mendapat pengaruh langsung
dari peristiwa pasang-surut air laut. Untuk daerah Kalimantan misalnya, daerah ini bisa
mencapai panjang 30 - 50 km memanjang pantai dan 10 - 15 km masuk ke darat. Air
genangan yang berupa air tawar dari sungai akan menekan dan mencuci kandungan tanah
sulfat masam dan akan dibuang pada saat air laut surut.
Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan untuk
pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan
penggunaannya.

Untuk mengalirkan dan membagi air irigasi, dikenal 4 area utama, yaitu :
a. Pemberian air irigasi lewat permukaan tanah, yaitu pemberian air irigasi melalui
permukaan tanah.
b. Pemberian air irigasi melalui bawah permukaan tanah, yaitu pemberian air irigasi yang
menggunakan pipa dengan sambungan terbuka atau berlubanglubang, yang ditanam
30 - 100 em di bawah permukaan tanah.
e. Pemberian air irigasi dengan panearan,. yaitu eara pemberian air irigasi dalam bentuk
panearan dari suatu pipa berlubang yang tetap atau berputar pada sumbu vertikal. Air
dialirkan ke dalam pipa dan areal diairi dengan eara panearan seperti pemanearan pada
waktu hujan. Alat panear ini kadang-kadang diletakkan di atas kereta dan dapat
dipindah-pindahkan sehingga dapat memberikan penyiraman yang merata. Pemberian
air dengan eara panearan untuk keperluan irigasi semaeam ini, belum lazim digunakan
di Indonesia.
d. Pemberian air dengan eara tetesan, yaitu pemberian air melalui pipa, di mana pada
tempat-tempat tertentu diberi perlengkapan untuk jalan keluarnyaair aga menetes pada
tanah. Cara pemberian air irigasi semaeam inipun belum lazim di Indonesia.

BAB IV
KESIMPULAN

1. Irigasi atau pengairan adalah suatu usaha untuk memberikan air guna keperluan
pertanian yang dilakukan dengan tertib dan teratur untuk daerah pertanian yang
membutuhkannya dan kemudian air itu dipergunakan secara tertib dan teratur dan
dibuang kesaluran pembuang.
2. Berdasarkan sumber airnya, bangunan utama dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa kategori,

bendung,

pengambilan bebas,

pengambilan dari waduk, dan

stasiun pompa.
3. Penerapan sistem irigasi permukaan memiliki pengaruh positif dan negatif terhadap
lingkungan ekologinya. Dampak negatifnya adalah dengan semakin luasnya lahan
yang digunakan untuk irigasi, maka semakin luas pula lahan-lahan yang dialih
fungsikan, salah satunya adalah hutan.
4. Tipe tipe irigasi yaitu :
a. Irigasi Sistem Gravitasi
Sumber air diambil dari air yang ada di permukaan burni yaitu dari sungai, waduk dah
danau di dataran tinggi. Pengaturan dan pembagian air irigasi menuju ke petak-petak
yang membutuhkan, dilakukan secara gravitatif.
b. Irigasi Sistem Pompa
Sistem irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan, apabila pengambilan secara
gravitatif ternyata tidak layak dari segi ekonomi maupUn teknik. Cara ini
membutuhkan modal kecil, namun memerlukan biaya ekspoitasi yang besar.
c. Irigasi Pasang-surut

Yang dimaksud dengan sistem irigasi pasang-surut adalah suatu tipe irigasi yang
memanfaatkan pengempangan air sungai akibat peristiwa pasang-surut air laut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2007.Irigasi.www.staffsite.gunadarma.ac.id/Pengaruh Kebijakan SDA Terhadap


Pengelolaan Irigasi. [30 April 20011]
Apriyanto, Dwi Priyo. Sistem Pemberian Kebutuhan Air Untuk Lahan Pertanian. USM
Surakarta: Fakultas Pertanian.
Aris, Bambang. 2002. Teknik Drainase Bagian Pertama. Bandung: Teknotan Universitas
Padjadjaran.
Nadeak, Ronauli. 2009. Evaluasi Sistem Drainase Pada Daerah Irigasi Ular Di
Kawasan Bendeng Kabupaten Serdang Bedagai. USU : Fakultas Pertanian.

LAMPIR
AN GAMBAR PEMBUATAN SALURAN IRIGASI
Diposkan 13th February 2012 oleh I Putu Yuliawan APP
Memuat
Kirim masukan

Anda mungkin juga menyukai