PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tension type headache atau yang bisa disingkat TTH merupakan salah satu
jenis nyeri kepala primer yang paling sering terjadi di masyarakat. TTH ini
mempengaruhi hingga dua pertiga populasi. Sekitar 78% orang dewasa
pernah mengalami TTH setidaknya sekali dalam hidupnya. Penderita lebih
banyak ditemukan pada perempuan dengan rasio perempuan : laki-laki
adalah 5 : 4. Onset usia penderita TTH sendiri biasanya pada dekade ke dua
atau ke tiga kehidupan, antara 25 hingga 30 tahun.
Definisi Tension type headache merupakan suatu keadaan yang melibatkan
sensasi nyeri atau rasa tidak nyaman didaerah kepala, kulit kepala atau leher yang
biasanya berhubungan dengan ketegangan otot didaerah ini. Pemicunya dapat
berupa aktivitas yang berat, buruknya upaya kesehatan diri (poor self-related
health) dan sebagainya. Tetapi tres dan konflik emosional adalah pemicu tersering
TTH. Biasanya penderita akan mengeluh nyeri tumpul di kedua sisi kepala
sebagai yang menetap atau konstan, dengan intensitas
melibatkan
bervariasi,
juga
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi dan Fisiologi
Bagian-bagian otak dapat secara bebas dikelompokkan ke dalam berbagai
cara berdasarkan perbedaan anatomis, spesialisasi fungsional, dan perkembangan
evolusi. Otak terdiri dari
a. Batang otak terdiri atas otak tengah, pons, dan medulla
Tension type headache
Batang otak berfungsi sebagai berikut: (1) asal dari sebagian besar saraf
kranialis perifer, (2) pusat pengaturan kardiovaskuler, respirasi dan
pencernaan, (3) pengaturan refleks otot yang terlibat dalam keseimbangan dan
postur, (4) penerimaaan dan integrasi semua masukan sinaps dari korda
spinalis; keadaan terjaga dan pengaktifan korteks serebrum, (5) pusat tidur.
b. Serebelum, berfungsi untuk memelihara keseimbangan, peningkatan tonus
otot, koordinasi dan perencanaan aktivitas otot volunter yang terlatih
c. Otak depan (forebrain) yang terdiri atas diensefalon dan serebrum. Diensefalon
terdiri dari hipotalamus dan talamus. Serebrum terdiri dari nukleus basal dan
korteks serebrum.
Hipotalamus berfungsi sebagai berikut: (1) mengatur banyak fungsi
homeostatik, misalnya kontrol suhu, rasa haus, pengeluaran urin, dan asupan
makanan, (2) penghubung penting antara sistem saraf dan endokrin, (3) sangat
terlibat dalam emosi dan pola perilaku dasar. Talamus berfungsi sebagai
stasiun pemancar untuk semua masukan sinaps, kesadaran kasar terhadap
sensasi, beberapa tingkat kesadaran, berperan dalam kontrol motorik.
Nukleus basal berfungsi untuk inhibisi tonus otot, koordinasi gerakan
yang lambat dan menetap, penekanan pola-pola gerakan yang tidak berguna.
Korteks serebrum berfungsi untuk persepsi sensorik, kontrol gerakan volunter,
bahasa, sifat pribadi, proses mental canggih misalnya berpikir, mengingat,
membuat keputusan, kreativitas dan kesadaran diri. Korteks serebrum dapat
dibagi menjadi 4 lobus yaitu lobus frontalis, lobus, parietalis, lobus temporalis,
dan lobus oksipitalis. Masing-masing lobus ini memiliki fungsi yang berbedabeda.
tentorium serebelli)
Leptomenings sekitar arteri besar di basis cranii
Bagian proximal atau basal arteri, vena, saraf, tertentu (V, VII, IX, nn.
Spinalis)
nosiseptif yang penting untuk kepala, tenggorokan dan leher bagian atas. Semua
aferen nosiseptif dari saraf trigeminus, fasial, glosofaringeus, vagus, dan saraf dari
C1-C3 beramifikasi pada grey matter area ini.
Nukleus trigeminoservikalis terdiri dari tiga bagian yaitu pars oralis yang
berhubungan dengan transmisi sensasi taktil diskriminatif dari regio orofasial, pars
interpolaris yang berhubungan dengan transmisi sensasi taktil diskriminatif seperti
sakit gigi, pars kaudalis yang berhubungan dengan transmisi nosiseptif dan suhu.
Terdapat over lapping dari proses ramifikasi pada nukleus iniseperti aferen dari C2
Tension type headache
2.2 Definisi
a. Tension type headache disebut juga nyeri kepala tegang, nyeri kepala kontraksi
otot, nyeri kepala psikomiogenik, nyeri stres, nyeri kepala esensial, nyeri
kepala idiopatik, nyeri kepala psikogenik (Mardjono, 1988).
b. Tension type headache merupakan suatu keadaan yang melibatkan sensasi
nyeri atau rasa tidak nyaman didaerah kepala, kulit kepala atau leher yang
biasanya berhubungan dengan ketegangan otot didaerah ini (Ambre, 1993).
2.3 Epidemiologi (Anurogo, 2014)
Sekitar 93% laki-laki dan 99% perempuan pernah mengalami nyeri
kepala. TTH dan nyeri kepala servikogenik adalah dua tipe nyeri kepala
yang paling sering dijumpai. TTH adalah bentuk paling umum nyeri kepala
primer yang mempengaruhi hingga dua pertiga populasi. Sekitar 78% orang
dewasa pernah mengalami TTH setidaknya sekali dalam hidupnya.
TTH episodik adalah nyeri kepala primer yang paling umum terjadi,
dengan prevalensi 1-tahun sekitar 3874%. Rata-rata prevalensi TTH 11-93%.
Satu studi menyebutkan prevalensi TTH sebesar 87%. Prevalensi TTH di
Koreasebesar 16,2% sampai 30,8%, di Kanada sekitar 36%, di Jerman
sebanyak 38,3%, di Brazil hanya 13%. Insiden di Denmark sebesar 14,2 per
1000 orang per tahun. Suatu survei populasi di USA menemukan prevalensi
tahunan TTH episodik sebesar 38,3% dan TTH kronis sebesar 2,2%.
Tension type headache
2.4 Klasifikasi
a. Tension Type Headache Episodik
Tension Type Headache Episodik diklasifikasikan menjadi 2 (Sjahrir, 2005),
yaitu:
1) Tension Type Headache Episodik yang infrequent
2) Tension Type Headache Episodik yang frequent
Tension Type Headache Episodik yang infrequent
Deskripsi :
Nyeri kepala episodik yang infrequent berlangsung beberapa menit sampai
beberapa hari, nyeri bilateral, rasa menekan atau mengikat dengan intensitas
ringan sampai sedang. Nyeri tidak bertambah pada aktifitas fisik rutin, tidak
didapatkan mual, tetapi bisa terdapat fotofobia atau fonofobia (Sjahrir, 2005).
Kriteria Diagnosis (Sjahrir, 2005):
1) Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata-rata < 1 hari/bulan (<
12 hari/tahun).
2) Nyeri Kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
3) Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas yaitu :
- Lokasi bilateral
- Menekan atau mengikat (tidak berdenyut)
- Intensitasnya ringan sampai sedang
- Tidak diperberat oleh aktifitas rutin seperti berjalan atau naik tangga.
4) Tidak didapatkan :
- Keluhan mual atau muntah (bisa anoreksia)
- Lebih dari satu keluhan : fotofobia atau fonofobia.
Tension Type Headache Episodik yang infrequent diklasifikasikan menjadi 2
(Sjahrir, 2005), yaitu :
1) Tension Type Headache Episodik yang infrequent yang berhubungan
dengan nyeri tekan perikranial. Hal ini ditandai dengan meningkatnya nyeri
tekan perikranial pada palpasi manual.
Tension type headache
kontraksi
otot-otot
diduga penyebab TTH, tetapi kadar laktat otot penderita TTH kronis normal
Tension type headache
selama
berolahraga
(static
muscle
exercise).
Aktivitas
EMG
pemicu
di otot
glutamat
yang
persisten.
Stimulasi
reseptor
NMDA
enzim-enzim
lainnya.
Tingginya
kadar
nitric
oxide
10
11
COX
(cyclooxygenase);
CTTH
(chronic
12
nyeri/tidak nyaman di mata saat terpapar cahaya) atau phonophobia (sensasi tak
nyaman karena rangsang suara). TTH terjadi dalam waktu relatif singkat,
dengan durasi berubah-ubah (TTH episodik) atau terus-menerus (TTH kronis).
Disebut TTH episodik bila nyeri kepala berlangsung selama 30 menit hingga 7
hari, minimal 10 kali, dan kurang dari 180 kali dalam setahun. Disebut TTH
kronis bila nyeri kepala 15 hari dalam sebulan (atau 180 hari dalam satu tahun),
selama 6 bulan. Penderita TTH kronis sangat sensitif terhadap rangsang.
Berdasarkan analisis multivariat karakteristik klinis, kriteria diagnostik
TTH yang memiliki nilai sensitivitas tinggi adalah tidak disertai muntah (99%),
tidak disertai mual (96%), lokasi bilateral (95%), tidak disertai fotofobia (94%).
Sedangkan yang memiliki nilai spesifisitas tinggi adalah intensitas ringan
(93%), kualitas menekan atau mengikat (86%), tidak disertai fonofobia (63%),
kualitas tidak berdenyut (57%).
Pengaruh nyeri kepala pada kehidupan penderita dapat diketahui
dengan kuesioner Headache Impact Test-6 (HIT-6). Pada individu dan
masyarakat, TTH berdampak pada penurunan produktivitas, ketidakhadiran
dari sekolah dan pekerjaan, dan penggunaan jasa medis (konsultasi/berobat
ke dokter).
2.7 Pemeriksaan Diagnostik (Anurogo, 2014)
Anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan neurologis
komprehensif adalah kunci evaluasi klinis TTH dan dapat menyediakan
petunjuk potensial terhadap penyebab penyakit (organik, dsb) yang
mendasari terjadinya TTH. Pada palpasi manual gerakan memutar kecil dan
tekanan kuat dengan jari ke dua dan ke tiga di daerah frontal, temporal,
masseter, pterygoid, sternocleidomastoid, splenius, dan otot-otot trapezius,
dijumpai pericranial muscle tenderness, dapat dibantu dengan palpometer.
Pericranial tenderness dicatat dengan Total Tenderness Score. Menurut
referensi lain, prosedurnya sederhana, yaitu: delapanpasang otot dan insersi
tendon (yaitu: otot-otot masseter, temporal, frontal, sternocleidomastoid,
trapezius, suboccipital, processus coronoid dan mastoid) dipalpasi. Palpasi
dilakukan dengan gerakan rotasi kecil jari kedua dan ketiga selama 4-5 detik.
Tenderness dinilai dengan empat poin (0, 1, 2, dan 3) di tiap lokasi (local
Tension type headache
13
tenderness score); nilai dari kedua sisi kiri dan kanan dijumlah menjadi skor
tenderness total (maksimum skor 48 poin). Penderita TTH diklasifikasikan
sebagai terkait (associated) (skor tenderness total lebih besar dari 8 poin) atau
tidak terkait (not associated) (skor tenderness total kurang dari 8 poin) dengan
pericranial tenderness.
Pada TTH juga dijumpai variasi TrPs, yaitu titik pencetus nyeri otot
(muscle trigger points). Baik TrPs aktif maupun laten dijumpai di otot-otot
leher dan bahu penderita TTH. TrPs berlokasi di otot-otot splenius
capitis,splenius cervicis, semispinalis cervicis, semispinalis capitis, levator
scapulae, upper trapezius, atau suboccipital. TrPs di otot-otot superior oblique,
upper trapezius, temporalis, sub occipital, dan sternocleidomastoid secara
klinis relevan untuk diagnosis TTH episodik dan kronis.
Diagnostik penunjang TTH adalah pencitraan (neuroimaging) otak
atau cervical spine, analisis CSF, atau pemeriksaan serum dengan laju endap
darah (erythrocyte sedimentation rate), atau uji fungsi tiroid. Neuroimaging
terutama direkomendasikan untuk: nyeri
(acquired
immunodeficiency syndrome),
tumor, atau
14
Asam
asetilsalisilat
tidak
obat
yang
terbukti
efektif:
ibuprofen
(400
mg),
parasetamol.
Kafein
dapat
meningkatkan
efek
analgesik.
(NSAIDs),
dan agen kombinasi adalah yang paling umum direkomendasikan (Tabel 1).
Suntikan botulinum toxin (Botox) diduga efektif untuk nyeri kepala
primer, seperti: tension-type headache, migren kronis, nyeri kepala harian
kronis (chronicdailyheadache). Botulinum toxin adalah sekelompok protein
produksi
bakteri
menghambat
Clostridium
pelepasan
botulinum.
asetilkolin
di
Mekanisme
sambungan
kerjanya
otot,
adalah
menyebabkan
15
mengatasi
kondisi
di mana
Dosis
Level Rekomendasi
5001000 mg
5001000 mg
Ibuprofen
200800 mg
Ketoprofen
2550 mg
Naproxen
375550 mg
Diclofenac
12,5100 mg
Caffeine
65200 mg
Terapi
Level
Rekomendasi
A
Cognitive-behavioral therapy
Pelatihan relaksasi
Terapi fisik
Acupuncture
16
penglihatan
kabur. Bila
belum
efektif, diberikan
Dosis
Level
Amitriptyline
3075 mg
A
Harian
Rekomend
Mirtazapine
30 mg
B
Venlafaxine
150 mg
B
Clomipramine
75150 mg
B
Keterangan: Level A: effective; Level B; probably effective; Level C: possibly
effective
Penderita TTH kronis dianjurkan membatasi konsumsi analgesik
bebas (tanpa resep dokter) hingga 2 kali seminggu untuk mencegah
berkembangnya sakit kepala harian kronis (chronic daily headache).
Penderita TTH kronis dianjurkan berhenti merokok. Buku harian nyeri
kepala (headache diary) sangat membantu dokter menilai frekuensi dan
mencegah TTH bertambah parah. Berpola hidup sehat, bekerja, berolahraga,
dan beristirahat secara seimbang.
2.11
17
29% TTH episodik berubah menjadi TTH kronis. Studi populasi potonglintang Denmark yang ditindaklanjuti selama 2 tahun mengungkapkan ratarata remisi
kronis, 39% berlanjut menjadi TTH episodik dan 16% TTH kronis. Secara
umum, dapat dikatakan prognosis TTH baik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tension-type Headache (TTH) adalah nyeri kepala bilateral yang
menekan, mengikat, tidak berdenyut, tidak dipengaruhi dan tidak
diperburuk oleh aktivitas fisik, bersifat
18
DAFTAR PUSTAKA
Ambre, J.J. 1993. Drug Evaluations Annual. American Medical Association, Chicago.
p.133-136.
Anurogo, Dito. 2014. Tension Type Headache.. Neuroscience Department, Brain and
Circulation
Institute,
Indonesia
Surya
University.
Retrived
from
http://www.kalbemed.com/Portals/6/07_214Tension%20Type%20Headache.pdf
Dewanto, George, W.J. Suwono, B. Riyanto, dan Y. Turana. 2009. Panduan Praktis
Diagnosis Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta : EGC.
Mardjono. 1988. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat. p.90-91.
Sjahrir, Hasan. 2005. Konsensus Nasional II Diagnostik dan Penatalaksanaan Nyeri
Kepala. PERDOSSI.
19