Laporan Penelitian Industri Kerakyatan (Rusniati Anggota)
Laporan Penelitian Industri Kerakyatan (Rusniati Anggota)
KERJASAMA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
KOTA BANJARMASIN
DENGAN
LEMBAGA PENELITIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2012
KATA PENGANTAR
untuk
kebijakan
pembangunan
terutama
dalam
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Permasalahan Pembangunan
B. Pengertian Kawasan Strategis
C. Pemberdayaan Masyarakat
D. Pengembangan Ekonomi Masyarakat Yang
Konservatif
E. Pengembangan Ekonomi Masyarakat Yang Radikal
F. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Alalak Berbasis
Kearifan Lokal
G. .Peningkatan PAD dan Pembangunan Daerah
G. Prosedur Penelitian
H. Tim Peneliti
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
B. Karakteristik Responden Penelitian
C. Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
di Wilayah Alalak dan Sekitarnya
D. Analisis Potensi dan Kompetensi Masyarakat Alalak dan
Sekitarnya Untuk Menjalankan Usaha
E. Analisis Peran Lembaga Ekonomi Masyarakat Alalak
dan Sekitarnya
F. Analisis
Capital
Social
Masyarakat
Alalak
dan
Sekitarnya
G. Deskripsi Kondisi Sosial dan Infrastruktur Wilayah
Alalak dan Sekitarnya
H. Analisis Efektivitas Pemberdayaan Ekonomi
I. Gambaran Kondisi Usaha Pengolahan Kayu Yang
Dijalankan Saat Ini Pada Masyarakat Alalak dan
Sekitarnya
J. Analisis Peluang Usaha Potensial di Wilayah Alalak dan
Sekitarnya
BAB VI KESIMPULAN,
SARAN,
DAN
REKOMENDASI
KEBIJAKAN
A. Ksimpulan
119
B. Saran
120
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1
Tabel 4.1
Sampel Penelitian
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Distribusi
Responden
Berdasarkan
Tanggungan
Keluarga
Tabel 5.4
Tabel 5.5
Tabel 5.6
Tabel 5.7
Tabel 5.8
Tabel 5.9
Tabel 5.10
Tabel 5.11
Tabel 5.12
Tabel 5.13
Tabel 5.14
Tabel 5.15
Tabel 5.16
Besarnya
Bantuan
Permodalan
Yang
Diterima
Responden
Tabel 5.17
Tabel 5.18
Tabel 5.19
Tabel 5.20
Tabel 5.21
Kondisi
Modal
Sosial
Masyarakat
Alalak
dan
Sekitarnya
Tabel 5.22
Tabel 5.23
Tabel 5.24
Tabel 5.25
Tabel 5.26
Tabel 5.27
Tabel 5.28
Keterlibatan
Masyarakat
Dalam
kegiatan
Pembangunan
Tabel 5.29
Keterlibatan
Masyarakat
Dalam
Perencanaan
Pembangunan
Tabel 5.30
Tabel 5.31
Tabel 5.32
Tabel 5.33
Matriks
Komparatif
Potensi
dan
Preferensi
Tabel 5.34
Potensi
Pariwisata
Pada
Wilayah
Alalak
dan
Tabel 5.36
Wilayah
Responden
Alalak
dan
Sekitarnya
Menurut
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1
Gambar 5.1
Gambar 5.2
Gambar 5.3
Lokasi Penelitian
Gambar 5.4
Gambar 5.5
Gambar 5.6
Peta
Sebaran
Industri
Kerupuk
Pada
Lokasi
Penelitian
Gambar 5.7
Gambar 5.8
Gambar 5.9
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu mencerminkan
distribusi pendapatan yang adil dan merata. Hal ini dikarenakan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini hanya dapat dinikmati oleh
sekelompok
kecil
masyarakat,
seperti
masyarakat
perkotaan,
kompetitif.
Pada
hakikatnya
pemberdayaan
ekonomi
kekuatan
dan
kemampuan
sektor
pertanian
guna
pembangunan
untuk
daerah
pedesaan
masih
dari
ketergantungannya
Ketergantungan
ini
telah
pada
sumber
menghasilkan
daya
berbagai
alam.
model
dari
kelurahan,
berikut
data
mengenai
Kecamatan
Banjarmasinl Utara:
Tabel 1.1
Kecamatan Banjarmasin Utara Dalam Angka
Nama Kelurahan
Penduduk
Penduduk
Jumlah
Jumlah
Laki-Laki
Perempuan
Rumah Penduduk
(Orang)
(Orang)
Tangga
Kuin Utara
5.368
5.188
2.786
10.556
Pangeran
4.970
5.986
3.074
10.956
Sungai Miai
8.257
8.747
5.686
17.004
Antasan Kecil Timur
4.797
4.774
2.493
9.571
Surgi Mufti
7.996
8.251
4.269
16.247
Sungai Jingah
6.026
6.053
3.205
12.079
Alalak Utara
10.578
10.482
5.624
21.060
Alalak Selatan
6.023
5.837
3.115
11.860
Alalak Tengah
4.479
4.318
2.429
8.797
Sungai Andai
9.886
9.497
5.336
19.383
Jumlah
68.380
69.133
38.017
137.513
Sumber: Kecamatan Banjarmasin Utara Dalam Angka, 2012
Kecamatan Banjarmasin Utara terdiri dari 10 (sepuluh)
kelurahan. Alalak adalah satu wilayah di Banjarmasin tepatnya di
Kecamatan Banjarmasin Utara yang dulunya merupakan bagian dari
Kelurahan Alalak Besar (Alalak Padang) yang telah dipecah menjadi 3
kelurahan, yaitu Kelurahan Alalak Utara, Alalak Tengah dan Alalak
Selatan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor:
140/502 tanggal 22 September 1980 tentang penetapan desa menjadi
kelurahan. Wilayah Alalak Besar merupakan salah satu permukiman
tertua di Banjarmasin. Nama kawasan ini sudah ada dalam Hikayat
Banjar yang ditulis terakhir pada tahun 1963. Nama Alalak Besar
dalam Hikayat Banjar disebut Halalak.
berkurangnya
sumber
daya
alam
kayu
sebagai
potensial
(kelurahan)
untuk
dan
dijadikan
juga
jenis
proyek
pengembangan
komoditas
yang
layak
RUMUSAN MASALAH
C.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai pada penelitian ini adalah
untuk:
1. Untuk mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi masyarakat Alalak
dan sekitarnya.
2. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi potensi dan kompetensi
masyarakat Alalak dan sekitarnya untuk menjalankan usaha.
3. Untuk mengetahui peranan lembaga ekonomi masyarakat Alalak
dan sekitarnya.
4. Untuk mengetahui social capital masyarakat Alalak dan sekitarnya.
5. Untuk mengetahui dukungan infrastruktur dalam pengembangan
ekonomi masyarakat Alalak dan sekitarnya.
6. Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas pemberdayaan ekonomi
masyarakat Alalak dan sekitarnya.
7. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi kondisi usaha pengolahan
kayu pada masyarakat Alalak dan sekitarnya yang dijalankan saat
ini.
MANFAAT PENELITIAN
Melalui kegiatan penelitian ini diharapkan diperoleh beberapa
manfaat antara lain:
1) Sebagai
bahan
informasi
bagi
pemerintah
daerah
untuk
bahan
pengambilan
informasi
kebijakan
bagi
dalam
pemerintah
rangka
daerah
menentukan
untuk
usaha
bahan
informasi
bagi
pemerintah
daerah
untuk
layak
dikembangkan
untuk
meningkatkan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Permasalahan Pembangunan
pendapatan
terjadi
manakala
berbagai
eksternalitas
negatif
gagal
atau
juga
akibat
kegagalan-kegagalan
pemerintah.
Secara teoritis, kegagalan pasar akan selalu mucul manakala
kompetisi
sempurna
tidak
terjadi.
Kegagalan
pasar
dapat
legal
sebagai
perencana
dan
pelaksana
kepentingan-
jika
diserahkan
menyediakannya.
pada
Kelembagaan
kelembagaan
pemerintah
publik
dibangun
untuk
secara
nasional,
sedangkan
pemerintahan
daerah
memiliki
Intervensi
diusahakan
publik
untuk
oleh
mendorong
kelembagaan
pemerintah
harus
berjalannya
mekanisme
pasar.
akses
seluruh
lapisan
masyarakat
terhadap
akan
pemerintahan
dengan
sistem
market
terpusat
failure.
Kelembagaan
seringkali
tidak
kuat
sehingga
secara
nasional
pernah
dicapai
tenaga
kerja
secara
cepat
ternyata
terutama
domestik,
sedangkan
sektor
agribisnis,
termasuk
terbatasnya
sumberdaya
alam
yang
tidak
terbarui
secara lintas sektoral, lintas spasial (lintas wilayah) dan lintas pelaku.
Dengan demikian, perkembangan wilayah strategis memiliki efek
sentrifugal karena dapat menggerakkan secara efektif perkembangan
ekonomi sektor-sektor lainnya, perkembangan wilayah di sekitarnya
serta kemampuan menggerakkan ekonomi masyarakat secara luas,
dalam arti tidak terbatas ekonomi masyarakat kelas-kelas tertentu
saja.
Upaya menilai potensinya yang dapat menimbulkan dampak
multiplier terhadap perkembangan sektoral lainnya dan wilayah
sasaran, diperlukan kajian-kajian secara seksama mengenai potensi
keterkaitan (linkages). Suatu kawasan dan komoditi dinilai strategis
jika memiliki potensi kaitan ke belakang dan ke depan yang kuat. Ke
arah belakang (backward) diharapkan pengembangan suatu kawasan
strategis dapat menyerap tenaga kerja serta memacu pertumbuhan
aktivitas-aktivitas penyedia input baik berupa produk-produk input
(bahan mentah, bahan baku dan alat) maupun produk-produk jasa
penunjang.
Ke depan (foreward) pengembangan kawasan diharapkan
berpotensi memicu berkembangnya aktivitas-aktivitas pengolahan
dan pemanfaatan produk output kawasan. Aktivitas-aktivitas tersebut
merupakan aktivitas-aktivitas pasca panen atau pasca penangkapan
(aktivitas
pengolahan/agroindustri
pemasaran). Dalam
dimensi
spasial,
hingga
keterkaitan
distribusike
belakang
memperluas
sebaran
rentang
aktivitas
agribisnis,
produk
pemberdayaan
primer
komunitas
dapat
kawasan
dipandang
(community
sebagai
upaya
empowerment)
terlebih
dahulu
harus
diketahui
apa
yang
dimaksud
suatu
teori
yang
dinamakan
teori
menjadi
sumber
keberdayaan
seperti
kekeluargaan,
masyarakat
adalah
upaya
untuk
diberdayakan
diberi
pencerahan
dalam
bentuk
yang
hendak
diotonomkan
diberi
program
nasional
di
wilayah
perkotaan
terus
meningkat.
penanggulangan
kemiskinan.
Upaya
penanggulangan
kebijakan
perlindungan,
peningkatan
dan
publik
yang
pemenuhan
kapasitas
menjamin
kebutuhan
dilakukan
untuk
penghormatan,
dasar.
Strategi
mengembangkan
telantar,
kemampuan
berbeda/penyandang
cacat)
dan
Pesisir
dan
Peningkatan
Pendapatan
Pulau-pulau
Petani
dan
Kecil,
Nelayan
dan
Program
Kecil
untuk
Miskin,
ASKESKIN)
untuk
menjalankan
instrument
strategi
yang
dipengaruhi
oleh
ekonomi
yang
tetapi
tercermin
juga
tidak
dalam
saja
angka
dalam
statistik
garis
ketergantungan
pada
D.
yang
ada
di
masyarakat
lokal.
Banyak
program
program-program
tersebut
dapat
berhasil
dalam
dan dapat
tinggal, semakin
keluarkan);
banyak
uang
yang
akan
mereka
dengan
para
wisatawan
yang
bertujuan
untuk
mereka
berada
(Nozick,
1992)
jika
masyarakat
tidak
untuk
memperkuat
bukan
memperlemah
solidaritas
masyarakat
dan
pengalaman
dari
banyak
koperasi
sangat
beroperasi
khususnya
untuk
kepentingan
kapitalis
Kenyataannya,
bank-bank
tersebut
lokal dan
memberikan
telah berkembang
efektif,
khususnya
memperjuangkan
kepentingan
para
anggota.
Pelajaran yang dapat diambil dari hal ini yaitu dalam
mendirikan bank masyarakat atau Credit Unions, sangat penting
untuk menjamin bahwa basis masyarakatnya dipertahankan dan
bank ini tidak dapat berkembang dan bergabung dengan ekonomi
nasional atau internasional, tetapi tetap sebagai fitur sentral dari
ekonomi lokal. Jika hal ini dapat dipertahankan, struktur perbankan
yang memihak pada kepentingan lokal dapat menjadi komponen
yang sangat penting dalam pengembangan ekonomi alternatif.
F.
langka.
Kondisi
tersebut
memberikan
dampak
pada
di kawasan tersebut
terdapat
bersejarah
yang
ada
dikawasan
bermunculan
masing-masing.
G.
daerah.
Kebijaksanaan
pembangunan
yang
dana
pembangunan
dari
pusat
telah
karena
selama
ini
dianggap
belum
banyak
perikanan
dan
kelautan
dijadikan
sektor
yang
dapat
sebagaimana
dijelaskan
pada
paparan
di
atas,
penerapan kebijakan resource rent tax yang tidak tepat pada gilirannya
akan
menurunkan
daya
kompetitif
sektor
tersebut
di
dalam
pembangunan
daerah.
Sebaliknya
sinyal
kebijakan
pada
sumber
daya-sumber
daya
lokal
sering
pembangunan
daerah
sebagaimana
halnya
historis
sektoral
pertumbuhan/pembangunan
yang
lebih
menekankan
pentingnya
adalah
pendekatan
tahapan
ekonomi
dari
Rostow
(1960),
dependency approach yang lebih mengidentifikasi bahwa socioeconomic structures sebagai akar penyebab underdevelopment, dan
leading sector (Hirschman, 1958 dan 1977; dan Myrdal, 1957)
dengan pendekatan staples. Pada pendekatan disebut terakhir inilah
pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi dinyatakan dalam
bentuk karakteristik produksi yang lebih didominasi sumberdaya alam
(staples: pertanian/perikanan) akan dieksploitasi untuk pasar ekternal;
terdapat surplus untuk merespon permintaan eksternal, yang ketika
kemudian faktanya bahwa proses transformasi ekonomi banyak
melahirkan situasi stagnasi, mendorong pula munculnya kembali
sentimen dependency approach.
Kemudian, konsep utama pembagunan ekonomi sejak 1950an
adalah versi dinamik model Keynesian yaitu Harror-Domar, dualeconomy model (Lewis), demand complementarity, balanced growth,
dan big-push dengan fokus perhatian pada dua komponen inti dari
transformasi ekonomi yaitu: akumulasi dan komposisi sektoral. Pada
pergeseran
dalam
komposisi
permintaan,
perdagangan,
core
dari
suatu
transformasi
ekonomi
dimana
jauh dibawah
sektor
pertanian
dan
perikanan
sebagai
basis
yang
relatif
melambat
akan
menjadi
korban
memiliki
efek
ril
seperti
yang
diharapkan,
termasuk
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN
Pembangunan ekonomi masyarakat Alalak dan sekitarnya,
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan ekonomi Kota
Banjarmasin secara keseluruhan. Namun demikian secara empiris kondisi
ekonomi masyarakat Alalak dan sekitarnya yang dulunya sangat terbantu
dengan adanya usaha-usaha kayu yang ada disekitar Alalak, sekarang
relatif mulai harus mencari solusi baru untuk menggantikan usaha bidang
perkayuan tersebut.
Pendekatan pembangunan ekonomi masyarakat Alalak dan
sekitarnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya sedapat
mungkin
dilaksanakan
Pembangunan
didasarkan
ekonomi
pada
berdasarkan
masyarakat
prinsip
local
Potensi
Alalak
base
Ekonomi
dan
economi.
Wilayah.
sekitarnya
harus
Disamping
itu
Gambar 3.1
Kerangka Analisis Penelitian
BAB IV
METODE PENELITIAN
1.
Desain Penelitian
Penelitian ini didesain dengan menggunakan pendekatan penelitian
3.
JUMLAH
RESPONDEN
60
60
60
60
60
300
b.
5.
sekunder
dan
data
primer
dikumpulkan
dengan
a.
b.
Interview
Mendalam,
berupa
wawancara
mendalam
yang
6.
b.
7.
Prosedur Penelitian
Tim Peneliti
Pelaksanaan kegiatan penelitian ini, dilaksanakan oleh Tim peneliti
dari Lembaga Penelitian Unlam yang memiliki kemampuan dan
pengalaman yang sesuai dengan bidang keahlian. Adapun susunan
tim peneliti adalah sebagai berikut :
Pengarah
Ketua
Anggota
Pembantu Peneliti
BAB V
HASIL PENELITIAN
9.
perdagangan antar pulau, karena posisi wilayah yang terletak pada pertemuan antara
Sungai Barito dan Sungai Martapura yang luas dan dalam. Dengan posisi 22 km dari
laut Jawa, kedua sungai tersebut tentunya dapat dilayari kapal besar sehingga kapalkapal Samudera dapat merapat hingga Kota Banjarmasin. Selain itu, posisi strategis
dari kota Banjarmasin yang terletak di sekitar muara Sungai Barito, menyebabkan
Banjarmasin menjadi pintu gerbang bagi berbagai kapal yang hendak berlayar ke
daerah pedalaman di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Kota Banjarmasin memiliki kehidupan yang tidak dapat dipisahkan dengan
Sungai Barito beserta anak-anak sungainya. Penduduk kota Banjarmasin masih
banyak yang tinggal di atas air, beraktivitas di sungai dan sekitarnya, serta bermukim
di atas sungai dengan membangun rumah di atas tiang atau di atas rakit dipinggir
sungai (rumah lanting).
Budaya sungai yang terus berkembang, memberikan corak budaya tersendiri
dan menarik di Kota Banjarmasin. Pusat kota Banjarmasin sendiri terletak di
sepanjang jalan Pasar Baru, sementara kawasan perkantoran khususnya Bank
terdapat di Jalan Lambung Mangkurat, keberadaaan Sungai Barito sendiri berada di
sebelah Barat dari pusat kota. Salah satu kegiatan wisata paling menarik adalah
berjalan menyusuri sungai dan kanal di sekitar kota Banjarmasin. Wisatawan dapat
menyusuri Sungai Martapura dan Sungai Barito dengan menggunakan perahu klotok
dan speedboat, untuk menyaksikan pemandangan alam sungai pinggiran kota yang
masih asli.
Selain kegiatan wisata air, jenis wisata lainnya yang tersedia antara lain Makam
Sultan Suriansyah, Masjid Sultan Suriansyah, dan Pasar Terapung yang berada di
Kecamatan Banjarmasin Utara. Ketiga objek wisata ini dapat dikombinasikan dengan
kegiatan wisata air karena posisinya yang berada di sepanjang bantaran Sungai Kuin.
Objek wisata yang tersedia di kawasan Kecamatan Banjarmasin Utara,
khususnya daerah Alalak dan sekitarnya di sepanjang bantaran Sungai Kuin dapat
dijadikan sebagai peluang usaha yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Hal
ini juga sejalan denga salah satu tujuan dari Undang-undang No. 9 Tahun 1990
tentang Kepariwisataan Pasal 3, dimana tujuan penyelenggaraan kepariwisataan
antara lain memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja
serta untuk dapat meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Gambar 5.1
Peta Administrasi Kota Banjarmasin
Gambar : 5.2
Peta Banjarmasin Utara
Gambar: 5.3
Lokasi Penelitian
dengan
pelaksanaan
penelitian
Kajian
Pengembangan
Industri
berada di wilayah Alalak dan sekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari angka kemiskinan
pada Kecamatan Banjarmasin Utara dimana terdapat 3.999 rumah tangga miskin,
terbanyak kedua di Kota Banjarmasin setelah Kecamatan Banjarmasin Selatan
(Sumber: Basis Data Terpadu Untuk Program Perlindungan Sosial, Maret 2012).
Pembangunan kawasan ekonomi khusus secara langsung akan memberikan
manfaat bagi masyarakat Alalak dan sekitarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan
integrasi pengembangan ekonomi yang berbasis potensi kearifan lokal, antara lain
pengembangan wisata pasar terapung, industri kerajinan, pengembangan usaha
budidaya perikanan dengan sistem keramba, serta lainnya. Berikut disampaikan profil
wilayah masing-masing kelurahan.
Kelurahan Pangeran sebagai salah satu lokasi penelitian mempunyai luas
wilayah 188,5 Ha yang terdiri dari Pemukiman (100 Ha), Pendidikan (55 Ha),
Pertokoan (3 Ha), Perkantoran (4 Ha), Kuburan (8 Ha), Persawahan (4 Ha), dan
lainnya (14,5 Ha). Adapun penduduk Kelurahan Pangeran hingga tahun 2011
berjumlah 10.861 jiwa dari sejumlah 2.722 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk
laki-laki 4.937 jiwa dan penduduk wanita 5.924 jiwa.
Permasalahan dan kendala yang dihadapi pemerintah Kelurahan Pangeran
dalam melaksanakan program kerja tahun anggaran 2012 yang berkaitan dengan
penelitian ini antara lain (1) kurangnya informasi yang didapat dalam kegiatan
pendidikan dan pelatihan bagi aparatur dan warga masyarakat yang dilaksanakan
oleh Pemerintah, Dinas maupun Instansi terkait; dan (2) Kegiatan pembangunan
sarana dan prasarana yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Dinas maupun Instansi
terkait di dalam wilayah kerja Kelurahan Pangeran tidak pernah melibatkan dan
jumlah guru sebanyak 64 orang. Sedangkan dari sarana kesehatan terdapat 1 buah
Puskesmas, 9 buah Posyandu, dan sebuah tempat dokter praktek. Untuk
kelembagaan ekonomi, Kelurahan ini memiliki sebuah Koperasi dengan jumlah
anggota 66 orang, sebuah industri mebel dengan enam orang karyawan, serta
beberapa warung makan, kios kelontong, bengkel, sablon dan lain-lain serta sebuah
pasar.
Kelurahan Alalak Tengah adalah wilayah yang tingkat perkembangan
penduduknya cukup tinggi sehubungan dengan tingkat pembangunan perumahan
yang terus menerus meningkat setiap tahunnya. Kelurahan ini memiliki luas wilayah
yang cukup besar yaitu 125 Ha, yang terdiri dari pemukiman (85,50 Ha), persawahan
(4,40 Ha), perkebunan (5 Ha) dan lain-lain (30,1 Ha). Jumlah penduduk pada
kelurahan berdasarkan pada data Juni 2012 tercatat sebanyak 8.316 jiwa yang terdiri
atas penduduk laki-laki 4.234 jiwa dan perempuan 4.073 jiwa serta terdapat 2.531
jumlah kepala keluarga.
Dilihat dari kelembagaan ekonomi, kelurahan ini memiliki 9 buah industri mebel,
11 buah warung makan, 20 buah kios kelontong serta 2 buah pasar. Kemudian dari
sarana pendidikan terdapat 4 buah Sekolah Taman Kanak-kanak, 5 buah Sekolah
Dasar, 2 buah SMP dan sebuah SMA. Selanjutnya dari sarana kesehatan terdapat 1
buah puskesmas, 6 buah posyandu dan sebuah tempat praktek dokter.
Kelurahan Alalak Utara memiliki luas wilayah sebesar 330.000 Ha yang terdiri
dari 46 RT dan 3 RW, dengan jumlah penduduk sebanyak 17.866 jiwa, yang terdiri
dari penduduk laki-laki 8.906 jiwa dan perempuan 8.960 jiwa. Mata pencaharian pokok
pada kelurahan ini sebagian besar adalah sebagai buruh harian lepas dan petani.
Pada kelurahan ini terdapat sebuah pasar tradisional yang permanen serta adanya
pasar mingguan yang beraktivitas setiap minggu malan dan rabu malam.
umur,
status
perkawinan,
pekerjaan
dan
tanggungan
keluarga.
Umur (n = 300)
30
31 40
41 50
> 50
29
69
81
121
9,7
23,0
27,0
40,3
267
13
20
89,0
4,3
6,7
300
100
Kondisi tersebut
wilayah tersebut di masa yang akan datang, karena 59,7% kepala rumah tangganya
dalam kategori usia produktif.
Status perkawinan responden pada wilayah Kelurahan Pangeran, Kelurahan
Kuin Utara, Kelurahan Alalak Selatan, Kelurahan Alalak Tengah dan Kelurahan Alalak
Utara berdasarkan Tabel 5.1 di atas maka responden yang berstatus kawin jumlahnya
89,0% dan yang berstatus belum kawin jumlahnya hanya 4,3%, sedangkan yang
berstatus janda/duda jumlahnya 6,7%. Keadaan tersebut menggambarkan bahwa
kehidupan masyarakat pada kelima kelurahan di wilayah Kecamatan Banjarmasin
Utara tersebut pada umumnya memandang pentingnya hidup berkeluarga.
11. Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Wilayah Alalak dan
Sekitarnya
Faktor yang sangat penting untuk diperhatikan adalah pekerjaan yang menjadi
sumber penghidupan bagi keluarga dan jumlah tanggungan keluarga yang menjadi
tanggungjawab kepala rumah tangga dalam setiap rumah tangga responden.
Pekerjaan sangat penting dianalisis untuk menggambarkan bagaimana kondisi sosial
ekonomi masyarakat yang ada di lima kelurahan yang diteliti terutama dalam
memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Berdasarkan uraian di atas, maka lapangan
pekerjaan bagi masyarakat di wilayah Kecamatan Banjarmasin Utara pada Kelurahan
Pangeran, Kelurahan Kuin Utara, Kelurahan Alalak Selatan, Kelurahan Alalak Tengah
dan Kelurahan Alalak Utara dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
No
1
2
3
4
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Jenis Pekerjaan
Jumlah
Persentase (%)
Wiraswasta
218
72,6
Petani
8
2,7
Buruh/Karyawan
39
13,0
Lainnya
35
11,7
Total
Sumber: Data Primer, 2012
300
100
Berdasarkan Tabel 5.2 di atas maka dapat diketahui bahwa responden yang
pekerjaan utamanya sebagai wiraswasta jumlahnya 72,6%, petani jumlahnya 2,7%,
buruh/karyawan sebesar 13% dan lainnya 11,7%. Secara umum berdasarkan
informasi dari data pada Tabel 5.3 di atas tampak bahwa pada umumnya masyarakat
pada kelima kelurahan tersebut adalah berwirausaha dengan mayoritas responden
yang
berwirausaha
tersebut
melakukan
kegiatan
perdagangan
baik
berupa
yang
tidak
kalah
pentingnya
mendapatkan
perhatian
adalah
tanggungan keluarga bagi setiap kepala rumah tangga dalam penelitian ini. Oleh
karena itu, pada Tabel 5.3 berikut dapat dilihat jumlah beban tanggungan keluarga
masyarakat yang ada pada lima kelurahan di wilayah Banjarmasin Utara, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga
No
1
2
3
Tanggungan Keluarga
3<
35
68
Total
Sumber: Data Primer, 2012
Jumlah
108
161
31
300
Presentase (%)
36,0
53,7
10,3
100
Berdasarkan Tabel 5.3 di atas maka dapat diketahui bahwa variasi tanggungan
keluarga pada masyarakat di lima kelurahan Alalak dan sekitarnya pada Kecamatan
Banjarmasin Utara menunjukkan bahwa tanggungan keluarga yang jumlahnya kurang
dari 3 orang jumlahnya mencapai 36%, sedangkan yang tanggungan keluarganya
antara 3-5 orang jumlahnya mencapai 53,7%, sementara yang jumlahnya 6 8 orang
mencapai 10,3%. Kondisi tersebut di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan
rata-rata kepala rumah tangga masyarakat pada wilayah Alalak dan sekitarnya
memiliki tanggungan keluarga yang cukup besar. Oleh karena itu, beban hidup dan
tanggung jawab kepala keluarga secara ekonomi bagi masyarakat Alalak dan
sekitarnya juga relatif berat, sehingga memerlukan perhatian berupa kebijakan yang
dapat membantu meningkatkan pendapatan rumah tangganya agar kehidupannya
dapat lebih sejahtera. Adapun tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel
berikut:
No
1
1
2
Tabel: 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
Tidak Tamat SD
10
3,3
Sekolah Dasar
83
27,7
SLTP
57
19,0
3
4
5
SLTA
Akademi/Diploma
Sarjana
Total
Sumber: Data Primer, 2012
126
22
2
300
42,0
7,3
0,7
100
factors dalam proses pengelolaan potensi ekonomi daerah. Oleh karena itu,
rencana pengembangan ekonomi suatu wilayah seharusnya didukung potensi
sumberdaya manusianya.
Potensi sumberdaya manusia yang dimaksudkan adalah bukan hanya
sekedar kuantitas semata, akan tetapi yang jauh lebih penting adalah competency
sumberdaya manusia yang tersedia untuk membantu melaksanakan proses
pembangunan yang bertujuan untuk memajukan daerah dan sekaligus untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Memperhatikan konsep tersebut di atas
maka kondisi potensi sumberdaya manusia pada wilayah Alalak dan sekitarnya
sebagai penopang pelaksanaan pembangunan ekonomi dan pembangunan
daerah pada umumnya, terutama pada wilayah yang menjadi lokasi penelitian
dijelaskan pada beberapa Tabel berikut:
Tabel 5.5
Distribusi pendidikan anak 12 tahun ke Atas
Pada Wilayah Alalak dan Sekitarnya
Persentase
No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
(%)
1
Tanpa Anak / Blm 12 Thn
107
35,7
2
Tidak tamat SD
8
2,7
3
Tamat SD dan Sederajat
30
10,0
4
Tamat SLTP dan sederajat
51
17,0
5
Tamat SLTA dan Sederajat
77
25,7
6
Tamat Diploma
3
1,0
7
Tamat Sarjana (S1)
24
8,0
Total
300
100
Sumber: Data Primer, 2012
dalam rumah tangga masyarakat Alalak dan sekitarnya, maka dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 5.6
Distribusi Jumlah Anak Dalam Keluarga Masyarakat Alalak dan Sekitarnya
Berdasarkan Usia.
Distribusi anak dalam
No
Jumlah Persentase (%)
keluarga
1
Tidak ada/tanpa anak
41
13,7
2
1 anak
80
26,7
3
2 anak
88
29,3
4
3 anak
42
14,0
5
4 anak
27
9,0
6
5 anak
9
3,0
7
Lebih dari 5 anak
13
4,3
Total
300
100
Sumber: Data Primer, 2012.
Tabel di atas memberikan gambaran bahwa pada umumnya jumlah anak
dalam setiap keluarga bagi masyarakat Alalak dan sekitarnya sebanyak 1 sampai 2
anak atau 26,7% dan 29,3%. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses regenerasi
masyarakat di wilayah Alalak dan sekitarnya perlu mendapatkan perhatian
terutama dari sisi pendidikan untuk peningkatan kualitas generasi muda.
Potensi sumberdaya manusia Kelurahan Pangeran dengan jumlah
penduduk mencapai 10.861 jiwa dari sejumlah 2.722 Kepala Keluarga dengan
jumlah penduduk laki-laki 4.937 jiwa dan penduduk wanita 5.924 jiwa. Kemudian
yang penting diketahui adalah komposisi penduduk menurut umur yaitu 0-4 tahun
sebanyak 773 jiwa, usia 5-6 tahun 416 jiwa, usia 7-12 tahun 1.266 jiwa, usia 13-15
tahun 774 jiwa, usia 16-18 tahun 815 jiwa, usia 19-25 tahun 1.084 jiwa, dan usia
26-60 tahun 5.142 jiwa, sedangkan sisanya 61 tahun keatas berjumlah 591 jiwa.
Untuk jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan, dimana terdapat 910 jiwa
yang belum/tidak bersekolah, 649 jiwa yang tidak tamat SD/sederajat, 935 jiwa
yang tamat SD/sederajat, 1.555 jiwa yang telah tamat SMP/sederajat, 3.511 jiwa
yang telah tamat SMU/sederajat, 1.163 jiwa yang tamat Akademi/Diploma, serta
2.138 jiwa yang menamatkan pada tingkatan Sarjana S1 dan S2.
Potensi sumber daya manusia kelurahan Kuin Utara yang berjumlah 8.580
jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki 4.229 jiwa dan penduduk wanita 4.351
jiwa. Potensi sumberdaya manusia Kelurahan Kuin Utara dengan jumlah penduduk
mencapai 8.580 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 4.229 jiwa dan penduduk
wanita 4.351 jiwa. Kemudian yang penting diketahui adalah komposisi penduduk
menurut umur yaitu 0 5 tahun sebanyak 1.045 jiwa, usia 6 12 tahun 1.540 jiwa,
usia 13 - 18 tahun 1.130 jiwa, usia 19 - 24 tahun 1.103 jiwa, usia 25 - 40 tahun
1.778 jiwa, usia 41 - 50 tahun 869 jiwa, dan usia 51 - 58 tahun 702 jiwa,
sedangkan sisanya 59 tahun keatas berjumlah 710 jiwa. Untuk jumlah penduduk
berdasarkan tingkat pendidikan, terdapat 20 jiwa yang menyandang buta huruf,
belum sekolah 425 jiwa, 57 jiwa usia 7 45 tahun yang tidak pernah sekolah, 550
jiwa pernah sekolah dasar namun tidak tamat, 1.257 jiwa yang telah tamat
SD/sedarajat, 1.972 jiwa yang telah tamat SMP/sederajat, 1.351 jiwa yang telah
tamat SMU/sederajat, 84 jiwa yang tamat Akademi/Diploma, serta 272 jiwa yang
menamatkan pada tingkatan Sarjana S1 dan S2.
Potensi sumber daya manusia kelurahan Alalak Selatan yang berjumlah
12.206 jiwa dengan penduduk laki-laki sebanyak 6.115 jiwa dan penduduk
perempuan 6.091 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 3.265 KK.
Kemudian yang penting diketahui adalah komposisi penduduk menurut umur yaitu
0 1 tahun sebanyak 484 jiwa, usia 1 5 tahun 1.005 jiwa, usia 5 - 6 tahun 582
jiwa, usia 7 - 15 tahun 2.218 jiwa, usia 16 - 21 tahun 1.589 jiwa, usia 22 - 59 tahun
5.344 jiwa, dan sisanya 60 tahun keatas berjumlah 372 jiwa. Untuk jumlah
penduduk berdasarkan tingkat pendidikan, terdapat 3.013 jiwa yang telah tamat
SD/sedarajat, 1.415 jiwa yang telah tamat SMP/sederajat, 1.389 jiwa yang telah
tamat SMU/sederajat, 185 jiwa yang tamat Akademi/Diploma, serta 200 jiwa yang
menamatkan pada tingkatan Sarjana S1 ke atas.
Potensi sumber daya manusia kelurahan Alalak Tengah berjumlah 8.316
jiwa dengan penduduk laki-laki sebanyak 4.234 jiwa dan penduduk perempuan
4.073 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 2.531 KK. Kemudian yang
penting diketahui adalah komposisi penduduk menurut umur yaitu 0 1 tahun
sebanyak 502 jiwa, usia 2 5 tahun 780 jiwa, usia 6 16 tahun 454 jiwa, usia 7 21 tahun 2.100 jiwa, usia 22 59 tahun 1.719 jiwa, dan sisanya 60 tahun keatas
berjumlah 2.760 jiwa. Untuk jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan,
terdapat 2.122 jiwa yang telah tamat SD/sedarajat, 1.030 jiwa yang telah tamat
SMP/sederajat, 1.185 jiwa yang telah tamat SMU/sederajat, 179 jiwa yang tamat
Akademi/Diploma, serta 121 jiwa yang menamatkan pada tingkatan Sarjana S1 ke
atas.
Potensi sumber daya manusia kelurahan Alalak Utara yang memiliki jumlah
penduduk sebanyak 17.866 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki 8.906 jiwa dan
perempuan 8.960 jiwa, memiliki luas wilayah sebesar 330.000 Ha. Sebagian besar
penduduk kelurahan ini memiliki mata pencaharian sebagai buruh harian lepas dan
petani.
1,0%
dan
lainnya
16,7%. Kondisi
tersebut di
atas
setiap individu. Oleh karena itu, pada Tabel berikut ini kita melihat lamanya
menjalankan usaha yang telah digeluti oleh masyarakat Alalak dan sekitarnya.
Tabel 5.8
Lamanya Menjalankan Usaha Bagi Masyarakat Alalak
dan Sekitarnya
Persentase
No Lamanya menjalankan Usaha Jumlah
(%)
1
Kurang dari 1 tahun
19
6,3
2
Lebih dari 1 tahun - 3 tahun
77
25,7
3
Lebih 3 tahun - 5 tahun
78
26,0
4
Lebih dari 5 tahun-10 tahun
65
21,7
5
Lebih dari 10 tahun
61
20,3
Tabel
200
100
Sumber: Data Primer, 2012
Masyarakat Alalak dan sekitarnya dalam menjalankan usahanya tampak
bahwa mereka memiliki variasi terhadap profesinya terutama sebagai pedagang.
Hal ini dapat dilihat dari lamanya menjalankan usaha pada kisaran 1-3 tahun
sebesar 25,7% dan kisaran 3-5 tahun sebesar 26%. Hal ini terkait dengan kondisi
ekonomi masyarakat Alalak dan sekitarnya, dimana pada saat usaha perkayuan
sangat banyak terdapat di wilayah ini, rata-rata pekerjaan masyarakat Alalak dan
sekitarnya banyak yang bekerja sebagai karyawan pada perusahaan kayu ataupun
penggergajian kayu. Namun dengan adanya peraturan pemerintah tentang illegal
logging, banyak usaha perkayuan yang tutup dan memaksa para karyawan yang
kebanyakan merupakan masyarakat Alalak dan sekitarnya harus mencari
pekerjaan baru. Jenis usaha yang paling banyak dipilih adalah bidang
perdagangan. Meskipun masyarakat Alalak dan sekitarnya dalam menjalankan
usahanya memiliki pengalaman yang cukup baik akan tetapi karena kurang
ditunjang oleh program pemberdayaan yang kurang optimal maka rata-rata
pendapatan usaha masyarakat Alalak dan sekitarnya masih rendah. Adapun rata-
rata pendapatan usaha bagi masyarakat Alalak dan sekitarnya dapat dilihat pada
Tabel berikut:
Tabel 5.9
Rata-Rata Pendapatan Usaha Masyarakat Alalak dan Sekitarnya.
No
Rata-Rata Pendapatan Usaha
Jumla
Persentase
per bulan
h
(%)
1
< Rp. 10.000.000,281
93,7
2
Lebih dari Rp. 10.000.000,
19
6,3
Total
300
100
Sumber: Data Primer, 2012.
Rata-rata pendapatan usaha masyarakat Alalak dan sekitarnya pada Tabel
tersebut di atas memperlihatkan bahwa pendapatan usaha yang lebih kecil dari
Rp. 10.000.000,- mencapai 93,7%, sementara yang berpendapatan usaha di atas
Rp. 10.000.000,- sebanyak
masyarakat Alalak dan sekitarnya yang telah dijalankan selama ini masih sangat
memerlukan proses pemberdayaan, terutama dari sisi pengembangan manajemen
dan permodalan usaha. Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian adalah
pengembangan akses pemasaran komoditas yang dihasilkan.
Keterlibatan tenaga kerja dalam proses pengelolaan usaha pada kawasan
Alalak dan sekitarnya menunjukkan kondisi yang belum optimal. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah tenaga kerja yang terlibat yang pada umumnya hanya antara 1-4
orang atau dengan jumlah persentase 96,7% dan 5-9 orang untuk 3,0%, serta 1014 orang hanya 0,3%.
usaha yang dijalankan oleh masyarakat Alalak dan sekitarnya dapat dilihat pada
Tabel berikut:
No
Tabel 5.10
Keterlibatan Tenaga Kerja Dalam Menjalankan Usaha
Keterlibatan Tenaga Kerja
Jumlah
Persentase
1
2
3
1-4 orang
5-9 orang
10-14 orang
Total
Sumber: Data Primer, 2012
290
9
1
300
(%)
96,7
3,0
0,3
100
No
1
2
3
4
5
Tabel 5.11
Distribusi Rata-rata Pendapatan Keluarga Per Bulan
Masyarakat Alalak dan Sekitarnya
Rata-rata Pendapatan
Persentase
Jumlah
Keluarga Per Bulan
(%)
Kurang dari Rp. 500.000,46
15,3
Lebih dari Rp. 500.000.61
20,3
sampai Rp. 1.000.000,Lebih dari Rp. 1.000.000,121
40,3
sampai Rp. 2.000.000,Lebih dari Rp. 2.000.000,46
15,3
sampai Rp. 3.000.000,Lebih dari Rp. 3.000.000,20
6,7
6
300
2,0
100
Rp.2.000.000,- paling dominan yaitu sebanyak 40,3%. Pendapatan yang lebih dari
Rp. 5.000.000, hanya 2,0%.
Masih rendahnya pendapatan kepala keluarga pada sebagian masyarakat
Alalak dan sekitarnya untuk pekerjaan utamanya, oleh sebagian masyarakat masih
dapat ditutupi dengan adanya tambahan pendapatan lainnya. Berikut tabel
distribusi rata-rata pendapatan keluarga lainnya per bulan pada masyarakat Alalak
dan sekitarnya.
Tabel 5.12
Distribusi Rata-rata Pendapatan Keluarga Lainnya Per Bulan Masyarakat
Alalak dan Sekitarnya
Rata-rata Pendapatan
Persentase
No
Jumlah
Lainnya Per Bulan
(%)
1
Tidak Ada Pendapatan Lain
122
40,7
2
Kurang dari Rp. 500.000,60
20,0
Lebih dari Rp. 500.000.76
25,3
3
sampai Rp. 1.000.000,Lebih dari Rp. 1.000.000,32
10,7
4
sampai Rp. 2.000.000,Lebih dari Rp. 2.000.000,9
3,0
5
sampai Rp. 3.000.000,Lebih dari Rp. 3.000.000,1
0,3
6
sampai Rp. 5.000.000,-
Total
Sumber: Data Primer, 2012.
Adapun
untuk
300
100
masyarakat Alalak dan sekitarnya lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 5.13
Distribusi Rata-rata Pengeluaran Keluarga Per Bulan
Masyarakat Alalak dan Sekitarnya
Rata-rata Pengeluaran Keluarga
Persentase
No
Jumlah
per Bulan
(%)
1 Kurang dari Rp. 500.000,44
14,7
2 Lebih Rp.500.000 sampai Rp 1.000.000
70
23,3
3 Lebih Rp.1.000.000 sampai Rp.2.000.000
125
41,7
4 Lebih Rp.2.000.000 sampai Rp 3.000.000
43
14,3
5 Lebih Rp.3.000.000 sampai Rp 5.000.000
17
5,7
6 Lebih Rp.5.000.000
1
0,3
Total
300
100
Sumber: Data Primer, 2012
Angka pengeluaran keluarga per bulan masyarakat Alalak dan sekitarnya
dengan tingkat pengeluarannya kurang dari Rp.500.000,-/bulan sebanyak 14,7%,
dengan
tingkat
pengeluaran/bulan
antara
Rp.500.000,-
sampai
dengan
Rp.1.000.000,-/bulan 23,3%, tingkat pengeluaran/bulan antara Rp.1.000.000,sampai dengan Rp.2.000.000,- sebanyak 14,3%, tingkat pengeluaran/bulan antara
Rp.3.000.000,- sampai dengan Rp.5.000.000,- sebanyak 5,7%, sisanya lebih dari
Rp.5.000.000,- hanya 0,3%.
Aspek kondisi sosial masyarakat yang perlu pula dicermati di wilayah
Alalak dan sekitarnya antara lain adalah mengenai status tempat tinggal atau
rumah, sumber kebutuhan air bersih, kelengkapan sarana MCK dan sarana
penerangan rumah yang digunakan dalam rumah tangganya dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 5.14
listrik pada umumnya sudah dapat terpenuhi bagi masyarakat Alalak dan
sekitarnya.
13. Analisis Peran Lembaga Ekonomi Masyarakat Alalak dan Sekitarnya
Keberhasilan pembangunan suatu wilayah juga dipengaruhi oleh peranan
lembaga ekonomi sebagai mitra masyarakat dalam mengembangkan
kegitan
No
1
2
a
b
c
Tabel 5.15
Distribusi Bantuan Lembaga Ekonomi Yang Diterima
Distribusi Bantuan Lembaga
Persentase
Jumlah
Ekonomi
(%)
Tidak Pernah Dapat
270
90,0
Pernah Dapat
Permodalan
20
6,7
Pelatihan Kewirausahaan
3
1,0
Bimbingan dan konsultasi
2
0,6
Bantuan Peralatan
Total
Sumber: Data Primer, 2012
5
300
1,7
100
penguatan
ekonomi
kerakyatan.
Untuk
melihat
kondisi
obyektif
bantuan
1
2
3
4
Jumlah
Persentase
(%)
8
8
2
2
20
40,0
40,0
10,0
10,0
100
sampai
10,0% dengan bantuan modal lebih dari Rp. 10.000.000,- sampai Rp.25.000.000,serta bantuan modal antara Rp.50.000.000,- sampai Rp.100.000,000,-Berdasarkan
informasi yang diperoleh dari kajian ini bahwa bantuan dari lembaga ekonomi baik
perbankan maupun lembaga ekonomi non bank serta pemerintah daerah sudah
Tabel 5.17
Sumber Permodalan Responden
No
Sumber Permodalan
1
2
3
4
5
6
7
Pribadi
Bank
Keluarga
Pemerintah Daerah
Lembaga Keuangan Non Bank
BUMN
Perorangan
Total
Sumber: Data Primer, 2012
Jumlah
Persentase (%)
187
44
30
6
2
1
30
300
62,3
14,7
10,0
2,0
0,7
0,3
10,0
100
dari
lainnya (lembaga keuangan non bank dan BUMN) hanya 1%. Hal ini memberikan
gambaran bahwa peranan perbankan dalam pengembangan usaha di wilayah
Alalak dan sekitarnya sudah ada walaupun masih cukup rendah, sehingga
masyarakat kesulitan untuk mengembangkan kegiatan usahanya. Dari segi
pemenuhan kebutuhan bahan baku dan peralatan yang dibutuhkan sekitar 94%
dipenuhi secara lokal dan 6% dari wilayah lainnya.
Kegiatan pemasaran komoditas yang dihasilkan oleh masyarakat Alalak
dan sekitarnya 98% dipasarkan di daerah sendiri atau pasar lokal, dan 1,7%
dipasarkan sampai ke daerah lain di luar Kalimantan Selatan, serta 0,3% yang
dipasarkan sampai ke luar negeri. Keadaan ini menggambarkan bahwa koneksitas
perekonomian wilayah Alalak dan sekitarnya dengan daerah pemasaran produksi
yang mereka hasilkan masih sangat rendah, sehingga memerlukan bantuan akses
pemasaran ke daerah lain.
dengan cara bergotong royong yang ditunjukkan oleh pernyataan responden pada
tabel berikut:
Tabel 5.18
Frekuensi Kegiatan Gotong Royong
Masyarakat Alalak dan Sekitarnya
Pernyataan
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Tidak Pernah
21
7,0
Jarang
229
76,3
Sering
50
16,7
Jumlah
300
100
Sumber: Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hanya 16,7%
mengatakan
bahwa
kegiatan
gotong
royong
sering
dilaksanakan
untuk
bergotong
royong,
bahkan
terdapat
pernyataan
responden
yang
No
Aktivitas
1
2
21
7
Persentase
(%)
7,0
2,3
150
50,0
9
55
58
300
3,0
18,3
19,3
100
Jumlah
Keterangan dari Tabel tersebut di atas menjelaskan bahwa betapa nilainilai kegotongroyongan dalam masyarakat Alalak dan sekitarnya lebih banyak
pada kegiatan memperbaiki jalan sebesar 50%. Kegiatan gotong royong lainnya
yang
(kebersihan
No
1
Tabel 5.20
Sikap Keterbukaan Masyarakat Terhadap Pendatang
Pernyataan Sikap
Jumlah
Persentase (%)
Sangat terbuka
81
27,0
Terbuka
Total
Sumber, Data Primer. 2012.
219
300
73,0
100
responden
menyatakan
sangat
terbuka,
dan
73,0%
terbuka.
sikap
percaya
masyarakat
terhadap
pemerintah
dalam
Pencermatan terhadap
kerukunan
antar
ketersediaan
sarana
informasi
warga,
yang
dan
organisasi
dapat
diskses
kepemudaan
masyarakat
serta
secara
oleh
faktor-faktor
keamanan
wilayah,
kepercayaan
terhadap
masyarakat
perlu
mengetahui
secara
terbuka
program-program
dalam
rangka
mendukung
pembangunan
ekonomi
terutama
di wilayah Alalak dan sekitarnya. Kondisi tersebut di atas tidak jauh berbeda
dengan dukungan infrastruktur jalur transportasi sungai. Disamping itu, dukungan
sarana terminal juga sudah cukup memadai, demikian pula dengan ketersediaan
pelabuhan sungai.
Informasi
yang
lebih
komprehensif
mengenai
kondisi
dukungan
infrastruktur pada wilayah Alalak dan sekitarnya, sebagai bagian yang sangat
penting dipertimbangkan dalam pengembangan kawasan ekonomi. Bagi para
investor yang lebih melihatnya dari segi aspek iklim investasi, maka dukungan
infrastruktur adalah salah satu pertimbangan utamanya. Oleh karena itu, kondisi
infrastruktur perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah agar semakin
menjadi menarik bagi kalangan investor dalam membangun usahanya pada
kawasan ekonomi yang akan dipersiapkan. Informasi tersebut juga sangat
penting bagi pemerintah dalam rangka menyusun kebijakan perencanaan
pembangunan wilayah. Untuk melihat kondisi tersebut secara keseluruhan dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.22
Kondisi Dukungan Infrastruktur Masyarakat Alalak dan Sekitarnya
Jawaban Responden (%)
NO
URAIAN
Sangat
Memadai
Memadai
Cukup
Memadai
Tidak
Memadai
Sangat
Tidak
Memadai
Total
Jalur
transporta
10,3
53,0
32,7
4,0
100
si darat
2
Jalur
transporta
si air
10,7
54,7
31,7
3,0
100
Terminal
2,0
28,3
41,3
25,3
4,0
100
Pelabuhan
sungai
7,7
41,3
44,0
6,3
0,7
100
Pasar
umum
7,0
53,7
33,7
5,0
0,7
100
Sarana
Pariwisata
8,7
29,0
33,3
22,0
7,0
100
Air bersih
3,0
56,0
38,7
2,3
100
BBM
1,0
34,3
48,3
9,3
7,0
100
10
PLN
3,0
56,3
38,7
2,0
100
dengan
penjelasan
sebelumnya
bahwa
kondisi
sarana
Gambar 5.4
Peta Sebaran Pasar Tradisional Pada Wilayah Alalak dan Sekitarnya
Selanjutnya
pemberdayaan
Persentase (%)
51,0
48,0
1,0
100
pemerintah
daerah
untuk
SDM
lokal
dalam
mendorong
Tabel 5.24
Ketepatan Program Pemberdayaan Masyarakat
No
Ketepatan Sasaran
Jumlah
Persentase (%)
1
Sangat Tepat Sasaran
5
1,0
2
Tepat Sasaran
56
18,7
3
Tidak Tepat Sasaran
229
76,3
4
Sangat Tidak Tepat Sasaran
12
4
Total
300
100
Sumber: Data Primer, 2012
Berikutnya adalah tanggapan responden mengenai bahan baku yang
digunakan untuk kegiatan usaha mereka adalah bersumber dari sumber daya alam
lokal (79.3 %) dan hanya 20,7 % sumber bahan baku usaha mereka yang berasal dari
sumber daya alam lokal ditambah dengan luar daerah. Hal ini menunjukkan bahwa
ada peluang industri hulu yang dapat dikembangkan oleh masyarakat setempat
tentunya dengan bantuan dari pihak pemerintah daerah maupun pihak ketiga untuk
dapat mendukung industri hilir. Dengan demikian akan tercipta kontinyuitas produksi
dan dapat menciptakan lapangan kerja baru yang akan berdampak terhadap
meningkatnya pendapatan masyarakat setempat.
Tabel 5.25
Sumber Bahan Baku
No
Sumber Bahan
Jumlah
1
SD. Alam Lokal
238
2
Lokal dan Luar Daerah
62
Total
300
Sumber: Data Primer, 2012
Persentase (%)
79,3
20,7
100
Tabel 5.25 menunjukkan hasil yang sejalan dengan Tabel 5.24 di atas, yang
mana kedua tabel tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar sumber
kehidupan responden berasal dari sumberdaya lokal yang mereka miliki. Dari Tabel
5.25 terlihat bahwa sebagian besar (76,7 %) responden memenuhi kebutuhan hidup
mereka bersumber pada sumberdaya lokal mereka, hanya sekitar 14,0 % yang
berasal dari luar daerah dan 9,3 % dari hasil impor. Hal ini tentunya menguatkan
analisis pada pembahasan Tabel 5.24 di atas.
Tabel 5.26
Pemenuhan Kebutuhan Hidup
No
Sumber Kebutuhan
Jumlah
1
Daerah Sendiri
230
2
Luar Daerah
42
3
Impor
28
Total
300
Sumber: Data Primer, 2012
Persentase (%)
76,7
14,0
9,3
100
Tabel 5.29 di bawah ini hasilnya juga menunjukkan hasil yang sejalan dengan
tabal 5.30 dan 5.31 bahwa 68,0 % menyatakan setuju dan 11,0 % sangat setuju
bahwa masyarakat selama ini telah dilibatkan dalam perencanaan pembangunan di
wilayah mereka. Hanya sekitar 20,0 % yang menyatakan tidak setuju dan 1 % sangat
tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan kepada pemerintah dan
kerukunan antar warga masih terjalin dengan baik. Hal ini tentunya akan memberikan
dampak positif bagi pembagunan wilayah, karena didukung oleh semua elemen
masyarakat dan pemerintah.
Tabel 5.29
Keterlibatan Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan
No
Keterlibatan
Jumlah
Persentase (%)
1
Sangat Terlibat
33
11,0
2
Terlibat
204
68,0
3
Kurang Terlibat
60
20,0
4
Tidak Terlibat
3
1,0
Total
300
100
Sumber: Data Primer, 2012
Selanjutnya adalah tanggapan responden atas proses pendampingan yang
selama ini mereka dapatkan ketika ada program bantuan dari pemerintah. Dari 300
responden, 40,3 % menyatakan tidak pernah mendapatkan pendampingan, 8,3 %
menyatakan ada pendampingan selama dan setelah bantuan, 15,3 % mendapatkan
pendampingan hanya selama program bantuan berjalan dan 4,3 % mendapatkan
pendampingan hanya setelah program bantuan selesai, serta 31,7 % tidak
memberikan
jawaban
karena
ketidaktahuan
mereka
mengenai
keberadaan
pendampingan tersebut. Jawaban responden ini jika kita hubungkan dengan tabel
mengenai ketepatan program pemberdayaan masyarakat akan terlihat benang
merahnya. Karena kemungkinan terjadi ketidaktepatan sasaran program bantuan,
sehingga masyarakat yang mendapatkan program tersebut ada yang tidak memahami
mengenai esensi kegiatan tersebut. Sehingga ketika kegiatan selesai, kemungkinan
mereka juga memiliki anggapan bahwa tugas mereka telah selesai. Hal ini tentunya
menjadi perhatian yang serius bagi kita untuk mencari solusi agar antara pemberi
progam dan penerima program dapat memiliki persepsi yang sama, sehingga hasilnya
juga sesuai dengan apa yang diharapkan bersama.
Tabel 5.30
Proses Pendampingan Yang Berkelanjutan
No
Proses Pendampingan
Jumlah
Persentase (%)
1
Tidak Menjawab
95
31,7
2
Pendamping Selama dan
25
8,3
Setelah Program Bantuan
3
Pendampingan
Selama
46
15,3
Program Bantuan
4
Pendampingan
Setelah
13
4,3
Program Bantuan
5
Tidak Ada Pendampingan
121
40,3
Total
300
100
Sumber: Data Primer, 2012
Berikut adalah tabel yang menjelaskan bagaimana keberlanjutan usaha dari
masyarakat setempat setelah selesainya pelaksanaan program bantuan dari
pemerintah.
Tabel 5.31
Keberlanjutan Usaha Yang Mendapatkan Bantuan
No
Keb1rlanjutan Usaha
Jumlah
Persentase (%)
1
Tidak Menjawab
107
35,7
2
Ya
102
34,0
3
Tidak
91
30,3
Total
300
100
Sumber: Data Primer, 2012
17. Gambaran Kondisi Usaha Pengolahan Kayu yang Dijalankan Saat Ini Pada
Masyarakat Alalak dan Sekitarnya
a.
diimbangi dengan jumlah tanaman kayu yang ada, bahkan sejak Tahun 2005
pemerintah melalui Inpres No. 4 telah menetapkan Pemberantasan Penebangan Kayu
Secara Ilegal Di Kawasan Hutan dan Peredarannya Di Seluruh Wilayah Indonesia.
Banyaknya penebangan kayu secara illegal selama ini telah menyebabkan banyaknya
lahan gundul dan rusaknya ekosistem, sehingga oleh pemerintah dan juga
masyarakat pemerhati lingkungan dipandang perlu untuk mengeluarkan sebuah
peraturan mengenai pelarangan penebangan kayu di hutan. Dampaknya sekarang,
bagi para pelaku sektor industri perkayuan sumber bahan baku kayu semakin hari
semakin berkurang, hal ini juga dirasakan oleh masyarakat Alalak dan sekitarnya.
Kondisi ini diperparah lagi bahwa wilayah Alalak sendiri bukan pengahasil kayu,
karena wilayah ini tidak memiliki hutan, melainkan mendapatkan dari wilayah lain.
manfaat secara finansial, yaitu untuk menguruk halaman rumah, sebagai kayu bakar,
dan keperluan rumah tangga lainnnya. Namun masih belum dipikirkan bagaimana
memanfaatkan limbah kayu tersebut menjadi produk yang berdaya guna, misal
dijadikan sebagai bahan baku handycraft, seperti jam, miniature furniture, gantungan
kunci, souvenir serta hal lainnya yang dapat dikreasikan.
Industri pengolahan kayu yang semakin sedikit dapat beroperasi membuat
masyarakat Alalak dan sekitarnya yang telah turun temurun bekerja di sektor ini,
sedikit demi sedikit mulai meninggalkan pekerjaan ini dan beralih ke pekerjaan lain.
Pekerjaan lain yang menjadi alternatif pilihan mereka adalah menjadi pedagang,
dimana dapat terlihat dari sebagian besar responden yang sebelumnya bekerja
sebagai buruh/karyawan di perusahaan kayu, mereka lebih memilih untuk menjadi
pedagang karena tidak memerlukan keahlian yang tinggi untuk berdagang.
Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa dengan semakin langkanya
keberadaan kayu maka semakin berkurang juga aktivitas dari industri pengolahan
kayu di Alalak dan sekitarnya. Hal ini tentunya menjadi masalah yang serius bagi
masyarakat Alalak dan sekitarnya untuk dapat terus mempertahankan kehidupan
mereka dan tidak terkategori dalam masyarakat yang rawan kemiskinan.
Berdasarkan data dari Walhi Indonesia pada tahun-tahun sebelum adanya UU
Ilegal Logging, di sepanjang Sungai Barito Alalak beroperasi sekitar 129 industri kayu
dan 14 industri plywood. Daya serap industri kayu Alalak terhadap tenaga kerja lebih
dari 18.000 pekerja baik yang ditampung di sektor formal maupun informal.
Dengan keterbatasan bahan baku saat ini menyebabakan banyak usaha
gulung tikar dan pengangguran di kawasan ini semakin meningkat sehingga
pemenuhan bahan baku dalam jangka pendek sangat diperlukan untuk menjamin
kelangsungan usaha dan menekan pengangguran. Kondisi terakhir di wilayah Alalak
dan sekitarnya menunjukkan bahwa pelaku usaha kayu sekarang berjumlah sekitar
118 buah, yang terbagi atas usaha perkayuan di bidang:
a.
b.
c.
d.
76 buah
30 buah
6 buah
6 buah
Dari kondisi tersebut di atas, kita dapat melihat bahwa ukuran usaha para
pelaku usaha kayu sekarang menjadi berkurang dan hal ini tentu berdampak juga
terhadap jumlah tenaga kerja yang dinaunginya. Hal ini tentunya akan memberikan
pengaruh terhadap tingkat pendapatan masyarakat wilayah Alalak dan sekitarnya.
Nasib industri perkayuan informal kini semakin tidak menentu, karena memang tidak
ada peraturan yang menatanya. Dalam khazanah industri kehutanan, industri rakyat
itu tidak memenuhi persyaratan dan pasti akan kena dampak kebijakan restrukturisasi
karena tidak ada jaminan bahan baku.
Menyikapi keadaaan tersebut, maka perlu ada alternatif usaha yang ditawarkan
kepada penduduk wilayah Alalak tanpa harus menghilangkan kearifan lokal mereka,
agar penduduk setempat tidak lagi bergantung pada industri kayu untuk mata
pencaharian mereka. Alternatif usaha tersebut antara lain adalah pengolahan kayu
tidak lagi menjadi barang setengah jadi, melainkan menjadi barang jadi, misal papan
kayu menjadi furniture, pintu, jendala, dan lain-lain. Dengan demikian ada nilai tambah
yang akan didapatkan oleh para pelaku usaha. Selain itu, berbagai sisa olahan kayu
yang terdiri dari berbagai macam ukuran dapat dibuat menjadi sebuah kerajinan
tangan yang akan memiliki nilai jual tinggi, misal sisa olahan kayu dibuat menjadi
gantungan kunci, miniatur furniture dan lainnya. Selain dengan bahan baku kayu,
banyak kearifan lokal penduduk wilayah alalak yang dapat dikembangkan sebagai
usaha-usaha potensial, diantaranya adalah pasar terapung, wisata religi, kuliner khas
daerah ini serta hal lainnya yang dapat dikembangkan.
Permasalahan yang ada sekarang adalah, kearifan lokal tersebut masih belum
dikembangkan secara optimal sehingga belum memberikan kontribusi dalam hal
peningkatkan pendapatan baik bagi masyarakat maupun bagi pemerintah. Hal ini
tentunya menjadi perhatian yang serius bagi semua komponen masyarakat serta
pemerintah untuk menyikapinya, bukan hanya dalam tataran konseptual melainkan
sudah dalam tataran aplikasi di lapangan.
Tabel 5.32
Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Kayu
No
Bidang Identifikasi
Permasalahan
1
Bahan Baku
2.
Bahan
baku kayu yang semakin langka
dengan adanya peraturan illegal
loging
3.
Biaya
bahan baku yang mahal
2
Pemasaran
4.
Harga
jual yang tinggi bagi masyarakat
5.
Adanya
produk substitusi pengganti kayu
(baja ringan dll)
3
Produksi
6.
Produk
hasil olahan kayu masih berupa
produk setengah jadi
4
SDM
7.
Masyara
kat belum mampu mengolah
kayu menjadi produk dengan
nilai ekonomies tinggi
Sumber: Hasil Identifikasi Kelayakan Usaha Pengolahan Kayu, 2012.
18.
yang didambakan oleh insan individu tanpa terkecuali bagi golongan masyarakat
tertentu dan tanpa memperdulikan wilayah tempat tinggal mereka, baik wilayah
perkotaan, pedesaan atau pun wilayah bantaran sungai. Namun demikian tidak dapat
dipungkiri bahwa salah satu faktor yang sangat menentukan untuk memperoleh
kehidupan yang lebih layak adalah potensi ekonomi daerah atau wilayah dimana
suatu kelompok masyarakat menjalani kehidupannya. Tentu saja hal tersebut sesuai
pula dengan harapan dan kondisi masyarakat yang tinggal pada wilayah Alalak dan
sekitarnya.
Mencermati kondisi yang telah di jelaskan di atas maka terkait dengan
penelitian ini maka dapat digambarkan potensi sosial ekonomi yang telah disadari oleh
masyarakat keberadaannya pada wilayah Alalak dan sekitarnya menurut preferensi
masyarakat terhadap sektor- sektor ekonomi dapat dilihat pada beberapa Tabel
selanjutnya. Untuk preferensi masyarakat terhadap sektor pertanian,
pariwisata,
kerajinan,
perdagangan,
perkapalan,
angkutan,
perikanan,
penginapan,
Tabel 5.33
Matriks Komparatif Potensi dan Preferensi Masyarakat Wilayah Alalak dan
Sekitarnya Terhadap Potensi Sektor Ekonominya
N0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Sektor
Ekonomi
Pertanian
Perikanan
Wisata
Kerajinan
Dagang
Perkapalan
Angkutan
Penginapan
Rmh Mkn
Kuliner Ps.
Terapung
11 Warnet
12 Pengolahan
II
III
XI
0,7
2,7
0,7
1,7
3,7
2,0
1,7
0,7
1,0
1,7
0,7
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,7
0,7
1,0
- 0,3
0,7 0,7 - 10,3
0,3 0,7
- 0,3
- 0,7
0,3
0,3 0,3
0,3
0,3
0,7
0,3
0,3 2,7
15,0 10,7
1,3
1,7
0,7
-
0,3
0,3
0,3
-
1,0 4,3
6,0 2,0
0,7
-
XII
0,3
preferensi 38 % dan
preferensi sektor industri pengolahan baik pengolahan kue kering, kerupuk, dan
sebagainya dengan preferensi 15%. Selanjutnya preferensi potensi kedua masih pada
sektor perdagangan dengan preferensi 23,7% dan sektor perkapalan (pembuatan
kapal) dengan preferensi 13,3%. Sedangkan preferensi yang ketiga adalah sektor
pariwisata 13,3%, dan sektor kerajinan (purun, tanggui, handycraf dsb) dengan
preferensi 12,7%. Preferensi yang keempat adalah kuliner di sekitar pasar terapung
dengan preferensi 12,7%, dan rumah makan dengan preferensi 6,3%.
Preferensi yang kelima terdiri dari perdagangan 3,7% dan perikanan 2,7%.
Preferensi yang keenam adalah perikanan, rumah makan, kuliner di pasar terapung,
dan warnet masing-masing dengan preferensi sebesar 0,7%. Preferensi ketujuh
adalah pertanian 1,0%, serta pariwisata dan industri pengolahan masing-masing
0,7%. Preferensi yang kedelapan
adalah perikanan
preferensi 0,7%. Preferensi yang kesembilan adalah jasa angkutan dan warnet
dengan preferensi 0,7%.
Preferensi yang kesepuluh adalah kuliner di pasar terapung sebesar 0,7%.
Preferensi yang kesebelas adalah kuliner di pasar terapung dan warnet dengan
preferensi 0,3%. Preferensi kedua belas adalah industri pengolahan dengan besarnya
preferensi sebesar 0,3%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa masyarakat
Alalak dan sekitarnya yang mendiami wilayah bantaran sungai Kuin sesungguhnya
telah memahami dengan baik potensi wilayah yang ada dan kemungkinan
pengembangan untuk masa yang akan datang,
starting point untuk membenahi pembangunan ekonomi pada wilayah Alalak dan
sekitarnya secara jangka panjang.
Berdasarkan hasil preferensi pada tabel di atas, dapat diamati kondisi sektor industri
dan sektor lainnya sebagai berikut:
1. Industri Pariwisata
Kondisi umum wilayah Alalak dan sekitarnya yang kita kenal selama ini dengan
adanya objek wisata nasional Pasar Terapung, serta objek wisata religi Masjid
Sultan Suriansyah dan Makan Sultan Suriansyah. Untuk mencermati preferensi
potensi ekonomi dari sektor pariwisata di wilayah Alalak dan sekitarnya menurut
responden dapat dilihat pada Tabel 5.34 berikut ini:
Tabel 5.34
Potensi Pariwisata Pada Wilayah Alalak dan Sekitarnya
Menurut Responden
No
1
2
Potensi Pariwisata
Pasar Terapung
Religi (Makan & Masjid Sultan
Suriansyah)
3 Pariwisata Budaya
4 Lainnya
Total
Sumber: Data Primer, 2012
Jumlah
272
20
3
5
300
Persentase (%)
90,7
6,6
1,0
1,7
100
Salah satu kebutuhan yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan yang semakin maju
adalah kebutuhan akan wisata. Oleh karena itu, pengembangan wisata pada wilayah
Alalak dan sekitarnya di masa yang akan datang merupakan potensi yang akan menjadi
salah satu sumber kehidupan masyarakat kawasan bantaran sungai Kuin yang
mendorong aktivitas perekonomian lainnya, seperti perdagangan, penginapan, rumah
makan, transportasi dan kerajinan tangan.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa potensi wisata yang potensial menurut
responden terdiri dari Pariwisata Pasar Terapung dengan jumlah 90,7 %, pariwisata religi
(Masjid dan Makam Sultan Suriansyah) dengan jumlah 6,7%, pariwisata budaya dengan
jumlah 1,0%,
bahwa wisata Pasar Terapung masih merupakan obyek wisata yang paling potensial untuk
dikembangkan dengan dimensi-dimensinya.
a. Wisata Pasar Terapung
Tidak dapat dipungkiri wilayah Alalak dan sekitarnya didukung oleh kealamian sungai
dan kehidupan di sekitar sungai, yang tidak dimiliki oleh wilayah lain. Aktivitas
kehidupan di sungai dan sekitarnya yang sejak dahulu telah dijalankan oleh
masyarakat menjadi daya tarik sendiri. Pasar terapung yang sebenarnya merupakan
salah satu aktivitas masyarakat sungai dalam sektor perdagangan, merupakan
keunikan tersendiri yang dapat dikembangkan. Di pasar terapung, kita dapat melihat
bagaimana sistem perdagangan antara penjual dengan pembeli, serta penjual dengan
penjual. Aktivitas perdagangan tidak dilakukan di darat melainkan di atas sungai,
sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang melihatnya. Namun selain
keunikannya, pasar terapung sekarang juga mengahadapi persoalan baru. Dengan
berkurangnya jumlah bandsaw dipinggir sungai, itu artinya berkurang juga jumlah
pembeli bagi para pedagang. Karena itu pula, sekarang durasi pasar terapung di
pinggir sungai wilayah Alalak menjadi lebih singkat karena mereka berjalan ke anakanak sungai lain untuk mencari pembeli. Hal ini menyebabkan munculnya keluhan dari
para wisatawan, bahwa untuk melihat pasar terapung di Kota Banjarmasin mereka
harus berangkat pada dini hari, namun keberadaan pedagang pasar terapung sangat
singkat. Hal ini perlu menjadi perhatian serius bagi semua pihak, bagaimana
membangkitkan
kembali
keberadaan
pasar
terapung.
Dinas
Pariwisata
kota
Banjarmasin telah memberikan perhatian yang serius untuk masalah tersebut, pada
tahun yang akan datang Dinas Pariwisata akan melaksanakan program Revitalisasi
Pasar Terapung yang juga akan menonjolkan kuliner lokal untuk menarik kedatangan
wisatawan untuk berkunjung ke sana. Salah satu kegiatan pada program revitalisasi
tersebut adalah memperpanjang durasi keberadaan pasar terapung yang biasanya
hanya sampai pada pukul 07.00 Wita menjadi di atas pukul 10.00 Wita. Kemudian
tempat aktivitas pasar terapung bukan hanya di daerah Kuin, melainkan juga ke Siring
di Jalan Sudirmanan pada hari Minggu, karena pada hari tersebut kegiatan masyarakat
di Kota Banjarmasin terpusat di daerah tersebut dengan adanya program car free day.
Gambar 5.5
b. Wisata Alam
Daerah Alalak dan sekitarnya yang terletak ditepian Sungai Kuin mempunyai kekhasan
dengan budaya sungainya yang dapat dikembangkan dalam bentuk wisata sungai.
Wisata sungai ini dapat berupa wisata perjalan menelusuri sungai dengan
menggunakan kelotok (perahu mesin tradisional) hingga menikmati panorama pagi di
Pasar Terapung. Pasar Terapung tumbuh dari aktivitas perniagaan masyarakat tepi
Sungai Barito dengan masyarakat Hulu Sungai Barito yang membawa berbagai hasil
hutan dan pertanian. Keberadaannya berkaitan erat dengan sejarah Kerajaan yang
ada di Kalimantan Selatan, baik kerajaan Pra Islam (Negara Dipa dan Negara Daha)
maupun saat Kesultanan Islam Banjar berdiri.
Selain itu juga dapat dikembangkan wisata memancing ikan sungai di atas Sungai
Barito dan wisata kuliner.
c. Wisata Budaya
Daerah Alalak dan sekitarnya khususnya Kampung Wisata Kuin Utara juga mempunyai
obyek wisata religi, yaitu Makam dan Masjid Sultan Suriansyah yang merupakan
kesultanan pertama di Kalimantan. Makamnya oleh sebagian besar penduduk
dikeramatkan dan selalu dikunjungi banyak orang. Untuk mendukung perjalan wisata
sungai, ditempat ini tersedia jasa angkutan sungai berupa kelotok.
Potensi usaha yang dapat menjadi sumber pendapatan baik bagi pemerintah maupun
masyarakat sekitar dan belum digarap secara optimal adalah retribusi masuk ke
tempat wisata, serta potensi pendapatan dari parkir pengunjung maupun penjualan
souvenir khas daerah wisata tersebut.
Gambar 5.6
Makam Sultan Suriansyah
Gambar 5.7
Masjid Sultan Suriansyah
maupun alat transportasi darat dengan fasilitas jalan yang sudah relative baik dan
beraspal. Dari Kelurahan Kuin Utara, wisatawan dan atau peziarah dapat meneruskan
perjalanannya dengan cara yang relatif mudah dan aman menuju ke Kelurahan Alalak
Selatan untuk berziarah ke Makam Datuk Ronggo Ibrahim dan Mesjid Kanas Alalak
Tengah hingga berkunjung ke sentra industri lemari kayu dan pembuatan kelotok yang
berada di Pulau Alalak.
e. Dukungan Terhadap Industri Pariwisata
Pemerintah Kelurahan Kuin Utara sangat mendukung dalam hal kebijakan terhadap
industri kepariwisataan berupa penyediaan fasilitas pertemuan kelompok masyarakat
serta
memudahkan
kebijakan-kebijakan
yang
berhubungan
dengan
kegiatan
kepariwisataan. Selain itu dari segi kriteria sebagai Desa wisata, Kuin Utara memiliki
dukungan dari kegiatan wisata yang ada di Kelurahan Kuin Utara seperti:
1) Aktivitas pasar terapung setiap hari sebagai fenomena kehidupa pasar tradisional
yang telah berjalan ratusan tahun.
Namun, yang menjadi kendala kunjungan wisatawan kesana adalah pendeknya
durasi aktivitas pasar terapung tersebut. Sekarang ini jika ingin melihat pasar
terapung sungai Kuin wisatawan harus datang pagi-pagi sekali karena durasinya
hanya sekitar 2 jam yaitu dari pukul 5 7 pagi, setelah itu mereka akan menyebar
ke sungai-sungai kecil untuk berjualan. Jika ingin banyak wisatawan yang
berkunjung ke sana, salah satu alternative yang dapat dilakukan adalah
memperpanjang durasi keberadaan pedagang pasar terapung di Sungai Kuin,
misalnya dari pukul 5 10 pagi.
2) Jarak tempuh adalah jarak tempuh dari Kawasan Wisata Kuin Utara ke tempat
para wisatawan menginap ataupun jarak tempuh dari ibukota Provinsi dan jarak
dari Kota Banjarmasin tidak begitu jauh dan mudah untuk ditempuh.
3) Besaran Desa, dimana masalah-masalah jumlah rumah, jumlah penduduk,
karakteristik dan luas wilayah Kelurahan Kuin Utara sangat menunjang apalagi
hampir 50% wilayahnya merupakan wilayah wisata.
adalah terlihat dari adanya aktivitas kaum dewasa baik pria maupun wanita yang sedang
sibuk mengerjakan aneka kerajinan yang diharapkan mampu menopang perekonomian
mereka. Dulu warga di sini banyak menganggur, karena industri kayu terpuruk begitu
kata salah seorang warga Alalak Selatan di sela-sela kesibukannya membuat kerajinan
perahu hiasan untuk dijual.
Dahulu sebagian besar warga tepi sungai Barito ini mengandalkan mata pencaharian
dari industri kayu skala kecil (bandsaw). Namun seiring semakin sulitnya bahan baku dan
gencarnya operasi penertiban illegal logging oleh aparat pemerintah, industri kayu yang
dulu mencapai ratusan buah kini hanya sedikit yang mampu bertahan. Demikian juga
dengan usaha transportasi sungai yang ikut tergerus, menyusul semakin berkurangnya
jumlah pekerja industri kayu yang memanfaatkan jasa transportasi dengan kelotok.
Termasuk juga keberadaan pasar terapung yang selama ini menjadi mata pencaharian
bagi warga tepi sungai juga semakin berkurang.
Kondisi warga tepi sungai Barito yang identik dengan kemiskinan, namun perlahan tapi
pasti perekonomian warga tepi sungai ini mulai membaik. Rata-rata kaum perempuan
mempunyai sumber mata pencaharian dengan membuat berbagai jenis kerajinan seperti
pembuatan tanggui (caping), tenun batik khas Banjar (sasirangan) hingga usaha lain
seperti pembuatan cinderamata, kerupuk hingga tajau (gerabah).
Dari aneka usaha kerajinan yang kini digeluti, kaum ibu mampu mendapatkan
penghasilan antara Rp. 20.000,- hingga Rp. 30.000,- per hari. Seorang pengrajin tanggui
menyatakan bahwa dalam sehari mereka dapat membuat 10 buah tanggui yang dibeli oleh
pedagang dengan harga Rp. 2.000,- sampai Rp. 3.000 per buah tergantung pada
ukurannya. Sementara kaum ibu yang menggeluti usaha merajut kain sasirangan,
mengaku mendapat upah Rp, 30.000 per hari dari pengusaha kain sasirangan.
Gambar 5.8
Industri Tajau Pada Lokasi Penelitian
Untuk tanggui, produk ini hanya akan banyak permintaan jika memasuki musim tanam
padi dan yang menjadi konsumennya adalah penduduk setempat. Hal ini dikarenakan
desain tanggui masih disesuaikan dengan fungsi utamanya yaitu menjadi penutup
kepala. Padahal jika kreativitas dikembangkan, tanggui dapat dikembangkan menjadi
aksesoris untuk mempercantik rumah atau ruangan. Dari segi ukuran pun tanggui yang
pada dasarnya berukuran besar dapat dikembangkan menjadi souvenir berukuran
kecil yang dari desain dapat dikembangkan sedemikian rupa dan wisatawan tidak sulit
untuk membawa pulang.
Gambar 5.9
Pengolahan Tanggui Pada Lokasi Penelitian
3. Industri Pengolahan
Gambar 5.11
Industri Kue Khas Banjar Pada Lokasi Penelitian
4. Industri Perkapalan
Untuk sebuah kapal tugboat diperlukan waktu hingga empat bulan, sedangkan
pembuatan kapal tongkang ukuran besar dengan ukuran panjang 20 meter dan
lebar 12 meter, memerlukan waktu hingga dua tahun. Lamanya proses pembuatan
kapal ini terkait dengan keterbatasan peralatan dan tenaga kerja terampil. Selain
itu, bahan baku pembuatan kapal berupa plat besi berbagai ukuran yang harus
dipesan dari Pulau Jawa sering terlambat datang. Selain itu, di wilayah Alalak ini
proses pembuatan kapal dilakukan dengan cara sederhana, nyaris tanpa sentuhan
teknologi. Pengerjaan pembuatan kapal sangat bergantung dari kemampuan
mandor kerja yang mendesain dan merancang bentuk serta ukuran kapal semua di
dalam kepalanya. Biasanya konsumen atau perusahaan pemesan kapal hanya
menyebutkan jenis dan ukuran kapal, selanjutnya mereka menunggu kabar saat
kapal hampir rampung baru ditambah dengan berbagai ornament (dekorasi) sesuai
dengan keinginan konsumen. Namun, produksi kapal dari industri perkapalan
rakyat di Kalimantan Selatan umumnya dan wilayah Alalak khususnya ini cukup
terkenal di kawasan Indonesia Timur. Sudah banyak kapal besi buatan urang
banua sebutan bagi warga Kalimantan Selatan dipesan berbagai perusahaan baik
di wilayah Kalimantan, hingga Sulawesi dan Papua bahkan sampai ke Amerika.
Industri pembuatan kapal di Kalimantan Selatan diperkirakan sudah ada sejak era
1970 an. Waktu itu, industri perkayuan menjadi pengguna terbesar kapal-kapal produksi
industri rakyat ini. Sekarang, meski industri perkayuan mengalami kemunduran, namun
dengan banyaknya eksploitasi sumber daya alam batu bara dan biji besi membuat industri
kapal rakyat tetap bertahan.
Ada beberapa peluang yang dapat dikembangkan agar industri kapal rakyat ini dapat
terus dapat bertahan dan berkembang, yaitu salah satunya adalah meningkatkan
kompetensi sumber daya manusia. Jika selama ini, proses pembuatan kapal dikerjakan
dengan proses yang sederhana bahkan hampir tidak ada rekayasa teknologi dan sumber
daya manusia yang secara formal tidak memiliki pengetahuan di bidang perkapalan, maka
jika Pemerintah Banjarmasin berkeinginan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan kualitas hasil produksi dapat mendirikan sebuah sekolah kejuruan di bidang
perkapalan yang sekarang ini masih belum ada di Kota Banjarmasin. Dengan demikian
selain tersedianya lapangan kerja juga tersedia sumber daya manusia yang berkualitas
untuk terus mempertahakan usaha tersebut. Dari hasil pengembangan sumber daya
manusia dan perbaikan kualitas produksi diharapkan dengan banyaknya pesanan
pembuatan kapal di Alalak, pemerintah dapat memperoleh pajak dari pajak penghasilan
badan. Selain itu, tenaga kerja lokal dapat terserap.
Gambar 5.12
Contoh Industri Dok Kapal Pada Lokasi Penelitian
5. Industri Perikanan
Gambar 5.13
Contoh Industri Pengolahan Kerupuk Pada Lokasi Penelitian
Tabel 5.35
Hambatan Pengembangan Potensi Ekonomi pada Wilayah Alalak dan Sekitarnya
Menurut responden.
Hambatan Pengembangan
Persentase
No
Jumlah
Potensi Ekonomi
(%)
1
2
3
4
5
Permodalan
SDM
Teknologi
Sarana dan prasarana
Lainya
Total
Sumber: Data Primer, 2012
263
12
8
13
4
300
87,7
4,0
2,7
4,3
1,3
100
Berdasarkan Tabel 5.35 di atas maka hambatan yang paling besar menurut
masyarakat Alalak dan sekitarnya adalah permodalan dengan jumlah 87,7%,
sedangkan SDM dengan jumlah 4,0%, Teknologi dengan jumlah 2,7 %, dukungan
sarana dan prasarana umum dengan jumlah 4,3%, serta lainnya 1,3%. Informasi
tersebut memberikan gambaran bahwa permasalahan paling mendasar adalah
kebutuhan permodalan. Hambatan lainnya yang juga perlu mendapat perhatian
adalah dukungan sarana dan prasarana, dimana salah satu hambatan pengembangan
potensi wisata Pasar Terapung menurut masyarakat dikarenakan kurangnya sarana
toilet yang layak bagi para pengunjung pasar terapung. Hal ini tentu saja dapat
mengurangi kenyamanan para wisatawan yang berkunjung ke Pasar Terapung.
Namun demikian ditengah hambatan usaha bagi masyarakat Alalak dan
sekitarnya yang sangat kompleks, masyarakat Alalak dan sekitarnya memiliki harapan
dan cita-cita yang cukup baik untuk mengembangkan perekonomiannya secara lebih
baik. Hal tersebut tampak dari kesadarannya dalam menentukan pilihan sektor usaha
yang akan dikembangkan dimasa yang akan datang yaitu sektor perdagangan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.36
Usulan Usaha Pengembangan Potensi Ekonomi Pada Wilayah Alalak dan
Sekitarnya Menurut Responden.
Usulan Usaha Pengembangan
Persentase
No
Preferensi
Potensi Ekonomi
(%)
1
Pertanian
16
5,3
2
3
4
5
6
Perdagangan
Usaha Pengolahan
Kerajinan
Perkapalan (Pembuatan Jukung)
Lainnya
Total
Sumber: Data Primer, 2012
168
31
45
36
4
300
56,0
10,3
15,0
12,0
1,3
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa usulan usaha yang ingin dijalankan oleh
masyarakat Alalak dan sekitarnya cukup rasional berdasarkan kondisi wilayahnya, hal
tersebut dapat dilihat pada usulan usaha yang diharapkan dapat direalisasikan adalah
56% melanjutkan usaha pada sektor perdagangan, 15% sektor kerajinan dan 12%
sektor perkapalan (pembuatan jukung). Potensi
BAB VI
KESIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
19.
Kesimpulan
1.
2. Potensi dan kompetensi masyarakat pada wilayah Alalak dan sekitarnya dilihat dari
rata-rata tingkat pendidikan, usaha yang sudah dijalankan, banyaknya tenaga kerja
yang terlibat pada industri kerakyatan yang dijalankan serta sarana prasarana yang
dimiliki masyarakat cukup prospektif untuk dikembangkan menjadi sumber kekuatan
ekonomi
pembangunan
daerah
agar
dapat
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat.
4.
pada wilayah
kusen,
jendela,
maupun
pintu,
serta
beberapa
yang
berkelanjutan,
maka
akan
muncul
sektor-sektor
usaha
lain
B. Saran
1.
Untuk
dapat
meningkatkan
kondisi
sosial
ekonomi
3.
dapat
meningkatkan
kinerja
lembaga
ekonomi
4.
Untuk
6.
ekonomi
masyarakat
dapat
baik
meningkatkan
dari
bantuan
efektivitas
berupa
pemberdayaan
bimbingan
teknis,
8.
DAFTAR PUSTAKA
Alim Bachri, Ahmad, dkk. 2007. Pemetaan Potensi UMKM Sulawesi Barat, Kerjasama
Pemprov Sulbar dengan Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin Makassar.
Alim Bachri, Ahmad, dkk. 2009. Kajian Ekonomi Masyarakat Pesisir, Kerjasama
Bappeda Kabupaten Kotabaru dengan Lembaga Penelitian Universitas Lambung
Mangkurat Banjarmasin.
Artiningsih dkk, 2010. Analisis Potensi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat di
Wilayah Kota Semarang Dalam Pengembangan Industri Kreatif. Jurnal Riptek,
Vol.4, No.11 Hal. 11-19.
Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Rineka
Cipa. Jakarta
BPS, 2012. Kota Banjarmasin Dalam Angka. Kerjasama Bappeda Kota Banjarmasin
dengan Badan Pusat Statistik Kota Banjarmasin.
BPS, 2012. Kecamatan Banjarmasin Utara Dalam Angka, 2012. Badan Pusat Statistik
Kota Banjarmasin.
Departemen Perdagangan. 2008. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025.
Effendi, 2003. Kajian dan Program Pengembangan Industri Kerajinan Tenun Dalam
Upaya Pembangunan Ekonomi Kerakyatan di Desa Sebauk Kecamatan
Bengkalis, Program Pascasarjana IPB, Bogor.
Ife, Jim & Frank Teriero. 2008. Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Global.
Community Development. Edisi Ke 3. Pustaka Pelajar. Jogjakarta
Irwansyah & Maya Sari Dewi. 2012. Pemberdayaan Masyarakat Suku Dayak Loksado
Berbasis Kearifan Lokal. Seminar Nasional Eco Entrepreneurship. Universitas
Negeri Semarang. Semarang
Rifani, Ahmad, 2012. Potensi Bisnis Berbasis Kekhasan Daerah Kota Banjarmasin,
Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi Unlam Banjarmasin.
Suhodo. Diah Setiari. 2010. Industri Kreatif, Solusi Baru Ekonomi Indonesia. Artikel
Ilmiah
Surono, S., 2005. Mengapa Agroindustri Tidak Berkembang Sesuai dengan Harapan,
Paper ISEI, Sidang Pleno ISEI XI Percepatan Pertumbuhan Ekonomi dan
Penciptaan Lapangan Kerja Baru, Hotel Nikko, Jakarta, 22-23 Maret.
Syahza, Almasdi, 2003. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Melalui
Pengembangan Industri Hilir Berbasis Kelapa Sawit di Daerah Riau, Pusat