Anda di halaman 1dari 28

Nursing for Life

"Merunduk Serendah - rendahnya untuk Melompat Setinggi - tingginya"

Sabtu, 07 April 2012


ASKEP ANEMIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia, perkataan yang berasal daripada bahasa Greek () yang membawa
pengertian "tiada darah", merujuk kepada kekurangan sel darah merah (RBC) dan/atau
hemoglobin. Ini mengurangkan keupayaan darah untuk memindahkan oksigen ke tisu-tisu,
dan mengakibatkan hipoksia; oleh sebab semua sel manusia bergantung kepada oksigen
untuk hidup, tingkat anemia yang berbeza-beza menimbulkan berbagai-bagai akibat klinikal.
Hemoglobin (protein yang membawa oksigen di dalam sel darah merah) harus hadir untuk
memastikan pengoksigenan yang mencukupi bagi semua tisu dan organ badan.
Anemia merupakan penyakit yang dapat dialami oleh segala usia. Anemia dapat terjadi
pada saat kelahiran yang dikenal sebagai anemia hemolitika, sebagai cacat genetik yang
dikenal sebagai anemia hemolitika, sebagai cacat genetika yang dikenal sebagai sicle cell
disease pada kesalahan pengaturan gizi seperti kekurangan zat besi atau anemia defisiensi
asam folik, atau pada keadaan kehilangan darah yang berlebihan.
Anemia merupakan gangguan darah yang paling biasa. Terdapat berbagai-bagai sebab
yang mendasari anemia. Anemia boleh digolongkan melalui berbagai-bagai cara, berdasarkan
morfologi sel darah merah, mekanisme etiologi, dan spekrum klinikal nampak, antara lain.
Adanya dua pendekatan utama untuk mengelaskan anemia, Yaitu pendekatan "kinetik"
yang melibatkan penilaian pengeluaran, pemusnahan, dan kehilangan sel darah merah, [1]
serta pendekatan "morfologi" yang mengelaskan anemia mengikut saiz sel darah merah.
Pendekatan morfologi mempergunakan satu ujian makmal yang murah dan mudah didapati
(min isi padu korpuskel, MCV) sebagai titik permulaannya. Sebaliknya, menumpukan
perhatian pada persoalan pengeluaran pada peringkat awal membenarkan seseorang klinisian

untuk mendedahkan kes-kes anemia yang diakibatkan oleh berbilang sebab dengan lebih
cepat.
Anemia biasanya sudah dapat dideteksi dengan pemeriksaan darah lengkap di
laboratorium. Pemeriksaan darah lengkap adalah pemeriksaan yang dilakukan pada darah
manusia dengan menghitung seluruh komponen pembentuk darah. Saat ini pemeriksaan
darah lengkap dilakukan dengan menggunakan mesin khusus. Komponen pembentuk darah
antara lain : Sel darah merah (RBC), Hematokrit, Hemoglobin, Sel darah putih (WBC),
Komponen sel darah putih.Trombosit/Platelet. Hanya tiga teratas dari keenam komponen
darah ini yang berperanan dalam mendeteksi terjadinya anemia.
Sel darah merah (RBC) merupakan komponen darah yang terbanyak dalam satu mililiter
darah. Setiap orang memiliki jutaan bahkan miliaran sel darah merah dalam tubuhnya.
Penghitungan sel darah merah digunakan untuk menentukan apakah kadar sel darah merah
rendah (anemia) atau tinggi (polisitemia).
Pada perhitungan sel darah merah, akan dinilai jumlah dan ukuran dari sel darah merah.
Bentuk sel darah merah pun akan dievaluasi di bawah mikroskop. Segala informasi mulai
dari jumlah, ukuran dan bentuk dari sel darah merah akan berguna dalam mendiagnosa suatu
anemia. Juga pada pemeriksaan ini dapat diketahui jenis anemia berikut kemungkinan
penyebabnya.
B. Tujuan Penyusunan
1. Tujuan umum:
Adapun tujuan umum kelompok menyusun Laporan Kasus ini adalah supaya
mahasiswa / i Akademi Keperawatan Sintang dapat mengerti dan mengetahui tentang
penyakit yang berhubungan dengan sistem kardiovaskuler pada bagian sel darah merah,
selain itu juga mahasiswa/i mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan langsung kepada
pasien dengan Anemia.
2. Tujuan khusus:
1.

Adapun tujuan khusus dari penyusunan Laporan Kasus ini adalah supaya mahasiswa/i
Akademi keperawatan sintang dapat mengerti dan mampu mengaplikasikan asuhan
keperawatan pada klien yang menderita Anemia.

2. Mahasiswa/i dapat mengetahui gejala-gejala dari penyakit Anemia.


C. Ruang Lingkup Penyusunan

Pada penyusunan Laporan Kasus ini hanya terbatas pada anatomi fisiologi dasar, proses
terjadinya penyakit dan asuhan pada klien dengan Anemia.
D. Sistematika Penyusunan
Dalam penyusunan Laporan Kasus ini penulis menggunakan sistematika penulisan yang
terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
a.

Latar belakang

b. Tujuan penulisan
c.

Ruang lingkup

d. Sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
a.

Anatomi dan fisiologi Darah dan Cairan Limfe

b. Pengertian
c.

Klasifikasi Anemia

d. Patofisiologi
e.

Manifestasi klinik

f.

Evaluasi diagnostik

g. Penatalaksanaan Medis
h. Pemeriksaan Diagnostik
BAB III PROSES KEPERAWATAN
a.

Pengkajian

b. Diagnosa keperawatan
c.

Perencanan dan implementasi

d. Evaluasi

BAB IV PENUTUP
a.

Kesimpulan

b. Saran

BAB II
TUJUAN TEORITIS
A. Anatomi dan Fisiologi Darah dan Cairan Limfe
Darah merupakan media transportasi oksigen, karbondioksida, dan metabolit. Jadi darah
merupakan pengatur keseimbangan asm basa, pengontrol suhu, dan pengatur hormon. Darah
berisi elemen-elemen yang mengangkut oksigen ke sel jaringan, phagositosis, homeostasis
dan fibrinolisis. Dalam darah terdapat eritrosit, leukosit dan trombosit, meskipun 55% elemen
darah adalah plasma.
Hemoglobin yang ada dalam eritrosit membawa oksigen ke sel-sel. Peran eritrosit dalam
mengangkut hemoglobin adalah penting, oleh karena itu perlu keseimbangan anatara
pembentukan dan pemecahan eritrosit untuk menjamin pengantaran oksigen secara adekuat.
Besi dan vitamin B12 merupakan nutrien yang diperlukan untuk mempertahanakan produksi
sel-sel darah merah.keseimbangan antara pembekuan dan perdarahan dipertahankan oleh
system fibrinoksia, yang mengontrol dan mengatur pemecahan enzim fibrinogen dan fibrin.
Sirkulasi limfatik dapat mempengaruhi peran pengatur daripada system kardiovaskuler
meskipun fungsi utamanya adalah menghasilkan zat-zat antibody. Limfe memfagositis
bakteri dan membuang sisa-sisa bahan kimia dari sel-sel.saluran limfe mengitkuti saluransaluran vena dan aliran tergantung pada kegiatan-kegiatan otot serta katup kelenjar limfe
tertentu mengumpulkan dan mendistribusikan menurut kebutuhan. Pembesaran kelenjar limfe
terjadi karena danya proses infeksi dalam tubuh. (Proses Keperawatan pada Pasien dengan
gangguan system Kardiovaskuler, hal: 7 )
Sel darah merah atau eritrosit adalah merupakan cairan bikonkaf yang tidak berinti yang
kira-kira berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2 m pada bagian tengah tebalnya 1 m atau
kurang. Karena sel itu lunak dan lentur maka dalam perjalanannya melalui mikrosirkulasi
konfigurasinya berubah. Stroma bagian luar yang mengandung protein terdiri dari antigen
kelompok A dan B serta faktor Rh yang menentukan golongan darah seseorang. Komponen
utama sel darah merah adalah protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2 dan
mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar intrasellular. Molekul-molekul Hb
terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida (globin) dan 4 gugus heme, masing-masing
mengandung sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas yang sangat
sempurna. (Price A Sylvia, 1995, hal : 231)
B. Pengertian

Anemia adalah ketidakseimbangan pembentukan dan perusakan sel-sel darah merah.


(Proses Keperawatan pada Pasien dengan gangguan system Kardiovaskuler, hal: 223 )
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrint di bawah normal. ( Brunner & Suddarth, hal: 935)
Anemia menurut kriteria World Healt Organization (WHO), dikatakan anemia pada pria
usia lanjut bila kadar hemoglobin kuarng dari 13g/dl; sedangkan pada perempuan bila kurang
dari 12 g/dl. ( Naskah lengkap penyakit dalam, hal: 75)
Anemia adalah penyakit kekurangan kadar hemoglobin didalam darah; kekurangan buitrbutir darah merah ( kamus lengkap kedokteran , hal; 22 )
Anemia adalah kekurangan hemoglobin (Hb). Hb adalah protein dalam sel darah merah,
yang mengantar oksigen dari paru ke bagian tubuh yang lain.

www.bacali.com ).
Anemia adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah.
(www.Anemia_blog dokter.com)
Anemia adalah jumlah sel darah merah yang rendah. ( www.perempuan dan Anemia.com)
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin Hb) dan
sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. (www.Info-sehat.com)

C. Klasifikasi Anemia
A. Pembagian anemia:
1. Anemia mikrositik hipokrom:
a.

Anemia defisiensi besi

b. Anemia penyakit kronik


2. Anemia makrositik
a.

Difisiensi vitamin B12

b.

Difisensi Asam folat


3. Anemia karena pendarahan

4. Anemia hemolotik
5. Anemia pada gagal Ginjal Kronik
B. Etiologi
1.

Anemia mikrositik hipokrom

a.

Anemia defisiensi besi


Anemia ini diakibatkan oleh pendarahan kronik, penyebab lain dari

difesiensi ini adalah:


Diet yang tidak mencukupi
Absropsi yang menurun
Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan, laktasi
Pendarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah.
Hemoglobinuria
Penyimpana besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.
b.

Anemia penyakit kronik


Penyakit ini banyak dihubungkan dengan penyakit infeksi seperti :
1. Infeksi ginjal , paru ( bronkietasis, abses, empiema, dll )
2. Inflamasi kronik, seperti Artritisreumatoit
3. Neoplasma, seperti limpomalipnum, nekrosis jaringan

2. Anemia makrositik
A.

Difiseiensi Vitamin B12


Difiseiensi Vitamin B12, misalnya :
Pasien yang tidak makan daging hewan atau ikan , telur, susu ( yang

mengandung vitamin B12 ).adanya malabsropsi akibat ;


a.

b.

Kelainan lambung :

Anemia pernisiosa

Kelainan kongenital faktor intrinsif

Gastrektomi total atau pasial


Kelainan usus :

anemia

Intestinal Loop Sydrome

Tropical spura

Pasien reksesi ileum


B. Difisensi Asam folat

1. Karena makanan yang kurang gizi azam polat terutama pada orang tua, farkir miskin,
gastrektomi farsial dan akibat hanya minum susu kambing.
2. Malabsropsi asam folat misalnya karena tropical sprue, penyakit Coeliac dan sebagainya :
karena difesiensi asam urat
3. Kebutuhan yang meningkat akibat :
a.
b.

Keadaan fisiologis, misalnya hamil laktasi dan prematuritas

Keadaan patologis misalnya : anemia hemolitik, penyakit keganasan serta kolagen


4. Eksresi asam folat yang berlebihan yang melalui urin ini terjadi pada penyakit hati yang
aleifit atau kegagalan faal jantung.
5. Obat obat anti konvulsan dan sitostastik tertentu
3.

Anemia karena pendarahan

A.

Intrinsik

kelainan membran seperti sferositosis heriditer, hemoglobinuria nuktural proksimal


kelainan glikolisi seperti difisiensi virupat kinase
kelainan enzim seperti difsiensi glukosa, posfat dehidrogenase ( GGPD ).
hemoglobinopati seperti anemi selsabik, methemoglobinemia
B.

Ektrinsik

gangguan sistem imun,seperti pada penyakit auitoimun, penyakit limfoproliferatif keracunan


obat.
mikroangiopati, seperti pada purpura tromboltik, trompositopenik, koagolasi, intra vaskulan,
diseminata ( KID ).
infeksi, seperti akibat plasmodium, klostridium, borrelia.
luka bakar
4.

Anemia apalastik
A.

Faktor genetik

Menurut hukum mendle

1. Anemia vanconi : adalah suati sindrom hipoplasia sumsum tulang disertai pigmentasi coklat
di kulit, hipoplasia ibu jari atau radius, nikrosefali,retradasi mental dan seksual,kelainan
ginjal dan limfa.
2.
B.

Anemia estren DAMCSHEK :anemia atau kelainan fisis


Obat-obat dan bahan kimia

Yang menyebabkan anemia apalastik adalah kloromvinikol.obat-obatan yang lain seperti


feniibutazon,senyawasulfur,mas, dan anti kogulsan. obat obat sitosik :mineral atau
mikrosourea, bahan kimianya benzen
C.

Infeksi

Contoh nya virus epstein-barr,influenza a,dengue,tubercolosis (milies),hepatitis b/non


a,hepatitis non b (c).infeksi :hiv menjadi aids menimbulkan pansitopennia
D.

Iradiasi

Iradiasi dpat menyebabkan anemia apalastik berat atau ringan bila sistem cell hempoitik
yang terkena maka terjadi anemia apalstik ringan.
E.

Kelainan Imunologis

Zat anti terhadap sel-sel hemopoietik dan gangguan lingkungan mikro dapat
menyebabkan anemia apalastik .
F.
1)

Anemia apalastik pada keadaan atau penyakit lzin

leukimia limfoblastik akut kadang-kadang di temukan pansitopenia dengan hipoplasia


sumsum tulang.

2)

parixysmal limfoblastik akut kadang-kadang ditemukan pansitopenia dengan hopoplasia


sumsum tulang .

3)

kehamilan ditemukan pansitopenia disertai aplasia ke sumsum tulang yang berlangsung


sementara.
5.

Anemia Pada GGK

Sebab primer
1.

Produksi eritropoctin berkurang

2.

Adanya faktor pengahambat eritropoctin

3.

Hemolisis

Faktor faktor pemberat


1.

Produksi eritropoctin menurun oleh

Infeksi

Malnutrisi

Netrektomi
2. Hemolisis yang meningkat oleh :
Obat-obatan
Hipofosfatemia
Mikroangipati
Hiperslenisme
Hiperkupremia
3.

Defesiensi

Besi
Asam besi

4. Hiperparatiroidisme
Anemia pada penyakit kronik dapat terjadi karena :

proses infeksi misalnya


ginjal,paru,(bronkietasis,apsesiepiema,tubercolosis,peumonia dll)

proses inflamasi misalnya reumatoik atau artritis

neoplasma misalnya limfoma maliguna


D. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah
merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum ( misal berkurangnya eritropoesis)
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (destruksi). Pada kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat akibat defek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat
beberapa faktor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (desolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem
retikuloendoterial, terutama dalam hati dan limfa. Sebagai hasil samping proses ini, bilirubin,
yang terbentuk dalam fagosit, akan memasuki aliran darah.setiap kenaikan destruksi sel darah
merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma. (konsenterasi
normal 1mg/dl atau kurang; kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera)
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi
pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinomia).apabila konsenterasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma
(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (misal apabila
jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dl), hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalam urin ( hemoglobinuria). Jadi ada atau tidak adanya hemoglobinemia dan
hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi penghancurab sel darah merah
abnormal pada pasien dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untk mengetahui sifat
proses hemolitik tersebut.
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien tertentu disebabkan oleh
penghancuaran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi,
biasanya dapat diperoleh dengan dasar (1) hitung retikulosist dalam sirkulasi darah; (2)
derajat proliferasi sel darah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti
yang terlihat dengan biopsi; (3) ada atau tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Eritropoesis (produk sel darah merah) dapat ditentukan dengan mengukur kecepatan
dimana injeksi besi radioaktif dimasukkan kesirkulasi eritrosit. Rentang hidup sel darah
merah pasien (kecepatan hemolisis) dapat diukur dengan menandai sebagian diantaranya
dengan injeksi kromium radioaktif, dan mengikuti sampai bahan tersebut menghilang dari
sirkulasi darah selama beberapa hari sampai minggu. ( Brunner & Suddarth, hal: 935-936)
Anemia terjadi apabila produksi sel-sel darah merah sumsum tulang terganggu atau
apabila sel-sel darah merah yang terbentuk rusak atau hilang. Tanda-tanda anemia akan
nampak apabila kapasitas sel-sel pembawa O2 berkurang. Beberapa kondisi yang dapat
mempengaruhi pembentukan sel darah merah didalam sumsum tulang antara lain adanya
invasi sel-sel tumor, terkena racun dari obat-obatan atau bahan kima, tidak cukup nutrisi bagi
pembentukan bagi sel-sel darah merah, seperti zat besi, asam folik, B2 atau kekurangan
erytropoietin dikarenakan penyakit ginjal. Anemia yang disebabkan berubahnya produksi sel
darah merah disebut anemia hipoproliberasi. Sel-sel darah merah dapat pula dirusak oleh selsel fagosit pada sistem retikuloendotelial terutama hati dan lien. Bilirubin yang merupakan
hasil pemecahan sel-sel darah merah memasuki aliran darah yang mana hal ini dapat

merupakan indikator diagnosa anemia. Bilirubin juga diekspresikan pada kulit yang
menyebabkan warna kuning, ini merupakan indikator terjadinya kerusakan sel darah merah.
Kerusakan sel darah merah sering disebabkan oleh abnormalitas sel darah merah dan dikenal
sebagai Anemia hemolitika, sebagai contohnya adalah anemia sel berbentuk sabit dan
penyakit hemolitik pada bayi yang baru lahir. Anemia yang disebabkan oleh kehilangan darah
bisa bersifat sangat cepat misalnya pada hemoragi atau perdarahan yang terjadi pada
penyakit-penyakit kronis seperti penyakit kanker atau penyakit peradangan perut. Kehilangan
sel-sel darah merah pada perdarahan merupakan faktor yang menyebabkan anemia.
Anemia dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan kerusakan atau
kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya. (Proses Keperawatan pada Pasien dengan
gangguan system Kardiovaskuler, hal: 223-224 )
E Manifestasi Klinis
Selain beratnya anemia,

berbagai faktor mempengaruhi berat dan adanya gejala :

kecepatan kejadian anemia, durasinya (kronisitas), kebutuhan metabolisme pasien


bersanhkutan, adanya kelainan lain dan kecacatan dan komplikasi tertentu atau keadaan
penyerta kondisi yang menyebabkan anemia.
Semakin cepat perkembangan anemia, semakin berat gejalanya. Pada orang yang normal
penurunan hemoglobin, hitung darah merah, atau hematokrit tanpa gejala yang tampak atau
ketidakmampuan yang jelas secara bertahap biasanya dapat ditoleransi sampai 50%
sedangkan, kehilangan cepat sebanyak 30% dapat menyebabkan kolaps vaskuler pada
individu yang sama. Individu yang telah mengalami anemia selama waktu yang cukup lama,
dengan kadar hemoglobin antara 9 dan 11 mg/dl, hanya mengalami sedikit gejala atau tidak
ada gejala sama sekali selain takikardi ringan saat latihan. Dispneu latihan biasanya terjadi
hanya dibawah 7,5 gr/dl ; kelemahan hanya terjadi dibawah 6 gr/dl; dispneu istirahat dibawah
3 gr/dl; dan gagal jantung, hanya pada kadar sangat rendah 2 sampai 2,5 gr/dl.
Pasien yang biasanya aktif lebih berat mengalami gejala, dibanding orang yang tenang.
Pasien dengan hipertiroidisme dengan kebutuhan oksigen yang rendah bisa tidak bergejala
sama sekali, tanpa takikardi atau peningkatan curah jantung, pada kadar hemoglobin dibawah
10 gr/dl.
Akhirnya, berbagai kelainan anemia aka berkomplikasi dengan berbagai abnormalitas lain
yang bukan diakibatkan oleh anemia tetapi menyertai penyakit ini. Abnormalitas tersebut
dapat menimbulkan gejala yang secara sempurna menutupi gejala anemia seperti pada
penderita anemia sel sabit yang mengalami krisis nyeri.

F. Evaluasi Diagnostik
Berbagai uji hematologis dilakukan untuk menentukan jenis untuk menentukan jenis dan
penyebab anemia. Uji tersebut meliputi kadar hemoglobin dan hematokrit, indeks sel darah
merah, penelitian sel darah putih, kadar besi serum, pengukuran kapasitas ikatan-besi. Kadar
folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu
tromboplastin parsial. Aspirasi dan biopsi sumsum tulang dapat silakukan. Selain itu, perlu
dilakukan pemeriksaan diagnostik untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta
sumber kehilangan darah kronis.
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang.penatalaksaan berbagai jenis anemia tersebut :
1. mengatasi penyebab perdarahan kronik
2. pemberian preparat Fe
3. terapi terutama di tujukan pada penyakit dasarnya
4. pemberian vitamin B12 1000mg/hari ini selama 5-7 hari 1 x setiap bulan
5. pemberian suplementasi asam Folat oral 1mg per hari
6. terapi inisial dengan menggunakan prednison 1-2 mg/kgBB/hari dalam dosis
terbagi
7. jika terjadi anemia yang mengancam hidup tranfusi darah harud diberikan dengan
hati-hati
H. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Bakta ( 2006 ), pemeriksaan laboratorium pada anemia dapat dilakukan
pemeriksaan sebagai berikut :

Pemeriksan penyaring

Pemeriksaan darah seri anemia

Pemeriksaan sumsum tulang

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. D
DIAGNOSA MEDIS: ANEMIA
DIRUANG BEDAH RSUD SINTANG
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal 23 Januari 2012
Tanggal Masuk

: 22 Januari 2012

Jam Masuk

: 10.30 WIB

Ruang

: Bedah RSUD Ade M. Djoen Sintang

No. CM

: 09.80.56

A. IDENTITAS KLIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Agama
Suku/Bangsa/Bahasa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Sumber Biaya

: Ny. D
: 69 tahun
: Perempuan
: Kawin
: Islam
: Melayu/WNI/Melayu
: SD
: IRT
: Jln. Imam Bonjol Kab. Sintang
: ASKES

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Kesehatan saat ini
Ny. D masuk RSUD Ade M. Djoen Sintang pada malam hari tanggal 22 Januari 2012
melalui ruang IGD, lalu masuk ruang rawat inap bedah Keesokan harinya pada pukul 10.30
WIB dengan kesadaran CM, dan keluhan utama pusing, badannya terasa lemah, dan cepat
lelah saat beraktivitas, klien tampak pucat, lemah, konjungtiva anemis dan akral klien terasa

dingin serta terdapat luka berdarah pada telinga dekstra,


Hb awal 6,1 g/dL Klien mengatakan cemas dengan penyakitnya dan ingin cepat pulang.
TTV:
TD
: 150/100 mmHg
Nadi : 94x/menit
RR
: 22x/menit
0
Suhu : 36,1 C

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien pernah operasi tumor telinga 3 tahun yang lalu sebelum akhirnya masuk RSUD
Sintang dengan penyakit yang sama dan penambahan diagnosa medis Anemia.
Klien mengatakan setelah operasi, ia tidak pernah lagi datang kerumah sakit dan melanjutkan
dengan pengobatan tradisional.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien tidak mempunyai riwayat penyakit keturuan.
4. Riwayat Psikologi dan Spritual
Selama ini orang yang dekat dengan klien adalah keluarga klien, terutama anak dan
menantunya. Pola klien berkomunikasi agak sedikit tergangggu karena penyakitnya, namun
sesungguhnya klien sangat kooperatif. Klien berharap setelah mengalami perawatan,
penyakitnya akan segera sembuh dan dia dapat berkumpul bersama keluarganya seperti hari
hari sebelumnya.
Klien adalah orang yang taat dengan agama.
5. Kondisi Lingkungan/Rumah
Rumah klien berada ditempat yang tenang walaupun tidak terlalu jauh dari jalan raya,
tidak ada kondisi lingkungan rumah yang mempengaruhi kesehatan saat ini,penerangan,
ventilasi, dan sumber air baik.
6. Pola kebiasaan sehari hari
a. Pola nutrisi
Sebelum sakit, klien makam 3x/hari dengan porsi satu piring, salera makan klien baik,
dengan makanan yang dikonsumsi berupa nasi, lauk, sayur sayuran dan buah- buahan. Tapi
setelah sakit salera makan berkurang, karena klien merasa sakit saat mengunyah dan klien
hanya mampu menghabiskan porsi dari makanan yang disiapkan oleh rumah sakit.
b. Pola eliminasi
- Sebelum sakit BAB normal, 1 2x/hari.
- BAK juga baik, 4 5x/hari dengan frekwensi yang tidak tentu.
Waktu sakit saat ini, BAB dan BAK klien terganggu, karena klien lemah dan tidak mampu
c.
-

untuk ke toilet sendiri.


Pola istirahat tidur
Sebelum sakit, klien biasanya tidur 7 8 jam/hari
Saat ini klien tidur hanya bisa 3 4 jam/hari, itu pun tidak pernah neynyak, karena klien

harus menahan rasa sakit terus.


d. Personal hygiene
- Sebelum sakit klien biasanya mandi 2x/hari, dengan menggunakan sabun, shampo dan selalu
-

sikat gigi pada saat mandi.


Sekarang klien mandi tidak teratur, karena untuk ke toilet klien haru di bantu dan tergantung

dengan keluarganya.
e. Pola aktivitas dan latihan
- Sebelum sakit klien melakukan aktivitas sendiri secara mandiri

Saat ini klien mengalami kesulitan untuk beraktivitas, karena klien tidak mampu, lemah dan

harus tergantung keluarga kalau mau beraktivitas.


f. Pola kebiasaan sehari hari yang mempengaruhi kesehatan
- Klien tidak merokok atau pun mengkosumsi MIRAS
g. Pemeriksaan fisik
1. Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata ada bercak kuning, gerakan bola mata normal,
konjungtiva pucat, ketajaman penglihatan mulai berkurang, karena dipengaruhi usia dan klien
tidak menggunakan kaca mata.
2. Sistem pendengaran
Posisi telinga tidak simetris lagi, karena telinga sebelah kanan sudah di angkat semua pada
saat operasi tumor telinga 3 tahun yang lalu, dan hal inilah yang menyebabkan pendengaran
klien berkurang.
3. Sistem wicara
Klien merasa kesulitan dalam berbicara, dan saat berbicara klien mengeluh sakit karena
luka operasi tumor telinga 3 tahun yang lalu belum sembuh dan masih berdarah pada saat
mulut klien bergerak.
4. Sistem pernapasan
Jalan napas klien lancar dan klien mengatakan tidak ada sesak, klien tidak menggunakan
alat bantu napas, RR: 22x/menit
5. Sistem kardivaskuler
Nadi 94x/menit, irama teratur, denyut lemah, tekanan darah 150/100 mmHg, capillary
refill agak lambat, 3 detik baru kembali lagi, menandakan sirkulasi O 2 tidak lancar, tidak ada
kelainan jantung.
6. Sistem pencernaan
Klien tidak ada mual muntah, klien tidak salera makan hanya disebabkan karena rahang
klien sakit saat mengunyah dan klien tidak menggunakan gigi palsu, serta organ organ
pencernaan yang lain tidak ada keluhan.
7. Sistem integumen
Turgor kulit kurang baik, keelastisan kulit klien kurang, kulit klien keriput karena
dipengaruhi usia dan integritas kulit pada bagian telinga kanan mengalami gangguan karena
sudah dioperasi.
8. Sistem endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar pada klien.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan Laboratorium:
WBC : 5,8 x 103/L
RBC : 3,68 x 106 L
HGB : - 6,1 g/dL
HCT

: 68,5 %

N:
N:
N:
N:

13.5

17.5

g/dl

D. PENATALAKSAAN
- Therapy obat
Ceftrioxane : 2 x 1 gram
Ranitidin
: 2 x 1 amp
Drif ketorolak : 3 x 60 mg
- Transfusi 3 labu PRC 1x/24 jam

Sintang, 23 Januari 2012

Kelompok

Sintang, 23 Januari 2012

Kelompok

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Ny. D

Ruangan/Kelas: Bedah/I

Umur : 69 Tahun

No. Reg

No
1
2
3

: 09 80 56

Diagnosa Keperawatan

Paraf

Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yang

Kelompo

diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel

Intoleransi aktivitas b/d ketidak seimbangan antara suplai oksigen

Kelompo

(pengiriman) dan kebutuhan tubuh

Kecemasan b/d perubahan status kesehatan

Kelompo
k

INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Ny. D

Ruangan/Kelas: Bedah/I

Umur : 69 Tahun

No. Reg

No

Tujuan dan Kriteria Hasil


Rencana Tindakan
Dx
1 Diharapkan
setelah
1. Awasi observasi TTV 1.

Rasional

Paraf

Memberikan informasi

diberikan ASKEP selama

tentang

derajat/

3x24

terjadi

keadekuatan

perfusi

perfusi

jaringan dan membantu

jaringan dengan kriteria

menentukan intervensi
2. Meningkatkan ekspansi

jam

peningkatan
hasil :

: 09 80 56

paru

Menunkukan perfusi yang


2.
adekuat, misalnya tekanan

Tinggikan
tempat

darah klien stabil

tidur

kepala
sesuai

dan

memaksimalkann
oksigenasi

untuk

kebutuhan seluler

toleransi
3.

Iskemia

seluler

mempengaruhi/
potensial resiko infark
3.

Selidiki keluhan nyeri


4.
dada/ pada palpitasi
5.

4.

Berikan O2 tambahan

Memaksimalkan
transport O2 ke jaringan
Meningkatkan kadar
Hb darah

sesuai indikasi
2

5. Beri transfuse darah


setelah
1. Kaji kemampuan klien
1.

Diharapkan

diberikan ASKEP selama dalam


3x24

jam

klien

Memperngaruhi

melakukan pilihan

dapat aktivitas sehari-hari

bantuan

intervensi/

mempertahankan/
meningkatkan
aktivitasnya

2.
sirkulasi/
dengan

Klien
peningkatan

TTV

sebelum dan sesudah


aktivitas

kriteria hasil :

Observasi

2. Menunjukan perubahan
neurologi

menunjukan

defisiensi

Vitamin B12

toleransi
3.

Berikan lingkunagan
3. Meningkatkan istirahat
batasi
menunjukan tenang,
untuk
menurunkan
dan
penurunan
tanda pengunjung
kebutuhan
O2
dan
intoleransi,
pernafasan, kurangi suara bising
renggangan jantung dan
dan tekanan darah masih
4. Anjurkan klien istirahat
paru
dalam rentang normal
bila terjadi kelelahan
4. Meningkatkan aktivitas
dan kelemahan serta
secara bertahap sampai
Anjurkan klien untuk
normal, memperbaiki
beraktivitas
tonus
otot/stamina
semampunya
tanpa kelemahan

aktivitasnya

Klien

Diharapkan

setelah
1. Kaji tingkat kecemasan
1.

Untuk

mengetahui

diberikan ASKEP selama klien dalam melakukan predisposisi


3x24 jam kecemasan klien aktivitas sehari-hari

menimbulkan

berkurang dengan criteria


2.
hasil :

kecemasan

Dorong

klien

yang

mengekspresikan
perasaannya

2.

Klien tidak cemas lagi

Dengan mengucapkan

dengan keadaannya dan

perasaannya

terlihat rileks

kecemasan klien dapat


3. Berikan informasi yang
jelas

tentang

proses
3.

penyakitnya

maka

berkurang
Memudahkan

klien

dalam memahami dan


mengerti tentang proses
penyakitnya

4.

Berikan

4.
dorongan

Agar klien memahami


bahwa

kesembuhan

spiritual

bukan hanya diperoleh


dari pengobatan atau
perawatan tetapi yang
menentukan semuanya
adalah Tuhan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. D

Ruangan/Kelas : Bedah/I

Umur : 69 Tahun

No Reg

No
Dx
1

: 09 80 56

Hari /

Tindakan Keperawatan
Respon Klien
Tanggal / Jam
Senin/
23
1. Mengawasi/ mengobservasi Ds : -

Kelompo

Januari 2012/ TTV

Do: - TTV

15.00 WIB

2.

Paraf

TD:150/100 mmHg
RR : 22x/ menit
N : 94x/ menit
S : 36o C

Ds :- Klien mengatakan lebih


kepala
nyaman dengan posisinya
tempat tidur sesuai toleransi
Kelompo
sekarang setelah di ubah.
k
: - Klien tampak nyaman
Meningkatkan

dengan posisinya

Ds : -

Do: - Hb klien meningkat dari 6,1


3.

Memberikan

transfuse g/dL menjadi 7,5 g/dL

darah
Ds :
Klien mengatakan tidak Kelompo
mampu
1.
2

Mengkaji
klien

melakukan k

kemampuan aktivitas sendiri

dalam

melakukan
Do:

aktivitas sehari-hari

Seluruh aktivitas klien


dibantu oleh keluarga dan
perawat

Kelompo
k

Ds :
Klien mengatakan kalau
dia cemas
Klien mengatakan ingin
1.

Mengkaji

tingkat

kecemasan klien

dengan penyakitnya
Do:
Klien tampak cemas

Selasa/

24
1.

cepat pulang
Klien mengatakan takut

kelompok
Menyelidiki keluhan nyeri- Klien mengatakan dadanya Kelompo

Januari 2012/ dada palpitasi


15.30 WIB

tidak nyeri

Do: -

Ds : 2.

Memberikan
darah

transfuse
Do: - Hb meningkat menjadi 10,2
g/dL dari 7,5 g/dL

Kelompo
k

Ds : Klien mengatakan ingin

istirahat,
2

1.

karen

suasana

Memberikan lingkungan sudah tenang.


tenang, batasi pengunjung Do: Klien tampak istirahat
dan kurangi suara bising

1.

Mendorong

Kelompo
Klien mengatakan senang

mengekspresikan
3

klien
karena

perasaannya

ada

yang

mendengarkan

mau

keluhan-

keluhanya
Kelompo
Cemas

klien

tampak k

berkurang

2.

Memberikan

informasi

yang jelas tentang proses

Klien mengatakan sakitnya


tidak akan sembuh

penyakitnya
Klien tampak menyimak

Kelompo
1

Rabu/

25
1. Mengobservasi/ mengawasi Ds : -

Januari 2012/ TTV

09.00 WIB

Do: - TTV

1.

k
Kelompo
k

TD : 130/80 mmHg
RR : 20x/menit
N : 82x/menit
S : 36,2o C

- Klien mengatakan mengerti


klien
dengan anjuran perawat
istirahat
bila
terjadi
Kelompo
Do: - Klien dapat menyebutkan apa
kelelahan dan kelemahan
k
yang dianjurkan.
serta Anjurkan klien untuk
Menganjurkan

beraktivitas semampunya
1.

Memberikan
spiritual

dorongan
Ds : - Klien mengatakan ingin
berdoa
- Klien mengatakan tidak
cemas lagi setelah berdoa
Do : - Klien menyimak

Kelompo
k

EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. D

Ruangan/Kelas: Bedah/I

Umur: 69 Tahun

No Reg

Hari/

No

Tanggal

Dx

SOAP

: 09 80 56
Paraf

Senin/ 23

Januari
2012

20.00 WIB

S : Klien mengatakan lebih nyaman dengan posisinya

Kelompo

O : - Klien tampak nyaman beristirahat

TTV:
TD: 150/100 mmHg
RR : 22x/ menit
N : 94x/ menit
S : 36o C
Hb meningkat menjadi 10,2 g/dL dari 7,5 g/dL
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 3 dan 5 dilanjutkan

S: Klien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas sendiri


Seluruh aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat
2
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi 2,3,4 dan 5 dilanjutkan

Kelompo
k

S: - Klien mengatakan kalau dia cemas

- Klien mengatakan ingin cepat pulang


- Klien mengatakan takut dengan penyakitnya
O: - Klien tampak cemas
A: Masalah belum teratas
P: Intervensi 2,3 dan 4 dilanjutkan
Kelompo
k

Selasa/ 24

S : Klien mengatakan dadanya tidak nyeri

Kelompo

Januari

O : Hb meningkat menjadi 10,2 g/dL dari 7,5 g/dL

2012

A : Masalah belum teratasi

20.00 WIB

P : Intervensi 5 dilanjutkan

S: Klien mengatakan ingin istirahat, karena suasana sudah


tenang.
O: Klien tampak istirahat

Kelompo
k

A: Masalah Belum teratasi


P: Intervensi 4 dilanjutkan
3 S: - Klien mengatakan senang karena ada yang mau
mendengarkan keluhan-keluhanya
-

Klien mengatakan sakitnya tidak akan sembuh

Kelompo

O: - Cemas klien berkurang

Klien ampak menyimak


A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi 4 dilanjutkan

Rabu, 25

S :

Kelompo

Januari

O : Hb....

2012

TTV

14.00 WIB

TD : 130/80 mmHg
RR : 20x/menit
N : 82x/menit
S : 36,2o C
A: Masalah
P:

Klien mengatakan mengerti dengan anjuran perawat


O : Klien dapat menyebutkan apa yang dianjurkan

Kelompo

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi 1,2,3 dan 4 diulangi hari berikutnya


3S : - Klien mengatakan ingin berdoa
- Klien mengatakan tidak cemas lagi setelah berdoa
O : - Klien menyimak

Kelompo

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Anemia adalah ketidakseimbangan pembentukan dan perusakan sel-sel darah merah.


Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah
merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum ( misal berkurangnya eritropoesis)
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (destruksi). Pada kasus yang disebut terakhir, masalahnya dapat akibat defek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat
beberapa faktor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Anemia terjadi apabila produksi sel-sel darah merah sumsum tulang terganggu atau
apabila sel-sel darah merah yang terbentuk rusak atau hilang. Tanda-tanda anemia akan
nampak apabila kapasitas sel-sel pembawa O2 berkurang. Beberapa kondisi yang dapat
mempengaruhi pembentukan sel darah merah didalam sumsum tulang antara lain adanya
invasi sel-sel tumor, terkena racun dari obat-obatan atau bahan kima, tidak cukup nutrisi bagi
pembentukan bagi sel-sel darah merah, seperti zat besi, asam folik, B2 atau kekurangan
erytropoietin dikarenakan penyakit ginjal. Anemia yang disebabkan berubahnya produksi sel
darah merah disenut anemia hipoproliberasi. Sel-sel darah merah dapat pula dirusak oleh selsel fagosit pada sistem retikuloendotelial terutama hati dan lien. Bilirubin yang merupakan
hasil pemecahan sel-sel darah merah memasuki aliran darah yang mana hal ini dapat
merupakan indikator diagnosa anemia. Bilirubin juga diekspresikan pada kulit yang
menyebabkan warna kuning, ini merupakan indikator terjadinya kerusakan sel darah merah.
Kerusakan sel darah merah sering disebabkan oleh abnormalitas sel darah merah dan dikenal
sebagai Anemia hemolitika, sebagai contohnya adalah anemia sel berbentuk sabit dan
penyakit hemolitik pada bayi yang baru lahir. Anemia yang disebabkan oleh kehilangan darah
bisa bersifat sangat cepat misalnya pada hemoragi atau perdarahan yang terjadi pada
penyakit-penyakit kronis seperti penyakit kanker atau penyakit peradangan perut. Kehilangan
sel-sel darah merah pada perdarahan merupakan faktor yang menyebabkan anemia.
Anemia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Anemia mikrositik hipokrom:
c.

Anemia defisiensi besi

d. Anemia penyakit kronik


2. Anemia makrositik
a.

Difisiensi vitamin B12

b.

Difisensi Asam folat

3. Anemia karena pendarahan


4. Anemia hemolotik
5. Anemia pada gagal Ginjal Kronik

B. Saran
Dalam penyusunan Laporan Kasus ini, kelompok dapat menyampaikan saran kepada
semua pihak baik dari pihak institusi maupun kalangan mahasiswa akademi keperawatan
sintang agar mampu mendeteksi dini dan melakukan penangan lebih lanjut apabila ditemukan
klien yang menderita anemia, selain itu juga dapat melakukan pencegahan dini dengan pola
hidup yang baik dan asupan kebutuhan nutrisi yang cukup bagi tubuh sekaligus dapat
menjadi bahan bacaan bagi pihak institusi maupun mahasiswa/i Akademi Keperawatan
Sintang.

Anda mungkin juga menyukai