untuk mendedahkan kes-kes anemia yang diakibatkan oleh berbilang sebab dengan lebih
cepat.
Anemia biasanya sudah dapat dideteksi dengan pemeriksaan darah lengkap di
laboratorium. Pemeriksaan darah lengkap adalah pemeriksaan yang dilakukan pada darah
manusia dengan menghitung seluruh komponen pembentuk darah. Saat ini pemeriksaan
darah lengkap dilakukan dengan menggunakan mesin khusus. Komponen pembentuk darah
antara lain : Sel darah merah (RBC), Hematokrit, Hemoglobin, Sel darah putih (WBC),
Komponen sel darah putih.Trombosit/Platelet. Hanya tiga teratas dari keenam komponen
darah ini yang berperanan dalam mendeteksi terjadinya anemia.
Sel darah merah (RBC) merupakan komponen darah yang terbanyak dalam satu mililiter
darah. Setiap orang memiliki jutaan bahkan miliaran sel darah merah dalam tubuhnya.
Penghitungan sel darah merah digunakan untuk menentukan apakah kadar sel darah merah
rendah (anemia) atau tinggi (polisitemia).
Pada perhitungan sel darah merah, akan dinilai jumlah dan ukuran dari sel darah merah.
Bentuk sel darah merah pun akan dievaluasi di bawah mikroskop. Segala informasi mulai
dari jumlah, ukuran dan bentuk dari sel darah merah akan berguna dalam mendiagnosa suatu
anemia. Juga pada pemeriksaan ini dapat diketahui jenis anemia berikut kemungkinan
penyebabnya.
B. Tujuan Penyusunan
1. Tujuan umum:
Adapun tujuan umum kelompok menyusun Laporan Kasus ini adalah supaya
mahasiswa / i Akademi Keperawatan Sintang dapat mengerti dan mengetahui tentang
penyakit yang berhubungan dengan sistem kardiovaskuler pada bagian sel darah merah,
selain itu juga mahasiswa/i mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan langsung kepada
pasien dengan Anemia.
2. Tujuan khusus:
1.
Adapun tujuan khusus dari penyusunan Laporan Kasus ini adalah supaya mahasiswa/i
Akademi keperawatan sintang dapat mengerti dan mampu mengaplikasikan asuhan
keperawatan pada klien yang menderita Anemia.
Pada penyusunan Laporan Kasus ini hanya terbatas pada anatomi fisiologi dasar, proses
terjadinya penyakit dan asuhan pada klien dengan Anemia.
D. Sistematika Penyusunan
Dalam penyusunan Laporan Kasus ini penulis menggunakan sistematika penulisan yang
terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN
a.
Latar belakang
b. Tujuan penulisan
c.
Ruang lingkup
d. Sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
a.
b. Pengertian
c.
Klasifikasi Anemia
d. Patofisiologi
e.
Manifestasi klinik
f.
Evaluasi diagnostik
g. Penatalaksanaan Medis
h. Pemeriksaan Diagnostik
BAB III PROSES KEPERAWATAN
a.
Pengkajian
b. Diagnosa keperawatan
c.
d. Evaluasi
BAB IV PENUTUP
a.
Kesimpulan
b. Saran
BAB II
TUJUAN TEORITIS
A. Anatomi dan Fisiologi Darah dan Cairan Limfe
Darah merupakan media transportasi oksigen, karbondioksida, dan metabolit. Jadi darah
merupakan pengatur keseimbangan asm basa, pengontrol suhu, dan pengatur hormon. Darah
berisi elemen-elemen yang mengangkut oksigen ke sel jaringan, phagositosis, homeostasis
dan fibrinolisis. Dalam darah terdapat eritrosit, leukosit dan trombosit, meskipun 55% elemen
darah adalah plasma.
Hemoglobin yang ada dalam eritrosit membawa oksigen ke sel-sel. Peran eritrosit dalam
mengangkut hemoglobin adalah penting, oleh karena itu perlu keseimbangan anatara
pembentukan dan pemecahan eritrosit untuk menjamin pengantaran oksigen secara adekuat.
Besi dan vitamin B12 merupakan nutrien yang diperlukan untuk mempertahanakan produksi
sel-sel darah merah.keseimbangan antara pembekuan dan perdarahan dipertahankan oleh
system fibrinoksia, yang mengontrol dan mengatur pemecahan enzim fibrinogen dan fibrin.
Sirkulasi limfatik dapat mempengaruhi peran pengatur daripada system kardiovaskuler
meskipun fungsi utamanya adalah menghasilkan zat-zat antibody. Limfe memfagositis
bakteri dan membuang sisa-sisa bahan kimia dari sel-sel.saluran limfe mengitkuti saluransaluran vena dan aliran tergantung pada kegiatan-kegiatan otot serta katup kelenjar limfe
tertentu mengumpulkan dan mendistribusikan menurut kebutuhan. Pembesaran kelenjar limfe
terjadi karena danya proses infeksi dalam tubuh. (Proses Keperawatan pada Pasien dengan
gangguan system Kardiovaskuler, hal: 7 )
Sel darah merah atau eritrosit adalah merupakan cairan bikonkaf yang tidak berinti yang
kira-kira berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2 m pada bagian tengah tebalnya 1 m atau
kurang. Karena sel itu lunak dan lentur maka dalam perjalanannya melalui mikrosirkulasi
konfigurasinya berubah. Stroma bagian luar yang mengandung protein terdiri dari antigen
kelompok A dan B serta faktor Rh yang menentukan golongan darah seseorang. Komponen
utama sel darah merah adalah protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2 dan
mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar intrasellular. Molekul-molekul Hb
terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida (globin) dan 4 gugus heme, masing-masing
mengandung sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas yang sangat
sempurna. (Price A Sylvia, 1995, hal : 231)
B. Pengertian
www.bacali.com ).
Anemia adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah.
(www.Anemia_blog dokter.com)
Anemia adalah jumlah sel darah merah yang rendah. ( www.perempuan dan Anemia.com)
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin Hb) dan
sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. (www.Info-sehat.com)
C. Klasifikasi Anemia
A. Pembagian anemia:
1. Anemia mikrositik hipokrom:
a.
b.
4. Anemia hemolotik
5. Anemia pada gagal Ginjal Kronik
B. Etiologi
1.
a.
2. Anemia makrositik
A.
b.
Kelainan lambung :
Anemia pernisiosa
anemia
Tropical spura
1. Karena makanan yang kurang gizi azam polat terutama pada orang tua, farkir miskin,
gastrektomi farsial dan akibat hanya minum susu kambing.
2. Malabsropsi asam folat misalnya karena tropical sprue, penyakit Coeliac dan sebagainya :
karena difesiensi asam urat
3. Kebutuhan yang meningkat akibat :
a.
b.
A.
Intrinsik
Ektrinsik
Anemia apalastik
A.
Faktor genetik
1. Anemia vanconi : adalah suati sindrom hipoplasia sumsum tulang disertai pigmentasi coklat
di kulit, hipoplasia ibu jari atau radius, nikrosefali,retradasi mental dan seksual,kelainan
ginjal dan limfa.
2.
B.
Infeksi
Iradiasi
Iradiasi dpat menyebabkan anemia apalastik berat atau ringan bila sistem cell hempoitik
yang terkena maka terjadi anemia apalstik ringan.
E.
Kelainan Imunologis
Zat anti terhadap sel-sel hemopoietik dan gangguan lingkungan mikro dapat
menyebabkan anemia apalastik .
F.
1)
2)
3)
Sebab primer
1.
2.
3.
Hemolisis
Infeksi
Malnutrisi
Netrektomi
2. Hemolisis yang meningkat oleh :
Obat-obatan
Hipofosfatemia
Mikroangipati
Hiperslenisme
Hiperkupremia
3.
Defesiensi
Besi
Asam besi
4. Hiperparatiroidisme
Anemia pada penyakit kronik dapat terjadi karena :
Lisis sel darah merah (desolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem
retikuloendoterial, terutama dalam hati dan limfa. Sebagai hasil samping proses ini, bilirubin,
yang terbentuk dalam fagosit, akan memasuki aliran darah.setiap kenaikan destruksi sel darah
merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma. (konsenterasi
normal 1mg/dl atau kurang; kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera)
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti yang terjadi
pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinomia).apabila konsenterasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma
(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (misal apabila
jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dl), hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalam urin ( hemoglobinuria). Jadi ada atau tidak adanya hemoglobinemia dan
hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi penghancurab sel darah merah
abnormal pada pasien dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untk mengetahui sifat
proses hemolitik tersebut.
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien tertentu disebabkan oleh
penghancuaran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi,
biasanya dapat diperoleh dengan dasar (1) hitung retikulosist dalam sirkulasi darah; (2)
derajat proliferasi sel darah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti
yang terlihat dengan biopsi; (3) ada atau tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Eritropoesis (produk sel darah merah) dapat ditentukan dengan mengukur kecepatan
dimana injeksi besi radioaktif dimasukkan kesirkulasi eritrosit. Rentang hidup sel darah
merah pasien (kecepatan hemolisis) dapat diukur dengan menandai sebagian diantaranya
dengan injeksi kromium radioaktif, dan mengikuti sampai bahan tersebut menghilang dari
sirkulasi darah selama beberapa hari sampai minggu. ( Brunner & Suddarth, hal: 935-936)
Anemia terjadi apabila produksi sel-sel darah merah sumsum tulang terganggu atau
apabila sel-sel darah merah yang terbentuk rusak atau hilang. Tanda-tanda anemia akan
nampak apabila kapasitas sel-sel pembawa O2 berkurang. Beberapa kondisi yang dapat
mempengaruhi pembentukan sel darah merah didalam sumsum tulang antara lain adanya
invasi sel-sel tumor, terkena racun dari obat-obatan atau bahan kima, tidak cukup nutrisi bagi
pembentukan bagi sel-sel darah merah, seperti zat besi, asam folik, B2 atau kekurangan
erytropoietin dikarenakan penyakit ginjal. Anemia yang disebabkan berubahnya produksi sel
darah merah disebut anemia hipoproliberasi. Sel-sel darah merah dapat pula dirusak oleh selsel fagosit pada sistem retikuloendotelial terutama hati dan lien. Bilirubin yang merupakan
hasil pemecahan sel-sel darah merah memasuki aliran darah yang mana hal ini dapat
merupakan indikator diagnosa anemia. Bilirubin juga diekspresikan pada kulit yang
menyebabkan warna kuning, ini merupakan indikator terjadinya kerusakan sel darah merah.
Kerusakan sel darah merah sering disebabkan oleh abnormalitas sel darah merah dan dikenal
sebagai Anemia hemolitika, sebagai contohnya adalah anemia sel berbentuk sabit dan
penyakit hemolitik pada bayi yang baru lahir. Anemia yang disebabkan oleh kehilangan darah
bisa bersifat sangat cepat misalnya pada hemoragi atau perdarahan yang terjadi pada
penyakit-penyakit kronis seperti penyakit kanker atau penyakit peradangan perut. Kehilangan
sel-sel darah merah pada perdarahan merupakan faktor yang menyebabkan anemia.
Anemia dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan kerusakan atau
kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya. (Proses Keperawatan pada Pasien dengan
gangguan system Kardiovaskuler, hal: 223-224 )
E Manifestasi Klinis
Selain beratnya anemia,
F. Evaluasi Diagnostik
Berbagai uji hematologis dilakukan untuk menentukan jenis untuk menentukan jenis dan
penyebab anemia. Uji tersebut meliputi kadar hemoglobin dan hematokrit, indeks sel darah
merah, penelitian sel darah putih, kadar besi serum, pengukuran kapasitas ikatan-besi. Kadar
folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu
tromboplastin parsial. Aspirasi dan biopsi sumsum tulang dapat silakukan. Selain itu, perlu
dilakukan pemeriksaan diagnostik untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta
sumber kehilangan darah kronis.
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang
hilang.penatalaksaan berbagai jenis anemia tersebut :
1. mengatasi penyebab perdarahan kronik
2. pemberian preparat Fe
3. terapi terutama di tujukan pada penyakit dasarnya
4. pemberian vitamin B12 1000mg/hari ini selama 5-7 hari 1 x setiap bulan
5. pemberian suplementasi asam Folat oral 1mg per hari
6. terapi inisial dengan menggunakan prednison 1-2 mg/kgBB/hari dalam dosis
terbagi
7. jika terjadi anemia yang mengancam hidup tranfusi darah harud diberikan dengan
hati-hati
H. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Bakta ( 2006 ), pemeriksaan laboratorium pada anemia dapat dilakukan
pemeriksaan sebagai berikut :
Pemeriksan penyaring
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. D
DIAGNOSA MEDIS: ANEMIA
DIRUANG BEDAH RSUD SINTANG
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal 23 Januari 2012
Tanggal Masuk
: 22 Januari 2012
Jam Masuk
: 10.30 WIB
Ruang
No. CM
: 09.80.56
A. IDENTITAS KLIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Agama
Suku/Bangsa/Bahasa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Sumber Biaya
: Ny. D
: 69 tahun
: Perempuan
: Kawin
: Islam
: Melayu/WNI/Melayu
: SD
: IRT
: Jln. Imam Bonjol Kab. Sintang
: ASKES
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Kesehatan saat ini
Ny. D masuk RSUD Ade M. Djoen Sintang pada malam hari tanggal 22 Januari 2012
melalui ruang IGD, lalu masuk ruang rawat inap bedah Keesokan harinya pada pukul 10.30
WIB dengan kesadaran CM, dan keluhan utama pusing, badannya terasa lemah, dan cepat
lelah saat beraktivitas, klien tampak pucat, lemah, konjungtiva anemis dan akral klien terasa
Klien pernah operasi tumor telinga 3 tahun yang lalu sebelum akhirnya masuk RSUD
Sintang dengan penyakit yang sama dan penambahan diagnosa medis Anemia.
Klien mengatakan setelah operasi, ia tidak pernah lagi datang kerumah sakit dan melanjutkan
dengan pengobatan tradisional.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien tidak mempunyai riwayat penyakit keturuan.
4. Riwayat Psikologi dan Spritual
Selama ini orang yang dekat dengan klien adalah keluarga klien, terutama anak dan
menantunya. Pola klien berkomunikasi agak sedikit tergangggu karena penyakitnya, namun
sesungguhnya klien sangat kooperatif. Klien berharap setelah mengalami perawatan,
penyakitnya akan segera sembuh dan dia dapat berkumpul bersama keluarganya seperti hari
hari sebelumnya.
Klien adalah orang yang taat dengan agama.
5. Kondisi Lingkungan/Rumah
Rumah klien berada ditempat yang tenang walaupun tidak terlalu jauh dari jalan raya,
tidak ada kondisi lingkungan rumah yang mempengaruhi kesehatan saat ini,penerangan,
ventilasi, dan sumber air baik.
6. Pola kebiasaan sehari hari
a. Pola nutrisi
Sebelum sakit, klien makam 3x/hari dengan porsi satu piring, salera makan klien baik,
dengan makanan yang dikonsumsi berupa nasi, lauk, sayur sayuran dan buah- buahan. Tapi
setelah sakit salera makan berkurang, karena klien merasa sakit saat mengunyah dan klien
hanya mampu menghabiskan porsi dari makanan yang disiapkan oleh rumah sakit.
b. Pola eliminasi
- Sebelum sakit BAB normal, 1 2x/hari.
- BAK juga baik, 4 5x/hari dengan frekwensi yang tidak tentu.
Waktu sakit saat ini, BAB dan BAK klien terganggu, karena klien lemah dan tidak mampu
c.
-
dengan keluarganya.
e. Pola aktivitas dan latihan
- Sebelum sakit klien melakukan aktivitas sendiri secara mandiri
Saat ini klien mengalami kesulitan untuk beraktivitas, karena klien tidak mampu, lemah dan
: 68,5 %
N:
N:
N:
N:
13.5
17.5
g/dl
D. PENATALAKSAAN
- Therapy obat
Ceftrioxane : 2 x 1 gram
Ranitidin
: 2 x 1 amp
Drif ketorolak : 3 x 60 mg
- Transfusi 3 labu PRC 1x/24 jam
Kelompok
Kelompok
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Ny. D
Ruangan/Kelas: Bedah/I
Umur : 69 Tahun
No. Reg
No
1
2
3
: 09 80 56
Diagnosa Keperawatan
Paraf
Kelompo
Kelompo
Kelompo
k
INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Ny. D
Ruangan/Kelas: Bedah/I
Umur : 69 Tahun
No. Reg
No
Rasional
Paraf
Memberikan informasi
tentang
derajat/
3x24
terjadi
keadekuatan
perfusi
perfusi
menentukan intervensi
2. Meningkatkan ekspansi
jam
peningkatan
hasil :
: 09 80 56
paru
Tinggikan
tempat
tidur
kepala
sesuai
dan
memaksimalkann
oksigenasi
untuk
kebutuhan seluler
toleransi
3.
Iskemia
seluler
mempengaruhi/
potensial resiko infark
3.
4.
Berikan O2 tambahan
Memaksimalkan
transport O2 ke jaringan
Meningkatkan kadar
Hb darah
sesuai indikasi
2
Diharapkan
jam
klien
Memperngaruhi
melakukan pilihan
bantuan
intervensi/
mempertahankan/
meningkatkan
aktivitasnya
2.
sirkulasi/
dengan
Klien
peningkatan
TTV
kriteria hasil :
Observasi
2. Menunjukan perubahan
neurologi
menunjukan
defisiensi
Vitamin B12
toleransi
3.
Berikan lingkunagan
3. Meningkatkan istirahat
batasi
menunjukan tenang,
untuk
menurunkan
dan
penurunan
tanda pengunjung
kebutuhan
O2
dan
intoleransi,
pernafasan, kurangi suara bising
renggangan jantung dan
dan tekanan darah masih
4. Anjurkan klien istirahat
paru
dalam rentang normal
bila terjadi kelelahan
4. Meningkatkan aktivitas
dan kelemahan serta
secara bertahap sampai
Anjurkan klien untuk
normal, memperbaiki
beraktivitas
tonus
otot/stamina
semampunya
tanpa kelemahan
aktivitasnya
Klien
Diharapkan
setelah
1. Kaji tingkat kecemasan
1.
Untuk
mengetahui
menimbulkan
kecemasan
Dorong
klien
yang
mengekspresikan
perasaannya
2.
Dengan mengucapkan
perasaannya
terlihat rileks
tentang
proses
3.
penyakitnya
maka
berkurang
Memudahkan
klien
4.
Berikan
4.
dorongan
kesembuhan
spiritual
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. D
Ruangan/Kelas : Bedah/I
Umur : 69 Tahun
No Reg
No
Dx
1
: 09 80 56
Hari /
Tindakan Keperawatan
Respon Klien
Tanggal / Jam
Senin/
23
1. Mengawasi/ mengobservasi Ds : -
Kelompo
Do: - TTV
15.00 WIB
2.
Paraf
TD:150/100 mmHg
RR : 22x/ menit
N : 94x/ menit
S : 36o C
dengan posisinya
Ds : -
Memberikan
darah
Ds :
Klien mengatakan tidak Kelompo
mampu
1.
2
Mengkaji
klien
melakukan k
dalam
melakukan
Do:
aktivitas sehari-hari
Kelompo
k
Ds :
Klien mengatakan kalau
dia cemas
Klien mengatakan ingin
1.
Mengkaji
tingkat
kecemasan klien
dengan penyakitnya
Do:
Klien tampak cemas
Selasa/
24
1.
cepat pulang
Klien mengatakan takut
kelompok
Menyelidiki keluhan nyeri- Klien mengatakan dadanya Kelompo
tidak nyeri
Do: -
Ds : 2.
Memberikan
darah
transfuse
Do: - Hb meningkat menjadi 10,2
g/dL dari 7,5 g/dL
Kelompo
k
istirahat,
2
1.
karen
suasana
1.
Mendorong
Kelompo
Klien mengatakan senang
mengekspresikan
3
klien
karena
perasaannya
ada
yang
mendengarkan
mau
keluhan-
keluhanya
Kelompo
Cemas
klien
tampak k
berkurang
2.
Memberikan
informasi
penyakitnya
Klien tampak menyimak
Kelompo
1
Rabu/
25
1. Mengobservasi/ mengawasi Ds : -
09.00 WIB
Do: - TTV
1.
k
Kelompo
k
TD : 130/80 mmHg
RR : 20x/menit
N : 82x/menit
S : 36,2o C
beraktivitas semampunya
1.
Memberikan
spiritual
dorongan
Ds : - Klien mengatakan ingin
berdoa
- Klien mengatakan tidak
cemas lagi setelah berdoa
Do : - Klien menyimak
Kelompo
k
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. D
Ruangan/Kelas: Bedah/I
Umur: 69 Tahun
No Reg
Hari/
No
Tanggal
Dx
SOAP
: 09 80 56
Paraf
Senin/ 23
Januari
2012
20.00 WIB
Kelompo
TTV:
TD: 150/100 mmHg
RR : 22x/ menit
N : 94x/ menit
S : 36o C
Hb meningkat menjadi 10,2 g/dL dari 7,5 g/dL
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 3 dan 5 dilanjutkan
Kelompo
k
Selasa/ 24
Kelompo
Januari
2012
20.00 WIB
P : Intervensi 5 dilanjutkan
Kelompo
k
Kelompo
Rabu, 25
S :
Kelompo
Januari
O : Hb....
2012
TTV
14.00 WIB
TD : 130/80 mmHg
RR : 20x/menit
N : 82x/menit
S : 36,2o C
A: Masalah
P:
Kelompo
Kelompo
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
b.
B. Saran
Dalam penyusunan Laporan Kasus ini, kelompok dapat menyampaikan saran kepada
semua pihak baik dari pihak institusi maupun kalangan mahasiswa akademi keperawatan
sintang agar mampu mendeteksi dini dan melakukan penangan lebih lanjut apabila ditemukan
klien yang menderita anemia, selain itu juga dapat melakukan pencegahan dini dengan pola
hidup yang baik dan asupan kebutuhan nutrisi yang cukup bagi tubuh sekaligus dapat
menjadi bahan bacaan bagi pihak institusi maupun mahasiswa/i Akademi Keperawatan
Sintang.