Oleh :
Aida Mursyidah
131810401027
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB I . PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah penggunaan asam laktat dalam proses fermentasi sudah
diketahui sejak tahun 1780 oleh seorang kimiawan yang berasal dari Swedia Carl
Wilhelm Scheele, yang mengisolasi asam laktat dari susu dan digunakan sebagai
sirup. Beberapa tahun kemudian Pasteur menemukan suatu fenomena yang
menyatakan bahwa asam laktat merupakan metabolit yang dihasilkan dari proses
fermentasi karena adanya mikroorganisme yang terlibat. Hal ini juga berpengaruh
terhadap munculnya industri di Amerika yang memproduksi asam laktat pada
tahun 1881. Sejak saat inilah peranan asam laktat memiliki aplikasi yang sangat
luas, baik dalam hal makanan, kosmetik, maupun di industri kimiawi (Narayanan,
Roychoudhury, & Srivastava, 2004).
Salah satu kegunaan asam laktat adalah untuk sintesis poli (asam laktat)
(PLA) karena dianggap dapat memproduksi polimer dari sumber dan
biodegradable. Hal ini yang mendorong agar dapat mengembangkan proses
produksi asam laktat yang lebih efisien. Banyak mikroorganisme yang terbukti
memiliki kemampuan untuk meghasilkan asam laktat seperti jamur dan
Lactobacillus sp. dan beberapa Bacillus seperti Bacillus stearothermophilus.
Didalam bidang industri Bacillus termofilik mempunyai keunggulan dalam
memproduksi asam laktat ( Danner et al.,1998; Patel et al., 2004; Sakai dan
Yamanami, 2006; Maas et al.,2008; Budhavaram dan Fan, 2009).
Pada tahun 1925, Henry Ford menyatakan bahwa etil alkohol dan etanol
sebagai bahan bakar untuk masa depan. Dengan meningkatnya kebutuhan etanol
dalam bidang industri yang digunakan sebagai sumber energi, pelarut, agen
pembersihan dan pengawetan. Produksi ethanol dapat dilakukan dengan cara
kimia, yaitu sintesis substrat petrokimia dan mikrobia, yaitu menkonversi
karbohidrat untuk produk pertanian (Ali, et.al, 2011).
Krisis energi merupakan masalah global yang berkembang saat ini,
karena ketergantungan pada bahan bakar fosil yang sangat tinggi dan meningkat
untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam aspek ini bioethanol merupakan pilihan
yang tepat sebagai sumber energi untuk selanjutnya. Sifat-sifat bioethanol yang
mennguntungkan sebagai bahan bakar diantaranya yaitu jumlahnya octan yang
lebih tinggi, penguapan entalpi, dan lebih mudah terbakar. Bioethanol juga
merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan karena mengandung oksigen 35%
yang dapat menekan emisi serta gas rumah kaca pada saat proses pembakaran
(Zabed, et.al, 2014).
oksigen dan radikal hidroksil yang menyebabkan oksidasi sel bakteri dan merusak
struktur dasar molekul dari protein sel (Jaroni dan Brashears, 2000). Bakteriosin
yang diproduksi oleh bakteri asam laktat potensial digunakan sebagai pengawet
makanan karena melawan patogen yang berasal dari bahan makanan (Tahara dan
Kanatani, 1997).
Bakteri asam laktat juga dapat dimanfaatkan dalam proses fermentasi
makanan maupun minuman, seperti daging, sayuran, buah dan susu. Contohnya
saja seperti pada produk susu bayi yang diduga mengandung bakteri asam laktat
yang digunkan untuk
memberikan rasa yang khas sehingga diminati oleh banyak konsumen. Peranan
bakteri asam laktat dalam produk pangan lebih banyak memberikan keuntungan
daripada kerugiannya (Tahara dan Kanatani, 1997).
2.3 Manfaat Bioetanol dalam Bidang Industri
Etanol merupakan senyawa organik yang sangat penting dalam industri
kimia dan memiliki cukup banyak manfaat dalam kehidupan manusia. Pembuatan
etanol dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara sintetik melalui reaksi kimia
dan secara fermentasi melalui aktivitas mikroorganisme. Etanol ini merupakan
cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, jernih, dan tidak berwarna. Etanol
digunakan pada berbagai produk meliputi campuran bahan bakar, produk
minuman, penambah rasa, industri farmasi, dan bahan-bahan kimia (Tanaka,
2006).
Solusi untuk mengatasi persoalan tentang menipisnya ketersediaan bahan
bakar fosil, didalam bidang industri berusaha untuk mengembangkan energi
alternative yang dapat diperbaruhi seperti bioetanol. Bioetanol merupakan
merupakan salah satu energi alternatif pengganti minyak bumi. Bahan bakar
berbasis nabati salah satu contohnya adalah bioetanol. Bioetanol dibuat dari
bahan-bahan bergula atau berpati seperti kelapa, serbuk kayu, umbi-umbian,
tebunira, sorgum, nira nipah, jagung, dan lain-lain. Bahan lainnya yang dapat
menjadi substrat produksi bioetanol adalah bahan lignoselulosa yang belum
banyak digunakan. Bahan lignoselulosa merupakan biomassa yang berasal dari
tanaman dengan komponen utama lignin, selulosa, dan hemiselulosa (Bell, dkk,
2005).
Brazil merupakan negara yang telah berhasil mengembangkan bioetanol.
Di Brazil pada tahun 1990-an, etanol telah menggantikan 50% kebutuhan bensin
untuk keperluan transportasi. Dari angka ini, bioetanol telah mampu menurunkan
emisi CO2 hingga 18%. Bioetanol yang potensial yang dimanfaatkan sebagai
bahan bakar untuk kendaraan bermotor, jika sudah diolah menjadi fuel grade
etanol, namun dengan syarat bahwa bioetanol memiliki kadar kemurnian 99,5%.
Kandungan air didalam bahan bakar tersebut walaupun jumlahnya sedikit namun
memberi pengaruh yang sangat besar terhadap performa mesin. Oleh sebab itu
sebelumnya harus dilakukan proses pemisahan etanol dari air (Ivanova, et.al,
2009).
3.1 Kesimpulan
Adapun dari uraian yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa bakteri
asam laktat mampu menghasilkan asam laktat, antimikrob, hidrogen peroksida
dan hasil metabolisme yang lain yang berpengaruh pada produktivitasnya. Bakteri
asam laktat menghasilkan asam laktat sebagai produk akhir dari proses fermentasi
karbohidrat. Peranan asam laktat memiliki aplikasi yang sangat luas, baik dalam
hal makanan, kosmetik, maupun di industri kimiawi. Sedangkan etanol
merupakan senyawa organik yang sangat penting dalam industri kimia dan
memiliki cukup banyak manfaat dalam kehidupan manusia. Etanol dalam bidang
industri digunakan sebagai sumber energi, pelarut, agen pembersihan dan
pengawetan.
DAFTAR PUSTAKA
Adesokan, Y., Odetoyinbo, B., & Okanlawon, B. (2009). Optimization of lactic
acid production by lactic acid bacteria isolater from some traditional
fermented food in Nigeria. Pakistan Journal of Nutrition, 8(5), 611e615.
Ali, M.N, Mohd, M.K, Mohiuddin, M. 2011. Ethanol Fuel Production Through
Microbial Exxtracellular Enzymatic Hydrolylis And Fermentation From
Renewable Agrobased Cellulosic Waste. International Journal of Pharma
and Bio Sciences. Vol 2/Issue2/Apr-Jun 2011. ISSN0975-6299.
Bell, Philip, dkk. 2005. Breaktrough in Yeasts for Making Bio-Ethanol from
Lignocellulosic. University Campus Sidney : Australia.
Danner, H., Neureiter, M., Madzingaidzo, L., Gartner, M., Braun, R., 1998.
Bacillus stearothermophilus for thermophilic production of L lactic acid.
Appl. Biochem. Biotechnol. 7072, 895903.
Ivanova, E., Damgaliev, D., Kostova, M. 2009. Adsorption Separation of Ethanol
Water Liquid mixtures by Natural Clinoptilolite. Journal of The University
of Chemical Technology and Metallurgy. Vol 44 : 267-274.
Jaroni, D. and M.M. Brashears. 2000. Production of hydrogen peroxide by
Lactobacillus delbrueckii subsp. lactis as influenced by media used for
propagation of cells. Journal of Food Science 65 (6): 1033-1035.
Narayanan, N., Roychoudhury, P. K., & Srivastava, A. (2004). L () lactic acid
fermentation and its product polymerization. Electronic Journal of
Biotechnology, 7(2), 167e178.
Tahara, T. and K. Kanatani. 1997. Isolation and partial amino acid sequence of
bacteriocins
produced
by
Lactobacillus
acidophilus.
Bioscience,