PENDAHULUAN
Uretritis gonore merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman neisseria
gonorrhoeae dimana manusia merupakan satu-satunya penjamu (host) dengan manifestasi
berupa keradangan pada saluran kencing bagian depan (uretra).
Gejala klinis pada laki-laki diawali dengan gejala ringan yang bila tidak diobati akan
menimbulkan komplikasi lokal seperti epididymitis, seminal vaskulitis dan prostatitis,
sedangkan pada wanita gejala lebih ringan atau kadang tanpa gejala sehingga wanita sering
menjadi carrier atau sumber penularan yang tersembunyi.
Penaganannya yang sulit menyebabkan penyakit ini tidak terbatas hanya pada suatu
negara, tetapi sudah menjadi masalah dunia terutama pada Negara berkembang atau sedang
berkembang seperti Asia Selatan dan Tenggara, Sub Sahara Afrika dan Amerika Latin. WHO
memperkirakan bahwa tidak kurang dari 25 juta kasus baru ditemukan setiap tahun di seluruh
dunia. Di Amerika Serikat diperkirakan dijumpai 600.000 kasus baru setiap tahunnya. Hal ini
disebabkan banyak factor penunjang yang dapat mempermudah dalam hal penyebarannya
menyangkut: kemajuan sarana transportasi, pengaruh geografi, pengaruh lingkungan,
kurangnya fasilitas pengobatan, kesalahan diagnosis, perubahan pola hidup, dan tak kalah
penting ialah penyalahgunaan obat. Kesemuanya ini dapat terjadi terutama karena latar
belakang kurangnya pengetahuan mengenai seluk beluk dari infeksi menular seksual. Infeksi
gonore dapat juga didapat dari setiap kontak seksual, pharyngeal dan anal gonorrheae tidak
biasa. Gejala pharyngeal gonorrheae biasanya berupa nyeri tenggorokan, anal gonorrheae
dapat dirasakan lebih nyeri disertai sekret yang bernanah. Angka tertinggi pada wanita dari
semua ras adalah kelompok usia 15 sampai 19 tahun. Prevalensi gonore selama kehamilan
bervariasi, tetapi dapat mencapai 7% dan mencerminkan status resiko populasi. Faktor resiko
antara lain adalah lajang, remaja, kemiskinan, terbukti menyalahgunakan obat, prostitusi,
penyakit menular seksual lain dan tidak adanya perawatan prenatal.
Dengan bertambah banyaknya ragam antibiotik yang berhasil disintesis akhir-akhir ini
memperkuat dugaan sebelumnya bahwa uretritis gonore akan dapat terberantas secara tuntas.
Kenyataannya hal seperti ini tidak seluruhnya benar. Tidak jarang penderita uretritis gonore
tidak kunjung sembuh meskipun telah minum sendiri antibiotic yang mahal sekalipun.
1
Penderita lain dengan sakit yang sama berobat ke dokter, kemudian sembuh. Berdasarkan
pengalaman tersebut, setiap kali sakit setelah hubungan seksual, pasien selalu minum obat
yang sama tanpa memeriksakan diri ke dokter lebih dahulu. Kasus seperti ini sering terjadi
dalam praktek sehari-hari.
Diagnosa ditegakkan dari pemeriksaan klinis dan bakteriologis, terapi dengan
antibiotika golongan cephalosporin, quinolone, spectinomycin atau kanamycin dan yang
penting adalah edukasi terhadap penderita serta pasangannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Uretritis gonore merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman neisseria
gonorrhoeae dimana manusia merupakan satu-satunya penjamu (host) dengan manifestasi
berupa keradangan pada saluran kencing bagian depan (uretra).1
II.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, chlamydial yang paling sering dilaporkan di amerika serikat,
diikuti oleh gonorrhea. Prevalensi puncak klamidia dan gonore selama akhir tahun pada
wanita remaja dan selama awal 20an di pria. Koinfeksi umum, dengan prevalensi secara
keseluruhan sekitar 30 %, namun
disparities untuk kedua chlamydial dan infeksi gonococcal chlamydial infeksi 6 kali lebih
umum, gonore adalah umum di antara 20 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang
dewasa muda.2
Lymphogranuloma venereum (LGV) adalah sebuah infeksi menular sexual yang
disebabkan oleh c. trachomatis serovars L1, L2, atau L3. LGV jarang di amerika serikat
tetapi bertanggung jawab untuk 10 % ulkus penyakit kelamin di negara tropis. LGV endemik
di Asia Tenggara, Karibia, Amerika Latin, dan daerah dari Africa. 2
II.3 Etiologi
Morfologi
Neiserria gonorrhoeae merupakan kuman kokus gram negatif, berukuran 0,6 sampai
1,5 m, berbentuk diplokokus seperti biji kopi dengan sisi yang datar berhadap-hadapan.
Kuman ini tidak motil dan tidak membentuk spora. Neisseria gonorrheae dapat dibiakkan
dalam media Thayer Martin dengan suhu optimal 35- 37C, pH 6,5-7,5, dengan kadar C02
5%. Gonococci hanya memfermentasi glukosa dan berbeda secara antigen dari Neisseriae
lain. Gonococci biasanya menghasilkan koloni yang lebih kecil dibandingkan Neisseriae
lainnya. Gonococci yang membutuhkan arginin, hipoxantin dan urasil ( auksotipe Arg,
Hyx+, Ura+ ) cenderung tumbuh dengan sangat lambat pada kultur primernya. Gonococci
diisolasi dari specimen klinis atau dipertahankan oleh subkultur nonselektif yang memiliki
3
ciri koloni kecil yang mengandung bakteri yang berpili. Pada subkultur nonselektif, koloni
yang lebih besar yang mengandung gonococci nonpili juga terbentuk varian yang pekat dan
transparan pada kedua bentuk koloni ( besar dan kecil ) juga terbentuk, koloni yang pekat
berhubungan dengan keberadaan protein yang berada di permukaan, yang disebut Opa.
Kellog membedakan Neisseria gonorrhoea berdasarkan pertumbuhan koloninya pada
media agar, yaitu :
diberi tanda p. Makin kecil N.gonorrheae makin tinggi virulensinya, karena sel bakteri ini
memiliki pili yang memudahkan perlekatannya dengan dinding sel selaput lendir.
Mikrobiologi
Dengan mikroskop elektron, dinding N. gonorrheae terlihat mempunyai komponenkomponen permukaan yang diduga berperan pada pathogenesis virulensinya.
Komponen permukaan tersebut mulai dari lapisan dalam ke luar dengan susunan
sebagai berikut :
4
a. Membran sitoplasma
Membran ini menghasilkan beberapa enzim seperti suksinat dehidrogenase, laktat
dehidrogenase, NADH dehidrogenase dan ATP ase.
b. Lapisan peptidoglikan.
Lapisan ini mengandung beberapa jenis asam amino seperti pada kuman gram
negatif lainnya. Lapisan ini mengandung penicilline binding component yang
merupakan sasaran antibiotic penisilin dalam proses kematian kuman. Terjadi
hambatan sintesis dinding sel, sehingga kuman akan mati.
c. Membran luar ( dinding sel )
Membran ini terdiri atas beberapa komponen, yang terpenting adalah:
1) Lapisan
Lapisan ini memegang peranan dalam virulensi dan patogenesis kuman N.
gonorrhoea.
2) Pili
Pili merupakan bagian dinding sel gonokokus yang menyerupai rambut,
berbentuk batang dan terdiri dari subunit protein sekitar 1.800 dalton. Pili ini
dihubungkan dengan patogenisitas kuman yang sangat berperan dalam
perlekatan ( adhesi ) pada sel mukosa dan penyebaran kuman dalam inang.
3) Protein / Porin protein (por)
Dengan teknik elektroforesis dapat ditemukan protein pada lapisan dinding
sel gonokokus dengan berat sekitar 34-36 kilo Dalton yang dikenal dengan
porin protein (Por). Fungsi dari Por ini adalah sebagai penghubung anion
spesifik ke dalam lapisan yang mengandung lemak pada membrane luar.
# Opacity protein ( Opa )
Protein ini banyak ditemukan pada daerah perlekatan sel yang mempunyai
kemampuan menyesuaikan perubahan panas sel, membantu perlekatan
antar sel dalam koloni atau dengan sel epitel. Protein ini berukuran antara
24-28 K Dalton.
# Reduction Modifiable Protein (RMP)
Semua neisseria pathogen mempunyai protein RMP dengan berat molekul
30-31K Dalton. Protein ini memegang peran penting karena dapat
memblokade antibody yang ada dalam serum.
# H.8 protein
Peranan protein ini sampai sekarang belum diketahui dengan pasti.
4) Lipo Oligosakarida (LOS)
beberapa hari sampai beberapa minggu maka sering menimbulkan komplikasi lokal berupa
epididymitis, seminal vesiculitis dan prostatitis, yang didahului oleh gejala klinis yang lebih
berat yaitu sakit waktu kencing, frekuensi kencing meningkat, dan keluarnya tetes darah pada
akhir kencing. 1
Pada perempuan, cervix biasanya tempat pertama infeksi N. Gonorrhoeae lalu
menyebar kearah uretra dan vagina, meningkatkan sekresi cairan yang mukopurulen.
Ini
dapat berkembang ke tuba uterine, menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba.
Ketidaksuburan ( infertilitas ) terjadi pada 20% wanita dengan salpingitis karena gonococci.
Wanita dengan infeksi N. gonorrhoeae sering asymptomatic, tetapi jika mereka mengalami
gejala, yang paling umum adalah vaginal discharge (biasanya purulen), yang adalah hasil dari
endocervicitis.2 Pada kasus-kasus yang simtomatis dengan keluhan keputihan harus
dibedakan dengan penyebab keputihan yang lain seperti trichomoniasis, vaginosis,
candidiasis maupun uretritis non gonore yang lain. 1
Pada bayi, ophtalmia neonatorum yang disebabkan oleh gonococci, yaitu suatu infeksi mata
pada bayi yang baru lahir yang didapat selama bayi berada dalam saluran lahir yangterinfeksi.
Conjungtivitis inisial dengan cepat dapat terjadi dan bila tidak diobati dapat menimbulkan
kebutaan. Untuk mencegah ophtalmia neonatorum ini, pemberian tetracycline atau
erythromycin ke dalam kantung conjungtiva dari bayi yang baru lahir banyak dilakukan. 1
gonore adalah
endocervical dan uretra spesimen ( pada perempuan dan laki-laki, masing-masing ) juga bisa
konfirmasi diagnosis oleh menunjukkan adanya khas gram-negatif intraselular diplococci di
neutrofil. Probe dna, yang berlabel dengan sebuah penanda chemiluminescent organisme
spesifik, juga sering digunakan dan memiliki akurasi tes diagnostik yang sama ketika
dibandingkan dengan culture.Infeksi gonococcal juga dapat dideteksi dengan asam nukleat
amplifikasi tes; hasil tersedia dalam hitungan jam, tetapi ini ujian yang lebih mahal daripada
budaya.Pada pria, polymerase rantai reaksi alat tes urin sampel juga dapat digunakan, namun
ini adalah penting untuk memanfaatkan void urin pertama untuk meningkatkan sensitivitas
dan spesifisitas test tersebut.
Beberapa macam pemeriksaan laboratorium untuk deteksi Neisseria gonorrheae:
1. Pemeriksaan langsung dengan pewarnaan gram
Tampak kuman kokus berpasangpasangan terletak di dalam dan di luar sel darah putih
(polimorfonuklear). Pemeriksaan ini berguna terutama pada kasus gonore yang
bersifat simtomatis.
II.7 Pengobatan
II.7.1 Pengobatan Umum
9
Golongan Cephalosporin :
1. Cefixime 400 mg per oral.
2. Ceftriaxone 250 mg im.
Golongan Quinolone :
1. Ofloxacin 400 mg per oral.
2. Ciprofloxacin 500 mg per oral.
Spectinomycin : 2 gram intramuscular.
Kanamycin : 2 gram intramuscular.
Semua diberikan dalam dosis tunggal. Untuk Ciprofloxacin CDC menganjurkan untuk tidak
diberikan pada area geografi tertentu karena sudah resisten seperti Inggris, Wales, Kanada
sedangkan Asia, Kepulauan Pasifik, California dilaporkan masih peka dan sensitif. 1
Terapi uretritis gonore dengan komplikasi :
1.
2.
3.
4.
5.
antara 252 perempuan hamil menemukan angka kesembuhan dari 95% (95% CI,
90.6% -99,9%) untuk ceftriaxone (250 mg im), tingkat kesembuhan dari 89% (95%
CI, 82,5% - 96.0%) untuk amoksisilin (3 g po) ditambah probenesid (1 g po), dan
angka kesembuhan dari 95% (95% CI, 90.6% -99,9%) untuk spectinomycin (2 g im).
Ulasan tambahan pengobatan gonore pada kehamilan tersedia. Berdasarkan data
tersebut,
wanita
hamil
yang
terinfeksi
dengan
N.
gonorrhoeae
harus
diobati dengan sefalosporin direkomendasikan atau alternatif. Wanita yang tidak bisa
mentolerir cephalosporin harus diperlakukan dengan spectinomycin, jika tersedia,
atau peka untuk sefalosporin. Pembaruan pada ketersediaan spectinomycin
dapat ditemukan di situs Web CDC. 3
2. Alergi atau intoleransi
Orang yang tidak bisa mentolerir sefalosporin atau kuinolon harus diperlakukan
dengan spectinomycin, jika tersedia. Karena spectinomycin tidak cukup efektif
melawan infeksi faring, pasien yang telah dicurigai atau infeksi faring diketahui harus
memiliki budaya faring dievaluasi 3-5 hari setelah pengobatan, untuk memverifikasi
pemberantasan infeksi. Sebuah opsi pengobatan tambahan untuk pasien, termasuk
wanita hamil, dengan didokumentasikan riwayat reaksi alergi yang parah terhadap
penisilin atau sefalosporin adalah 2 g azitromisin. 3
3. Pada orang tua
Fluoroquinolones belum direkomendasikan bagi orang-orang di bawah usia 18 tahun
karena penelitian telah menunjukkan bahwa mereka dapat merusak tulang rawan
artikular pada beberapa hewan muda. Namun, tidak ada kerusakan sendi disebabkan
terapi kuinolon telah diamati pada anak-anak yang diobati dengan rejimen
ciprofloxacin berkepanjangan. Dengan demikian, anak-anak yang berat badan 145 kg
dapat diobati dengan regimen yang direkomendasikan untuk orang dewasa. 3
4. Infeksi HIV
Sedikit telah diterbitkan dalam beberapa tahun terakhir tentang presentasi atau respon
terhadap pengobatan gonore pada pasien dengan infeksi HIV. Tidak ada data yang
menunjukkan bahwa komplikasi gonore lebih umum di antara pasien dengan infeksi
HIV dibandingkan mereka tanpa infeksi HIV. Pasien yang mengalami infeksi
gonokokal dan juga HIV positif harus, karena itu, menerima perlakuan yang sama
Regimen sebagai orang-orang yang HIV negatif. 3
II.8 Komplikasi
II.8.1 Komplikasi pada pria
1. Uretritis
11
Paling sering dijumpai adalah uretritis anterior akuta dan dapat menjalar
kearah proksimal. Keluhan subyektif biasanya rasa gatal dan panas di sekitar
orifisium uretra eksterum (OUE), disusul disuria, polakisuria, keluar duh tubuh yang
kadang kadang disertai darah, dan rasa nyeri pada waktu ereksi.
Pada pemeriksaan tampak OUE eritematosa, edematosa, dan ektropion. Duh
tubuh tampak berwarna mukopurulen, Kadang juga disertai pembesaran kelenjar
getah bening inguinal unilateral atau bilateral.
2. Tysonitis
Kelenjar Tyson adalah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi biasanya
terjadi pada penderita dengan preputium yang sangat panjang dan kebersihan yang
kurang baik. Diagnosis dibuat berdasarkan ditemukannya butir pus atau
pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri tekan.
3. Parauretritis
Parauretritis ditandai dengan butir pus pada kedua muara parauretra. Sering
pada orang dengan OUE terbuka atau hipospadia.
4. Littritis
Pada pemeriksaan urin dengan uretroskopi, ditemukan bentukan benang
benang atau butir butir pada urin.
5. Cowperitis
Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala. Apabila infeksi terjadi
di kelenjar cowper dapat terjadi abses. Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan di
daerahperineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi, dan disuria.
Bila tidak diobati, abses dapat pecah dan mengakibatkan proktitis.
6. Prostatitis
Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah perineum dan
suprapubis, malaise, demam, disuria sampai hematuria, spasme otot uretra sampai
retensi urin, tenesmus ani, sulit buang air besar, dan obstipasi. Pada pemeriksaan
prostat didapatkan pembesaran prostat dengan konsistensi kenyal, nyeri tekan, dan
didapatkan fluktuasi bila telah terjadi abses.
Pada prostatitis kronis gejalanya ringan dan intermitten. Pada pemeriksaan
prostat terasa kenyal, berbentuk nodus, dan sedikit nyeri pada penekanan.
7. Vesikulitis
Merupakan radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan duktus
ejakulatoris, dapat timbul menyertai prostatitis akut atau epididimitis akut. Gejala
menyerupai gejala prostatitis akut, berupa demam, polakisuria, hematuria terminal,
nyeri saat ereksi atau ejakulasi, dan spasme mengandung darah.
Pada pemeriksaan melalui rectum dapat diraba vesikula seminalis yang
membengkak dan keras seperti sosis, memanjang di atas prostat.
8. Vas deferenitis atau funikulitis
12
Gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada sisi
yang sama.
9. Epididimitis
Epididimitis akut biasanya unilateral dan biasanya disertai deferentitis.
Keadaan yang mempermudah terjadinya epididimitis adalah trauma pada uretra
posterior yang disebabkan oleh salah penanganan atau kelalaian dari penderita sendiri.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan epididimis membengkak dan teraba panas. Pada
penekanan terasa nyeri. Bila mengenai kedua epididimis akan mengakibatkan
sterilitas.
10. Trigonitis
Infeksi assendens dari uretra posterior yang mengenai trigonum vesika
urinaria. Gejala trigonitis berupa poliuria, disuria terminal, dan hematuria.
II.8.2 Komplikasi pada wanita
1. Uretritis
Gejala utama adalah disuria, kadang juga poliuria. Pada pemeriksaan, OUE
tampak merah, edematosa, dan ada secret mukopurulen.
2. Parauretritis / Skenitis
Infeksi pada kelenjar parauretra, tetapi jarang terjadi abses.
3. Servisitis
Dapat asimtomatis, kadang juga terdapat rasa nyeri pada punggung bawah.
Pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan secret mukopurulen. Duh
tubuh akan terlihat lebih banyak, bila terjadi servisitis akut atau disertai vaginitis yang
disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.
4. Bartholinitis
Labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah, dan terdapat nyeri
tekan. Kelenjar bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila pasien berjalan dan
penderita sukar duduk. Bila saluran kelenjar tersumbat dapat timbul abses dan dapat
pecah melalui mukosa atau kulit. Bila tidak diobati akan menjadi rekuren atau
menjadi abses.
5. Salpingitis
Peradangan dapat bersifat akut, subakut, atau kronis. Ada bebrapa factor
predisposisi:
- Masa puerpurium (nifas)
- Dilatasi setelah kuretase
- Pemakaian IUD atau alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
Merupakan infeksi langsung dari serviks melalui tuba falopii sampai pada
daerah salping dan ovarium sehingga dapat menimbulkan penyakit radang panggul
yang dapat menimbulkan kehamilan ektopik dan sterilitas. Kira kira 10% wanita
dengan gonore akan berakhir dengan penyakit radang panggul. Gejalanya antara lain
13
nyeri pada abdomen bagian bawah, duh tubuh vagina, disuria, dan menstruasi yang
tidak teratur atau abnormal.4
II.8.3 Komplikasi lain
1. Infeksi gonokokal pada faring
Infeksi gonokokal faring umumnya asimtomatik. Beberapa penelitian terakhir
telah mengidentifikasi tinggi prevalensi infeksi gonokokal tanpa gejala faring dalam
populasi tertentu, seperti pasien klinik MSM, STD, dan pasien HIV-positif. Studi ini
menyoroti pentingnya memiliki pasien yang melaporkan riwayat tidak dilindungi oral
seks menjalani pengujian untuk infeksi gonokokal dari faring. Infeksi gonokokal
faring lebih sulit untuk memberantas daripada infeksi di urogenital dan anorektal
situs. Sebuah tinjauan baru-baru ini menemukan bahwa beberapa rejimen antimikroba
andal menyembuhkan 190% dari infeksi. Atas data tersedia, dianjurkan bahwa pasien
heteroseksual diobati dengan ceftriaxone (125 mg im) untuk infeksi gonokokal faring.
MSM dan pasien dengan sejarah perjalanan baru-baru ini yang sedang dirawat untuk
infeksi gonokokal faring harus menerima ceftriaxone (125 mg im) karena tingginya
prevalensi QRNG pada populasi ini. Seperti yang telah disebutkan di atas,
spectinomycin tidak cukup mengobati infeksi gonokokal faring dan tidak boleh
digunakan jika gonore faring mungkin. Data yang terbatas menunjukkan bahwa 2 g
azitromisin juga bisa menjadi pilihan untuk pengobatan infeksi gonokokal dari faring.
Meskipun klamidia koinfeksi faring tidak biasa, koinfeksi di situs genital kadangkadang terjadi. Oleh karena itu, perawatan untuk kedua gonore dan klamidia
dianjurkan. 2
2. Infeksi gonokokal pada rektum
Anogenital gonore sering tanpa gejala tetapi bisa timbul dengan berbagai gejala, dari
pruritis ringan atau tenesmus untuk proctitis terbuka. Sekitar 35% -50% dari wanita
dengan servisitis gonokokal juga terinfeksi dalam rectum dan 25% dari LSL dengan
gonore pada setiap anatomi situs terinfeksi dalam rektum. Dukungan data saat
mengobati infeksi gonokokal anorektal dengan rejimen yang digunakan untuk
mengobati infeksi gonokokal urogenital. 2
3. Infeksi gonokokal pada mata
Neonatal conjungtivitis atau opthalmia neonatorum. Beberapa infeksi mata yang
terjadi pada bayi sampai usia 1 bulan dapat diklasifikasikan menjadi opthalmia
neonatorum. Faktor risiko terbesar untuk mengembangkan ophthalmia neonatorum
adalah infeksi maternal atau STD pada saat pengiriman. Ibu mungkin tidak memiliki
gejala apapun selama persalinan dan masih bisa menularkan infeksi. Jika Anda sedang
hamil, penting untuk mendiskusikan PMS yang Anda miliki atau telah di masa lalu.
14
Anda dan dokter Anda dapat mengembangkan rencana untuk melindungi bayi Anda
dari infeksi selama persalinan. 4
4. Sindroma arthritis dermatitis (Reactive arthritis / Reither Syndrome)
Infeksi kadang menyebar melalui aliran darah ke satu atau beberapa sendi, dimana
sendi menjadi bengkak dan sangat nyeri, sehingga pergerakannya menjadi terbatas.
Infeksi melalui aliran darah juga dapat menimbulkan bintik bintik merah berisi
nanah di kulit, demam, rasa tidak enak badan, atau nyeri pada sendi yang berpindah
dari sendi satu ke sendi yang lain. Trias klasik arthritis, uretritis nongonococcal,
dan konjungtivitis (yaitu, sebelumnya dikenal sebagai sindrom Reiter) pertama kali
dijelaskan oleh Hans Reiter di 1.916. Ini lebih sering terjadi pada pria daripada wanita
dengan C. trachomatis menyebabkan arthritis bernanah reaktif, biasanya dilihat
sebagai oligoarthritis asimetris, terutama di tungkai bawah. Temuan klasik
pembengkakan di tumit dan / atau sosis jari atau jari kaki yang disebabkan oleh
seragam peradangan. Manifestasi dermatologis termasuk keratoderma blennorrhagica,
yang dimulai sebagai jelas vesikel pada basis eritematosa yang berkembang menjadi
makula, papula, dan nodul, biasanya ditemukan pada telapak kaki, telapak tangan,
batang, dan kulit kepala. 2
dihipotesiskan
bahwa
menaik
tersebut
penyebaran
menular
seksual
15
1930
dan
dikonfirmasi
oleh
Fitz-Hugh
pada
tahun
1934
setelah
menggambarkan peritonitis gonokokal akut di kuadran kanan atas dengan "biolastring adhesi" antara kapsul hati dan perut wall. Sindrom Fitz-Hugh-Curtis adalah
perihepatitis atau peradangan dari kapsul hati, di mana pasien datang
dengan tajam, kuadran kanan atas pleuritik pain. Diagnosis sindrom Fitz-Hugh-Curtis
dibuat secara klinis dalam pengaturan PID dengan menghilangkan penyebab lain dari
kanan nyeri kuadran atas. Tingkat enzim hati biasanya normal. Computed tomography
dari perut mengungkapkan kapsuler hati atau enhancement pericapsular. Satu-satunya
metode diagnosis definitif laparoskopi dengan visualisasi langsung dari kapsul hati
untuk mengidentifikasi perlengketan antara hati dan dinding perut; namun,
laparoskopi
dijamin
hanya
jika
gejala
tidak
menyelesaikan
Salah satu metode terbaik untuk mencegah komplikasi gonore dan / atau infeksi
Chlamydia (misalnya, PID) adalah skrining remaja yang aktif secara seksual dan dewasa
muda. Pendidikan pasien sangat penting, menekankan penggunaan kondom (perlindungan
penghalang) selama kegiatan seksual. Jika pasien telah didiagnosis dengan gonore atau
klamidia, semua kontak seksual harus dirujuk untuk pengujian dan pengobatan. Pengujian
untuk PMS lainnya juga dianjurkan. Pasien harus dianjurkan untuk menjauhkan diri dari
hubungan seksual sampai pengobatan mereka selesai dan semua mitra telah dievaluasi dan
diobati. 1
18
BAB III
KESIMPULAN
Uretritis gonore (gonorrheae) merupakan penyakit hubungan seksual yang disebabkan
oleh kuman Neiserria gonorrheae yang menyerang uretra pada laki-laki dan endocervix pada
wanita, paling sering ditemukan dan mempunyai insiden yang cukup tinggi.
WHO memperkirakan bahwa tidak kurang dari 25 juta kasus baru ditemukan setiap
tahun di seluruh dunia. Di Amerika Serikat diperkirakan dijumpai 600.000 kasus baru setiap
tahunnya. Neiserria gonorrheae merupakan kuman kokus gram negatif, berukuran 0,6 - 1,5
m, berbentuk diplokokus seperti biji kopi dengan sisi yang datar berhadaphadapan. Kuman
ini tidak motil dan tidak membentuk spora.
Masa tunas gonore sangat singkat, pada waktu masa tunas sulit untuk ditentukan
karena pada umumnya bersifat asimtomatis. Umumnya penyulit akan timbul jika uretritis
tidak cepat diobati atau mendapat pengobatan yang kurang adekuat. Di samping penyulit,
uretritis gonore pada umumnya bersifat lokal sehingga penjalarannya sangat erat dengan
susunan anatomi dan faal alat kelamin.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium.
Diagnosis pada laki-laki jauh lebih mudah daripada wanita, baik secara klinis maupun
laboratorium, karena pada wanita seringkali asimtomatis. Pada dasarnya pengobatan uretritis
baru diberikan setelah diagnosis ditegakkan. Antibiotik canggih dan mahal tanpa didasari
diagnosis, dosis dan cara pemakaian yang tepat tidak akan menjamin kesembuhan dan
bahkan dapat memberi dampak berbahaya dalam penggunaannya, misalnya resistensi kuman
penyebab.
Pengobatan yang benar meliputi pemilihan obat yang tepat serta dosis yang adekuat
untuk menghindari resistensi kuman. Melakukan tindak lanjut secara teratur sampai
penyakitnya dinyatakan sembuh. Sebelum penyakitnya benar benar sembuh dianjurkan
19
untuk tidak melakukan hubungan seksual. Pasangan seksual harus diperiksa dan diobati agar
tidak terjadi fenomena ping pong.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ernawati. Jurnal Urethritis gonorrea. 2011
2. Bernard M. Karnath, MD. Review of clinical sign: Manifestations of
Gonorrhea
and
Chlamydial
Infection.2010Tahir
M,
consultan
20