Anda di halaman 1dari 49

CEDERA SARAF PERIFER

Peripheral Nerve Injury atau


cedera saraf perifer adalah
istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan kerusakan saraf
di luar otak atau sumsum tulang
belakang.

ETIOLOGI

Trauma
Tekanan yang akut.
Idiopatik
Kelahiran
Infeksi
Neurologis
Neoplastik
Toxic
iatrogenik

KLASIFIKASI
Cedera akson, dapat dibagi menurut Seddon dan
sunderland
Menurut Seddon 1943
1. Neuropraksia
2. Aksonotmesis
3. Neurotmesis
Menurut Sunderland 1951 derajat 1-5

Klasifikasi menurut Seddon


1. NEUROPRAXIA
. Terjadi penekanan pada serabut saraf.
. Bersifat ringan.
. Gangguan hanya terjadi selama
penekanan berlangsung.
. Tidak terjadi kelainan pada struktur
serabut saraf.
. Gangguan akan berakhir bila
penekanan hilang

2. AXONOTMESIS
Kerusakan saraf sampai pada
axon, tetapi selubung axon masih
baik.
Walau axon rusak, namun bila
selubung axon masih baik maka
akan terjadi regenerasi.
Pada 1-2 minggu pertama pasca
trauma, kondisi cenderung tetap

3. NEUROTMESIS
- Kerusakan terjadi pada axon dan selubung axon,
sehingga terjadi degenerasi Wallerian, di mana degenerasi
terjadi kearah distal dan proximal.
- Kondisi memburuk pada 1-2 minggu pertama.

Klasifikasi Menurut Sunderland


Cedera saraf Tingkat I
Disebut juga neuropraxia.
Kerusakan pada serabut myelin, hanya terjadi
gangguan kondisi saraf tanpa terjadinya
degenrasi wallerian.
Saraf akan sembuh dalam hitungan hari setelah
cedera, atau sampai dengan empat bulan.
Penyembuhan akan sempurna tanpa ada
masalah motorik dan sensorik.

Cedera saraf tingkat II


Disebut juga axonotmesis,
Terjadi diskotinuitas myelin dan aksonal,
Tidak melibatkan jaringan encapsulating,
epineurium dan perineurium, juga akan sembuh
sempurna.
Bagaimanapun, penyembuhan akan terjadi lebih
lambat daripada cedera tingkat pertama.

Cedera saraf tingkat III


Cedera ini melibatkan kerusakan myelin, akson
dan endoneurium.
Cedera akan sembuh dengan lambat, tetapi
penyembuhannya hanya sebagian.
Penyembuhan tergantung pada beberapa faktor,
seperti semakin rusak saraf, semakin lama pula
penyembuhan terjadi.

Cedera saraf tingkat IV


Cedera ini melibatkan kerusakan myelin, akson,
endoneurium dan perineurium.
Cedera derajat ini terjadi bila terdapat skar pada
jaringan saraf, yang menghalangi
penyembuhan.

Cedera saraf tingkat V


Cedera ini melibatkan pemisahan sempurna dari
saraf, seperti saraf yang terpotong.
Cedera saraf tingkat empat dan lima
memerlukan tindakan operasi untuk sembuh.

Degenerasi Wallerian

Patofisiologi
Lesi saraf tepi dapat mengakibatkan
demielinasi atau degenerasi aksonal.
Secara klinis, baik demielinasi dan
degenerasi aksonal akan mengakibatkan
gangguan dari indera dan atau fungsi
motorik dari saraf yang terluka. Pemulihan
fungsi terjadi dengan re-myelination dan
dengan regenerasi aksonal dan reinervasi
dari reseptor sensorik, ujung otot, atau
keduanya.

Klinis
Terdapatnya gangguan motorik dan sensorik
tergantung pada saraf terkena.
Pada motorik akan terjadi hilangnya fungsi otot dan
jaringan.
Pada sensorik akan terjadi anestesi, parastesia,
disestesia, hipoalgesia, hiperestesia, hiperalgesia
dan allodonia.

MANIFESTASI KLINIS
1. Kausalgia yaitu nyeri hebat seperti
terbakar, sepanjang distribusi serabut saraf
yang mengalami kerusakan persial.
2. Hiperestesia
3. Perubahan trofik pada kulit
4. Hiperaktivitas vasomotor, hiperaktivitas
kerja syaraf yang menimbulkan perubahan
pada diameter pembuluh darah, biasanya
vasokontriksi.

Penilaian Klinis
Pemeriksaan Motorik
Pemeriksaan semua fungsi motor & sensori.
Menentukan apakah kehilangan distal sisi
cedera lengkap atau tidak.
- Pemeriksaan motor : cukup sebagai bukti
regenerasi bila pemulihan jelas.

Tanda klinis regenerasi saraf


1. Autonomik (sweating)
2. Sensation (pada daerah yang disarafi)
3. Motorik

Tinel Sign
Melakukan penekanan pada pertengahan ligamentum carpi
transversum (volare).
- (+) : timbul nyeri, berarti terdapat penjepitan saraf (entrapment).
- Tanda Tinel (+) hanya menunjukkan regenerasi serabut halus dan
tidak menunjukkan apapun tentang kuantitas dan kualitas yang
sebenarnya dari serabut yang baru.
Disisi lain, interupsi saraf total ditunjukkan oleh tiadanya respons
sensori distal (tanda Tinel negatif) setelah waktu yang memadai
telah berlalu untuk terjadinya regenerasi serabut halus (4-6
minggu).
-

Berkeringat
Kembalinya keringat didaerah otonom
menunjukkan regenerasi serabut
simpatis bermakna.
Pemulihan ini mungkin mendahului
pemulihan motorik atau sensori dalam
beberapa minggu atau bulan, karena
serabut otonom pulih dengan cepat.
Pemulihan berkeringat tidak selalu berarti
akan diikuti fungsi motorik atau sensori.

Pemulihan Sensori
Tanda yang berguna, terutama bila terjadi didaerah
otonom dimana tumpang tindih saraf berdekatan minimal.
Daerah otonom saraf medial : permukaan volar dan
dorsal telunjuk dan permukaan volar jempol.
Saraf radial tidak mempunyai daerah otonom yang tegas.
Bila terjadi kehilangan sensori pada distribusi ini,
biasanya mengenai sejumput daerah anatomis tertentu.
Daerah otonom saraf ulnar : permukaan palmar 11 falang
distal kelingking.
Daerah otonom saraf tibial : tumit & sebagian telapak kaki,
sedang saraf peroneal adalah tengah dorsal kaki.
Pemulihan sensori, bahkan pada daerah otonom,
tidak pasti diikuti pemulihan motorik.

KERANGKA WAKTU UNTUK PEMULIHAN


Waktu yang diperlukan untuk pemulihan setelah
neurapraksia adalah 1-4 bulan, dan setelah
aksonotmesis 4-9 bulan.
Cedera ekstremitas proksimal perlu waktu lebih
lama untuk memperlihatkan fungsi klinis
dibandingkan cedera distal, dan
Cedera ekstremitas luas yang menyebabkan lesi
saraf berganda memerlukan masa yang lebih
lama untuk kembalinya fungsi klinis dibanding
cedera yang mengakibatkan disfungsi saraf
terbatas.

LESI PLEXUS BRACHIALIS

PLEKSUS BRACHIALIS

LESI PLEKSUS BRACHIALIS

Umum/menyeluruh :
* Fibrilasi
* Nyeri spontan
* Hipalgesia
* Parastesia

* Sindrom Erb-Duchenne
Peregangan leher & bahu
secara berlebihan
* Sindrom Klumke
Ekstremitas superior ditarik ke
atas secara paksa

ERB DUCHENNE SYNDROME


Plexus Atas ( C5, C6 )
Penyebab:
- Kompresi atau robekan
(biasanya trauma lahir)

Abduksi dan
rotasi eksterna lengan(-)
Fleksi dan supinasi
lengan bawah (-)
waiters tip position
Sensoris :
Hipestesia permukaan
deltoideus radialis lengan
bawah dan tangan

KLUMPES SYNDROME
Plexus Bawah ( C8,T1 )

Penyebab :
Trauma
Kompresi

Claw hand (intrinsic hand muscle


dan otot-otot fleksor pergelangan tangan)
Sensoris :
Hipestesia tipe ulnar
Sindrom horner
Edema, cianosis, perubahan trofik
pada kuku

Plexus brakialis, arteri subklavia dan vena subklavia.

Thoracic Outlet Syndrome


Nyeri pada leher dan pundak
Paraesthesia forearm
Kelemahan otot-otot tenar dan
interosseus
Penekanan vaskuler :
Fenomena Raynauds
Perubahan tropik pada kuku
Pucat pada saat elevasi lengan
Adsons sign (hilangnya
pulsasi radialis ketika
abduksi lengan dan eksorotasi bahu

Plexus brakialis, lower cervical and uper thoracic roots.


Pancoasts tumor
Nyeri sekitar bahu dan sisi medial lengan
Hipestesia sesuai T8 T1
Sindroma horner
Penyebab: Tumor apex paru
N. Suprascapularis ( C5-6 )

Abduksi lengan atas (-)


Eksorotasi (-)

N. THORACALIS LONGUS C 5 - 7
WINGING PHENOMENA

Winging skapula jika dilakukan gerakan mendorong ke depan


Kesukaran mengangkat lengan keatas pada bidang horisontal
Penyebab:
Trauma daerah leher
Beban terlalu berat pada bahu
Limitted brachial neuritis
Diabetes melitus

N. Axillaris ( C5-6 )

Kelemahan abduksi sendi bahu


Kelemahan rotasi eksterna
Hipesthesia bagian luar bahu
Nyeri bila terdapat neuritis

Penyebab :
Jarang timbul sendiri
Lesi medulla spinalis
Fraktur dislokasi caput humeri
Neuritis axillaris

N. Muskulokutaneus ( C5-6 )

Motoris :
Kelemahan flexi lengan bawah
Supinasi (-)
Reflek bisep (-)
Sensoris :
Hipesthesia antero lateral
lengan bawah

Penyebab :
Jarang terkena sendiri
Fraktur humeri
Aneurysma
Trauma

N. Radialis ( C6-8 dan T1)


Saturday night palsy
Motoris :
Wrist drop
Ekstensi ibu jari, palang proksimal
dan sendi siku (-)
Tangan pronasi dengan fleksi
pergelangan tangan dan jari.
Reflek trisep, radialis,
dan periosteal radialis (-)
Supinator reflek (-)
Sensori :
Paling menonjol permukaan
radialis dorsal tangan
Nyeri jarang.

Paling sering terjadi cedera


Penyebab :
Fraktur humerus,Penekanan lama,Injeksi intra muskuler,Tumor
Tuberkulosa tulang,Fraktur collum ulna,Neuritis

N. Medianus ( C6-8, T1 )

APE hand
Motoris:
Pronasi dan fleksi lengan bawah (-)
Pergelangan tangan abduksi
dan fleksi melemah
Ibu jari sebidang dgn tangan,
atrofi tenar, fleksi ibu jari (-),
abduksi di bidangnya sendiri (-),
genggaman tangan melemah,
jari cenderung ekstensi dan adduksi,
fleksi phalang distal
ibu jari dan telunjuk (-)
Sensoris :
Sesuai distribusi cutaneus N. Medianus,
konstan pada phalang distal jari I dan II.
Paralisis otot-otot
fleksor-pronator dan tenar

Setinggi Ligamentum carpal transversum

Carpal Tunnel Sindrom


Nyeri terutama malam
Atropi dan kelemahan otot
tenar: abduktor
dan opponen pollicis
Tinels sign (+)
Hipesthesia telapak tangan
bagian radial
serta sisi palmar tiga jari
yang pertama

Penyebab:
Penebalan jaringan ikat ok:
RA,Akromegali,Hipothiroidism,Amyloid desease,
Retensi cairan: kehamilan, kegemukan.

N. Ulnaris ( C8, T1 )

Motoris:
Claw hand
Fleksi phalank proksimal
atau distal jari IV dan V (-)
Jari tangan V abduksi
Ektensi phalang II dan distal
setiap jari tangan (-)
Adduksi dan abduksi
seluruh jari tangan (-)
Froment sign (+)
(memegang kertas dg. Ibu jari dan
telunjuk di gantikan dengan
gerakan fleksi ibu jari)

Akibat kontraksi tanpa lawan dari M. extensor digitorum komunis jari IV dan V
Sebagai kompensasi paralisis
m. adduktor pollicis

Sensorik:
Hipesthesia sisi ulnar
tangan baik sisi dorsal
atau palmar, jari manis, dan yang
paling menonjol jari kelingking.

Plexus Lumbalis( T12 dan L1-5 )

N. Cutaneus Femoralis Lateralis

Parestesia meralgia dari ROTH


Rasa tebal, kesemutan dan nyeri sisi luar dan depan
paha terutama saat jalan dan berdiri

Sering terjadi
Penyebab:
Neuritis
Angulasi
Tekanan fasia, kegemukan, flat feet, spondilitis, tekanan pakaian ketat.
Tanda pertama dari tumor medula spinalis lumbalis

N. Femoralis dan N.Obturatorius

N. Femoralis ( L2-4 )

Motorik:
Fleksi paha ke badan (-) (m. iliopsoas)
Ekstensi tungkai, reflek patela (-)
m. Quadrisep femoris
Sensoris:
Sesuai dengan distribusi,
paling nyata pada lutut

Penyebab:
Lesi pada medula spinalis, cauda equina.Tumor pelvis.Abses m. psoas
Fx. Pelvis dan femur atas.Trauma forcep,Aneurysma a. femoralis,Neuritis DM

N. Obturatorius ( L2-4 )

Motorik:
Rotasi eksterna dan adduksi paha (-)
Kesulitan menyilangkan tungkainya
diatas yang lain
Adduktor reflek (-)
Sindrom Howship-Rhomberg
Sensoris :
Nyeri menjalar sepanjang permukaan
dalam paha paling nyata pada lutut

Penyebab:
Kehamian
Persalinan dengan cunam/forcep
Hernia Obturatoria

Plexus Sakralis

N. Gluteus Superior ( L4-5, S1


Kelemahan abduksi tungkai
Gangguan berjalan Panggul miring kesisi KL jika px. berdiri pada tungkai yg sakit

N. Gluteus Inferior ( L5, S1-2 )

Kesulitan bangkit dari posisi duduk, berlari, melompat atau memanjat tangga.
Otot-otot pantat kontraktur IPS.
Kekuatan otot ekstensor pada panggul lemah

N. Ischiadikus( L4-5, S1-3 )

Motoris:
Hamstring paralysis
(fleksi tungkai (-))
Steppage gait : paralysis seluruh
otot tungkai dan kaki,
berdiri diatas tumit dan jari (-)
Reflek aschilles dan plantar (-)
Sensoris:
Hipestesia tungkai
sebelah luar dan seluruh
kaki kecuali lengkung sisi medial
dan malleolus medialis
Nyeri casualgia ( terutama N. tibialis)

Penyebab:
HNP,Dislokasi sendi panggul,Trauma persalinan
Tumor,Injeksi obat-obatan,Osteoarthritis,Polineuritis

N. Peroneus Communis( L4-5, S1-2 )

Motoris:
Drop foot
(Dorsofleksi kaki dan
phalang proksimal jari
kaki (-))
Steppage gait
(Lutut terangkat tingi dengan
kaki tergantung fleksi dan adduksi)
Abduksi dan eversi kaki (-)
Berdiri dengan tumit (-),
Sensorik:
Hipestesia dorsum
kaki dan sisi luar tungkai

Penyebab:
Neuritis primer
(tersering)

N. Tibialis( L4-5, S1-3 )

Motorik:
Fleksi plantaris, adduksi, inversi kaki (-)
Fleksi, abduksi, adduksi, jari kaki (-)
Berdiri denagn ujung jari kaki (-)
Berjalan sukar, melahkan, dan sering nyeri
Reflek aschilles (-)
Claw foot
Sensoris:
Hipestesia telapak kaki, permukaan lateral tumit,
permukaan plantar jari kaki serta phalang unguium
Nyeri sifatnya causalgia hebat.

Sering terdapat pada lesi yang parsial dan iritatif

Jepitan di bawah malleolus medialis

Tarsal Tunnel Sindrom


Kelemahan fleksi ibu jari
Hipestesia atau nyeri meliputi kaki
medial anterior dan ibu jari kaki
Ketukan pada malleolus
medial tepat diatas
m. fleksor retinakulum
menimbulkan parestesia dan nyeri.

Terapi operatif dengan dekompresi hasilnya memuaskan.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai