Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang kebebasan dan
tanggung jawab mahasiswa stikes santa Elisabeth medan dalam mata kuliah etika
dan moral.
Kami banyak mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah mempercayai kami untuk mengerjakan tugas ini.dengan
adanya makalah ini kami mengahrapkan bagi pembaca untuk dapat menambah
ilmu dan pengetahuan tentang kebebesan dan tanggungjawab mahasiswa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna baik isi
maupun susunan bahasanya, mengingat waktu dan kemampuan kelompok yang
terbatas. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
nantinya berguna untuk perbaikan dimasa mendatang.
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
ARISHA SIHOMBING
DESNAWATI SITOHANG
Sr.BLANDINA .KYM
JENNI SINAGA
LAVENIA SINAGA
MAHGADALENA NAPITUPULU
RESTU SITUMORANG
TRESIA SITORUS
TRISNA SIDABUTAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Mahasiswa yang pada dasarnya merupakan subjek atau pelaku di dalam
pergerakan pembaharuan atau subjek yang akan menjadi generasi-generasi
penerus bangsa dan membangun bangsa dan tanah air ke arah yang lebih baik
dituntut untuk memiliki etika. Etika bagi mahasiswa dapat menjadi alat kontrol di
dalam melakukan suatu tindakan. Etika dapat menjadi gambaran bagi mahasiswa
dalam mengambil suatu keputusan atau dalam melakukan sesuatu yang baik atau
yang buruk. Oleh karena itu, makna etika harus lebih dipahami kembali dan
diaplikasikan di dalam lingkungan mahasiswa yang relitanya lebih banyak
mahasiswa yang tidak sadar dan tidak mengetahui makna etika dan peranan etika
itu sendiri, sehingga bermunculanlah mahasiswa-mahasiswi yang tidak memiliki
akhlaqul karimah, seperti mahasiswa yang tidak memiliki sopan dan santun
kepada para dosen, mahasiswa yang lebih menyukai hidup dengan bebas,
mengonsumsi obat-obatan terlarang, pergaulan bebas antara mahasiswa dengan
mahasiswi, berdemonstrasi dengan tidak mengikuti peraturan yang berlaku
bahkan hal terkecil seperti menyontek disaat ujian dianggap hal biasa padahal
menyontek merupakan salah satu hal yang tidak mengindahkan makna dari etika.
Realita banyaknya bermunculan para koruptor di Indonesia disebabkan oleh
seseorang yang tidak memahami arti kata dari iman dan etika. Banyak orang yang
beranggapan dan meyakini para koruptor yang ada sekarang adalah seorang yang
dahulunya terbiasa melakukan tindakan menyontek di saat ujian tanpa merasa
bersalah, lebih tepatnya mencontek memiliki makna yang sama dengan
kecurangan. Jadi menyontek diibaratkan dengan korupsi mengambil hak
seseorang tanpa izin dan meraih sesuatu tanpa memikirkan apakah cara yang
digunakannya benar atau salah dan ini semua berhubungan dengan etika.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KEBEBASAN
A. PENGERTIAN KEBEBASAN
Dalam KBBI bebas adalah lepas sama sekali (tidak terhalang, terganggu,
dsb sehingga dapat bergerak, berbicara, berbuat, dsb dengan leluasa). Dalam
filsafat pengertian kebebasan adalah Kemampuan manusia untuk menentukan
dirinya sendiri. Kebebasan lebih bermakna positif, dan ia ada sebagai konsekuensi
dari adanya potensi manusia untuk dapat berpikir dan berkehendak. Sudah
menjadi kodrat manusia untuk menjadi mahluk yang memiliki kebebasan, bebas
untuk berpikir, berkehandak, dan berbuat.
Lebih jauh, Kamus John Kersey mengartikan bahwa kebebasan adalah
sebagai kemerdekaan, meninggalkan atau bebas meninggalkan. Artinya, semua
orang bebas untuk tidak melakukan atau melakukan suatu hal. Pengertian yang
lebih banyak memiliki unsur-unsur hukum bisa dilihat dari definisi kebebasan
dari Kamus Hukum Black. Menurut Black, kebebasan diartikan sebagai sebuah
kemerdekaan dari semua bentuk-bentuk larangan kecuali larangan yang telah
diatur didalam undang-undang.
Beberapa Arti Kebebasan
a) Kebebasan Sosial Politik
Dalam perspektif etika, kebebasan juga bisa dibagi antara kebebasan sosialpolitik dan kebebasan individual. Subyek kebebasan sosial-politik yakni, yang
disebut bebas di sini adalah suatu bangsa atau rakyat. Kebebasan sosial-politik
sebagian besarnya merupakan produk perkembangan sejarah, atau persisnya
produk perjuangan sepanjang sejarah.
Ada dua bentuk kebebasan rakyat dengan kekuasaan absolute raja, contoh
piagam Magna Charta (1215), yang terpaksa dikeluarkan oleh Raja John untuk
memberikan kebebasan-kebebasan tertentu kepada baron dan uskup Inggris.
Kedua kemerdekaan dengan kolinialisme, contoh The Declaration of Indepndence
(1766), dimana Amerika Serikat merupakan negara pertama yang melepaskan
dari kekuasaan Inggris.
b) Kebebasan Individual
arti
kesewenang-wenangan
sebenarnya
tidak
pantas
disebut
kebebasan.
Di sini kata bebas disalahgunakan. Sebab, bebas sesungguhnya tidak
berarti lepas dari segala keterikatan. Kebebasan yang sejati mengandaikan
keterikan oleh norma-norma. Norma tidak menghambat adanya kebebasan, tapi
justru memungkinkan tingkah laku bebas.
Kebebasan Fisik
Yakni, bebas diartikan dengan tidak adanya paksaan atau rintangan dari
luar. Ini merupakan pengertian yang dangkal, karena bisa jadi secara fisik
seseorang dipenjara, tetapi jiwanya bebas merdeka. Sebaliknya, ada orang yang
secara fisik bebas, tetapi jiwanya tidak bebas, jiwanya diperbudak oleh hawa
nafsunya, dan lain-lain.
Biarpun dengan kebebasan fisik belum terwujud kebebasan yang
sebenarnya, namun kebebasan ini patut dinilai positif. Jika kebebasan dalam
arti kesewenang-wenangan harus ditolak sebagai penyalahgunaan kata
kebebasan, maka kebebasan fisik bisa kita hargai tanpa ragu-ragu.
Kebebasan Yuridis
Kebebasan ini berkaitan dengan hukum dan harus dijamin oleh hukum.
Kebebasan yuridis merupakan sebuah aspek dari hak-hak manusia.
Sebagaimana tercantum pada Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi
Manusia (HAM), yang dideklarasikan oleh PBB tahun 1948.
Kebebasan dalam artian ini adalah syarat-syarat fisis dan sosial yang
perlu dipenuhi agar kita dapat menjalankan kebebasan kita secara konkret.
Kebebasan yuridis menandai situasi kita sebagai manusia. Kebebasan ini
mengandalkan peran negara, yang membuat undang-undang yang cocok untuk
keadaan konkret.
Kebebasan yang didasarkan pada hukum kodrat, sama dengan hak asasi
manusia seperti dirumuskan dalam deklrasi universal. Manusia bebas
bekerja, memilih profesinya dan mempunyai milik sendiri, menikah,
dan banyak hal lain lagi. Terdapat pula kebebasan beragama dan hati
nurani.
Kebebasan yang didasarkan pada hukum positif, diciptakan oleh negara
melalui penjabaran dan perincian kebebasan yang didasarkan pada
hukum kodrat.
Kebebasan Psikologis
Adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk mengembangkan serta
mengarahkan hidupnya. Nama lain untuk kebebasan psikologis itu adalah
kehendak bebas (free will). Kemampuan ini menyangkut kehendak, bahkan
ciri khas. Kebebasan ini berkaitan erat dengan kenyataan bahwa manusia
adalah makhluk berrasio.
Jika manusia bertindak bebas, itu berarti ia tahu apa yang diperbuatnya
dan apa sebab diperbuatnya. Berkat kebebasan ini ia dapat memberikan suatu
makna kepada perbuatannya. Kemungkinan untuk memilih antara pelbagai
alternatif merupakan aspek penting dari kebebasan psikologis.
Kebebasan Moral
Sebetulnya masih terkait erat dengan kebebasan psikologis, namun tidak
boleh disamakan dengannya. Kebebasan moral mengandaikan kebebasan
psikologis, sehingga tanpa kebebasan psikologis tidak mungkin terdapat
kebebasan moral. Namun, kebebasan psikologis tidak berarti otomatis
menjamin adanya kebebasan moral.
1. TANGGUNG JAWAB
A. TANGGUNG JAWAB DAN KEBESAN
Tanggungjawab berkaitan dengan penyebab. Yang bertanggung jawab
hanya yang menyebabkan atau yang melakukan tindakan. Tidak ada
tanggungjawab tanpa kebebasan dan sebaliknya. Bertanggung jawab berarti dapat
menjawab, bila ditanyai tentang perbuatan-perbuatan yang dilakukan. Orang yang
bertanggung jawab dapat diminta penjelasan tentang tingkah lakunya dan bukan
saja ia bisa menjawab tetapi juga harus menjawab.
Tanggung jawab berarti bahwa orang tidak boleh mengelak bila diminta
penjelasan tentang tingkah laku atau perbuatannya. Dalam tanggung jawab
terkandung pengertian penyebab. Orang bertanggung jawab atas sesuatu yang
disebabkan olehnya. Orang yang tidak menjadi penyebab suatu akibat maka dia
tidak harus bertanggung jawab juga. Tanggung jawab bisa berarti langsung atau
tidak langsung.
Tanggung jawab pun bisa berarti prospektif ataupun retrospektif.
apa yang dilakukan seseorang, yang berkaitan dengan tugasnya dan kewajiban
terhadap apa yang dilakukannya..
Mari kita memandang beberapa contoh di mana terlihat bahwa tentang
perbuatan yang kira-kira sama jenisnya satu orang bertanggung jawab dan orang
lain tidak bertanggung jawab, sedangkan orang lain lagi lebih atau kurang
bertanggung jawab dibanding temannya. Semua contoh menyangkut kasus
pencurian. Dengan mencuri kita maksudkan: mengambil barang milik onang
lain tanpa izin. Yang terjadi dalam semua contoh ini adalah bahwa orang mengambil tas milik orang lain berisikan satu juta rupiah tanpa izin pemiliknya. Kita bisa
membayangkan kasus-kasus berikut ini, lalu mempelajari derajat tanggung
jawabnya. Bagaimana tingkat tanggungjawab dari kasus dibawah ini apakah yang
bersangkutan bisa dikenakan sanksi pencurian :
Yanti di Rumah Sakit mencuri, karena dalam hal ini ia sangka ia boleh
mencuri.
Yanti ini seorang janda yang mempunyai lima anak yang masih kecil.
Mereka sudah beberapa hari tidak dapat makan, karena uangnya sudah
habis sama seakali. Ia sudah menmpuh segala cara yang dapat dipirkan
untuk memperolah makanan yang dibutuhkan. Mengemispun ia sudah
coba. Tapi sampai sekarang ia gagal terus. Pada suatu ketika kebetulan ia
mendapat kesempatan emas untuk mencuri tas berisikan uang. Cipluk
berpendapat bahwa dalam hal ini ia boleh mencuri.
BAB III
KESIMPULAN
3.1.KESIMPULAN
Dari uraian yang telah disampaikan dapat disimpulkan bahwa kebebasan
adalah tidak dalam keadaan diam, tetapi dapat melakukan apa saja yang dinginkan
selama masih dalam norma-norma atau peraturan-peraturan yang telah ada dalam
kehidupan pribadi, keluarga , masyarakat, dan Negara.
Tanggung jawab diartikan sebagai usaha manusia untuk melakukan
amanah secara cermat, teliti, memikirkan akibat baik dan buruknya, untung rugi
dan segala hal yang berhubungan dengan hal tersebut secara transparan
menyebabkan orang percaya dan yakin, sehingga perbuatan tersebut mendapat
imbalan baik maupun pujian dari orang lain.
Hati nurani atau intuisi merupakan tempat dimana manusia dapat
memperoleh saluran ilham dari Tuhan. Hati nurani diyakini selalu cenderung
kepada kebaikan dan tidak suka kepada keburukan.
Kebebasan, tanggung jawab dan hati nurani adalah merupakan faktor
dominan yang menetukan suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai perbuatan
akhlaki. Disinilah letak hubungan fungsional antara kebebasan, tanggung jawab
dan hati nurani dengan akhlak. Karenanya dalam membahas akhlak seseorang
tidak dapat meninggalkan pembahasan mengenai kebebasa, tanggung jawab dan
hati nurani.
3.2. SARAN
harinya.
Sebaiknya mahasiswa memperkuat akhlak yang diiringi dengan keikhlasan
hati.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bdk. DR. Nico Syukur Dister OFM (1993), Filsafat Kebebasan.
Kanisius.Yogyakarta.
2. Bdk. Nusa Putra (1994), Pemikiran Soedjatmoko Tentang Kebebasan,
Gramedia PustakaUtama, Jakarta.
3. Bdk. Louis Leahy, Manusia Sebuah Misteri: Sintesa Filosofis Tentang
Makhluk Paradoksal.Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional
(2008), Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta.
4. Rafael Edy Bosko dan M. Rifai Abduh (2010), Kebebasan Beragama atau
berkeyakinan,Seberapa Jauh, Kanisius, Yogyakarta,Ibnu Harun, Memaknai
Kebebasan,
5. Kebebasan Seksual Dalam Islam, Jakarta; Pustaka Jahra,.Setyono, Agus
(2009),
Kebebasan
PemikiranManusia
dalam
Jawa,
filsafat
Telaah
Louis
Filsafat
Leahy
Dan
Perbandingan.
Dalam
Melalui
<http://agussetyonocm.multiply.com/journal/item/76>
[02/08/2011]Adiwiyato, Anton. 2001.
6. Melatih Anak Bertanggung Jawab. Jakarta. Mitra Utama.Tamara Bryant.
Pam Schiller. 2002. 6 Modal Dasar Bagi Anak. Jakarta. PT. Elex
MediaKomputindo.