Anda di halaman 1dari 18

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

PEMANTAUAN DASAR HEMODINAMIK PADA PASIEN DEWASA


Taufik Hidayat/ Sri Handayani
HIPERCCI JATENG/ ICU RSU Tugurejo/ ICU RSUP Dr Kariadi Semarang

Penanganan pasien kritis yang dirawat di unit pelayanan intensif perlu pengawasan ketat
yang terus menerus. Monitoring hemodinamik menjadi komponen yang sangat penting
dalam perawatan pasien keadaan kritis. Umumnya pemantau hemodinamik digunakan
untuk:

mengevaluasi

fungsi

dasar

kardiovaskular,

memastikan

adanya

disfungsi

kardiovaskular, petunjuk untuk tindakan khusus yang berguna memperbaiki fungsi


kardiovaskular, mengevaluasi kegunaan tindakan dan respon pengobatan.
Untuk itu perlu diadakan pelatihan kompetensi keperawatan yang berkerja di unit pelayanan
intensif , materi yang akan diajarkan meliputi teori dan ketrampilan tentang hemodinamik
monitoring dan penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan hemodinamik monitoring.
I.

URAIAN MATERI
A.

Sistem sirkulasi Aliran Darah

Sumber: www.rnceus.com/hemo/cvp/htm
Faktor yang mempengaruhi aliran darah dan penyampaian oksigen: isi,
tekanan, aliran dan tahanan. Salah satu dari fisiologi pembuluh darah adalah

112

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Hukum Darcys (aliran)

menyatakan darah dapat mengalir dengan mudah

disebabkan karena:
-

Perbedaan Tekanan Darah Atau Perbedaan Tekanan Pada Ujung Dari


Keduanya.

Tahanan Pembuluh Darah & Diameter Pembuluh Darah


Bila perbedaan tekanan darah tinggi maka aliran akan tinggi ( berbanding

lurus) bila tidak ada perubahan pada tahanan pembuluh darah. Digambarkan
dalam rumus sebagai berikut:

CO = (MAP CVP)/TPR
CO = cardiac out put, MAP= mean arterial pressure, CVP= central venous
pressure, perbedaan tekanan agar darah mengalir, dan TPR = Total Peripheral
Resistance. Dengan demikian curah jantung berbanding langsung dengan
besarnya perbedaan tekanan dan berbanding terbalik dengan derajat tahanan
pembuluh darah.
Cardiac output (CO) adalah sejumlah darah yang dipompakan kejantung
dalam 1 menit. Dipengaruhi oleh denyut jantung dan volum sekuncup dengan
rumus sbb:

CO = HR x SV
( Cardiac Output = Heart Rate x Stroke Volume )
Curah jantung (CO) berhubungan langsung dengan tekanan darah ( BP:
Blood Pressure ), bila CO maka BP akan

CO x SVR ( Sistemik Vaskularisasi Resisten ) = BP


sebaliknya CO x SVR = BP
MAP menggambarkan tekanan rata-rata arteri didalam siklus jantung, dan
bertugas membawa darah ke jaringan serta mempertahankan perfusi (aliran
darah) dengan rumus sbb:

MAP = DP + 1/3 xPP

atau

Periode sistolik 1/3 siklus jantung

113

MAP = SP + (DP x 2) / 3

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Periode diastolic 2/3 siklus jantung


Perbedaan antara tekanan sistolik (SP: SistolikPresure) dengan tekanan
distolik
( Diastolik Presusre:DP) dinamakan: Pulse Pressure (PP)

PP = SP DP

Normal antara: 40 65 mmHg


PP dekat dapat disebabkan : Aortic Stenosis, Hypovolum, Congestive heart
failure.
PP menjauh dapat disebabkan: Aortic Regurgiitasi, Hipertensi sistemik.
( Darovic, Gloria Oblouk 2002).)

B.

Konsep Pemantauan Hemodinamik


a.

Pengertian:
Hemodinamik : Pemeriksaan aspek fisik dari sirkulasi darah, termasuk
fungsi jantung dan karakteristik fisiologis vaskuler perifer ( Mosby 1998 )
Pemantauan Hemodinamik penting untuk menegakkan diagnosis yang
tepat, menentukan terapi yang sesuai dan memantau respons terhadap
terapi yang diberikan ( Gomersall & Oh 1997 )
Hemodinamik

menunjukkan

pergerakan

dinamis

darah

melalui

pembuluh darah/sistem kardiovaskular. Agar dapat hidup, darah harus


mengalir terus-menerus kejaringan tubuh. Darah membawa nutrisi ke sel-sel
jaringan dan membawa produk untuk di eliminasi. (Debra et al,2001)
Sebelum tahun 1800 salah satu cara untuk menegakan diagnose adalah
dengan cara menempelkan telinga pada dada yang akan diperiksa. Tetapi
pada awal tahun 1800 Laennec mengembangkan dan membuat stetoskop
yang

menggunakan mekanisme tubular

berguna

untuk

mendengar

langsung suara dari dada ke pemeriksa untuk evaluasi . Stetoskop binaural


dikembangkan pada akhir abad 19 untuk informasi kesehatan yang lebih
berkualitas. (Debra et al,2001)
114

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Pengukuran tekanan darah pertama kali dilaporkan oleh Stephen Hales


pada awal 1700 dengan meng evaluasi tekanan arteri langsung dengan
kateter yang dimasukkan lewat arteri karotis yang kemudian dikembangkan
oleh Poiseuille.
Pada tahun 1896 Riva-Rocci mengembangkan pemeriksaan non
invasive sphygmomanometer air raksa untuk mengukur tekanan darah
sistolik dipastikan dengan palpasi. Tahun 1905 Korotkoff mengembangkan
tehnik pengukuran sistolik dan diastolic menggunakan sphygmomanometer.
(Debra et al,2001)
Lambert dan Wood mengembangkan transduser elektronik untuk
mengukur tekanan darah dari denyut ke denyut. (Debra et al,2001)
b. Tujuan
Umumnya pemantau hemodinamik digunakan untuk:
o

Mengevaluasi fungsi dasar kardiovaskular

Memastikan adanya disfungsi kardiovaskular

Petunjuk untuk tindakan khusus yang berguna memperbaiki fungsi


kardiovaskular

Mengevaluasi kegunaan tindakan

Deteksi dini, mengidentifikasi, dan dapat memberikan terapi pada


kasus mengancam jiwa seperti gagal jantung dan tamponade jantung

Mengevaluasi respons pasien dengan cepat tehadap pemberian obat


obatan dan dukungan mekanik

Mengevaluasi keefektifan dari fungsi kardiovaskular

c. Indikasi

Penurunan fungsi jantung: seperti AMI,CHF,Cardiomyopathy

Pada pasien semua tipe kardigenik syok,neurologis,anapilaksis

Penurunan urine output yang disebabkan karena dehidrasi, perdarahan


gastro intestinal atau pembedahan

d. Pemantauan Hemodinamik Non Invasive

115

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Sebelum adanya tehnik invasive hemodinamik, evaluasi dan pengkajian


fungsi organ dilakukan pengukuran secara tradisional. Secara rinci
pemantauan hemodinamik non invasive adalah sebagaiberikut:
1) Pengukuran tekanan darah arterial
Tekanan darah arterial adalah gaya yang ditimbulkan oleh volume
darahsirkulasi pada dinding arteri ( Mosby 1998 ).perubahan pada curah
jantung

atau

resistensi

periver

dapat

mempengaruhi

tekanan

darah.pasien dengan curah jantung yang rendah dapat mempertahankan


tekanan darah normalnya melalui vasokonstriksi , sedangkan pasien
dengan vasodilatasi mungkinmengalami hipotensi walaupun curah
jantungnya tinggi, misalnya pada pasien dengan sepsis.
Tekanan arterialrata rata (Mean Arterial Presure, MAP ) merupakan
hasil bacaan tekanan rata rata di dalam sistem arterial ( Garretson 2005
) dan merupakan indikator bermanfaat karena dapatmemperkirakan
perfusi menuju organ organyang esesnsial seperti ginjal. MAP dikenal
sbg titikakhir terapiterutama pada pasien dengan sepsis (Giuliano, 2006 )
Faktor Faktor yang mempengaruhi pengukuran tekanan darah
Terdapat

berbagai

faktor

yang

dapat

mempengaruhi

tekanandarah,misalnya nikotin, ansietas, nyeri, posisi pasien, obat


obatan dan latihan fisik.. Walaupun hasil pembacaan tekanan darah pada
lengan kiri secara umum merupakancerminan suatu tekanan darah
arterial yang lebih acurat ( Torrance & Semple 1997 ), namun pengukuran
tekanan darah harus dilakukan di lengan dengan hasil pembacaan yang
tertinggi ( O Brien et al. 1995 ) perbedaan yang besar antara tekanan
darah lengan kanan dan lengan kiri mungkin merupakan peutunjuk
aneurisma aorta.
-

Lebar manset : jika manset terlalu sempit, maka hasil pembacaan


tekanan darah akan terlalu tinggi palsu, sedangkan jika manset terlalu
lebar maka hasil pembacaan tekanan darah akan rendah palsu (
British

Hipertension

Society

2006

).

European

Standar

merekomendasikan lebar manset sebaiknya 40% dan panjangnya 80


100% dari lingkar ekstrimitas ( CEN 1995; British Hypertension
Society 2006)
-

Posisi lengan : lengan harus di topang pada posisi horizontal setinggi


jantung. Pengaturan posisi yang yang tidak benar selama mengukur
116

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

tekanan darah dapat menyebabka kesalahan sebesar 10% ( OBrien


et al )

2) Penilaian laju pernafasan


Laju pernafasan merupakan indikator awal yang signifikan dari
disfungsi seluler. Penilaian ini merupakan indikator fisiologis yang sensitif
dan harus di pantau dan direkam secara teratur. Laju dan kedalaman
pernapasan pada awalnya meningkat sebagai respons terhadap hipoksia
seluler
3) Penilaian denyut Jantung
Denyut yang cepat, lemah dan bergelombang merupakan tanda khas
dari syok ( Collins 2000). Denyut yang memantul penuh atau menusuk
mungkin merupakan tanda anemia, blok jantung, gagal jantung, awal
syok septik. Perbedaan volume antara denyut sentral dan denyut distal
mungkin disebabkan oleh penurunan curah jantung dan suhu di
sekitarnya.
4) Penilaian perfusi cerebral
Perubahan status mental ( Robson & Newell 2005 ), Seperti
perburukan tingkat kesadaran, konfusi ( bingung ), agitasi danletargi
merupakan penentu penting pada perfusi serebral dan adanya syok.
5) Penilaian perfusi kulit
Penurunan Perfusi kulit sering ditandai oleh perifer dingin, bercak
kulit, pucat, sianosis dan perpanjangan waktu pengisian kapiler ( capillary
refill time, CRT ) . CRT yang memanjang > 2 detik menunjukkan perfusi
perifer yang buruk. Faktor lain yang dapat memperpanjang CRTmeliputi
suhu sekitarnya yang dingin, pencahayaan yang buruk dan usia lanjut (
Resuscitation Council UK
6) Penilaian curah urine
Curah urine secara tidak langsung memberikan petunjuk mengenai
curah jantung. Pada orang sehat 25% curah jantung memberikan perfusi
ke ginjal. Ketika perfusi ginjal adekuat, maka curah urine harusnya lebih
dari 0,5 cc/Kg/jam ( Gomersal & Oh 1997 ). Penurunan curah jantung
urine mungkin merupakan tanda awal hipovolemia karena ketika curah
jantung menurun maka perfusi ginjal juga menurun ( Druding 2000).
117

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Begitu curah urine kurang dari sekitar 0,5 cc/kg BB/jam (dalam 24
jam), maka ginjal tidak akan mampu untuk mengeksresikan produk
produksisa metabolisme sehingga akan terjadi uremia, asidosis metabolik
danhiperkalemia ( Gwinnut 2006 ).
Pada pasien kritis gagal ginjal akut biasanya disebabkan oleh tekanan
perfusi ginjal yang tidak adekuat ( kegagalan prarenal ) yang disebabkan
oleh misalnya hipovolemia ( Gwinnut 2006 ). Jika diuretik telah diberikan
misalnya furosemid maka curahurin tidak dapat membantu dalam
penilaian curah jantung ( Duke et al.1994 ). Jika pasien menggunakan
kateter maka pastikan bahwa selang tidak tersumbat atau terpuntir.
e. Monitoring Hemodinamik Invasif ( Central VenousPresure / CVP )
Pengertian
Central Venous Presure (CVP) merupakan tekanan pada vena besar
thorak yang menggambarkan aliran darah ke jantung (Oblouk, Gloria
Darovic, 2002).
CVP merefleksikan tekanan darah

di atrium kanan atau vena kava

(Carolyn, M. Hudak, et.al, 1998). Pada umumnya jika venous return turun,
CVP turun, dan jika venous return naik, CVP meningkat.
Indikasi kateter vena sentral

Memberikan cairan intravena: volum yang banyak dan jalur vena perifer
tidak adekuat

Memberikan obat-obat i.v seperti; obat vasoaktif, obat yang dapat


menyebabkan iritasi

Pemberian parenteral nutrisi

Pemantauan hemodinamik: CVP

Intervensi terapetik seperti: hemodialisis, TPM

Pengambilan xample darah

118

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Lokasi pemasangan kateter CVP:


Lokasi sentral:

Lokasi perifer:

Vena Cephalika

Vena Basilika

Vena Jugularis eksternal

Vena jugularis internal

Vena subklavia

Vena femuralis

Sumber:www. Intensive.hsnet.nsw.gov.au
Interpretasi Gelombang CVP
Gelombang atrial biasanya beramplitudo rendah sesuai dengan tekanan rendah
yang dihasilkan atrium. Rata rata RAP berkisar 0 sampai 10 mmHg, dan LAP kira
kira 3 sampai 15mmHg. Tekanan jantung kiri biasanya melampaui tekanan jantung
kanan karena terdapat perbedaan resistensi antara sirkulasi sistemik dengan
sirkulasi paru. Pengukuran secara langsung tekanan atrium kiri biasanya hanya
dilakukan di icu setelah operasi jantung.

119

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Gelombang CVP

Sumber: www.frca.co.uk/articel.aspx
Gelombang CVP Normal
Gelombang CVP normal yang tertangkap pada monitor merupakan refleksi
dari setiap peristiwa kontraksi jantung. Kateter CVP menunjukkan variasi tekanan
yang terjadi selama siklus jantung dan ditransmisi sebagai bentuk gelombang yang
karakteristik. Pada grlombang CVP terdapat tiga gelombang positif (a, c, dan v)
yang berkaitan dengan tiga peristiwa dalam siklus mekanis yang meningkatkan
tekanan atrium dan dua gelombang negate (x dan y) yang dihubungkan dengan
berbagai fase yang berbeda dari siklus jantung dan sesuai dengan gambaran EKG
normal.
1) Gelombang a : diakibatkanoleh peningkatan tekanan atrium pada saat kontraksi
atrium kanan. Dikorelasikan dengan gelombang P pada EKG
120

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

2) Gelombang c : timbul akibat penonjolan katup atrioventrikuler ke dalam atrium


pada awal kontraksi ventrikel iso volumetric. Dikorelasikan dengan akhir
gelombang QRS segmen pada EKG
3) Gelombang x descent : gelombang ini mungkin disebabkan gerakan ke bawah
ventrikel selama kontraksi sistolik. Terjadi sebelum timbulnya gelombang T
pada EKG
4) Gelombang v : gelombang v timbul akibat pengisisan atrium selama injeksi
ventrikel (ingat bahwa selama fase ini katup AV normal tetap tetap tertutup)
digambarkan pada akhir gelombang T pada EKG
5) Gelombang y descendent : diakibatkan oleh terbukanya tricuspid valve saat
diastole disertai aliran darah masuk ke ventrikel kanan. Terjadi sebelum
gelombang P pada EKG.
Kontra indikasi pemasangan kateter vena sentral

Gangguan koagulasi
o

Tromboliktik atau terapi anti koagulan

Trombositopenia

Tanda-tanda signifikan gangguan koagulopati

Infeksi dan gangguan pertahanan di kulit


o

Infeksi pada daerah pemasangan

Potensial infeksi pada daerah pemasangan

Luka bakar

Kesulitan untuk menentukan lokasi pemasangan


o

Obesitas & Trauma

Potensial tinggi terjadinya Pneumothorak


o

Pemberian PEEP yang tinggi/CPAP

Penyakit paru obstructive

Normal nilai CVP : 2 6 mmHg atau 3 8 cmH2O


Komplikasi Pemasangan CVP
o

Pneumothorak

Infeksi

Disritmia

Gangguan pembuluh darah

Emboli udara

Perdarahan
121

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Manajemen pasien dengan monitoring haemodinamik


Sebelum Monitoring

Kaji perkembangan aturan dan prosedur

ruangan,evidence based yang

berkaitan dengan monitoring haemodinamik

Berpatisipasi

dalam

program

edukasi

yang

disediakan

untuk

memastikankeadekuatan pengetahuan tenaga kesehatan yang berpatisipasi


dalam pemantauan haemodinamik.

Kaji dan identifikasi pasien dan faktor resiko

Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang prosedur tindakan

Yakinkan sudah adanya inform concern

Siapkan semua alat dengan lengkap

Saat Pemasangan Kateter Invasive

Monitoring pasien selama pemasangan

Dukung pasien secara fisik dan psikologis

Kaji insersi kateter

Dokumentasikan insersi dan haemodinamik pasien

Selama Monitoring Haemodinamik

Pertahankan semua system dalam keadaan close system

Monitor alat dan troubleshooting

Yakinkan data benar dan valid dengan zeroing,leveling dan kalibrasi

Evaluasi data dengan klinis pasien

Dokumentasikan data haemodinamik dan intervensi yang digunakan serta respon


perubahan

Beritahu anggota tim mengenai adanya perubahan yang signifikan pada data
haemodinamik

Cagah masuknya microorganism dalam system

Monitor adanya komplikasi

122

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

C. Penatalaksanaan Monitoring Hemodinamik Non Invasive


1. Persiapan Alat
a. Probe Saturasi oksigen
b. Probe Temperature/ temperature digital
c. EKG monitor
d. Probe Respiration Rate (RR)
e. NIBP
.
2. Persiapan Pasien
a. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan.
b. Menyiapkan posisi pasien sesuai kebutuhan.
c. Menyiapkan lingkungan aman dan nyaman
3. Prosedur tindakan
Pengukuran CVP secara nonivasif dapat dilakukan dengan cara mengukur
tekanan vena jugularis.

D. Penatalaksanaan Monitoring Hemodinamik Invasive


Cara Pengukuran CVP
Pengukuran CVP secara nonivasif dapat dilakukan dengan cara mengukur
tekanan vena jugularis. Secara invasif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

memasang kateter CVP yang ditempatkan pada vena kava superior atau
atrium kanan, teknik pengukuran dptemnggunakan manometer air atau
transduser,

Melalui bagian proksimal kateter arteri pulmonalis . Pengukuran ini


hanya dapat dilakukan dengan menggunakan sistem transduser.

Tekanan Vena Jugularis


Pasien dalam posisi berbaring setengah duduk,kemudian perhatikan;

Denyut vena jugularis interna, denyut ini tidak bisa diraba tetapi bisa
dilihat. Akan tampak gel a (kontraksi atrium), c (awal kontraksi ventrikelkatup trikuspid menutup), gel v (pengisian atrium-katup trikuspid masih
menutup),

Normal,pengembungan vena setinggi manubrium sterni,


123

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Bila lebih tinggi bearti tekanan hidrostatik atrium kanan meningkat, misal
pada gagal jantung kanan . Menurut Kadir A (2007), dalam keadaan
normal vena jugularis tidak pernah membesar, bila tekanan atrium kanan
(CVP) naik sampai 10 mmHg vena jugulais akan mulai membesar. Tinggi
CVP= reference point tinggi atrium kanan ke angulus ludovici ditambah
garis tegak lurus, jadi CPV= 5 + n cmH2O.

Pemantauan CVP dengan Manometer

Persiapan untuk pemasangan


a. Persiapan pasien
Memberikan penjelasan pd klien dan lg ttg:

Tujuan pemasangan,

Daerah pemasangan, &

Prosedur yang akan dikerjakan

b. Persiapan alat

Kateter CVP

Set CVP

Spuit 2,5 cc

Antiseptik

Obat anaestesi lokal

Sarung tangan steril

Bengkok

Cairan NaCl 0,9% (25 ml)

Plester

Persiapan untuk Pengukuran


a. .Persiapan pasien
Memberikan penjelasan pd klien dan lg ttg:

tujuan pemasangan,

daerah pemasangan, &

prosedur yang akan dikerjakan


124

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

b. Persiapan Alat

Skala pegnukur

Selang penghubung (manometer line)

Standar infus

Three way stopcock

Pipa U

Set infus

c. Prosedur Tindakan
Cara Merangkai

Menghubungkan set infus dg cairan NaCl 0,9%

Mengeluarkan udara dari selang infus

Menghubungkan skala pengukuran dengan threeway stopcock

Menghubungkan three way stopcock dengan selang infus

Menghubungkan manometer line dengan three way stopcock

Mengeluarkan udara dari manometer line

Mengisi cairan ke skala pengukur sampai 25 cmH2O

Menghubungkan manometer line dengan kateter yang sudah

terpasang
Cara Pengukuran

Memberikan penjelasan kepada pasien

Megatur posisi pasien

Lavelling, adalah mensejajarkan letak jantung (atrium kanan) dengan


skala pengukur atau tansduser

Letak jantung dapat ditentukan dg cara membuat garis pertemuan


antara sela iga ke empat (ICS IV) dengan garis pertengahan aksila

Menentukan nilai CVP, dengan memperhatikan undulasi pada


manometer dan nilai dibaca pada akhir ekspirasi

Membereskan alat-alat

Memberitahu pasien bahwa tindakan telah selesai

125

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

System monitor tranduser tekanan elektronik


Pemantauan dengan Transduser
Dilakukan pada CVP, arteri pulmonal, kapiler arteri pulmonal, dan tekanan darah
arteri sistemik.
a. Persiapan pasien

Memberikan penjelasan ttg: tujuan pemasangan, daerah pemasangan,


dan prosedur yang akan dikerjakan

Mengatur posisi pasien sesuai dengan daerah pemasangan

b. Persiapan untuk penusukan

Kateter sesuai kebutuhan

Set instrumen steril untuk tindakan invasif

Sarung tangan steril

Antiseptik

Obat anestesi lokal

Spuit 2,5 cc

Spuit 5 cc/10 cc

Bengkok

Plester

c.

Persiapan untuk pemantauan

Monitor

Tranduser

Alat flush

Kantong tekanan

Cairan NaCl 0,9% (1 kolf)

Heparin

Manometer line

Spuit 1 cc

Three way stopcock

Penyanggah tranduser/standar infus

Pipa U

Infus set

d. Cara Merangkai

Mengambil heparin sebanyak 500 unit kemudian memasukkannya ke


dalam cairan infus
126

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Menghubungkan cairan tsb dg infus

Mengeluarkan udara dari selang infus

Memasang cairan infus pada kantong tekanan

Menghubungkan tranduser dg alat infus

Memasang threeway stopcock dg alat flush

Menghubungkan bagian distal selang infus dengan alat flush

Menghubungkan manometer dg threeway stopcock

Mengeluarkan udara dari seluruh sistem alat pemantauan (untuk


memudahkan beri sedikit tekanan pada kantong tekanan)

Memompa kantong tekanan sampai 300 mmHg

Menghubungkan kabel transduser dengan monitor

Menghubungkan manometer dengan kateter yang sudah terpasang

Melakukan kalibrasi alat sebelumpengukuran

e. Cara Kalibrasi

Lavelling

Menutup threeaway ke arah pasien dan membuka threeway ke arah


udara

Mengeluarkan cairan ke udara

Menekan tombol kalibrasi sampai pada monitor terlihat angka nol

Membuka threeway kearah klien dan menutup ke arah udara

Memastikan gelombang dan nilai tekanan terbaca dengan baik

b. Dokumentasi
-

Dokumentasikan tanggal dan jam pemasangan CVP

Lokasi pemasangan,

Ukuran kateter CVP yang digunakan

Hasil Pengukuran
(Hodges RK, et al2003)

127

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Bersten, Andrew D. Et al.Ohs Intensive Care manual, fifth edition. Elsevier
Bongard, Frederic S. Et al.Current Critical care: Diagnosis & Treatment, Second
Darovic, Gloria O. Hemodinamyc monitoring: invasive and noninvasive clinical
application. WB. Saunders company. 2002
Darovic, Gloria Oblouk (2002). Hemodinamic Monitoring Invasive & Non
Invasive Clinical Aplication; 3rd Ed; WB Saunders: Philadelphia
Dlynn, McHale, Debra J and Carlson, Karen K, (2001); AACN: Procedure
Manual For Critical Care; 4 th Ed; WB Saunders: Philadelphia. edition.Lange
Medical Books. 2002
Evon Philip and Ewens.2008.Monitoring the Critically ill patien. Second edition.
Blackwall publishing.
Garretson

(2005).

Haemodinamic

Monitoring:arterial

cateters.

Nursing

Standard. 19(31),55-63
Gwinnut.C 2006. Clinical Anestesia2nd end.Blackwell publishing, oxford.
Hinds,CJ. & watson, (1996). Intensive Care, aconcise texbook 2nd edn
W.B.saunders , London
Hodges RK, et al. Real word Nursing Survival Guide Hemodinamic monitoring.
Limited health science. 2003
Mermel, L Dougherty (2000). Prevention Of Intravascular Catheter-Relatid
Infection. Annals Of Internal Medicine 32 (5), 391-402.
Mosby publishers (1998) mosbysmedical. Nursing And Allied Health Dictionary.
Mosby london.
Moster Debra, Riegel Barbara, (2008), Cardiac Nursing, A Compation to Braun
Wolds Heart Disease; St.Louis : Elsevier Saunders 2005 : 150-168
WoodrowP(2000). Intensive Care Nursing, A Framework For Practice.
Routledge, London
128

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Woods, Susan L, et al, Cardiac Nursing, seventh edition, Lippicott,Williams and


Wilkins. 2005
Anestesia UK( 2004). The Central Venous Presure Trace. Diambil dari
www.frca.co.uk/article.aspx pada 12 Januari 2014

129

Anda mungkin juga menyukai