Anda di halaman 1dari 12

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

PENGELOLAAN JALAN NAFAS


Sarinti
HIPERCCI JATENG/ ICU RSU TUGUREJO SEMARANG

A.

Definisi
Pengelolaan jalan napas adalah suatu upaya atau tindakan pembebasan jalan napas agar

terjaminnya pertukaran gas secara normal. Setiap usaha memperbaiki Airway akan menggerakan
kepala. Sehingga perlu ditekankan untuk selalu berhati-hati pada saat membuka dan
mengamankan Jalan Nafas / Airway. Curiga adanya Fraktur Servikal bila menemukan adanya
tanda - tanda : multi Trauma, trauma kapitis dengan penurunan kesadaran, luka cranial dari
kepala yaitu terdapat luka pada daerah klavikula ke atas dan biomekanik trauma ( Vickie, dkk,
2008 ).
Penyebab kematian adalah hipoksia, organ tubuh yang paling rentan terhadap
hipoksia adalah otak jadi tujuan resusitasi yang utama adalah menjaga oksigenasi otak tetap
terjaga. Penyebab kematian sel :
1. Hipoksia
2. Trauma
3. Infeksi
4. Reaksi imunologik
5. Gangguan genetika
6. Gangguan nutrisi

Tanda tanda obyektif adanya sumbatan jalan antara lain ; lihat (look) tampak adanya
kulit dan kuku pucat, klien agitasi tanda hipoksia, dan klien gelisah, dengar (listen) adanya suara
abnormal misalnya snoring, gurgling dan stridor, dan) rasakan (feel) adanya hembusan nafas /
tidak, dan pastikan trakhea berada ditengah (John, A, Boswick, 1997). Indikasi pengelolaan jalan
nafas antara lain : adanya obstruksi jalan napas parsial, adanya obstruksi jalan napas total dan
indikasi pemasangan ETT.

143

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

B. Penatalaksanaan Membuka Jalan Nafas Tanpa Alat Bantu


a. Head -Tilt / Chin Lift (Extensi Kepala / Angkat Dagu).
1) Head Tilt (Extensi Kepala)
Di lakukan bila jalan napas tertutup oleh lidah pasien
Untuk melakukan : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah,
sehingga kepala menjadi tengadah dan penyangga lidah tegang akhirnya lidah
terangkat ke depan.
2) Chin lift ( angkat dagu )
Di lakukan dengan maksut mengangkat otot pangkal lidah ke depan
Untuk melakukannya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang dagu
pasien, kemudian angkat dan dorong tulangnya ke depan, 2 3 Jari tangan menahan
tulang mandibula
Untuk melakukannya :
a. Letakkan telapak tangan pada dahi korban, tekan ke belakang untuk
mengekstensikan kepala.
b. Letakkan jari tangan lain di bawah tulang dagu.
c. Angkat dagu ke depan dan sangga rahang, membantu untuk mengekstensikan.

Perhatikan :
144

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

1) Jari tidak boleh menekan terlalu dalam pada jaringan lunak di bawah dagu, karena dapat
menutupi jalan nafas.
2) Ibu jari tidak digunakan untuk mengangkat dagu.
3) Mulut jangan ditutup
Jika pernafasan mulut ke hidung diperlukan, tangan diatas dagu dapat digunakan untuk
menutup mulut supaya pernafasan mulut ke hidung lebih efektif.

b. Jaw Thrust (Manuver Mendorong Mandi bula kedepan).


Teknik ini direkomendasikan sebagai alternatif untuk membuka jalan nafas.
1) Pegang sudut rahang bawah korban dan angkat dengan kedua tangan, satu tangan tiap sisi,
mendorong mandibula ke depan sambil ekstensikan kepala ke belakang
2) Bila bibir tertutup, buka bibir bawah dengan ibu jari.
3) Bila pernafasan mulut ke mulut diperlukan, tutup lubang hidung dengan meletakkan pipi
menutup hidung.
Teknik jaw thrust tanpa ekstensi kepala lebih aman untuk membuka jalan nafas pada
penderita

dengan

kecurigaan

cedera

leher

sebab

biasanya

dapat

berhasil

tanpa

mengekstensikan kepala. Kepala harus dengan hati hati disangga tanpa mengekstensikan ke
belakang atau memutarnya dari sisi yang satu ke sisi yang lain. Jika jaw thrust tidak berhasil,
kepala harus diekstensikan ke belakang sedikit.

Jaw Thrust

c. Croos Finger / Finger sweep


Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh
benda asing. Jika terdapat sumbatan harus di bersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa
145

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

cairan dapat di bersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang di lapisi dengan
sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat di korek dengan
menggunakan jari telunjuk yang di bengkokkan dengan tehnik finger sweep. Mulut dapat
di buka dengan tehnik Cross Finger, di mana ibu jari di letakkan berlawanan dengan jari
telunjuk pada mulut korban.
Cara melakukannya
1) Miringkan kepala pasien ( kecuali pada dugaan fraktur tulang leher ( kemudian buka
mulut dengan Jaw-thrust dan tekan bahu ke bawah. Bila otot rahang lemas ( emaresi
manouvre )
2) Gunakan dua jari ( jari telunjuk dan jari tengah ) yang bersih atau di bungkus dengan
sarung tangan / kassa untuk membersihkan mengorek / mengait semua benda asing
dalam rongga mulut.

Croos Finger

Finger Sweep

d. Heimlich Manuver
Dapat digunakan tehnik manual thrust
1) Abdominal thrust
2) Chest thrust
3) Back blow

146

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Keterangan :
1) Abdominal thrust
Untuk penderita sadar dengan sumbatan jalan napas parsial boleh di lakukan tindakan
abdominal thrust ( pada pasien dewasa ). Bantu / tahan penderita tetap berdiri /
condong kedepan dengan merangkul dari belakang :
a. Lakukan hentakan mendadak dan keras pada titik silang garis antar tulang belikat
dan garis punggung tulang belakang ( BACK BLOW )
b. Rangkul korban dari belakang dengan kedua lengan dengan menggunakan
kepalan kedua tangan, hentakan mendadak pada ulu hati ( Abdominal thrust ).
Ulangi hingga jalan napas bebas / hentikan bila korban jatuh tudak sadar, ulangi
tindakan tersebut pada penderita terlentang
c. Segera panggil bantuan
Heimlich Manuvre Abdominal Thrust pada posisi berdiri untuk penderita tidak sadar :
1. Tidurkan penderita terlentang
2. Lakukan back blow dan chest thrust
3. Tarik lidah dan dorong rahang bawah untuk melihat benda asing
-jari
-coba di kait dengan jari
4. Usahakan memberikan napas ( menghembuskan udara )
5. Bila jalan napas tetap tersumbat, ulangi langkah tersebut di atas
6. Segera panggil bantuan setelah pertolongan pertama di lakukan selama satu mmenit.

147

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Heimlich Manuvre AbdominalThrust pada korban tidak sadar

1)

Back blow (untuk bayi )


Penderita sadar:
1. Bila penderita dapat batuk keras, observasi ketat
2. Bila napas tidak efektif / berhenti, lakukan Back blow 5 kali ( hentakan keras mendadak
pada punggung korban di titik silang garis antar belikat dengan tulang punggung/
vertebra)
Back Blow

Lima kali hentakan pada punggung dua jari tangan membuka mulut bayi
2)

Chest thrust

Untuk bayi anak, anak, orang gemuk, dan wanita hamil


148

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

a) Penderita sadar :
Penderita anak lebih dari satu tahun , lakukan chest thrust 5 kali ( tekan tulang dada dengan
kedua dan ketiga kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antar puting susu )

b) Penderita tidak sadar :


a. Tidurkan terlentang
b. Lakukan chest thrust
c. Tarik lidah dan lihat adakah benda asing
d. Berikan pernapasan buatan
e. Bila jalan napas tersumbat di bagian bawah, lanjutkan dengan krikotirotomi jarum
(Purwadianto, Agus, dkk, 2000).

C. Penatalaksanaan Membebaskan Jalan Napas Dengan Alat Bantu


Cara ini di lakukan bila pembebasan jalan napas tanpa alat tidak berhasil
a. pemasangan pipa orofaring
Penggunaan pipa orofaring : yang di gunakan untuk mempertahankan jalan napas tetap
terbuka dan menahan pangkal lidah agar tidak jatuh kebelakang yang dapat menutup
jalan napas terutama untuk pasien-pasien tidak sadar, Caranya yaitu :
1.

Buka mulut pasien ( chin lift / gunakan ibu jari dan telunjuk )

2.

Siapkan pipa orofaring yang tepat ukurannya


149

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

a) Bersihkan dan basahi agar licin


b) Arahkan lengkungan menghadap kelangit-langit (ke palatal)
c) Masuk separuh, putar lengkungan mengarah kebawahn lidah
d) Dorong pelan-pelan sampai posisi tepat
3.

Yakinkan lidah sudah tertopang pipa orofaring. Lalu, lihat, dengar, dan raba
napasnya
Tehnik Pemasangan Orofaringeal Airway

Jangan dipasang jika reflex muntah / menelan masih (+) Pasang Pipa Orofaring
b. Tehnik pemasangan pipa nasofaring
1) Nilai lubang hidung, septum nasi, ukuran
2) Pakai sarung tangan
3) Beri jelli pada pipa dan kalau perlu tetesi lubang hidung dengan vasokonstriktor
4) Hati-hati dengan kelengkungan tube yang menghadap ke arah depan, ujungnya
kearah septum atau ujungnya di arahkan kearah telinga
5) Dorang pelan-pelan hingga seluruhnya masuk, lalu pasang plester (klau perlu)

Tehnik Pemasangan Nasofaringeal Airway

150

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Tidak merangsang muntah, hati-hati pasien dengan fraktur basis crani untuk dewasa 7 mm atau
jari kelingking kanan

c. Pemasangan pipa Endotrahceal/ETT


Peralatannya yaitu :
1) Pipa oro/nasofaring
2) Suctioan / alat pengisap
3) Canula dan masker oksigen
4) Ambu bag
5) Pipa endotracheal dan stylet
6) Pelumas ( jelli )
7) Forcep magill
8) Laringoscope ( handle dan blade sesuai ukuran, selalu periksa baterai )
9) Obat-obatan sedatif I.V
10) Sarung tangan
11) Plester dan gunting
Tindakan Intubasi Endotrakheal :
1) Sebelum intubasi berikan oksigen, sebaiknya gunakan bantal dan pastikan jalan
napas terbuka (hati-hati pada cedera leher)
151

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

2) Siapkan endotracheal tube( ETT), periksa balon (cuff), siapkan stylet, beri
pelumas (jelli), xyllocain spray.
3) Siapkan laringoskop ( pasang blade pada handle sesuai ukuran), lampu harus
menyala terang
4) Pasang laringoskop dengan tangan kiri , masukan ujung blade ke sisi kanan mulut
pasien, geser lidah pasien ke kiri ( angkat handle bukan di ungkit )
5) Tekan tulang rawan krikoit (diharapkan placa vocalis terbuka / selick )
6) Lakukan traksi sesuai sumbu panjang laringoskop (hati-hati cedera gigi, gusi,
bibir )
7) Lihat adanya pita suara. Bila perlu isap lender / cairan lebih dahulu.
8) Keluarkan stylet dan larngoskop secara hati-hati
9) Kembangkan balon (cuff) ETT
10) Pasang pipa orofaring (mayo/guedel tube)
11) Periksa posisi ETT apakah masuk dengan benar (auskultasi suara pernapasan
periksa paru kanan-kiri atau udara yang di tiupkan). Hubungkan dengan pipa
oksigen
12) Amankan posisi (fiksasi) ETT dengan plester.

Intubasi Endotrachea

d. Pengisapan benda cair ( suctioning )


Bila terdapat sumbatan jalan napas karena benda cair, maka dilakukan penghisapan /
suctioning. Pengisapan digunakan dengan alat bantu pengisap ( pengisap manual,

152

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

portable, pengisap dengan sumber listrik) menurut Brunner dan Suddarth, 2001.
Membersihkan jalan napas :
1)

Membersihkan benda asing cair dalam jalan napas menggunakan alat pengisap
( suction )

2)

Gunakan alat pengisap (suction) terutama pada sumbatan benda cair

3)

Masukkan kanula pengisap tidak boleh lebih dari lima sampai sepuluh detik

4)

Bila terdapat sumbatan karena benda asing cair, maka sebaiknya pengisapan di
gunakan dengan alat bantu pengisap ( terdapat pengisap manual portable dan
pengisap listrik dengan sumber portable atau sumber listrik yang ada )
Cara :
a) Pengisap di hubungkan dengan catether suction yang bersih.
b) Gunakan sarung tangan bila memungkinkan, buka mulut pasien bila perlu
tengadahkan kepala agar jalan napas terbuka.
c) Lakukan pengisapan ( tidak boleh dari 5 - 10 detik ), kemudian cuci pipa pengisap
dengan memasukkannya pada air bersih atau air RO untuk membilas
d) Ulangi lagi bila di perlukan

Tehnik Suctioning

DAFTAR PUSTAKA
153

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Advanced Paediatric Life Support. 3rd ed. London: BMJ Books 2001. Chapters 4 (Basic life
support); 5 (Advanced support of the airway and ventilation); 22 (Practical procedures:
airway and breathing).
Alkatiri J. Resusitasi Kardio Pulmoner dalam Sudoyo W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
I. Edisi IV. FKUI. Jakarta. 2007. Hal. 173-7.
Brunner dan Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol. II, EGC: Jakarta
Fleisher G, Ludwig S (eds): Textbook of Pediatric Emergency Medicine (4th ed). Philadelphia:
Lippincott 2000. Chapters 1 (Resuscitation: pediatric basic and advanced life support); 5
(Emergency airway management: rapid sequence induction).
John, A, Boswick, 1997. Perawatan Gawat Darurat. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Purwadianto, Agus, dkk, 2000. Kegawatdaruratan Medik. Jakarta: Binarupa Aksara
Taussig L, Landau L, Le Souf P; Martinez F; Morgan W; Sly P (eds) Pediatric Respiratory
Medicine. St Louis: Mosby 1999. Chapters 21 (Assisted ventilatory support and oxygen
treatment) and 25 (Lung trauma: toxin inhalation and ARDS).

154

Anda mungkin juga menyukai