TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Fisika
Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yaitu suatu
ilmu yang mempelajari gejala dan peristiwa atau fenomena alam serta berusaha
untuk mengungkap segala rahasia dan hukum semesta. Fisika menguraikan dan
menganalisis struktur dan peristiwa-peristiwa di alam, teknik, dan lingkungan
sekitar. Dalam fisika ditemukan aturan-aturan atau hukum-hukum di alam yang
memungkinkan untuk dapat menerangkan gejala-gejalanya berdasarkan struktur
logika antara sebab akibat.
Fisika merupakan pelajaran tentang kejadian alam, yang memungkinkan
penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian secara
matematis, dan berdasarkan peraturan-peraturan umum (Brockhaus dalam
Druxes, 1986:3). Menurut Gerthsen (dalam Druxes, 1986:7), fisika merupakan
suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam yang sederhana dan berusaha
menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataannya. Persyaratan dasar untuk
pemecahan persoalannya ialah mengamati gejala-gejala tersebut (Druxes, 1986:3).
Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fisika merupakan
ilmu pengetahuan yang berusaha menguraikan serta menjelaskan hukum-hukum
alam dan kejadian-kejadian dalam alam dengan gambaran menurut pemikiran
manusia.
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan.
Artinya, tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang
menyangkut pengetahuan, ketrampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap
aspek organisme atau pribadi (Djamarah, 2002:11). Pembelajaran merupakan
kegiatan memberikan bantuan atau pertolongan kepada siswa untuk memperoleh
pengetahuan, ketrampilan, perubahan sikap, dan emosi untuk mencapai tujuan
pengajaran (Hamalik, 1994:41). Pembelajaran merupakan suatu proses untuk
memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan perubahan sikap antara siswa dengan
guru yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pembelajaran
pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan
pengetahuan fisika.
2.2 Model Pembelajaran Fisika
Menurut Soekamto dan Winataputra (1997:78), model adalah suatu
kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman di dalam melakukan suatu
kegiatan. Model adalah suatu deskripsi atau analogi yang digunakan untuk
memperlihatkan dalam bentuk yang sederhana sesuatu yang sukar untuk diamati
(Roestiyah, 1994:60). Selanjutnya menurut Arends (dalam Abbas, 2004:834)
model pembelajaran adalah gambaran suatu pendekatan secara menyeluruh atau
rencana
pengajaran
yang
meliputi
tujuan,
langkah-langkah,
lingkungan
kelompok
model
ini
menitikberatkan
pada
kemampuan
untuk
situasi atau suasana, dan norma yang berlaku dalam model; 3) prinsip reaksi,
adalah pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana guru melihat dan
memperlakukan para pelajar, termasuk bagaimana seharusnya memberikan respon
terhadap mereka; 4) sistem pendukung, ialah segala sarana, bahan dan alat yang
diperlukan untuk melaksanakan model; 5) dampak instruksional dan pengiring,
dampak instruksional ialah hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara
mengarahkan para pelajar pada tujuan yang diharapkan. Sedangkan dampak
pengiring, ialah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses belajar
mengajar, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh
para pelajar tanpa pengarahan langsung dari pengajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka model pembelajaran fisika adalah suatu
kerangka konseptual yang menggambarkan tentang prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar yang berguna untuk mencapai
tujuan belajar fisika, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
pembelajaran sehingga memperoleh informasi tentang ilmu pengetahuan yang ada
dalam pelajaran fisika.
2.3 Model Pembelajaran (Depp Dialogue and Critical Thinking) DDCT
Model DDCT adalah salah satu tipe pembelajaran inovatif yang
diharapkam mampu memberikan inspirasi bagi guru dalam mengembangkan
pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
membuat
pertimbangan
dan
mengambil
keputusan
secara
tepat
dan
a.
Kegiatan awal
1) Membuka pelajaran, guru mengajak peserta didik untuk berdoa atau
hening menurut agama dan kepercayaan masing-masing.
2) Dinamika kelompok dalam rangka membangun komunitas dapat
dilakukan dengan peragaan dan simulasi.
Tahap
pengambilan
kesimpulan
dari
semua
yang
telah
3)
2.3.3
Hening
Pada tahap ini guru mengajak berdoa, menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai.
2) Pre tes
10
Pada tahap ini siswa diberi pre tes oleh guru pada permulaan pembelajaran.
Tes
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
tingkat
keberhasilan
yang
11
DDCT.
Kegiatan
ini
bukan
menyimpulkan
materi
Post tes
Hening
Pada tahap ini guru mengakhiri pembelajaran dengan hening atau doa.
b.
Sistem sosial
Sistem sosial yang berlaku dalam model ini adalah pembentukan kelompok
dengan kondisi siswa yang heterogen dan demokratis. Siswa diberikan kebebasan
untuk mengungkapkan pendapatnya dalam diskusi terbuka. Dalam pembelajaran
ini siswa diajarkan berani untuk mengemukakan pendapatnya di hadapan umum.
c.
Prinsip reaksi
Pengajar lebih berperan sebagai fasilitator dan konselor yang memberikan
kritik yang bersahabat. Guru bukan sumber yang tahu segalanya, namun antar
peserta didik dan pendidiknya terjadi saling belajar dan saling membelajarkan
sehingga terkesan simbiosis mutualism
d.
Sistem pendukung
Suasana kelas yang berupa diskusi kelompok dan sarana pendukung yang
diperlukan untuk melaksanakan model ini adalah lembar kegiatan siswa (LKS).
12
e. Dampak instruksional
Dampak instruksional yang diperoleh dari model pembelajaran DDCT ini, yaitu:
1)
Salah satu kelebihan model pembelajaran deep dialogue and critical thinking
adalah mampu melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan imajinatif,
menggunakan logika, menganalisis fakta-fakta dan melahirkan imajinatif atas ideide lokal dan tradisional. Sehingga peserta didik dapat membedakan mana yang
disebut berpikir baik dan tidak baik, mana yang benar dan tidak benar. Deep
dialogue and critical thinking menekankan pada nilai, sikap, kepribadian, mental,
emosional, dan spiritual sehingga peserta didik belajar dengan menyenangkan.
Sedangkan kekurangan yang ada pada model DDCT ini terkait dengan kesiapan
13
guru dan siswa untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran yang memang berbeda
dengan pembelajaran sebelumnya yang selama ini diterapkan. Guru yang terbiasa
memberikan semua materi pada siswa mungkin memerlukan waktu untuk
berangsur-angsur mengubah kebiasaan tersebut.
14
pemecahan masalah. Pada pembelajaran fisika dengan model DDCT setiap siswa
secara kelompok belajar materi fisika yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil
belajar kelompok akan dipresentasikan kedepan kelas dan kelompok lain
berkesampatan untuk menanggapi.
Kegiatan
yang
dilakukan
siswa
selama
pembelajaran
dengan
menggunakan model DDCT antara lain: (1) hening yang dipimpin oleh guru (2)
melaksanakan pre tes yang diberikan oleh guru, (3) simulasi atau peragaan untuk
membentuk komunitas (4) membentuk kelompok yang beranggotakan empat
sampai lima siswa, (5) mendengarkan penjelasan materi secara garis besar dari
guru, (6) melaksanakan belajar kelompok (7) presentasi kelompok didepan kelas,
kelompok lain boleh menanggapinya, (8) semua siswa menghentikan kegiatan
kelompok dan mendengarkan penjelasan, pembahasan serta pemecahan soal dari
guru, (9) refleksi, (10) melaksanakan post tes yang diberikan oleh guru untuk
mengetahui tingkat kemampuan siswa setelah menerima materi fisika, (11)
perhitungan skor yang diperoleh masing-masing individu dalam kelompok dan
tiap kelompok menerima penghargaan dari guru berdasarkan kriteria yang
diperolehnya, (12) guru menutup kegiatan belajar mengajar dengan berdoa kepada
tuhan.
Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran fisika dengan menggunakan model
pembelajaran DDCT
Langkah / Fase
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
1
2
3
1. Kegiatan awal
1.1 Hening
1. Guru membuka pelajaran dengan 1. Siswa berdoa sendirimengajak berdoa
sendiri
2. Guru menjelaskan tujuan
2. Siswa memperhatikan
pembelajaran
penjelasab guru
1.2 Pre tes
3. Guru memberikan pre tes
3. Siswa mengerjakan tes
1.3 Simulasi
4. Guru memberikan peragaan atau
4.
Siswa
simulasi
memperhatikan peragaan
atau simulasi didepan
kelas Guru membuka
pelajaran dengan
mengajak berdoa
15
2. Kegiatan inti
2.1 Pengelompokan Siswa
lanjutan
2.3 Belajar kelompok
2. Siswa memperhatikan
dan menjawab
pertanyaan yang diajukan
guru
3. Siswa mengerjakan LKS
4.
5.
6.
7.
2.5 Pembahasan Guru
2.6 Refleksi
Dilanjutkan
Siswa berdiskusi dengan
teman 1 kelompok
Siswa yang kelompoknya
siap mempresentasikan
kedepan kelas dan yang
lain memperhatikan
Siswa melakukan diskusi
antar kelompok
Siswa mendengarkan
penjelasan guru dan
memperbaiki jawaban
yang kurang
Siswa menyampaikan
pendapatnya masingmasing
16
behavioristik.
Pembelajaran
dengan
pendekatan
konvensional
penugasan.
Dimana
pembelajaran
konvensional
lebih
merupakan
pembelajaran yang berpusat pada guru dari pada kemampuan siswa. Metode
pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran konvensional adalah
metode ceramah. Metode ceramah adalah penjelasan guru secara lisan tentang
uraian materi pelajaran dimana dalam pelaksanaannya guru dapat menggunakan
alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada
muridnya.
Pola pembelajaran konvensional yaitu : (1) menyadarkan pada paradigma
guru mengajar; (2) pembelajaran teoritis dan abstrak; (3) keterampilan
dikembangkan atas dasar latihan; (4) hadiah perilaku baik adalah pujian atau nilai
rapor; (5) pembelajaran lebih cenderung di kelas; (6) penilaian dilakukan pada
akhir pembelajaran; (7) kemajuan belajar diukur dengan tes; (8) siswa belajar
secara individual; (9) siswa penerima informasi secara pasif; (10) menyandarkan
pada hafalan; (11) pemilihan informasi ditentukan oleh guru; (12) terfokus pada
satu bidang tertentu; (13) informasi terus diberikan sampai tidak diperlukan; (14)
penilaian hasil belajar hanya melalui kegiatan akdemis berupa ujian.
Dari pola pembelajaran konvensional tersebut, dapat diketahui metode
ceramah merupakan metode yang ekonomis dan efektif untuk keperluan
17
Memotivasi siswa
2)
1)
2)
Pemberian tugas
3)
Pembahasan
c. Penutup
Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah :
1)
18
19
faktor yang berasal dari luar diri siswa misalnya pengaruh lingkungan dan sumber
informasi yang didapat siswa.
2.6 Aktivitas Siswa
Aktivitas merupakan segala tingkah laku siswa pada saat mengikuti kegiatan
belajar mengajar (Masyruroh,2005:11). Aktivitas merupakan prinsip atau asas
yang sangat penting dalam interaksi belajar. Tanpa adanya aktivitas, proses belajar
mengajar tidak dapat berlangsung dengan baik, karena pada prinsipnya belajar
adalah berbuat, dan setiap orang yang belajar harus aktif. Jadi aktivitas disini juga
berperan dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar.
Menurut Hendrawijaya (1999:24) aktivitas belajar siswa adalah aktivitas
yang bersifat fisik ataupun mental dalam proses pembelajaran, kedua aktivitas
tersebut harus selalu terkait. Seorang siswa akan berfikir selama ia berbuat, tanpa
perbuatan maka siswa tidak akan befikir. Oleh karena itu agar siswa aktif berfikir
maka harus diberi kesempatan untuk berbuat. Menurut Nasution (2000:89),
aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat jasmani ataupun rohani. Dalam
proses pembelajaran, kedua aktivitas tesebut harus selalu terkait. Seorang siswa
akan berfikir selama berbuat, tanpa perbuatan maka siswa tidak akan berpikir.
Oleh karena itu, agar siswa aktif berfikir maka siswa akan diberi kesempatan
untuk berbuat dan beraktivitas.
Diedrich (dalam Nasution, 2000:91) membuat suatu daftar yang berisi
tentang macam kegiatan siswa yang dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Visual activities, misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi,
percobaan, dan pekerjaan orang lain.
2. Oral activities, misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara dan diskusi.
3. Listening activities, misalnya mendengarkan uraian, percakapan, diskusi,
musik dan pidato.
4. Writing activities, misalnya menulis karangan, cerita, laporan, ringkasan, dan
menyalin.
5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta dan diagram.
20