Anda di halaman 1dari 16

BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Fisika
Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yaitu suatu
ilmu yang mempelajari gejala dan peristiwa atau fenomena alam serta berusaha
untuk mengungkap segala rahasia dan hukum semesta. Fisika menguraikan dan
menganalisis struktur dan peristiwa-peristiwa di alam, teknik, dan lingkungan
sekitar. Dalam fisika ditemukan aturan-aturan atau hukum-hukum di alam yang
memungkinkan untuk dapat menerangkan gejala-gejalanya berdasarkan struktur
logika antara sebab akibat.
Fisika merupakan pelajaran tentang kejadian alam, yang memungkinkan
penelitian dengan percobaan, pengukuran apa yang didapat, penyajian secara
matematis, dan berdasarkan peraturan-peraturan umum (Brockhaus dalam
Druxes, 1986:3). Menurut Gerthsen (dalam Druxes, 1986:7), fisika merupakan
suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam yang sederhana dan berusaha
menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataannya. Persyaratan dasar untuk
pemecahan persoalannya ialah mengamati gejala-gejala tersebut (Druxes, 1986:3).
Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fisika merupakan
ilmu pengetahuan yang berusaha menguraikan serta menjelaskan hukum-hukum
alam dan kejadian-kejadian dalam alam dengan gambaran menurut pemikiran
manusia.
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan.
Artinya, tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang
menyangkut pengetahuan, ketrampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap
aspek organisme atau pribadi (Djamarah, 2002:11). Pembelajaran merupakan
kegiatan memberikan bantuan atau pertolongan kepada siswa untuk memperoleh
pengetahuan, ketrampilan, perubahan sikap, dan emosi untuk mencapai tujuan
pengajaran (Hamalik, 1994:41). Pembelajaran merupakan suatu proses untuk
memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan perubahan sikap antara siswa dengan
guru yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pembelajaran
pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotor yang dikembangkan melalui pengalaman belajar (Dimiyati dan


Moedjiono, 1999:159). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran fisika adalah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan oleh
guru dan murid untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis, pengetahuan,
ketrampilan

dan perubahan sikap kearah positif dalam mempelajari ilmu

pengetahuan fisika.
2.2 Model Pembelajaran Fisika
Menurut Soekamto dan Winataputra (1997:78), model adalah suatu
kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman di dalam melakukan suatu
kegiatan. Model adalah suatu deskripsi atau analogi yang digunakan untuk
memperlihatkan dalam bentuk yang sederhana sesuatu yang sukar untuk diamati
(Roestiyah, 1994:60). Selanjutnya menurut Arends (dalam Abbas, 2004:834)
model pembelajaran adalah gambaran suatu pendekatan secara menyeluruh atau
rencana

pengajaran

yang

meliputi

tujuan,

langkah-langkah,

lingkungan

pembelajaran, dan sistem pengaturan.


Joice dan Weil mengelompokkan model-model pembelajaran ke dalam
empat kategori, yakni: a) kelompok model pengolahan informasi atau the
information processing family, bahwa seseorang dapat mengetahui informasi
dengan cara menggali dan mengorganisasikan data serta berusaha memecahkan
suatu permasalahan; b) kelompok model personal atau the personal family,
kelompok model ini memusatkan perhatian pada pandangan seseorang dan
berusaha menggalakkan kemandirian; c) kelompok model sosial atau the social
family,

kelompok

model

ini

menitikberatkan

pada

kemampuan

untuk

bekerjasama; d) kelompok model sistem perilaku atau the behavioral system


family, memusatkan perhatian pada perilaku yang terobservasi (Soekamto dan
Winataputra, 1997:79).
Joice dan Weil (dalam Soekamto dan Winataputra, 1997:83) mengatakan
bahwa, setiap model pembelajaran harus memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1) sintakmatik, yaitu tahap-tahap kegiatan dari model; 2) sistem sosial, ialah

situasi atau suasana, dan norma yang berlaku dalam model; 3) prinsip reaksi,
adalah pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana guru melihat dan
memperlakukan para pelajar, termasuk bagaimana seharusnya memberikan respon
terhadap mereka; 4) sistem pendukung, ialah segala sarana, bahan dan alat yang
diperlukan untuk melaksanakan model; 5) dampak instruksional dan pengiring,
dampak instruksional ialah hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara
mengarahkan para pelajar pada tujuan yang diharapkan. Sedangkan dampak
pengiring, ialah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses belajar
mengajar, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh
para pelajar tanpa pengarahan langsung dari pengajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka model pembelajaran fisika adalah suatu
kerangka konseptual yang menggambarkan tentang prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar yang berguna untuk mencapai
tujuan belajar fisika, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
pembelajaran sehingga memperoleh informasi tentang ilmu pengetahuan yang ada
dalam pelajaran fisika.
2.3 Model Pembelajaran (Depp Dialogue and Critical Thinking) DDCT
Model DDCT adalah salah satu tipe pembelajaran inovatif yang
diharapkam mampu memberikan inspirasi bagi guru dalam mengembangkan
pembelajaran yang kreatif dan inovatif.

Model DDCT telah dikembangkan

dengan menggabungkan antara belajar secara dialog mendalam (depp dialogue)


dan berfikir kritis (critical thinking). Secara sederhana, dialog adalah percakapan
antara orang-orang dan melalui dialog tersebut, dua kelompok atau lebih yang
memiliki pandangan berbeda-beda bertukar ide, informasi dan pengalaman.
Deep dialogue (dialog mendalam), dapat diartikan bahwa percakapan antara
orang-orang tadi (dialog) harus diwujudkan dalam hubungan yang interpersonal,
saling keterbukaan, jujur dan mengandalkan kebaikan (GDI, dalam Kamdi,
2007:26). Sedangkan ciritical thinking (berpikir kritis) adalah kegiatan berpikir
yang dilakukan dengan mengoperasikan potensi intelektual untuk menganalisis,

membuat

pertimbangan

dan

mengambil

keputusan

secara

tepat

dan

melaksanakannya secara benar. Beberapa prinsip yang harus dikembangkan dalam


deep dialogue and critical thinking, antara lain adalah adanya komunikasi dua
arah dan prinsip saling memberi yang terbaik, menjalin hubungan kesederajatan
dan keberadaban serta empatisitas yang tinggi. Lima komponen atau tahap yang
terdapat dalam model pembelajaran dengan model DDCT yaitu hening,
membangun komunitas, kegiatan inti dengan strategi penemuan konsep (concept
attainment) dan cooperative learning, refleksi dan evaluasi
2.3.1

Ciri-ciri Pembelajaran DDCT


Menurut GDI (dalam Kamdi, 2007:27) mengindentifikasi ciri-ciri

pembelajaran yang menggunakan DDCT:


a. peserta didik dan guru nampak aktif,
b. mengoptimalisasikan potensi intelligensi peserta didik,
c. berfokus pada mental, emosional dan spiritual,
d. menggunakan pendekatan dialog mendalam dan berpikir kritis,
e. peserta didik dan guru dapat menjadi pendengar, pembicara, dan pemikir
yang baik,
f. dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,
g. lebih menekankan pada nilai, sikap dan kepribadian.
2.3.2

Langkah-langkah Pembelajaran DDCT


Langkah-langkah penerapan pembelajaran DDCT adalah sebagai berikut:

a.

Kegiatan awal
1) Membuka pelajaran, guru mengajak peserta didik untuk berdoa atau
hening menurut agama dan kepercayaan masing-masing.
2) Dinamika kelompok dalam rangka membangun komunitas dapat
dilakukan dengan peragaan dan simulasi.

b. Kegiatan inti sebagai pengembangan dan pengorganisasian materi pelajaran,


dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menggali informasi dengan memperbanyak brain storming dan diskusi
dengan melemparkan pertanyaan komplek untuk menciptakan kondisi
dialog mendalam dan berpikir kritis.
2) Umpan balik yang dilaksanakan oleh guru, setelah peserta didik diberi
waktu untuk berdialog mendalam, semua temuan dan hasil belajar yang
diperoleh selama diskusi dalam situasi cooperative learning. Selanjutnya
dilakukan klarifikasi atau penajaman atas temuan peserta didik terarah
pada kompetensi dan materi pokok yang guru belajarkan.
c. Kegiatan akhir
1)

Tahap

pengambilan

kesimpulan

dari

semua

yang

telah

dibelajarkan, sekaligus penghargaan atas segala aktivitas peserta didik.


2)

Refleksi, menggali pendapat peserta didik tentang apasaja yang


dirasakan dan dialami selama kegiatan belajar mengajar

3)

2.3.3

Pembelajaran diakhiri dengan hening atau doa.

Unsur-unsur Pembelajaran DDCT


Model pembelajaran (depp dialogue and critical thinking) DDCT

memiliki unsur-unsur model belajar mengajar sebagai berikut:


a. Sintakmatik
Model pembelajaran DDCT ini mempunyai langkah-langkah sabagai berikut:
1)

Hening
Pada tahap ini guru mengajak berdoa, menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai.

2) Pre tes

10

Pada tahap ini siswa diberi pre tes oleh guru pada permulaan pembelajaran.
Tes

ini

bertujuan

untuk

mengetahui

tingkat

keberhasilan

yang

direncanakan, sehingga dari tes tersebut dapat diketahui kelemahan siswa


dan memudahkan guru dalam memberikan bantuan jika diperlukan.
3) Simulasi atau peragaan
Guru memberikan simulasi atau peragaan untuk membangun komunitas
siswa di kelasnya.
4) Pembentukan kelompok
Kelompok beranggotakan tujuh hingga delapan siswa yang heterogen dan
bertanggungjawab atas penguasaan konsep oleh anggota kelompok. Oleh
karena itu semua anggota kelompok ikut belajar dan yang sudah paham
bisa memberi tahu yang belum paham. Hal ini terkait dengan tes yang akan
diberikan.
5) Presentasi oleh guru
Tahap guru menerangkan materi yang akan dibahas secara garis besar. Guru
mengajukan pertanyaan komplek dan provokatif untuk mendorong peserta
didik menemukan konsep yang akan dibelajarkan, membuat definisi,
selanjutnya mendorong peserta didik untuk menetapkan, menganalisis dan
memecahkan masalah.
6) Belajar kelompok
Tahap ini setiap kelompok diberi bahan ajar dan dikerjakan secara bersamasama untuk menemukan konsep pokok bahasan, membuat definisi,
selanjutnya menetapkan, menganalisi dan memecahkan masalah.
7) Presentasi kelompok
Pada tahap ini beberapa kelompok diberi kesempatan untuk presentasi di
depan kelas kelompok lain boleh menanggapi hasil analisa kelompok yang
presentasi.
8) Pembahasan Guru
Pada tahap ini guru melengkapi jawaban kelompok yang belum sempurna.
9) Refleksi

11

Kegiatan ini merupakan kegiatan pembelajaran yang penting dalam


pendekatan

DDCT.

Kegiatan

ini

bukan

menyimpulkan

materi

pembelajaran, tetapi pendapat peserta didik tentang apasaja yang dirasakan


dan dialami yang dikaitkan dengan apa saja yang dirasakan, dialami, dan
dilakukan saat dan setelah KBM. Peserta didik menyampaikan secara bebas
perasaan dan keinginan yang terkait dengan pembelajaran.
10)

Post tes

Tes ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa setelah


menerima materi pelajaran. Dalam penelitian dilakukan pos tes pada akhir
pelajaran.
11)

Perhitungan skor dan pemberian penghargaan

Setiap pertemuan guru merekap semua skor yang diperoleh masing-masing


kelompok. Kelompok yang mendapatkan skor tertinggi akan mendapatkan
penghargaan. Kriteria yang digunakan untuk prestasi kelompok adalah
kriteria yang tinggi untuk kelompok super, menengah untuk kelompok
sangat baik dan minim untuk kelompok baik.
12)

Hening

Pada tahap ini guru mengakhiri pembelajaran dengan hening atau doa.
b.

Sistem sosial
Sistem sosial yang berlaku dalam model ini adalah pembentukan kelompok

dengan kondisi siswa yang heterogen dan demokratis. Siswa diberikan kebebasan
untuk mengungkapkan pendapatnya dalam diskusi terbuka. Dalam pembelajaran
ini siswa diajarkan berani untuk mengemukakan pendapatnya di hadapan umum.
c.

Prinsip reaksi
Pengajar lebih berperan sebagai fasilitator dan konselor yang memberikan
kritik yang bersahabat. Guru bukan sumber yang tahu segalanya, namun antar
peserta didik dan pendidiknya terjadi saling belajar dan saling membelajarkan
sehingga terkesan simbiosis mutualism
d.

Sistem pendukung
Suasana kelas yang berupa diskusi kelompok dan sarana pendukung yang

diperlukan untuk melaksanakan model ini adalah lembar kegiatan siswa (LKS).

12

e. Dampak instruksional
Dampak instruksional yang diperoleh dari model pembelajaran DDCT ini, yaitu:
1)

siswa lebih memahami dan menguasai materi yang telah diberikan

2) siswa mampu memecahkan dan menyelesaikan soal dari materi yang


dipelajari.
f. Dampak pengiring
Dampak pengiring dari penerapan model pembelajaran DDCT ini, yaitu:
a.Kebiasaan selalu berdoa sebelum dan sesudah kegiatan belajar mengajar
secara langsung telah mebimbing peserta didik untuk menjadi insane yang
religius,
b. Berani menyumbangkan ide untuk memecahkan permasalahan kelompok,
c.Siswa belajar menghargai pendapat teman,
d. Meningkatkan kerja sama antar siswa,
e.Saling memberi dorongan pada teman untuk maju,
f. Mengemban tanggung jawab untuk mengelola dan saling memeriksa hasil
kerja teman dalam kelompok,
g. Mengurangi tingkat kesenjangan sosial siswa dikelas, siswa yang pandai
menyadari bakat yang dimilikinya untuk mau membaginya kepada siswa
lain.
2.3.4

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran DDCT


Suatu model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan.

Salah satu kelebihan model pembelajaran deep dialogue and critical thinking
adalah mampu melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan imajinatif,
menggunakan logika, menganalisis fakta-fakta dan melahirkan imajinatif atas ideide lokal dan tradisional. Sehingga peserta didik dapat membedakan mana yang
disebut berpikir baik dan tidak baik, mana yang benar dan tidak benar. Deep
dialogue and critical thinking menekankan pada nilai, sikap, kepribadian, mental,
emosional, dan spiritual sehingga peserta didik belajar dengan menyenangkan.
Sedangkan kekurangan yang ada pada model DDCT ini terkait dengan kesiapan

13

guru dan siswa untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran yang memang berbeda
dengan pembelajaran sebelumnya yang selama ini diterapkan. Guru yang terbiasa
memberikan semua materi pada siswa mungkin memerlukan waktu untuk
berangsur-angsur mengubah kebiasaan tersebut.

2.4 Penerapan Model DDCT dalam Pembelajaran Fisika


Penerapan model deep dialogue and critical thinking mengakses paham
konstruktivis dengan menekankan adanya dialog mendalam dan berpikir kritis.
Bahwa hasil belajar fisika secara optimal dapat dibangun pada diri siswa
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki dan pembelajaran fisika yang dirancang
guru dan mampu menyediakan pengalaman belajar menuju transformasi
pengalaman sains yang bersifat sainstifik pada diri siswa. Hal ini karena pada
hakikatnya proses pembelajaran fisika menekankan pada pemberian pengalaman
untuk mengembangkan kompetensi agar siswa menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. Selain itu proses pembelajaran fisika juga diarahkan untuk
mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep fisika dalam kehidupan seharihari.
Pembelajaran fisika dengan menggunakan model DDCT tidak hanya
menemukan pengetahuan konsep-konsep saja, namun juga diharapkan mampu di
samping mengenali diri sendiri juga mengenal diri orang lain. Selain itu, dengan
dialog mendalam dan berpikir kritis, orang akan belajar mengenal dunia lain di
luar dunia dirinya dan selanjutnya mampu menghargai perbedaan-perbedaan yang
ada di dalam masyarakat. Hal ini membuka kemungkinan-kemungkinan untuk
memahami makna yang fundamental dari kehidupan secara individual dan
kelompok dengan berbagai dimensinya. Model DDCT mempunyai keunggulan
yaitu siswa akan terlatih untuk berfikir secara kritis dalam menyelesaikan problem
yang hadapi sehingga memungkinkan pemahaman dan ketuntasan belajar tercapai,
serta membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif karena siswa aktif.
Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk

14

pemecahan masalah. Pada pembelajaran fisika dengan model DDCT setiap siswa
secara kelompok belajar materi fisika yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil
belajar kelompok akan dipresentasikan kedepan kelas dan kelompok lain
berkesampatan untuk menanggapi.
Kegiatan

yang

dilakukan

siswa

selama

pembelajaran

dengan

menggunakan model DDCT antara lain: (1) hening yang dipimpin oleh guru (2)
melaksanakan pre tes yang diberikan oleh guru, (3) simulasi atau peragaan untuk
membentuk komunitas (4) membentuk kelompok yang beranggotakan empat
sampai lima siswa, (5) mendengarkan penjelasan materi secara garis besar dari
guru, (6) melaksanakan belajar kelompok (7) presentasi kelompok didepan kelas,
kelompok lain boleh menanggapinya, (8) semua siswa menghentikan kegiatan
kelompok dan mendengarkan penjelasan, pembahasan serta pemecahan soal dari
guru, (9) refleksi, (10) melaksanakan post tes yang diberikan oleh guru untuk
mengetahui tingkat kemampuan siswa setelah menerima materi fisika, (11)
perhitungan skor yang diperoleh masing-masing individu dalam kelompok dan
tiap kelompok menerima penghargaan dari guru berdasarkan kriteria yang
diperolehnya, (12) guru menutup kegiatan belajar mengajar dengan berdoa kepada
tuhan.
Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran fisika dengan menggunakan model
pembelajaran DDCT
Langkah / Fase
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
1
2
3
1. Kegiatan awal
1.1 Hening
1. Guru membuka pelajaran dengan 1. Siswa berdoa sendirimengajak berdoa
sendiri
2. Guru menjelaskan tujuan
2. Siswa memperhatikan
pembelajaran
penjelasab guru
1.2 Pre tes
3. Guru memberikan pre tes
3. Siswa mengerjakan tes
1.3 Simulasi
4. Guru memberikan peragaan atau
4.
Siswa
simulasi
memperhatikan peragaan
atau simulasi didepan
kelas Guru membuka
pelajaran dengan
mengajak berdoa

15

2. Kegiatan inti
2.1 Pengelompokan Siswa

1. Guru meminta siswa untuk


1. Siswa bergabung ke
bergabung dengan kelompoknya
kelompoknya masingmasing-masing
masing

2.2 Presentasi oleh guru

lanjutan
2.3 Belajar kelompok

2.4 Presentasi kelompok

2. Guru menggali pengetahuan awal


siswa dengan mengajukan
pertanyaan dan memberikan
penjelasan materi secara garis
besar
3. Guru membagikan LKS, meminta
siswa mengerjakan LKS secara
berkelompok
4. Guru meminta siswa untuk saling
diskusi dengan teman 1
kelompoknya
5. Guru meminta beberapa
kelompok yang siap untuk
presentasi didepan kelas.

2. Siswa memperhatikan
dan menjawab
pertanyaan yang diajukan
guru
3. Siswa mengerjakan LKS
4.
5.

6.
7.
2.5 Pembahasan Guru

6. Guru melengkapi jawaban siswa


yang kurang lengkap
8.

2.6 Refleksi

2.7Penghitungan skor dan


pemberian penghargaan
2.8Post tes
3 Penutup
.1 Kesimpulan
.1 Hening

Dilanjutkan
Siswa berdiskusi dengan
teman 1 kelompok
Siswa yang kelompoknya
siap mempresentasikan
kedepan kelas dan yang
lain memperhatikan
Siswa melakukan diskusi
antar kelompok
Siswa mendengarkan
penjelasan guru dan
memperbaiki jawaban
yang kurang
Siswa menyampaikan
pendapatnya masingmasing

7. Guru menanyakan pendapat


siswa tentang apa saja yang
dirasakan, dialami dan dilakukan
di masa lalu (saat dan setelah
9. Tiap kelompok mendapat
KBM)
penghargaan dari guru
8.Guru memberikan penghargaan
10. Siswa mengerjakan tes
bagi kelompok sesuai dengan
secara individu
skornya.
9.Guru memberikan post tes

1. Guru meminta perwakilan siswa 1. Siswa menyimpulkan


untuk menyimpulkan materi yang
telah dipelajari
2. Guru mengakhiri pembelajaran
Siswa berdoa sesuai dengan
dengan memimpin doa
agamanya masing- masing.

16

Pada penerapan Model DDCT dalam pembelajaran fisika, tiap langkah


pembelajaran terdapat kegiatan siswa yaitu siswa mampu mengerjakan tes,
memperhatikan penjelasan guru, dan berdiskusi. Dari kegiatan siswa tersebut
dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk beraktivitas sehingga dengan
adanya aktivitas siswa mampu berpengaruh pada hasil belajar fisika siswa.
Aktivitas siswa yang tinggi mampu meningkatkan hasil belajar fisika.
2.5 Model Konvensional
Pembelajaran konvensional dalam prakteknya cenderung mengacu pada
pandangan

behavioristik.

Pembelajaran

dengan

pendekatan

konvensional

merupakan pendekatan pembelajaran di kelas yang bersifat tradisional. Adapun


metode pembelajaran yang sering diterapkan dalam pembelajaran dengan
pendekatan konvensional antara lain adalah ceramah, tanya jawab, demonstrasi
dan

penugasan.

Dimana

pembelajaran

konvensional

lebih

merupakan

pembelajaran yang berpusat pada guru dari pada kemampuan siswa. Metode
pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran konvensional adalah
metode ceramah. Metode ceramah adalah penjelasan guru secara lisan tentang
uraian materi pelajaran dimana dalam pelaksanaannya guru dapat menggunakan
alat bantu mengajar untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada
muridnya.
Pola pembelajaran konvensional yaitu : (1) menyadarkan pada paradigma
guru mengajar; (2) pembelajaran teoritis dan abstrak; (3) keterampilan
dikembangkan atas dasar latihan; (4) hadiah perilaku baik adalah pujian atau nilai
rapor; (5) pembelajaran lebih cenderung di kelas; (6) penilaian dilakukan pada
akhir pembelajaran; (7) kemajuan belajar diukur dengan tes; (8) siswa belajar
secara individual; (9) siswa penerima informasi secara pasif; (10) menyandarkan
pada hafalan; (11) pemilihan informasi ditentukan oleh guru; (12) terfokus pada
satu bidang tertentu; (13) informasi terus diberikan sampai tidak diperlukan; (14)
penilaian hasil belajar hanya melalui kegiatan akdemis berupa ujian.
Dari pola pembelajaran konvensional tersebut, dapat diketahui metode
ceramah merupakan metode yang ekonomis dan efektif untuk keperluan

17

penyampaian informasi dan pengetahuan. Kelemahannya adalah siswa cenderung


pasif, pengaturan kecepatan secara klasikal ditentukan oleh pengajar (guru),
kurang cocok untuk pembentukan keterampilan dan sikap, dan cenderung
menempatkan guru sebagai otoritas terakhir. Kelebihan metode ceramah yaitu
efisiensi waktu dan tenaga, mudah dilaksanakan, dan pengaturan kelas tidak sulit,
guru dapat menyampaikan pengetahuannya secara maksimal, dapat mencakup
jumlah yang besar dengan materi yang luas, melatih murid memusatkan perhatian.
Sedangkan kekurangannya yaitu siswa belajar secara pasif, perlu adanya
kemampuan ceramah, sulit mengukur hasil belajar siswa, dan proses kegiatan
belajar mengajar cenderung satu arah yaitu guru ke siswa.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran konvensional
adalah sebagai berikut:
a. Pendahuluan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah :
1)

Memotivasi siswa

2)

Memberi apersepsi terhadap siswa tentang materi yang akan diberikan.


b. Inti
Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah :

1)

Menjelaskan materi pelajaran disertai demonstrasi

2)

Pemberian tugas

3)

Pembahasan
c. Penutup
Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah :

1)

Membuat kesimpulan materi pelajaran


2.6 Hasil Belajar Siswa
Menurut Slameto (1995:22) mengatakan bahwa hasil belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri atau
interaksi dengan lingkungannya. Selanjutnya Sudjana (1989:22) mengatakan hasil

18

belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman


belajar.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan yang dimiliki oleh siswa dari pengolahan belajarnya dan
menghasilkan perubahan tingkah laku yang diwujudkan dalam bentuk nilai. Hasil
belajar fisika adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam mempelajari
fisika menyangkut materi yang menghasilkan perubahan tingkah laku yang
diwujudkan dalam bentuk nilai. Hasil belajar kadang sering kali tidak sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah faktor dari dalam (intern) dan
faktor dari luar (ekstern). Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (1995:54-72)
bahwa hasil belajar fisika dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Faktor intern, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa
a. Faktor jasmaniah meliputi kesehatan dan cacat tubuh.
b. Faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, dan kesiapan.
c. Faktor kelelahan.
2. Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa
a.Faktor keluarga meliputi cara keluarga mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua,
latar belakang kebudayaan.
b.Faktor sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa,
relasi siswa dengan siswa, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan
gedung, metode belajar, tugas rumah.
c.Faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media,
teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dijelaskan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar siswa ada dua macam, yaitu faktor intern dan
faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa
misalnya kondisi fisik dan kondisi psikis siswa. Sedangkan faktor ekstern adalah

19

faktor yang berasal dari luar diri siswa misalnya pengaruh lingkungan dan sumber
informasi yang didapat siswa.
2.6 Aktivitas Siswa
Aktivitas merupakan segala tingkah laku siswa pada saat mengikuti kegiatan
belajar mengajar (Masyruroh,2005:11). Aktivitas merupakan prinsip atau asas
yang sangat penting dalam interaksi belajar. Tanpa adanya aktivitas, proses belajar
mengajar tidak dapat berlangsung dengan baik, karena pada prinsipnya belajar
adalah berbuat, dan setiap orang yang belajar harus aktif. Jadi aktivitas disini juga
berperan dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar.
Menurut Hendrawijaya (1999:24) aktivitas belajar siswa adalah aktivitas
yang bersifat fisik ataupun mental dalam proses pembelajaran, kedua aktivitas
tersebut harus selalu terkait. Seorang siswa akan berfikir selama ia berbuat, tanpa
perbuatan maka siswa tidak akan befikir. Oleh karena itu agar siswa aktif berfikir
maka harus diberi kesempatan untuk berbuat. Menurut Nasution (2000:89),
aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat jasmani ataupun rohani. Dalam
proses pembelajaran, kedua aktivitas tesebut harus selalu terkait. Seorang siswa
akan berfikir selama berbuat, tanpa perbuatan maka siswa tidak akan berpikir.
Oleh karena itu, agar siswa aktif berfikir maka siswa akan diberi kesempatan
untuk berbuat dan beraktivitas.
Diedrich (dalam Nasution, 2000:91) membuat suatu daftar yang berisi
tentang macam kegiatan siswa yang dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Visual activities, misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi,
percobaan, dan pekerjaan orang lain.
2. Oral activities, misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara dan diskusi.
3. Listening activities, misalnya mendengarkan uraian, percakapan, diskusi,
musik dan pidato.
4. Writing activities, misalnya menulis karangan, cerita, laporan, ringkasan, dan
menyalin.
5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta dan diagram.

20

6. Motor activities, misalnya melakukan percobaan, membuat konstruksi,


bermain dan mereparasi.
7. Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, dan mengambil keputusan.
8. Emotional activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, senang,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.
Dari uraian di atas, disimpulkan bahwa aktivitas siswa di sekolah sangat
bervariasi. Adapun aktivitas yang diamati selama pembelajaran dengan model
DDCT merupakan aktivitas yang sudah dimodifikasi dari teori yang ada antara
lain: (1) memperhatikan penjelasan guru, (2) bekerja sama, (3) menghargai
pendapat orang lain, (4) menanggapi pendapat orang lain, (5) menjawab
pertanyaan guru.
2.7 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka di atas, maka hipotesis
pada penelitian ini adalah:
1. Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan
model pembelajaran (depp dialogue and critical thinking) DDCT dengan
pembelajaran model konvensional
2. Penerapan pembelajaran (depp dialogue and critical thinking) DDCT
berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran
fisika di SMP.

Anda mungkin juga menyukai