Anda di halaman 1dari 47

Klinik Dokter Keluarga FK UWKS

No. Berkas :

Berkas Pembinaan Keluarga

No. RM

Puskesmas Sekardangan

Nama KK

: Tn. Rohmat

Tanggal kunjungan pertama kali 29 Oktober 2013,


Nama pembina keluarga pertama kali: Irene Madurika Putri, S.Ked
Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai satu periode
pembinaan )

Tanggal

Tingkat
Pemahaman

Paraf Pembimbing

Paraf

Keterangan

KARAKTEHISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Nama Kepala Keluarga

: Tn. Abdul Rosid

Alamat lengkap

: Trosobo RT 003/0051,Keboguyang ,Jabon, Sidoarjo

Bentuk Keluarga

: Nuclear Family

Tabel 2. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

Kedudukan
No

Nama

dalam

L/ P

Umur

Pendidikan Pekerjaan

keluarga
1

Abdul Rosid

KK

54

SD

Sutilah

Istri

53

3.

Adianto

Anak

4.

Siti Mufida

menantu

5.

Choirunisa

cucu

Buruh

Pasien
Y/T

Ket.

SD

serabutan
IRT

31

SLTA

buruh

28

SLTA

IRT

SD

pelajar

Sumber : Data Primer, Oktober 2013

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB I
STATUS PENDERTTA
A. PENDAHULUAN
Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita diare
akut, berjenis kelamin perempuan dan berusia 53 tahun, dimana pendenta merupakan salah
satu pasien diare akut yang berada di wilayah Puskesmas Jabon, Kabupaten Sidoarjo,
dengan berbagai pemasalahan yang dihadapi. Mengingat kasus ini masih banyak
ditemukan di masyarakat khususnya di daerah Puskesmas Jabon beserta permasalahannya
seperti masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pola hidup bersih dan
sehat .Oleh karena itu penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan
mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Ny.S

Umur

: 53 Tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Pendidikan

: SD

Agama

: Islam

Alamat

: Trosobo RT 0031/005, Keboguyang, jabon, Sidoarjo

Suku

: Jawa

Tanggal periksa

: 29 Oktober 2013

C. ANAMNESIS ( Heteroanamnesis dari ibu pasien)


1. Keluhan Utama

: berak lunak

2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan berak lunak pertama kali


sejak subuh pk 04.00. Pasien berak lunak hingga 4 kali sampai pk 09.00. Perutnya
terasa mules, jumlahnya banyak ,konsistensi lunak, ada ampas, tidak ada darah dan
lendir . pasien tidak muntah, pasien tidak panas. Sebelumnya pasien makan makanan
pedas.
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
-

Riwayat alergi obat/makanan

: disangkal

- Pernah MRS karena operasi tumor yang ada di perut pada tahun 1983
4. Riwayat Penyakit Keluarga
-

Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal

Riwayat keluarga alergi obat/makanan

: disangkal

5. Riwayat Kebiasaan
-

Riwayat merokok

: disangkal

6. Riwayat Sosial Ekonomi


Penderita adalah seorang wanita berusia 53 tahun. Penderita tinggal di sebuah
rumah yang berpenghuni 6 orang (penderita, suami, anak keduanya, menantu dan satu
cucu). Suami penderita bekerja sebagai buruh serabutan dan mengerjakan pekerjaan
yang ada.Demikian pula anak penderita bekerja sebagai buruh. Sumber pendapatan
keluarga didapatkan dari suami penderita sejumlah Rp 600.000-900.000/bulan.
7. Riwayat Gizi.
Penderita makan sehari-harinya 3x yaitu satu kali pagi hari dengan porsi
keluarga seperti nasi dengan sayur dan lauk pauk . Kesan gizi cukup.

D. ANAMNESIS SISTEM
1. Kulit

: warna kulit sawo matang, kulit gatal (-)

2. Kepala

: sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok, rambut
tidak berwarna kemerahan,
luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)

3. Mata

: mata cowong -/-, pandangan mata berkunang-kunang (-),


penglihatan kabur (-), ketajaman baik

4. Hidung

: tersumbat (-), mimisan (-)

5. Telinga

: pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)

6. Mulut

: sariawan (-), mulut kering (-),

7. Tenggorokan

: sakit menelan (-), serak (-)

8. Pernafasan

: sesak nafas (-), batuk lama (-) , batuk darah (-)

9. Kadiovaskuler

: berdebar-debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-)

10. Gastrointestinal

: mual (-), muntah (-), diare (+),


nyeri perut/mules (+), BAB konsistensi lunak,

11. Genitourinaria

: BAK lancar, 3-4 kali/hari warna dan jumlah seperti biasa

12. Neuropsikiatri

: Neurologik
Psikiatrik

: kejang (-), lumpuh (-)


: dalam batas normal

13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)
14. Ekstremitas

: Atas

: bengkak (-), sakit (-)

Bawah : bengkak (-), sakit (-)


F. PEMERIKSAANFISIK
1. Keadaan Umum
Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis (GCS 4-5-6), status gizi kesan
cukup.
2. Tanda Vital dan Status Gizi
Tanda Vital
Nadi

: 91 x/menit, reguler, isi cukup, simetris

Pernafasan : 19 x/menit
Suhu

: 36,20 C

Tensi

: 130/90mmHg

Status gizi :
BB : 52 kg
TB : 160 cm

Status Gizi IMT:

Berat badan kg__ = 52 = 20,31 (Normal)


(Tinggi badan)2 m

(1,6)2

3. Kulit
Warna

: Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)

Kepala

: Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut,


atrofi m. temporalis(-), makula (-), papula (-), nodula (-),
kelainan mimik wajah/bells palsy (-)

4. Mata
Mata cowong (-/-), Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
(3mm/3mm), reflek kornea (+/+), wama kelopak (coklat kebitaman), katarak (-/-),
radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)
5. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistakils (-), deformitas hidung (-),
hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)
6. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah
hiperemis (-), tremor (-)
7. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga
dalam batas normal
8. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
9. Leher
Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-),
lesi pada kulit (-)
10. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
- Cor : I : ictus cordis tak tampak
P: ictus cordis kuat angkat
P: batas kiri atas

: SIC U 1 cm lateral LPSS

batas kanan atas

: SIC II LPSD

batas kiri bawah

: SIC V 1 cm lateral LMCS

batas kanan bawah

: SIC IV LPSD

batas jantung kesan tidak melebar


A: BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)
- Pulmo : Statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor A: suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBK (+/+), whezing (-/-)
Dinamis (depan dan belakang)
I : pergerakan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor A: suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBK (+/+), whezing (-/-)
11. Abdomen
I : dinding perut sejajar dengan dinding dada
P : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
P : timpani seluruh lapang perut
A:

peristaltik (+) meningkat

12. Sistem Collumna Vertebralis


I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
P : nyeri tekan (-)
P : NKCV(-)
13. Ektremitas: palmar eritema(-/-)
akral dingin

oedem

14. Sistem genetalia: dalam batas normal


15. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur

: dalam batas normal

Fungsi Vegetatif

: dalam batas normal

Fungsi Sensorik

: dalam batas normal

Fungsi motorik

: dalam batas normal

16. Pemeriksaan Psikiatrik


Penampilan : baik, perawatan diri cukup
Kesadaran

: kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis

Afek

: appropriate

Psikomotor : normoaktif
Proses pikir : tidak dievaluasi
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium

: tidak dilakukan

G. RESUME
Seorang perempuan berusia 53 tahun dengan keluhan utama berak lunak. Berak
lunak sudah dialami sejak pukul 4 subuh, berak lunak dalam jumlah banyak, ada
ampas. Tidak didapatkan darah/lendir. Mual muntah tidak adabperut terasa mulas..
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan, compos
mentis, status gizi kesan cukup. Tanda vital T:130/90mmHg, N: 91 x/menit, Rr: 19
x/menit, S:36,2C, BB:52 kg, TB: 160 cm. Pemeriksaan penunjang tidak dilakukan.
H. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS
Diagnosis Biologis
1. Diare akut
2. Nafsu makan kurang.
Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya
1. Status ekonomi kurang.
2. Kondisi lingkungan dan rumah yang tidak sehat.
I. PENATALAKSANAAN
Secara

umum

penanganan

diare

akut

ditujukan

untuk

mencegah

/menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa,


kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik,
mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk
melaksanakan terapi diare secara secara komprehensif, efisien dan efektif harus

dilakukan secara rasional. Secara umum terapi rasional adalah terapi yang : 1) tepat
indikasi, 2) tepat dosis, 3) tepat penderita, 4) tepat obat, 5) waspada terhadap efek
samping. Jadi penatalaksanaan terapi diare yang menyangkut berbagai aspek
didasarkan pada terapi yang rasional yang mencakup kelima hal tersebut (Soeparto et
al, 2006).
Prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah
Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi
WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki
kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak
kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program
LINTAS DIARE yaitu (Kemenkes, 2011) :
1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan
4. Antibiotik Selektif
5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh
1. Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga
dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah
tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah
oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan
muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan
yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk
mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi
(Kemenkes RI, 2011).
a. Diare tanpa dehidrasi
Umur < 1 tahun : - gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 4 tahun : - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 1 gelas setiap kali anak mencret
b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan
dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
c. Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus.
(Kemenkes RI, 2011)
Tabel 2.2. Kebutuhan Jumlah

oralit

yang Jumlah

oralit

yang

Oralit per Kelompok diberikan tiap BAB

disediakan di rumah

Umur Umur
< 12 bulan
1-4 tahun

50-100 ml
100-200 ml

400 ml/hari ( 2 bungkus)


600-800 ml/hari ( 3-4

> 5 tahun

200-300 ml

bungkus)
800-1000 ml/hari (4-5

Dewasa

300-400 ml

bungkus)
1200-2800 ml/hari

2. Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini
meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga

10

berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi
selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare,
mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan
kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare
harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
a. Umur < 6 bulan : tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet
zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan
pada anak diare (Kemenkes RI, 2011).
3. Pemberian ASI/makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu
formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi
yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan
diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan
ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI,
2011).
3. Pemberian ASI/makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu
formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi
yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan
diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan
ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI,
2011)

11

4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi


Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare
pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare
dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011).
Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena
terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obatobatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian
besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa
digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia) (Kemenkes RI, 2011).
5. Pemberian Nasihat
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat
dengan balita harus diberi nasehat tentang:
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
a. Diare lebih sering
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan/minum sedikit
e. Timbul demam
f. Tinja berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari.

J. FOLLOW UP
Tanggal 12 September 2013
S : Penderita masih berak cair tapi frekuensi berkurang 3-4x sehari. Panas -, mual
-, muntah -, nafsu makan mulai membaik. BAK normal.
O : KU sedang, compos mentis.
Tanda vital :

T:-

R :20x/menit

N :76x/menit
S :36,7C
Status Generalis : Mata

: Mata cowowng (-/-)

12

Status Neurologis : dalam batas normal.


Status Mentalis : dalam batas normal
A : Diare akut
P : Berikan Makanan menu keluarga 2-3x sehari dengan komposisi nasi, lauk,
sayur , dan buah yang seimbang, serta oralit dan obat-obat yang telah diberikan.
Tanggal 13 Juni 2013
S : Penderita masih berak cair 2x saat pagi. Panas -, mual -, muntah -, nafsu makan
membaik. BAK normal.
O : KU sedang, compos mentis, gizi kurang
Tanda vital :

T:-

R :18x/menit

N : 66x/menit S : 36,5C
Status Generalis : Mata : mata cowong (-/-)
Status Neurologis : dalam batas normal.
Status Mentalis : dalam batas normal
A : Diare akut membaik
P : Menjaga kebersihan anak serta peralatan makan anak.
FLOW SHEET
Nama

: An. I

Diagnosis : Diare akut


NO

1
2

Tensi
TGL

BB

TB

mm
Hg

Kg

Cm

11/09/2013

19

123

12/09/2013

19

123

19

123

3 13/09/2013

Status

Mata

Gizi

cowong

Gizi
Cukup
Gizi
Cukup
Gizi
Cukup

BAB II

13

(-/-)
(-/-)
(-/-)

KET

IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biologis.
Keluarga terdiri dari penderita, ayah (Tn. Rohmat, 42 tahun), Ibu (Ny. Mia, 43
tahun). Penderita tinggal serumah ayah ,ibu, serta ketiga kakak perempuannya.
2. Fungsi Psikologis.
An. I tinggal serumah dengan kedua orang tuanya. Hubungan keluarga
mereka terjalin cukup akrab. Hubungan diantara mereka cukup dekat antara satu
dengan yang lain. Ayah penderita bekerja setiap hari sebagai perawat dan penjual
burung. Sehingga sehari-hari penderita lebih banyak menghabiskan waktunya
dengan ibu dan kakak-kakak penderita.
Penghasilan ayah penderita kurang karena harus membiayai kehidupan
seluruh anggota keluarga, namun mereka tetap hidup cukup bahagia dan mengaku
tidak pernah kekurangan dalam memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
3. Fungsi Sosial
Dalam masyarakat kedua orang tua penderita hanya sebagai anggota
masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat.
Kedua orang tua penderita kurang aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat karena
jam kerja yang menyita waktu. Dalam kesehariannya keluarga penderita bergaul
akrab dengan masyarakat di sekitarya seperti halnya anggota masyarakat yang lain.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan dari ayah yang bekerja
wiraswasta dengan penghasilan sebesar Rp 2.000.000 per bulannya.
Penghasilan tersebut juga digunakan untuk membiayai seluruh anggota
keluarga. Untuk biaya bidup sehari-hari seperti makan, minum, biaya sekolah atau
iuran membayar listrik hanya mengandalkan uang yang ada dan tidak pemah
menyisihkannya untuk menabung ataupun biaya-biaya mendadak (seperti biaya
pengobatan dan lain-lain). Untuk memasak memakai kompor gas. Makan seharihari Iauk pauk, sayur, kadang daging, buah dan frekuensi makan 3 kali sehari.
Kalau ada keluarga yang sakit biasa berobat ke puskesmas.
5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

14

Penderita masih berusia 10 bulan sehingga sulit untuk mengevaluasi fungsi ini.
B. APGAR SCORE
ADAPTATION
Penderita sangat dekat dengan anggota keluarga di rumahnya. Penderita
termasuk anak yang cukup aktif bermain meskipun sering mengalami diare sepanjang
tahun 2013 ini.
PARTNERSHIP
An. E memiliki seorang kakak perempuan berumur 9, 13, dan 17 tahun.
Menurut orang tua penderita, setiap hari penderita kerap diajak bermain-main oleh
kakaknya.
GROWTH
An.E memang cukup sering mengalami diare sepanjang tahun 2013 ini,namun
orang tua penderita selalu berusaha memberikan pengobatan yang baik ketika penderita
sedang sakit, salah satunya dengan selalu membawa penderita berobat ke PKM.
AFFECTION
An. E mendapat cukup banyak perhatian dan kasih sayang dari seluruh anggota
keluarga.
RESOLVE
An. E selalu mendapat perhatian dari segenap anggota keluarga. Karena
kesibukan ayah penderita, penderita jarang menikmati kebersamaan bersama anggota
keluarga di luar rumah.

APGAR Tn. Rohmat Terhadap Keluarga

Sering/

Kadangkadang

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga

selalu

saya bila saya menghadapi masalah


Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan

membagi masalah dengan saya

15

Jarang/tidak

Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan


mendukung

saya

untuk

melakukan

kegiatan baru atau arah hid up yang baru


Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih

keinginan

sayangnya

dan merespon emosi saya

seperti kemarahan, perhatian dll


Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya

membagi waktu bersama-sama

Total poin = 10 fungsi keluarga dalam keadaan baik


Tn Rohmat bekerja sebagai perawat dan penjual burung. Tn.Rohmat
mengendarai sepeda motor setiap hari pulang pergi untuk bekerja sehingga sampai
rumah sudah mulai malam. Karena itu Tn. Rohmat tidak cukup sering bermain ataupun
berinteraksi bersama anaknya.
Namun saat hari libur Tn. Rohmat selalu berada di rumah untuk membantu
isterinya merawat anak-anaknya.

APGAR Ny. Mia Terhadap Keluarga

Sering/

Kadangkadang

Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga

selalu

saya bila saya menghadapi masalah


Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan

membagi masalah dengan saya


Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan

Jarang/tidak

mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan


A

baru atau arah hidup yang baru


Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan

kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti


R

kemarahan, perhatian dll


Saya puas dengan cara kelnarga saya dan saya

membagi waktu bersama-sama

Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik


Ny. Mia sehari-harinya tidak bekerja, sehingga bisa menjaga dan merawat anakanak setiap hari di rumah.
Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga An. Elang adalah 19, Hal
ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga An. Elang dan

16

keluarganya dalam keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga tersebut terjalin
baik.
C. SCREEM
SUMBER

PATHOLOGY

KET

Sosial

Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga

juga dengan saudara partisipasi mereka dalam


Cultural

masyarakat cukup meskipun banyak keterbatasan


Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik,

hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik


dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak
tradisi budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti
acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran
dll. Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan
Religius

kesopanan
Pemahaman agama cukup. Namun penerapan _

Agama menawarkan pe-

ajaran agama cukup. Setiap pagi mereka selalu

ngalaman spiritual yang

berdoa bersama dan saat minggu pagi beribadah ke

haik untuk ketenangan in- gereja bersama-sama.


dividu yang tidak didapatkan dari yang lain
Ekonomi

Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke _


bawah, untuk kebutuhan primer sudah bisa

Edukasi

terpenuhi,

meski

belum

mampu

kebutuhan

sekunder

rencana

memadai,

diperlukan

skala

mencukupi

ekonomi

tidak

prioritas

untuk

pemenuhan kebutuhan hidup


Pendidikan anggota keluarga kurang memadai. +
Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua
masih rendah. Kemampuan untuk memperoleh dan
memiliki fasilitas pendidikan seperti buku-buku,

Medical

koran terbatas.
Pelayanan kesehatan

puskesmas

memberikan _

perhatian khusus terhadap kasus pendenta

17

Tidak mampu membiayai pelayanan kesehatan


yang

lebih

balk

Dalam

mencari

pelayanan

kesehatan keluarga ini biasanya menggunakan


Puskesmas dan hal ini mudah dijangkau karena
letaknya dekat
Keterangan
Ekonomi (-) artinya keluarga An. Elang tidak menghadapi permasalahan dalam hal
perekonomian keluarga. Hal ini dapat dilihat dari pemenuhan kebutuhan seharihari yang bisa tercukupi .
Religius (-) artinya keluarga An. Irzam tidak menghadapi permasalahan di bidang
agama, kedua orang tua An. Irzam taat beribadah bersama setiap hari Minggu. Hal
ini mempengaruhi ketentraman batin karena pendenta dekat dengan Tuhan
terutama dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada.
Edukasi (+) artinya keluarga An. Irzam menghadapi permasalahan dalam bidang
pendidikan, ibu pasien hanya lulusan SMP. Hal ini akan mempengaruhi
pengetahuan dan pola berpikir dalam pengasuhan dan perawatan
D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Alamat lengkap

: Sekardangan RT 01/01, Bulu Sidokare, Sekardangan, Sidoarjo

Bentuk Keluarga : Nuclear Family


Diagram 1. Genogram Keluarga An. Elang, Dibuat tanggal 11 September 2013

18

Ny. Indahwati
28 tahun
perempuan

Tn. Muis
29 tahun
Laki-laki

An. Irzam
10 bulan
Laki-laki

Sumber : Data Primer, 11 September 2013


Keterangan:
Penderita
Tn. Rohmat

: Ayah Penderita

Ny. Mia

: Ibu Penderita

19

E. INFORMASI POLA INTERAKSI


Keluarga

An. Irzam, 10
bulan
Penderita

An.Dafa, 3,5
tahun
Kakak penderita

Tn. Muis, 29
tahun
Ayah penderita

Keterangan :

Ny. Indahwati,
28 tahun
Ibu penderita

= hubungan baik
= hubungan tidak baik

Hubungan antara An. Elang, ayah, ibu, serta kakak-kakaknya baik dan dekat.
Antara ayah dan ibunya baik. Dalam keluarga ini tidak sampai terjadi konflik atau
hubungan buruk antar anggota keluarga.

F. PERTANYAAN SIRKULER
1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh ibu ?

20

Jawab :
Ibu merawat penderita serta membawa penderita berobat ke Puskesmas.
2. Ketika ibu bertindak seperti itu apa yang dilakukan ayah ?
Jawab :
Ayah mendukung apa yang dilakukan oleh ibu. Karena ia mempercayai urusan
anak sehari-hari kepada ibu.
3. Ketika ayah seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain ?
Jawab :
Ikut mendukung dan membantu apa yang diputuskan ayah.
4. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan ?
Jawab :
Dibutuhkan ijin ayah, karena ia sebagai kepala keluarga. Namun sebelumya melalui
musyawarah dengan anggota keluarga lainya atau mungkin juga melibatkan
keluarga besarnya.
5. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita ?
Jawab :
Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah ibu.
6.

Selanjutnya siapa ?
Jawab :
Selanjutnya adalah nenek penderita. Karena nenek penderita cukup sering
berkunjung dan merawat penderita di rumah bersama ibu penderita.

7.

Siapa yang secara emosional jauh dari penderita ?


Jawab :
Ayah, karena ayah karena setiap harinya ayah penderita bekerja cukup jauh dari
rumah.Setiap hari berangkat pagi dan pulang ketika menjelang malam.

8. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien ?


Jawab : .
9. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya ?
Jawab : segala keputusan di rumah diambil melalui musyawarah antara seluruh
anggota keluarga.

21

BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
1. Faktor Perilaku Keluarga
An. E adalah seorang anak dari pasangan Tn. M dan Ny. I. Saat ini penderita
berumur 7 tahun dan tinggal bersama orang tua dan kakak-kakak perempuan penderita
yang berusia 9, 13,dan 17 tahun.
Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat adalah
keadaan terbebas dari sakit, yaitu yang menghalangi aktivitas sehari-hari. Keluarga ini
menyadari pentingnya kesehatan karena apabila mereka sakit, akan dibutuhkan biaya
tambahan yang dikeluarkan untuk berobat. Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya
disebabkan oleh kuman penyakit, bukan dari guna-guna, sihir, atau supranatural/
takhayul. Mereka tidak terlalu mempercayai mitos, apalagi menyangkut masalah
penyakit, lebih mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada mantri, bidan,
atau dokter di puskesmas yang terletak dekat dengan rumah.
Lingkungan rumah mereka tidak sehat karena air sumur yang digunakan untuk
mandi berwarna keruh dan berbau, namun mereka berusaha menjaga kebersihan badan
dengan menggunakan air PDAM lalu menggunakan sabun mandi serta selalu mandi 2x
sehari, yaitu pagi dan sore hari. Mereka juga menata perabot rumah dengan baik dan
menyapu rumah setiap hari .
Keluarga ini sudah memiliki fasilitas jamban keluarga. Namun untuk
melakukan kegiatan mencuci dan mandi keluarga ini menggunakan air dari pompa air
yang ada di rumah. Untuk kebutuhan air minum dan memasak, mereka menggunakan
air PDAM.

22

2. Faktor Non Perilaku


Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga menengah ke
bawah. Keluarga ini memiliki satu sumber penghasilan yaitu dari ayah yang bekerja
sebagai perawat dan penjual burung. Dari total semua penghasilan tersebut keluarga
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari walaupun belum semua kebutuhan dapat
terpenuhi terutama kebutuhan sekunder dan tertier.
Rumah yang dihuni keluarga ini kurang memadai karena masih ada kekurangan
dalam pemenuhan standar kesehatan. Hanya terdapat 2 kamar tidur. Sampah keluarga
dibuang ditempat pembuangan sampah yang ada di belakang rumah. Fasilitas
kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah Puskesmas
Sekardangan.
B. Identifikasi Lingkungan Rumah
Gambaran Lingkungan
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 12 x 6 m2 dan menghadap ke
Timur. Tidak memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas. Terdiri dari ruang
kamar tamu yang sekaligus digunakan sebagai ruang keluarga dan menonton TV, ruang
tamu tersebut disekat dengan sebuah lemari besar,dan di belakang lemari juga dijadikan
kamar tidur,

dua kamar tidur utama,

dapur, dan kamar mandi yang letaknya

bersebelahan dengan dapur serta yang memiliki fasilitas jamban keluarga. Terdiri dari 1
pintu keluar , yaitu 1 pintu depan. Jendela ada 3 buah, dikamar tamu dan disetiap
kamar tidurnya. Pada pagi hari jendela selalu dibuka dan ditutup menjelang sore.
Lantai rumah terbuat dari keramik dan pada bagian dapur terbuat dari semen .
Ventilasi dan penerangan rumah cukup. Atap rumah tersusun dari genteng dan tidak
ditutup langit-langit. Masing-masing kamar memiliki dipan untuk meletakan kasur.
Dinding rumah terbuat dari batubata yang sudah dicat. Perabotan rumah tangga cukup.
Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan air sumur yang
ditimba untuk keperluan mencuci dan mandi, serta menggunakan air PDAM untuk
keperluan air minum dan memasak. Secara keseluruhan kebersihan rumah masih
kurang. Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor gas .

23

Denah Rumah :

24

BAB IV
DAFTAR MASALAH
1. Masalah Aktif :
a. Diare akut
b. Kondisi ekonomi lemah
c. Pengetahuan orang tua yang kurang tentang penyakit pendenta
2. Faktor resiko:
a. Lingkungan dan tempat tinggal yang tidak sehat
DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan
faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)
Diare akut

PHBS

An. Irzam, 10
bulan

Kondisi
ekonomi
lemah

Pengetahuan
orang tua kurang

25

BAB V
PATIENT MANAGEMENT
A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT
1. Suport Psikologis
Keluarga pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor yang dapat
menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada dokternya. Antara
lain dengan cara:
a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.
b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada. Memantau kondisi
fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
d. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan
kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.
Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
YME, misalnya dengan lebih lagi rajin ibadah, berdoa dan memohon hanya kepada
Tuhan.
Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal yang
hams dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi kondisi sosial,
dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.
2. Penentraman Hati
Dalam kasus ini menentramkan hati diperlukan untuk keluarga pasien dengan
problem psikologis antara lain kecemasan tentang penyakit yang diderita anaknya,
kekhawatiran apabila anaknya sering mengalami masalah yang sama sehingga
pertumbuhan dan perkembangan sang anak terganggu. Menentramkan hati penderita
dengan memberikan edukasi tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut bukan
penyakit turunan dan dapat disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk
kesembuhannya adalah kepatuhan menjalankan anjuran dokter seperti menjaga pola
makan anak dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat baik untuk diri sendiri dan
lingkungan sekitar. Selain itu juga didukung dengan makan makanan yang bergizi
tinggi meskipun sederhana, istirahat yang cukup.

26

3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien


Diberikan penjelasan yang benar mengenai penyakit diare akut tersebut..
Sehingga persepsi yang salah dan merugikan bisa dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan
melalui konseling setiap kali pasien kontrol dan melalui kunjungan rumah baik oleh
dokter maupun oleh petugas Yankes.
Beberapa persepsi yang harus diluruskan yaitu:
a. Diare merupakan penyakit biasa yang wajar pada anak - anak
b. Diare akut yang sering terjadi tidak perlu diberi perhatian serius
Maka pasien harus diberi pengertian bahwa diare bukanlah penyakit yang
tidak bisa dicegah. Dengan menerapkan pola hidup sehat dan teratur diimbangi
dengan pemenuhan gizi yang baik untuk anak, maka diare bisa dihindari sehingga
pertumbuhan dan perkembangan anak berjalan dengan baik.
4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri
Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri keluarga
pasien bahwa ia bisa menerapkan anjuran yang diberikan oleh dokter. Selain itu juga
ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai kepatuhan dalam
menjalankan anjuran tersebut. Meskipun anak sudah sembuh diharapkan keluarga
tetap menjalankan pola hidup sehat untuk seluruh anggota keluarga.
5. Pengobatan
Medika mentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam
penatalaksanaan.
6. Pencegahan dan Promosi Kesehatan
Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi kesehatan
berupa perubahan tingkah laku (menjaga kebersihan diri sendiri, peralatan makan dan
minum anak), lingkungan (tempat tinggal yang tidak boleh lembab dengan
penggunaan ventilasi yang cukup, pemakaian genteng kaca sehingga pencahayaan
cukup dan kebersihan lingkungan rumah dan luar rumah yang bersih dengan disapu
2x/hari), meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara diet makanan bergizi dan olah

27

raga yang teratur. Dengan demikian diare dapat dicegah sehingga pertumbuhan anak
berjalan dengan baik.
B. PENCEGAHAN DIARE AKUT TERHADAP ANGGOTA KELUARGA YANG
LAIN
Pada prinsipnya secara pencegahan diare adalah mengenai pola hidup sehat
baik terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar agar terhindar dari berbagai penyakit
infeksi.
1. Bagi keluarga biasakan menerapkan pola hidup sehat dan bersih. Biasakan
membersihkan rumah setidaknya 2 kali setiap hari, serta mencui perabotan rumah
dan pakaian menggunakan air bersih. Selalu mengkonsumsi air bersih yang sudah
dimasak serta menggunakan sumber air yang baik.
2. Istirahat yang cukup 6-8 jam sehari semalam.
4. Olah raga teratur dan makan-makanan yang bergizi.
Kesemuanya ini merupakan langkah-langkah untuk meningkatkan daya tahan
tubuh bagi anggota keluarga dan tentunya untuk pasien sendiri.

28

BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA
A. LATAR BELAKANG
Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak
di negara berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian
besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus,
bakteri atau parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare
akut, termasuk sindroma malabsorpsi. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban
ekonomi yang tinggi di sector kesehatan oleh karena rata-rata 30% dari jumlah tempat
tidur yang ada di rumah sakit ditempati oleh bayi dan anak dengan penyakit diare, selain
itu juga di pelayanan kesehatan primer, diare masih menempati urutan kedua dalam
urutan 10 penyakit terbanyak dipopulasi (Santoso & Subagyo, 2010).
B. DEFINISI
Diare atau penyakit diare ( diarrheal disease) berasal dari kata diarrola
(bahasa Yunani) yang berarti mengalir terus, merupakan suatu keadaan abnormal dari
pengeluaran tinja yang frekuen. Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/sehari) disertai perubahan konsistensi
tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah dan lendir (Suraatmaja, 2007).
C. EPIDEMIOLOGI
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan
tertinggi pada anak terutama usia di bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak
meninggal setiap tahunnya karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjkadi di
negara berkembang. Sebagai gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh
diare sedangkan di Indonesia, hasil Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare masih
merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42% dibanding pneumonia
24%,untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare 25,2% dibanding
pneumonia 15,5% (Santoso & Subagyo, 2010).

29

E. ETIOLOGI
Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis
mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab
infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri, dan parasit.
Dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi adalah non inflammatory dan
inflammatory. Enteropatogen menimbulkan non inflammatory diare melalui produksi
enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh
parasit, perlekatan dan atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatory diare
biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau
memproduksi sitotoksin (Santoso & Subagyo, 2010).
Beberapa penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia
adalah sebagai berikut :
Golongan Bakteri :
1. Aeromonas
2. Bacillus cereus
3. Campylobacter jejuni
4. Clostridium perfringens
5. Clostridium defficile
6. Escherichia coli
7. Plesiomonas shigeloides
8. Salmonella
9. Shigella
10. Staphylococcus aureus
11. Vibrio cholera
12. Vibrio parahaemolyticus
13. Yersinia enterocolitica
Golongan Virus :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Astrovirus
Calcivirus (Norovirus, Sapovirus)
Enteric adenovirus
Coronavirus
Rotavirus
Norwalk virus
Herpes simplex virus*
Cytomegalovirus*

Golongan Parasit

30

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Balantidium coli
Blastocystis homonis
Cryptosporidium parvum
Entamoeba histolytica
Giardia lamblia
Isospora belli
Strongyloides stercoralis
Trichuris trichiura

Sumber : Nelson Textbook of Pediatric


*

umumnya

berhubungan

dengan

diare

hanya

pada

penderita

imunocompromised
D. PATOGENESIS
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah (Alatas, 2007)
1. Gangguan osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diar2. Sebaliknya bila peristaltic usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Patogenesis Diare Akut (Alatas, 2007)
1. Masuknya jasad renik ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam
lambung
2. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus
3. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)
4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare

31

Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi (Alatas, 2007) :
1. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam basa (asidosis metabolic, hipokalemia, dan sebagainya)
2. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran
bertambah)
3. Hipoglikemia
4. Gangguan sirkulasi darah
E. GEJALA KLINIS
GejaIa Klinis
Frekuensi buang air besar bertambah dengan bentuk dan konsistensi yang
lain dari biasanya dapat cair, berlendir, atau berdarah, dapat juga disertai gejala lain,
anoreksia panas, muntah atau kembung. Dapat disertai gejala komplikasi, gangguan
elektrolit, dehidrasi, gangguan gas darah/asidosis (Putra, 2008).
I. DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN
Anamnesis perlu ditanyakan mengenai riwayat penyakit kepada keluarga
atau penderita, seperti lamanya diare, frekuensinya, volumenya, warnanya, berat badan
sebelum lahir, ada atau tidaknya batuk, pilek dan demam sebelum, selama, sesudah diare
( Suraatmaja, 2007).
Pada pemeriksaan fisik kelainan yang ditemukan sangat berguna dalam
menentukan beratnya diare. Status volume dinilai dengan memperhatikan perubahan
ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh, dan tanda toksisitas. Pada
pemeriksaan abdomen adanya kualitas bunyi usus dan ada tidaknya distensi abdomen
dan nyeri tekan merupakan tanda bagi penentuan etiologi ( Simadibrata, 2006).
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dikerjakan seperti pemeriksaan tinja, pemeriksaan
darah berupa darah lengkap, pemeriksaan elektrolit dan pH serta intubasi duodenal pada
diare kronik untuk mencari kuman penyebab (Suraatmaja, 2007).
PENGOBATAN

32

Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah


/menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa,
kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik,
mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk
melaksanakan terapi diare secara secara komprehensif, efisien dan efektif harus
dilakukan secara rasional. Secara umum terapi rasional adalah terapi yang : 1) tepat
indikasi, 2) tepat dosis, 3) tepat penderita, 4) tepat obat, 5) waspada terhadap efek
samping. Jadi penatalaksanaan terapi diare yang menyangkut berbagai aspek
didasarkan pada terapi yang rasional yang mencakup kelima hal tersebut (Soeparto et
al, 2006).
Prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah
Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi
WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki
kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak
kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program
LINTAS DIARE yaitu (Kemenkes, 2011) :
1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan
4. Antibiotik Selektif
5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

1. Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga
dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah
tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah
oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan
muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan
yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk
mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi
(Kemenkes RI, 2011).

33

a. Diare tanpa dehidrasi


Umur < 1 tahun : - gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 4 tahun : - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 1 gelas setiap kali anak mencret
b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang

34

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan
dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
c. Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus.
(Kemenkes RI, 2011)
Tabel 2.2. Kebutuhan Jumlah

oralit

yang Jumlah

oralit

yang

Oralit per Kelompok diberikan tiap BAB

disediakan di rumah

Umur Umur
< 12 bulan
1-4 tahun

50-100 ml
100-200 ml

400 ml/hari ( 2 bungkus)


600-800 ml/hari ( 3-4

> 5 tahun

200-300 ml

bungkus)
800-1000 ml/hari (4-5

Dewasa

300-400 ml

bungkus)
1200-2800 ml/hari

2. Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini
meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga

35

berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi
selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare,
mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan
kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare
harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
a. Umur < 6 bulan : tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet
zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan
pada anak diare (Kemenkes RI, 2011).
3. Pemberian ASI/makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu
formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi
yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan
diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan
ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI,
2011).
3. Pemberian ASI/makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu
formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi
yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan
diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan
ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI,
2011).

36

4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi


Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare
pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare
dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011).
Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena
terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obatobatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian
besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa
digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia) (Kemenkes RI, 2011).
5. Pemberian Nasihat
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan
balita harus diberi nasehat tentang:
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
a. Diare lebih sering
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan/minum sedikit
e. Timbul demam
f. Tinja berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari.

37

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN DIARE


Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat komplek, yang
saling berkaitan dengan masalah masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Banyak
factor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan
masyarakat. Menurut model segitiga epidimiologi, suatu penyakit timbul akibat interaksi
satu sama lain yaitu antara factor lingkungan, agent dan host (Umiati, 2010).
Faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi penentu
pendorong terjadinya diare. Faktor lingkungan merupakan factor yang paling penting
sehingga untuk penanggulangan diare diperlukan upaya perbaikan sanitasi lingkungan
(Zubir, 2006).
Faktor factor yang berhubungan dengan kejadian penyakit diare antara lain :
1. Faktor sanitasi lingkungan
A. Sumber air minum
Air merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Kebutuhan manusia
akan air sangat komplek antara lain untuk minum, masak, mencuci, mandi, dan
sebagainya. Di antara kegunaan kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah
kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum (termasuk untuk
memasak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan
penyakit bagi manusia termasuk diare (Umiati, 2010).
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air bersih adalah
(Umiati, 2010) :
1) Mengambil air dari sumber air yang bersih
2) Mengambil dan menyiumpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup, serta
menggunakan gayung khusus untuk mengambiul air.
3) Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anakanak, dan sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum dengan sumber
pengotoran (tangki septik), tempat pembuangan sampah dan air limbah harus
lebih dari 10 meter
4) Menggunakan air yang direbus
5) Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air bersih dan cukup.
B. Kualitas fisik air bersih
C. Kepemilikan jamban

38

Jamban merupakan sarana yang digunakan masyarakat sebagai tempat


buang air besar. Sehingga sebagai tempat pembuangan tinja, jamban sangat potensial
untuk menyebabkan timbulnya berbagai gangguan bagi masyarakat yang ada di
sekitarnya. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan estetika, kenyamanan dan
kesehatan. Syarat jamban sehat (Notoatmodjo, 2003) :
1)
2)
3)
4)

Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.


Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.
Tidak mengotori air tanah di sekitarnya.
Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat, kecoak, dan

5)
6)
7)
8)
9)

binatang binatang lainnya.


Tidak menimbulkan bau.
Mudah digunakan dan dipelihara.
Sederhana desainnya.
Murah.
Dapat diterima oleh pemakainya.

2. Faktor perilaku
Factor perilaku yang dapat menyebabkan kuman enteric dan meningkatkan
resiko terjadinya diare. Perilaku perilaku tersebut antara lain (Umiati, 2010) :
1) Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4 6 bulan.
2) Penggunaan botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman
karena botol susu susah dibersihkan.
3) Menggunakan air minum yang tercemar.
4) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah
membuang tinja anak.
5) Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar.

BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN

39

1. Segi Biologis:
-

An. E (7 tahun), menderita diare akut

Rumah dan lingkungan tempat tinggal An. E tidak sehat.

2. Segi Psikologis:
-

Hubungan antara anggota keluarga dan anggota masyarakat yang terjalin cukup
akrab, harmonis, dan hangat

Pengetahuan akan penyebab dan penanggulangan serta pencegahan diare akut


yang masih kurang yang berhubungan dengan tingkat pendidikan yang masih
rendah

3. Segi Sosial:
-

Problem ekonomi menjadi kendala utama dalam keluarga ini yang berpengaruh
pada ketidakmampuan mendapatkan pelayanan dan informasi tentang kesehatan
keluarga juga untuk dapat mempunyai fasilitas sanitasi, rumah yang sesuai
dengan standart kesehatan

4. Segi fisik:
-

Rumah dan lingkungan sekitar keluarga An. E tidak sehat.

B. SARAN
1. Untuk masalah diare akut yang diderita hendaknya dilakukan upaya :
-

Promotif : edukasi kedua orangtua penderita mengenai langkah langkah


pencegahan diare, seperti : penggunaan air bersih yang cukup, kebiasaan cuci
tangan sebelum dan sesudah makan, penggunaan jamban yang benar, pembuangan
kotoran yang tepat termasuk tinja anak anak dan bayi yang benar, memberikan
imunisasi rotavirus.

2. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang tidak sehat dilakukan
langkah-langkah:
Promotif : edukasi penderita dan anggota keluarga untuk membuka jendela tiap
pagi, penggunaan genteng kaca, dan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan
rumah.
3. Untuk masalah problem ekonomi, dilakukan langkah-langkah :
Rehabilitatif : Pemerintah hendaknya berupaya pemberian kesempatan memperoleh
pendapatan yang layak, dan membantu memperkuat kemampuan wanita untuk
membina keluarganya, sehingga diharapkan pada masa yang akan datang dapat

40

terlepas dari kemiskinan. Karena dengan peningkatan pendapatan memungkinkan


untuk dapat membeli makanan yang lebih baik, kondisi pemukiman yang lebih
sehat, dan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Alatas, 2007, Diare pada Bayi dan Anak, Edisi Kesebelas, Infomedika Jakarta, Jakarta.

41

Anonim, 2011, Program LINTAS Diare, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.


Anonim, 2013, Diarrhoeal Disease, available from :
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs/330/3n/
Notoatmodjo S, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip Prinsip Dasar, Jakarta : PT.
Rineka Cipta
Putra D S, 2008, Diare Akut pada Anak, Available from :
http://www.dr.rocky.com/layout-artikel-kesehatan/42-diare-akut-pada-anak
Soeparto P, Djupri L, Ranuh R, Subijanto M S, 2006, Managemen Diare pada Bayi dan
Anak, Divisi Gastroenterologi, SMF Ilmu Kesehatan Anak, FK UNAIR, RSU
Dr.Soetomo, Surabaya.
Suraatmaja S, 2007, Kapita Selekta Gastroenterologi, Jakarta : CV. Sagung Seto
Subagyo B, Santoso B N, 2011, Buku Ajar Gastroenterologi Hepatologi, Edisi Kedua,
IDAI, Jakarta.
Umiati, 2010, Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada
Balita di Wilayah Kerja PKM Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009.
Zubir, Juffrie M, Wibowo T, 2006, Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu
dalam Penanggulangan Dini Diare pada Balita di Kecamatan Baiturrahman
Tahun 2000, Jurnal Kesehatan, 1 (1) : 11-17.

LAMPIRAN
RUMAH PASIEN

42

TAMPAK DEPAN

RUANG TAMU/RUANG TV

43

KAMAR TIDUR 1

KAMAR TIDUR 2

44

KAMAR TIDUR 3

DAPUR

WC UMUM

45

ATAP KAMAR

LINGKUNGAN SEKITAR RUMAH

46

47

Anda mungkin juga menyukai