Anda di halaman 1dari 1

Prolapsus Uteri

Uterus adalah organ berbentuk pir yang terdiri atas suatu badan
(korpus), yang terletak diatas penyempitan rongga uterus (orifisium internum
uteri), dan suatu struktur silindris di bawah, yakni servuks, yang terletak di
bawah orifisium uteri. Dinding uterus relative tebal dan terdiri atas 3 lapisan.
Bergantung pada bagian uterus, lapisan serosa (jaringan ikat dan mesotel) atau
adventisia (jaringan ikat) dapat dijumpai dibagian luarnya lapisan uterus lainnya
adalah meometrium, yakni suatu lapisan otot polos tebal, dan edometrium, atau
mukosa uterus (Jungueira, 2004).
Prolapsus uteri sering terjadi segera sesudah partus dan jarang terjadi beberapa
jam setelah itu. Predisposisi terhadap prolapsus uteri adalah pertautan
mesometrial yang panjang, uterus yang lemas, atonik, dan mengendur, retensio
secundinarum terutama pada apeks uterus bunting, dan relaksasi pelvis dan
daerah peritoneal secara berlebihan. Pada sapi perah prolapsus uteri sering
terjadi pada hewan yang selalu dikandangkan dan melahirkan di kandang
dengan bagian belakang lebih rendah daripada bagian depan. Penarikan paksa
memakai tenaga berlebihan menyebabkan ketegangan sesudah pertolongan
distokia. Prolapsus sering terjadi pada sapi perah yang sering melahirkan
(Toelihere,1985). Prolapsus uteri adalah keadaan dimana turunnya uterus melalui
hiatus genitalis yang disebabkan kelemahan ligamen-ligamen (penggantung),
fasia (sarung) dan otot dasar panggul yang menyokong uterus (Anonimus, 2008).
Friedman dan Little (1961) mengemukakan beberapa macam klasifikasi yang
dikenal yaitu: Prolapsus uteri tingkat I, dimana serviks uteri turun sampai
introitus vagina ; Prolapsus uteri tingkat II, dimana serviks menonjol keluar dari
introitus vagina; Prolapsus uteri tingkat III, seluruh uterus keluar dari vagina;
prolapsus ini juga disebut prosidensia uteri. Prolapsus teri tingkat I, serviks masih
berada di dalam vagina; Prolapsus uteri tingkat III, serviks keluar dari introitus,
sedang pada prosidensia uteri uterus seluruhnya keluar dari vagina. Prolapsus
uteri tingkat I, serviks mencapai introitus vagina ; Prolapsus uteri tingkat II,
uterus keluar dari introitus kurang dari setengah bagian ;Prolapsus uteri tingkat
III, uterus keluar dari introitus lebih besar dari setengah bagian. Prolapsus uteri
tingka I, serviks mendekati prosesus spinosus; Prolapsus uteri tingkat II, serviks
terdapat antara prosesus spinosus dan introitus vagina; Prolapsus uteri tingkat
III, serviks keluardariintroitus. Klasifikasi ini sama dengan klasifikasi D, ditambah
dengan prolapsus uteri tingkat IV (prosidensia uteri).
2
Prolapsus uteri jarang terjadi, ini mirip pada estrus yang berhubungan dengan
prolapsus vagina, bagaimanapun prolapsus uteri berhubungan dengan kejadian
pada waktu melahirkan dan meliputi sekeliling dari vagina. Pada kejadian
prolapsus uteri, cervik dapat berdilatasi. Satu atau kedua kornua uteri dapat
keluar dan terletak didalam karnial vagina (vagina bagian atas) atau dapat juga
keluar dari vagina, prolapsus uteri biasanya terjadi dengan sakit yang
berkepanjangan jaringan yang keluar berbentuk donat dan tidak berwarna akibat
dari kongesti vena, trauma dan debris. Prolapsus uteri dapat terjadi sobekan
pada semua ligamentum/ penggantung dan hemoragi arteri uterina (Fossum,
2002).
Penyebab dari prolapsus uteri adalah atonik uteri pasca melahirkan disertai
kontraksi dinding perut yang kuat, mendorong dinding uterus membalik ke luar,
sedang serviks masih dalam keadaan terbuka lebar atau ligamentum lata uteri
kendor. Bagian belakang tubuh lebih rendah dari pada bagian depan, sehingga
memudahkan terjadinya prolapsus uteri. Demikian pula kontraksi uterus yang
kuat disertai dengan tekanan dinding perut yang berlebihan pada waktu yang
melahirkan, dapat menyebabkan keluarnya foetus bersama-sama selaput fetus
dan dinding uterusnya. Faktor yang mempermudah terjadinya prolapsus uteri
adalah induk hewan yang kurang bergerak, selalu ada dalam kandang. Kontraksi
uterus untu

Anda mungkin juga menyukai