Anda di halaman 1dari 9

Paper

Ilmu Bedah Umum


Pola Jahitan Menerus

OLEH

NAMA

: ADE MESAKH SEO

NIM

: 1409010014

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2016

PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Menjahit merupakan suatu proses atau teknik dalam mempertautkan tepi luka
dengan benar,teknik tersebut dalam ilmu bedah di sebut aposisis. Dalam menjahit
harus di lakukan dengan teknik yang benar karena baik dan buruknya dalam menjahit
dapat mempengaruhi perlekatan pada luka yang dijahit.( Benyamin.1992)
Pemilihan jarum operasi harus di perhatikan berdasarkan jenis jaringan yang
akan dioperasi,topografi luka dan jenis jarum tersebut. Kesembuhan luka juga
tergantung dari lamanya luka,jenis benang yang di pakai untuk menjahit,pola jahitan
yang di gunakan penanganan dan perawatan luka,pemilihan jarum operasi serta teknik
penjahitan.( Chassin .1980)
Pola jahitan pada dasarnya diklasifikasikan secara luas kedalam pola terputus
(interrupted sutures) dan pola lanjutan (continous sutures). Pola jahitan khusus
digunakan untuk berbagai tujuan seperti jahitan otot, jahitan tendon, jahitan untuk
pembuluh, jahitan untuk saraf dan sebagainya, dapat juga digunakan pada salah satu
atau kedua dari kategori tersebut. Klip, pin dan sebagainya merupakan bentuk tipe
yang berbeda namun dapat digabungkan dengan pola jahitan terputus.( Bachsinar,
1992)
b. Tujuan
Dalam praktikum Ilmu bedah Umum bertujuan untuk mengajarkan pada mahasiswa
cara atau teknik menjahit yang baik dengan menggunakan pola jahitan menerus
(continous sutures).

PEMBAHASAN
Pada pola jahitan menerus (continous sutures) simpul hanya pada ujung-ujung
jahitan,jahitan yang di buat berseri dari benang yang terus menyambung sehingga hanya pada

jahitan pertama dan terakir saja yang di ikat. Keuntungan dari pola jahitan menerus adalah
membutuhkan waktu yang sedikit dari pada pola terputus. Namun kekurangannya adalah bila
salah satu simpul terbuka,maka jahitan akan terbuka seluruhnya sehingga luka yang di jahit
pun ikut terbuka. Jahitan ini jarang di pakai untuk menjahit kulit.( Schwartz,2000)
Berikut adalah jenis-jenis pola jahitan menerus (continous sutures) :
1. Pola menerus sederhana (Simple continous
suture).
Pola jahitan ini dimulai seperti halnya pada pola
terputus sederhana dan jahitan yang dibuat
diteruskan menggunakan benang yang sama
sampai pada simpul terakhir diikat. Benang jahit
yang dibuat diteruskan ke jaringan sudut kanan
lapisan dan bagian yang terluar dari jahitan
terbentuk diagonal dari garis insisi. Biasanya pola
ini di gunakan untuk menjahit peritonium, otot
dan lain sebagainya namun tidak di rekomendasi
untuk menjahit kulit.
Teknik jahitan jelujur dilakukan sebagai berikut:

Diawali dengan menempatkan simpul 1


cm di atas puncak luka yang terikat tetapi
tidak dipotong.

Serangkaian

jahitan

sederhana

ditempatkan berturut-turut tanpa mengikat


atau memotong bahan jahitan setelah
melalui satu simpul.

Spasi

jahitan

dan

ketegangan

harus

merata, sepanjang garis jahitan.

Setelah selesai pada ujung luka, maka


dilakukan pengikatan pada simpul terakhir

pada akhir garis jahitan.

Simpul diikat di antara ujung ekor dari


benang yang keluar dari luka/ penempatan
jahitan terakhir.

2. Pola jahitan ford interlocking (Continous lock


stitch).
Jahitan menerus terkunci merupakan variasi
jahitan

jelujur

biasa, dikenal

sebagai stitch

bisbol karena penampilan akhir dari garis jahitan


berjalan terkunci. Teknik ini biasa digunakan
untuk menutup peritoneum. Teknik jahitan ini
dikunci bukan disimpul, dengan simpul pertama
dan terakhir dari jahitan jelujur terkunci adalah
terikat.Pada

pola

ini,penguncian

dilakukan

dengan cara jarum dan benang melewati tiap


lingkaran

pola

jahitan

menerus

sederhana

sebelum diikatkan. Cara melakukan penjahitan


dengan

teknik

ini

hampir

sama

dengan teknik jahitan menerus, bedanya pada


jahitan

jelujur

dengan mengaitkan
sebelumnya,
berikutnya.

terkunci
benang

sebelum

beralih

dilakukan
pada

jahitan

ke

tusukan

3. Pola Lambert menerus (Continous Lamberts


suture).
Ini

merupakan

pola

jahitan

inversi

yang

digunakan pada rongga visera seperti usus.


Jahitan dilakukan menembus serosa dan muskuler
dan selaput submuksoa tetapi tidak melalui
membran mukosa. Jahitan menuju ke sebelah
sudut kanan menyilang dari garis insisi melalui
jaringan dan bagian benang terluar terbentuk
diagonal dengan begitu benang yang melalui
jaringan jaraknya berdekatan paralel satu dengan
lainnya.
4. Pola Connell.
Ini merupakan pola inversi. Jahitan melewati tiap
lapisan jahitan secara alternatif. Benang masuk
melalui semua selubung organ berongga termasuk
membran muksoa dalam hal usus besar. Saat
benang ditarik, benang tersebuttidak terlihat dari
luar terkecuali simpul jahitan yang dibuat. Selama
dilakukan penjahitan benang terlihat pada sudut
kanan dari garis insisi dan hal tersebut dengan
lapisan jaringan lainnya paralel terhadap garis
insisi.
5. Pola Cushing.
Ini merupakan pola yang hampir sama dengan
pola Cornell hanya perbedaannya pada pola
Cushing pola ini tidak masuk kedalam selubung
mukosa dan masuk ke lumen.

6. Pola Parker-Kerr.
Merupakan pola Cushing yang digunakan untuk
menutup bagian ujung. Dimulai dari mengitari
forcep yang menahan dari bagian ujung tersebut
dan kemudian forsep ditarik dan jahitan ditarik
dan diikat. Pola ini juga dapat digunakan untuk
jahitan sementara tanpa simpul pada anastomosis
intestinal untuk menutup tiap segmen intestin
untuk sementara.

7. Cushing modifikasi(Guard suture).


Serupa dengan Cushing tetapi pola ini jahitan
awal dan akhirnya lebih luas yang dimulai dari
dua komisura, dengan bayangan garis insisi yang
lebih panjang. yaitu lebih efisien dalam mencegah
keluarnya isi dalam organ.

8. Continous everting mattres suture.


Bisa

dilakukan

horizontal

ataupun

vertikal

mattres, pola ini mempunyai sedikit


kepentingan praktis di kedokteran hewan, bila
digunakan pada jaringan yang mempunyai
regangan besar pola ini cocok. Simpul akhir dari
pola ini dibuat dengan square knot. Pola ini
digunakan untuk lapisan kulit yang terindikasi
mengalami eversi untuk pola menerus. Pola

vertikal mattress pelaksanaannya hampir sama


dengan pola Cornell dengan perbedaan yang
penting tidak seperti pada pola Cornell bagian
benang yang terluar bersifat paralel terhadap garis
insisi pada bagian benang yang lainnya yang
masuk didalam jaringan terbentuk menyilang dari
lapisan kulit sedangkan pola horizontal mattress
pelaksanaannya yaitu bagian benang terluar
bersifat sejajar dengan garis insisi sedangkan
bagian benang dalam bersifat paralel terhadap
garis insisi.( Sjamsuhidajat,1996)

9. Purse string.
Pola ini biasa digunakan untu organ yang
berongga dan bulat, tusukan dibuat melingkar + 1
cm dipinggir dari organ tsb. Biasa dipakai pada
kasus prolapsus ani, vagina dan lain-lain.
Catatan:
Bila ada simpul yang lepas, maka akan

lepas semua dan luka akan terbuka.


Benda asing yang tertinggal diluka lebih
banyak pada jahitan menerus dibanding

dengan yang tunggal.


Aposisi luka tidak seakurat yang putus-

putus.
Yang

mennguntungkan

mengerjakannya

dan

juga

cepat
waktu

mengambil benangnya (kecuali yang lock


stitch).
(sudarminto,2010)

Metode yang dilakukan untuk menjahit luka, yaitu :

Gunakan needle holder untuk memegang jarum. Jepit jarum pada ujung pemegang
jarum pada pertengahan atau sepertiga ekor jarum. Jika penjepitan kurang dari
setengah jarum, akan sulit dalam menjahit. Pegang needle holder dengan jari-jari
sedemikian sehingga pergelangan tangan dapat melakukan gerakan rotasi dengan
bebas.

Masukkan ujung jarum pada kulit dengan jarak dari tepi luka sekitar 1cm, membentuk
sudut 90

Dorong jarum mengikuti kelengkungan jarum.

Jahit luka lapis-demi lapis dari yang terdalam.

Jahit luka bagian dalam menggunakan benang yang dapat di serap atau monofilament.

Jarak tiap jahitan sekitar 1cm. Jahitan yang terlalu jarang luka kurang menutup
dengan baik. Bila terlalu rapat meningkatkan trauma jaringan dan reaksi inflamasi.

KESIMPULAN
Pada pola jahitan menerus (continous sutures) simpul hanya pada ujung-ujung
jahitan,jahitan yang di buat berseri dari benang yang terus menyambung sehingga hanya pada
jahitan pertama dan terakir saja yang di ikat. Keuntungan dari pola jahitan menerus adalah
membutuhkan waktu yang sedikit dari pada pola terputus. Namun kekurangannya adalah bila
salah satu simpul terbuka,maka jahitan akan terbuka seluruhnya sehingga luka yang di jahit
pun ikut terbuka.

DAFTAR PUSTAKA
Bachsinar, 1992. Bedah minor. Jakarta: hipokrates

Benyamin, JR.1992. prinsip- prinsip operasi : antiseptis,teknik,jahitan,drainase buku ajar


bedah. Sabiston: Jakarta.
Brown, John Stuart., 1995. Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Chassin L. Jameson.1980. operative strategy in general surgery. Springer Verlag : New
York
Karakata S, Bachsinar B.1995. Bedah Minor. Hipokrates : Jakarta
Kozol, Robert A., Farmer, Diana L., Tennenberg, Steven D., Mulligan, Michael., 1999.
Instruments and Sutures. In: Surgical Pearls. Philadelphia: F.A. Davis Company, 812.
Sjamsuhidajat R, De Jong W.1996. Infeksi luka operasi,buku ilmu bedah EGC : Jakarta.
Schwartz, Seymour I., 2000. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. ed. 6., Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 63.
Smeltzer C, Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner & Suddarth,
(Edisi 8 vol 2). Alih Bahasa Agung Waluyo. Jakarta :EGC
Sudarminto,2010. Teknik Bedah,Dasar Restrain dan Casting FKH UGM :yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai