Oleh :
Anjar Adi Setiawan, S.KH.
130130100111008
DEPARTEMEN PATOLOGI
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN
PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014
Oleh:
Anjar Adi Setiawan
130130100111015
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Koasistensi
LAPORAN NEKROPSI
Signalement
Jenis Hewan
: Ayam layer
Ras
: Isa Brown
Asal Hewan
Jenis Kelamin
: Betina
Umur
: 18 minggu
Jumlah
: 1 ekor
Tanggal nekropsi
Anamnesa: Kematian ayam 30 ekor dari 1000 ekor. Ayam sudah divaksinasi ND,
Coriza, Gumboro, ILT dan Marek. Menunjukkan gejala torticollis.
Ayam yang kami lakukan pemeriksaan nekropsi merupakan jenis ayam layer
ras Isa brown, berumur 18 minggu. Ayam didapatkan dari Srengat, Kabupaten Blitar.
Menurut peternak, terjadi kematian ayam 30 ekor dari 1000 ekor, ayam tidak
menunjukkan adanya gejala diare, hanya gejala torticollis dan kelesuan yang terlihat
dari ayam-ayam tersebut. Torticollis merupakan suatu gangguan neurologis yang
ditandai dengan adanya kontraksi otot involunter pada leher sehingga menimbulkan
gerakan dan postur abnormal pada leher dan kepala. Gejala ini terjadi akibat infeksi
sistem syaraf.
Peternak menyatakan bahwa ayam sudah mendapatkan vaksinasi ND, Coriza,
Gumboro, ILT dan Marek. Kemudian diambil beberapa sampel ayam yang masih hidup
yang menunjukkan gejala kelesuan dan mengalami torticollis, untuk di nekropsi dan di
periksa secara lebih lanjut.
Nekropsi dilaksanakan pada hari Minggu, 15 April 2014. Dilakukan eutanasi
terhadap ayam sebelum dilakukan nekropsi. Teknik eutanasi yang dipergunakan
adalah teknik emboli jantung. Adapun langkah - langkah yang dilakukan selama
nekropsi adalah :
Prosedur Nekropsi Pada Unggas (Menurut Butcher, 2003)
1. Basahi bulu dengan air yang mengandung deterjen atau formalin tidak pekat
2. Dengan gunting, memotong sudut lateral mulut dan melakukan inspeksi pada
rongga mulut
3. Lanjutkan sayatan yang telah dibuat, memanjang sepanjang leher sampai ke
daerah pangkal dada
4. Membuat sayatan memanjang pada oesophagus dan crop. Perhatikan isi dan
baunya
5. Membuat sayatan memanjang pada laring dan trakea dan kemudian di inspeksi
6. Dengan gunting tulang, preparasi paruh bagian atas dengan potongan
melintang di dekat mata. Hal ini akan memungkinkan pemeriksaan rongga
hidung dan akan mengekspos ujung anterior sinus infraorbital.
7. Masukkan satu pisau gunting steril ke dalam sinus infraorbital. Membuat
sayatan lateral yang membujur melalui dinding setiap sinus dan diperiksa
8. Insisi bagian kulit longgar antara permukaan medial dari bagian paha dan perut,
untuk mengispeksi kaki bagian lateral dan untuk mendisartikulasi sendi pinggul.
Insisi kulit pada aspek medial dari masing-masing kaki, untuk mengekspos otot
dan mempreparasi sendi.
9. Hubungkan sayatan kulit lateral dengan insisi kulit melintang di tengah
abdomen, untuk melihat dada dan abdomen.
10. Membuat sayatan memanjang melalui otot-otot dada di setiap sisi dan di atas
persimpangan costochondral. Ujung anterior setiap sayatan harus memotong
cerukan dada dan titik tengah dorso-ventral. Dengan gunting tulang atau
gunting, memotong melalui coracoid dan klavikula.
11. Dengan gunting, membuat sayatan melintang melalui bagian posterior dari otototot abdomen. Teruskan dengan membuat insisi di bagian anterior melalui
persimpangan costochondral. Lepaskan dinding perut ventral dan bagian dada,
amati kantung udara yang terkuak.
12. Menggunakan instrumen steril, preparir setiap organ di dalamnya dan amati
kelainan yang mungkin ditemukan.
HASIL
Examination Report
Eyes
Nasal cavities
Mouth
External Examination
: Normal Tidak normal: nodul
: Normal Tidak normal
: Torticollis
Head
: Normal Tidak normal
: Normal Tidak normal
: Normal Tidak normal
Breast
Legs
(m. pectoralis)
Brachial Nerve
Sciatic Nerve
Brain
Muscles
: Normal Tidak normal
: Normal Tidak normal
Nervous System
: Normal Tidak normal
: Normal Tidak normal
: Normal Tidak normal
Diagnosa
Differensial Diagnosis
: Avian Influenza
Gambar 3. Histopatologi otak perbesaran 100x. Adanya perivaskuler cuffing pada pembuluh
darah otak sebagai penanda adanya inveksi oleh virus.
Dari gambaran histopatologi otak, didapati bahwa pada sel otak telah terjadi
nekrosis, namun tidak parah dan kejadiannya hanya bersifat lokal. Selain sel yang
mengalami nekrosis, ditemukan pula perivascular cuffing, yaitu perubahan mikroskopis
dimana dinding pembuluh darah banyak dikelilingi oleh sel-sel limfosit. Bentukan ini
menandakan bahwa hewan terinfeksi penyakit dari agen virus.
Gambar 5. Gambaran dari usus halus yang mengalami kerusakan jaringan atau nekrosis dan
juga ditandai dengan adanya hemoragi yg ditunjukkan dengan anak panah
Gambar 6. A. gambar lien dengan perbesaran 100, terlihat adanya perbedaan susunan
sel dan kerapatan antara sel; B. Gambar lien dengan perbesar 400 terlihat adanya akumulasi
dari sel sel PMN yang ditunjukkan dengan lingkaran hitam dan terbentuknya cairan transudat
pada beberapa bagian yang ditunjukkan oleh arah panah.
PEMBAHASAN
Newcastle Disease (ND) adalah penyakit yang sangat menular, dengan angka
kematian yang tinggi, disebabkan oleh virus genus paramyxovirus dengan famili
paramyxoviridae. Dimana secara morfologinya virus ini memiliki nukleokapsid
bersimetri heliks dan dikelilingi oleh amplop yang berasal dari membran
permukaan
sel.
Pada
amplop
tersebut
menempel
spike
glikoprotein
sistem
pencernaan,
dan
juga
sel-sel
sistem
pernapasan.
Penempelan virus dilakukan dengan penyatuan virus dan membran sel yang
diperantarai oleh protein fusion (protein F). Virus RNA kemudian dilepaskan
dalam sitoplasma dan terjadi replikasi (Ferreira Et al., 2004). Envelope virus
masuk ke dalam sel melalui 2 jalan utama yaitu pertama, penyatuan secara
langsung antara envelope virus dengan membran plasma dan kedua,
diperantarai oleh reseptor endositosis. Penetrasi virus melalui reseptor
endositosis tergantung pada kondisi pHnya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penyatuan virus ND dengan sel mampu meningkatkan pH. Hasil
tersebut mengindikasikan bahwa penetrasi virus ND pada sel inang melalui
reseptor endositosis juga dipengaruhi oleh kondisi pH. Kepekaan sel terhadap
virus ND yang tidak virulen dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sel tersebut
harus mempunyai reseptor yang cocok sehingga virus dapat melakukan
penempelan dan masuk ke dalam sel. Sel harus memiliki tripsin yang
menyerupai protease dimana enzim ini berperan dalam pemecahan protein F0
menjadi F1 dan F2. Penyebaran reseptor sel pada ayam yang peka terhadap
virus ND bentuk tidak virulen bersifat terbatas dan hanya ditemukan pada
saluran pencernaan dan saluran pernafasan bagian atas (Alexander, 1991).
Virus bentuk virulen tidak selalu memerlukan enzim protease dan
replikasi virus biasanya terjadi di sebagian besar jaringan induk semang.
Replikasi virus yang terjadi di limfosit menghasilkan suatu respon imun dan
produksi antigen virus yang cukup dibutuhkan untuk meningkatkan efektivitas
sistem imun. Di dalam saluran pencernaan terdapat faktor-faktor nonspesifik
yang mempengaruhi replikasi virus ND. Enzim protease dan pH yang bervariasi
KESIMPULAN
Penyakit Newcastle memiliki 3 bentuk, yaitu bentuk lentogenik,
mesogenik dan velogenik. Gejala patognomonis dari penyakit ini adalah
terjadinya tortikolis pada ayam dan apabila dilakukan nekropsi, maka pada
bagian proventrikulus dan usus akan ditemukan multiple petechial.
DAFTAR PUSTAKA
Aldous, E.W. and D.J. Alexander. 2001. Detection and differentiation of Newcastle
disease virus (avian paramyxovirus type1). Avian Pathol. 30:117-128.
Alexander, D.J. 2001. Newcastle disease: The Gordon Memorial Lecture. Br. Poult.
Sci. 42:5-22.
Butcher
G.D
Richard
D.M,
2003.
Avian
Necroppsy
Techniques.
http://edis.ifas.ufl.edu/vm009
Carlyle JT , Chester A.G, 1954. Veterynary Necropsy Prosedures. Philadelphia
London Montreal J.B. LIPPINCOTT COMPANY.
Davis M.F, Teresa Y.M. Poultry Necropsy Basics. VME-0012-01. November 2008.
Geering W, Forman A and Nunn MJ (1995). Exotic Animal Diseases: A Field Guide
for Australian Veterinarians. Bureau of Resource Sciences, Department
of Primary Industries and Energy, Australian Government Publishing
Service, Canberra.
Ghiamirad, M., A. Pourbakhsh, H. Keyvanfar, Momayaz, S. Charkhkar, and A.
Ashtari. 2010. Isolation and characterization of Newcastle disease virus
from ostriches in Iran. African J. of Microbiology Research 4(23):24922497.
Kencana, G.A.Y. and I.M. Kardena. 2011. Gross pathological observation of acute
Newcastle disease in domestic chicken. Prosiding Seminar Internasional
Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia (PERMI) dan International Union of
Microbiological Societies (IUMS). Denpasar, 22-24 Juni 2011.
Lima, F.S., E. Santin, A.C. Paulillo, L.D. Junior, V.M.B. de Moraes, N.M.Q. Gama,
and R.P.S. Iturino. 2004. Evaluation of different programs of Newcastle
disease vaccination in japanese quail (Coturnix coturnix japonica).
International J. Poultry Science 3(5):354-356.
Samkhan dan Sri Niati. 2006 Tata Cara Penanganan Dan Pengirimam Contoh ke
Laboratorium. Dalam : Bultin Laboratorium Veteriner.. Vol : 6 No:3. Edisi
Tahun : September 2003. ISSN : 0853-7968
Santhia, K. 2003. Strategi diagnosa dan penanggulangan Newcastle disease.
Prosiding Seminar Regional Perunggasan. Universitas Udayana.
Denpasar, 6 Oktober 2003.