Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN HASIL NEKROPSI

Minggu, 15 Juni 2014


KASUS PENYAKIT UNGGAS

Oleh :
Anjar Adi Setiawan, S.KH.

130130100111008

DEPARTEMEN PATOLOGI
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN
PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KOASISTENSI DEPARTEMEN


PATOLOGI
LAPORAN HASIL NEKROPSI
KASUS PENYAKIT UNGGAS
Minggu, 15 Juni 2014

Oleh:
Anjar Adi Setiawan

130130100111015

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Koasistensi

Djoko Legowo, M.Si.,drh.


NIP. 196912141996031003

LAPORAN NEKROPSI

Hari/Tanggal : Minggu/15 Juni 2014


Dosen Tentir : 1. drh. Dyah Ayu Oktavianie, M.Biotech
2. drh. Fajar Shodiq Permata, M.Biotech

Signalement
Jenis Hewan

: Ayam layer

Ras

: Isa Brown

Asal Hewan

: Srengat, Kabupaten Blitar

Jenis Kelamin

: Betina

Umur

: 18 minggu

Jumlah

: 1 ekor

Tanggal nekropsi

: Minggu, 15 April 2014

Anamnesa: Kematian ayam 30 ekor dari 1000 ekor. Ayam sudah divaksinasi ND,
Coriza, Gumboro, ILT dan Marek. Menunjukkan gejala torticollis.

MATERI DAN METODE

Gambar 1. Ayam menunjukkan gejala torikolis

Ayam yang kami lakukan pemeriksaan nekropsi merupakan jenis ayam layer
ras Isa brown, berumur 18 minggu. Ayam didapatkan dari Srengat, Kabupaten Blitar.
Menurut peternak, terjadi kematian ayam 30 ekor dari 1000 ekor, ayam tidak
menunjukkan adanya gejala diare, hanya gejala torticollis dan kelesuan yang terlihat
dari ayam-ayam tersebut. Torticollis merupakan suatu gangguan neurologis yang
ditandai dengan adanya kontraksi otot involunter pada leher sehingga menimbulkan
gerakan dan postur abnormal pada leher dan kepala. Gejala ini terjadi akibat infeksi
sistem syaraf.
Peternak menyatakan bahwa ayam sudah mendapatkan vaksinasi ND, Coriza,
Gumboro, ILT dan Marek. Kemudian diambil beberapa sampel ayam yang masih hidup
yang menunjukkan gejala kelesuan dan mengalami torticollis, untuk di nekropsi dan di
periksa secara lebih lanjut.
Nekropsi dilaksanakan pada hari Minggu, 15 April 2014. Dilakukan eutanasi
terhadap ayam sebelum dilakukan nekropsi. Teknik eutanasi yang dipergunakan
adalah teknik emboli jantung. Adapun langkah - langkah yang dilakukan selama
nekropsi adalah :
Prosedur Nekropsi Pada Unggas (Menurut Butcher, 2003)
1. Basahi bulu dengan air yang mengandung deterjen atau formalin tidak pekat
2. Dengan gunting, memotong sudut lateral mulut dan melakukan inspeksi pada
rongga mulut
3. Lanjutkan sayatan yang telah dibuat, memanjang sepanjang leher sampai ke
daerah pangkal dada

4. Membuat sayatan memanjang pada oesophagus dan crop. Perhatikan isi dan
baunya
5. Membuat sayatan memanjang pada laring dan trakea dan kemudian di inspeksi
6. Dengan gunting tulang, preparasi paruh bagian atas dengan potongan
melintang di dekat mata. Hal ini akan memungkinkan pemeriksaan rongga
hidung dan akan mengekspos ujung anterior sinus infraorbital.
7. Masukkan satu pisau gunting steril ke dalam sinus infraorbital. Membuat
sayatan lateral yang membujur melalui dinding setiap sinus dan diperiksa
8. Insisi bagian kulit longgar antara permukaan medial dari bagian paha dan perut,
untuk mengispeksi kaki bagian lateral dan untuk mendisartikulasi sendi pinggul.
Insisi kulit pada aspek medial dari masing-masing kaki, untuk mengekspos otot
dan mempreparasi sendi.
9. Hubungkan sayatan kulit lateral dengan insisi kulit melintang di tengah
abdomen, untuk melihat dada dan abdomen.
10. Membuat sayatan memanjang melalui otot-otot dada di setiap sisi dan di atas
persimpangan costochondral. Ujung anterior setiap sayatan harus memotong
cerukan dada dan titik tengah dorso-ventral. Dengan gunting tulang atau
gunting, memotong melalui coracoid dan klavikula.
11. Dengan gunting, membuat sayatan melintang melalui bagian posterior dari otototot abdomen. Teruskan dengan membuat insisi di bagian anterior melalui
persimpangan costochondral. Lepaskan dinding perut ventral dan bagian dada,
amati kantung udara yang terkuak.
12. Menggunakan instrumen steril, preparir setiap organ di dalamnya dan amati
kelainan yang mungkin ditemukan.

HASIL
Examination Report

Feathers & Skin


Comb & wattles
Other abnormalities

Eyes
Nasal cavities
Mouth

External Examination
: Normal Tidak normal: nodul
: Normal Tidak normal
: Torticollis
Head
: Normal Tidak normal
: Normal Tidak normal
: Normal Tidak normal

Respiratory and Circulatory System


Larynx and Trachea (Windpipe) : Normal Tidak normal
Lungs and Bronchial Tubes
: Normal Tidak normal
Air Sacs
: Normal Tidak normal
Heart
: Normal Tidak normal
Digestive System and Accessory Organs
Gullet (Esophagus)
: Normal Tidak normal
Crop
: Normal Tidak normal
Proventriculus and Gizzard
: Normal Tidak normal: petechial
Small Intestine
: Normal Tidak normal: petechial
Large Intestine
: Normal Tidak normal: petechial
Cloaca
: Normal Tidak normal: petechial
Liver
: Normal Tidak normal
Spleen
: Normal Tidak normal: Hiperplasia
Excretory and Reproductive Systems
Kidneys and Ureters
: Normal Tidak normal
Ovary and Oviduct
: Normal Tidak normal

Breast
Legs

(m. pectoralis)

Brachial Nerve
Sciatic Nerve
Brain

Muscles
: Normal Tidak normal
: Normal Tidak normal
Nervous System
: Normal Tidak normal
: Normal Tidak normal
: Normal Tidak normal

Diagnosa

: Suspect New Castle Disease

Differensial Diagnosis

: Avian Influenza

Gambar 2. Gambaran organ dalam unggas yang di nekropsi, arah panah


menunjukkan adanya ptekiae dan perdarahan pada organ usus halus

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan bahwa secara keseluruhan organ-organ


dalam unggas dalam keadaan yang baik dan normal, baik organ-organ meliputi hidung,
trakea, paru-paru serta air sac. Pada jantung juga tidak ditemukan kelainan baik pada
selaput pembungkusnya, maupun jantung itu sendiri. Sedangkan untuk organ-organ
sistem pencernaan, ditemukan kelainan berupa multiple petechial pada bagian
proventrikulus, usus halus, dan colon ayam. Terlihat pada bagian dalam proventrikulus
ayam mengalami perdarahan mikro yang terlihat dengan adanya bintik-bintik merah
pada permukaan proventrikulus.

Gambar 3. Histopatologi otak perbesaran 100x. Adanya perivaskuler cuffing pada pembuluh
darah otak sebagai penanda adanya inveksi oleh virus.

Dari gambaran histopatologi otak, didapati bahwa pada sel otak telah terjadi
nekrosis, namun tidak parah dan kejadiannya hanya bersifat lokal. Selain sel yang
mengalami nekrosis, ditemukan pula perivascular cuffing, yaitu perubahan mikroskopis
dimana dinding pembuluh darah banyak dikelilingi oleh sel-sel limfosit. Bentukan ini
menandakan bahwa hewan terinfeksi penyakit dari agen virus.

Gambar 4. Histopatologi proventrikulus perbesaran 400x. Tanda panah menunjukkan adanya


hemoragi jaringan; tanda bulat berwarna hitam menunjukkan adanya akumulasi
dari sel sel PMN.

Berdasarkan hasil pemeriksaan secara makroskopis, ditemukan bahwa


pada organ proventrikulus unggas mengalami kelainan dengan ditemukannya
multiple ptechial pada bagian mukosa proventrikulus. Sedangkan dari hasil
pengamatan menggunakan miksroskop dengan perbesaran 100x, ditemukan
adanya pembuluh darah pada beberapa pembuluh, kemudian terjadi kerusakan
jaringan interstisial proventrikulus, nekrosis pada bagian mukosa proventrikulus,
dan banyak terjadi hemoragi.

Gambar 5. Gambaran dari usus halus yang mengalami kerusakan jaringan atau nekrosis dan
juga ditandai dengan adanya hemoragi yg ditunjukkan dengan anak panah

Dari gambar 5. small intestine terlihat adanya perdarahan pada daerah


submukos dan villi yang tidak teratur (telah mengalami kerusakan). Dan juga
adanya manifestasi virus yang menyebabkan terbentuknya kompleks sel sel
PMN yang menyebabkan kerusakan atau nekrosis jaringan pada small
intestine.

Gambar 6. A. gambar lien dengan perbesaran 100, terlihat adanya perbedaan susunan
sel dan kerapatan antara sel; B. Gambar lien dengan perbesar 400 terlihat adanya akumulasi
dari sel sel PMN yang ditunjukkan dengan lingkaran hitam dan terbentuknya cairan transudat
pada beberapa bagian yang ditunjukkan oleh arah panah.

Lien merupakan organ limfatik pada unggas, pada umumnya secara


mikroskopis terlihat adanya gambaran sel-sel limfosit pada gambaran
mikroskopis jaringan normal. Akan tetapi, hal ini dapat dibedakan dengan
melihat pada konsistensi dan perbedaan kerapatan pada sel-sel penyusun
organ sebagai indikasi abnormalitas suatu jaringan. Sedangkan pada
perbesaran 400 sesuai yang ditunjukkan gambar 6. B maka dapat kita lihat
adanya akumulasi sel-sel PMN dan terbentuknya transudat cairan pada
jaringan.
Dari hasil nekropsi dicurigai hewan terinfeksi Newcastle Disease (ND),
dimana gejala patognomonis pada ND adalah timbulnya kelainan pada sistem
saraf yang ditandai dengan gejala tortikolis, dan juga terdapatnya perdarahan
pada proventrikulus, usus, dan terjadinya perubahan baik secara nekrotik

maupun hyperplasia pada lien, serta didapatkannya perifaskular cuffing pada


otak sebagai indikasi infeksi oleh virus.

PEMBAHASAN

Gambar 7. Morfologi Virus Newcastle Disease

Newcastle Disease (ND) adalah penyakit yang sangat menular, dengan angka
kematian yang tinggi, disebabkan oleh virus genus paramyxovirus dengan famili
paramyxoviridae. Dimana secara morfologinya virus ini memiliki nukleokapsid
bersimetri heliks dan dikelilingi oleh amplop yang berasal dari membran
permukaan

sel.

Pada

amplop

tersebut

menempel

spike

glikoprotein

hemaglutinin dan neuraminidase yang berperan sebagai faktor virulensi dari


virus tersebut. Newcastle Disease dipandang sebagai salah satu penyakit
penting di bidang perunggasan. Kejadian wabah penyakit ND seringkali terjadi
pada kelompok ayam yang tidak memiliki kekebalan atau pada kelompok yang
memiliki kekebalan rendah akibat terlambat divaksinasi atau karena kegagalan
program vaksinasi. Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ND antara lain
berupa kematian ayam, penurunan produksi telur pada ayam petelur, gangguan
pertumbuhan dan penurunan berat badan pada ayam pedaging.
Tingkat morbiditas penyakit Newcastle Disease sangat tinggi yaitu
ssekitar 90-100% dengan tingkat kematian penderita hampir 100%. Biasanya
wabah terjadi pada peralihan musim, dari musim panas ke musim hujan atau
sebaliknya, yaitu pada saat ayam mengalami stres. Hampir semua jenis unggas
(ayam, itik, angsa, termasuk juga bangsa burung seperti kakatua, merpati, nuri,
beo) peka terhadap penyakit ini.penyakit dapat ditularkan melalui kontak
langsung unggas sakit dengan yang sehat. Disamping itu penularan juga terjadi
secara kontak tidak langsung antara unggas sehat dengan orang, bahan / alatalat, ddebu, udara yang tercemar virus Newcastle Disease (buku hijau).

Penyebaran Newcastle Disease tergantung pada usaha eradikasi dan


pengendalian yang dilakukan oleh suatu negara tertentu. Keberhasilan program
pengendalian Newcastle Disease tergantung pada situasi industri perunggasan
pada suatu negara. Jiika negara tertentu bayak memlihara ayam jenis lokal
yang tidak divaksinasi terhadap Newcastle Disease maka penyakit tersebut
biasanya akan lebih sulit untuk ditanggulangi. Penyebaran virus ND erat
hubungannya dengan tingkat kecepatan peternakan ayam komersial disuatu
negara, lalu lintas burung peliharaan antar-negara yang tergolong spesies
psittacine yang dipelihara untuk berbagai tujuan yang dapat merupakan sumber
penularan virus tersebut pada ayam (Tabbu, 2000).
Dari serangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan meliputi anamnesa,
pemeriksaan klinis, dan juga pengamatan organ secara makroskopis dan
mikroskopis, penyakit yang menyerang ayam tersebut merujuk kepada
Newcastle Disease, sehingga diagnosa untuk ayam tersebut adalah suspect
ND. Hal ini dibenarkan juga menurut Tabbu (2000) pada kasus infeksi ND,
adapun perubahan patologis yang mungkin ditemui pada organ hewan secara
makros adalah nekrosis dan hemorragi pada saluran pencernaan meliputi
proventrikulus, ventrikulus dan bagian-bagian usus. Tidak jarang dijumpai
perubahan pada sistem syaraf dan juga pada saluran pernapasan bagian atas.
Jika ditemukan perubahan pada saluran nafas maka akan didapati adanya
hemorrhagi dan congesti berat pada trakea. Penebalan air sacs disertai
timbunan eksudat kataral sampai mengeju pada permukaannya. Terdapat tiga
katagori ND:
1. Velogenik. Virus golongan ini bersifat akut dan sangat mematikan
serta dikategorikan sangat tinggi patogenitasnya ( sangat ganas).
Wabah NDdi Indonesia umumnya disebabkan oleh velogenik tipe Asia
yang lebih banyak menimbulkan kematian daripada tipe Amerika.
Velogenik tipe Asia disebut jugaVelogenik Visceritropik. Sedangkan
Velogenik tipe Amerika disebut juga Velogenik pneumoencephalitis.
Contoh virus galur velogenik, antara lain Milano, Herts, Texas.
2. Mesogenik. Virus galur ini bersifat akut, cukup mematikan dan
dikategorikan sedang patogenitasnya. Contoh galur mesogenik,
antara lain Mukteswar, Kumarov,Hardfordhire dan Roakin

3. Lentogenik.Virus galur lentogenik merupakanbentuk respirasi sedang


yang sangat rendah patogenitasnya. Contoh virus galur lentogenik,
antara lain B1, F dan La Sota.

Kejadian patogenesa dari penyakit ND ini menurut literature dapat


dijelaskan bahwa protein Hemaglutinin dan neuraminidase (HN) berperan
dalam tahap penempelan virus ND pada reseptor sel inang atau induk semang
yang mengandung sialic acid. Molekul sialic acid ini adalah glycoprotein dan
glycolipid, dimana molekul ini banyak terdapat pada sel-sel saraf, sel-sel
penyusun

sistem

pencernaan,

dan

juga

sel-sel

sistem

pernapasan.

Penempelan virus dilakukan dengan penyatuan virus dan membran sel yang
diperantarai oleh protein fusion (protein F). Virus RNA kemudian dilepaskan
dalam sitoplasma dan terjadi replikasi (Ferreira Et al., 2004). Envelope virus
masuk ke dalam sel melalui 2 jalan utama yaitu pertama, penyatuan secara
langsung antara envelope virus dengan membran plasma dan kedua,
diperantarai oleh reseptor endositosis. Penetrasi virus melalui reseptor
endositosis tergantung pada kondisi pHnya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penyatuan virus ND dengan sel mampu meningkatkan pH. Hasil
tersebut mengindikasikan bahwa penetrasi virus ND pada sel inang melalui
reseptor endositosis juga dipengaruhi oleh kondisi pH. Kepekaan sel terhadap
virus ND yang tidak virulen dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sel tersebut
harus mempunyai reseptor yang cocok sehingga virus dapat melakukan
penempelan dan masuk ke dalam sel. Sel harus memiliki tripsin yang
menyerupai protease dimana enzim ini berperan dalam pemecahan protein F0
menjadi F1 dan F2. Penyebaran reseptor sel pada ayam yang peka terhadap
virus ND bentuk tidak virulen bersifat terbatas dan hanya ditemukan pada
saluran pencernaan dan saluran pernafasan bagian atas (Alexander, 1991).
Virus bentuk virulen tidak selalu memerlukan enzim protease dan
replikasi virus biasanya terjadi di sebagian besar jaringan induk semang.
Replikasi virus yang terjadi di limfosit menghasilkan suatu respon imun dan
produksi antigen virus yang cukup dibutuhkan untuk meningkatkan efektivitas
sistem imun. Di dalam saluran pencernaan terdapat faktor-faktor nonspesifik
yang mempengaruhi replikasi virus ND. Enzim protease dan pH yang bervariasi

mempunyai pengaruh dalam proses penempelan virus pada reseptor sel.


Dimana keberadaan tripsin pada beberapa bagian saluran pencernaan dapat
mengaktifkan virus ND bentuk tidak virulen setelah virus tersebut dilepaskan
dari sel yang kekurangan enzim protease.

KESIMPULAN
Penyakit Newcastle memiliki 3 bentuk, yaitu bentuk lentogenik,
mesogenik dan velogenik. Gejala patognomonis dari penyakit ini adalah
terjadinya tortikolis pada ayam dan apabila dilakukan nekropsi, maka pada
bagian proventrikulus dan usus akan ditemukan multiple petechial.

DAFTAR PUSTAKA

Aldous, E.W. and D.J. Alexander. 2001. Detection and differentiation of Newcastle
disease virus (avian paramyxovirus type1). Avian Pathol. 30:117-128.
Alexander, D.J. 2001. Newcastle disease: The Gordon Memorial Lecture. Br. Poult.
Sci. 42:5-22.
Butcher

G.D

Richard

D.M,

2003.

Avian

Necroppsy

Techniques.

http://edis.ifas.ufl.edu/vm009
Carlyle JT , Chester A.G, 1954. Veterynary Necropsy Prosedures. Philadelphia
London Montreal J.B. LIPPINCOTT COMPANY.
Davis M.F, Teresa Y.M. Poultry Necropsy Basics. VME-0012-01. November 2008.
Geering W, Forman A and Nunn MJ (1995). Exotic Animal Diseases: A Field Guide
for Australian Veterinarians. Bureau of Resource Sciences, Department
of Primary Industries and Energy, Australian Government Publishing
Service, Canberra.
Ghiamirad, M., A. Pourbakhsh, H. Keyvanfar, Momayaz, S. Charkhkar, and A.
Ashtari. 2010. Isolation and characterization of Newcastle disease virus
from ostriches in Iran. African J. of Microbiology Research 4(23):24922497.
Kencana, G.A.Y. and I.M. Kardena. 2011. Gross pathological observation of acute
Newcastle disease in domestic chicken. Prosiding Seminar Internasional
Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia (PERMI) dan International Union of
Microbiological Societies (IUMS). Denpasar, 22-24 Juni 2011.
Lima, F.S., E. Santin, A.C. Paulillo, L.D. Junior, V.M.B. de Moraes, N.M.Q. Gama,
and R.P.S. Iturino. 2004. Evaluation of different programs of Newcastle
disease vaccination in japanese quail (Coturnix coturnix japonica).
International J. Poultry Science 3(5):354-356.
Samkhan dan Sri Niati. 2006 Tata Cara Penanganan Dan Pengirimam Contoh ke
Laboratorium. Dalam : Bultin Laboratorium Veteriner.. Vol : 6 No:3. Edisi
Tahun : September 2003. ISSN : 0853-7968
Santhia, K. 2003. Strategi diagnosa dan penanggulangan Newcastle disease.
Prosiding Seminar Regional Perunggasan. Universitas Udayana.
Denpasar, 6 Oktober 2003.

Tabbu, C.R. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya: Penyakit Bakterial,


Mikal, dan Viral. Kanisius, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai