Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN NEKROPSI UNGGAS

Kamis, 20 Juni 2019

Oleh :
PPDH Kelompok D Gelombang II
Tahun 2018/2019

Dosen Tentor:
Dr Drh Eva Harlina, MSi, APVet

Dosen Penanggungjawab:
Prof Drh Bambang Pontjo P, MS, PhD, APVet, DACCM

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI, DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
LAPORAN NEKROPSI UNGGAS

No. Protokol : U/101/19


Hari/Tanggal : Kamis/ 20 Juni 2019
Dosen Tentir : Dr Drh Eva Harlina, MSi, APVet

Anamnesa :-

Signalement
Nama :-
Jenis Hewan : Ayam
Ras : Broiller
Strain : Cobb
Umur :-
Jumlah : 6 ekor
Warna rambut/bulu : Putih
Alamat peternak : Ciseeng
Tanggal Nekropsi : 20 Juni 2019

Hasil Pemeriksaan Nekropsi

Organ Perubahan PA Jumlah Diagnosa


kasus PA
Keadaan Umum Luar
Mukosa Tidak ada kelainan
Mata Tidak ada kelainan
Kepala Tidak ada kelainan
Folikel bulu Tidak ada kelainan
Bulu Tidak ada kelainan
Kulit Tidak ada kelainan
Subkutis Tidak ada kelainan
Persendian Tidak ada kelainan
Sistem Lokomosi
Otot Berwarna merah pada otot (1/6) Kongestti
dada kiri dan kanan hipostasis
Tendon Tidak ada kelainan
Persendian Tidak ada kelainan

Rongga Tubuh
Situs viserum Terdapat cairan berwarna (2/6) Hidrops
merah ascites
Sistem Respirasi
Sinus hidung Tidak ada kelainan
Laring Tidak ada kelainan
Khoane Tidak ada kelainan
Kantung udara Terjadi peradangan, (3/6) Air sacculitis
terlihat keruh
Trakhea Tidak ada kelainan
Paru-paru Hasil uji apung negatif (5/6) Pneumonia

Pleura Tidak ada kelainan

Sistem Pencernaan
Rongga mulut Tidak ada kelainan
Esofagus Tidak ada kelainan
Tembolok Tidak ada kelainan
Proventrikulus Tidak ada kelainan
Gizzard Tidak ada kelainan
Usus halus Terdapat eksudat (2/6) Enteritis
hemorrhagi hemorrhagi
Sekum Tidak ada kelainan
Seka tonsil Tidak ada kelainan
Hati Mengalami pembesaran (1/6) Kongesti
dan ditemukan darah pada hepatik
bekas sayatan
Pankreas Tidak ada kelainan

Sistem Sirkulasi
Perikardium Terdapat eksudat fibrin (3/6) Perikarditis
fibrinosa
Jantung Tidak ada kelainan

Sistem Pertahanan
Limpa Tidak ada kelainan
Thymus Tidak ada kelainan
Bursa fabrisius Tidak ada kelainan

Sistem saraf
Otak Tidak ada kelainan
N.Ischiadicus Tidak ada kelainan

Sistem urogenital
Ginjal Mengalami pembesaran (1/6) Nefritis
dan warna lebih gelap
PEMBAHASAN

Pemeriksaan keadaan umum pada enam ekor ayam terlihat bahwa mukosa
mulut, lubang kloaka dan permukaan tubuh ayam tidak mengalami kelainan.
Pemeriksaan pada otot dada terlihat adanya perubahan warna menjadi lebih
merah. Hal ini menandakan terjadinya kongesti hipostasis pada otot dada ayam.
Pemeriksaan pada situs viserum terlihat adanya lapisan lemak disekitar usus,
tetapi tidak ditemukan malposisi organ.
Pemeriksaan pada situs viserum terlihat bahwa dua dari enam ekor ayam
mengalami hidrops ascites. Menurut Tarmudji (2011), hidrop ascites merupakan
akumulasi cairan pada peritoneal yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti
kerusakan hati, penyakit jantung, hipertensi pulmonum, penyumbatan saluran
limfe dan stres. Hasil nekropsi pada dua ekor ayam tersebut, kejadian hidrop
ascites ini dimungkinkan karena ayam tersebut mengalami stres dan juga dapat
disebabkan oleh cairan ekstraseluler yang merembes selama proses pendinginan
kadaver.
Pemerikasaan sistem repirasi pada enam ayam yang dinekropsi, lima ekor
ayam mengalami pneumonia dan satu ekor ayam mengalami peradangan pada
kantung udara (air sacculitis). Pemeriksaan paru-paru dilakukan dengan cara uji
apung. Hasil pemeriksaan uji apung memperlihatkan bahwa lima dari enam paru-
paru ayam tersebut tenggelam. Hal tersebut mengindikasikan paru-paru tersebut
mengalami pneumonia. Pneumonia pada unggas dapat terjadi pada penyakit yaitu
Chlamydiosis, Aspergillosis, Newcastle Disease (ND), dan Fowl Cholera (Syibli
et al. 2014).
Ciri air sacculitis adalah kantung udara terlihat keruh. Kantong udara
normalnya terlihat tipis, bening dan transparan. Menurut Matthijs et al. (2005),
kantung udara sangat mudah mengalami peradangan karena memiliki banyak
kapiler darah. Perubahan makroskopis terjadi pada air sacculitis yaitu perubahan
ketebalan, opasitasnya, dilatasi pada pembuluh darah setempat, atau keberadaan
eksudat. Ayam yang terserang air sacculitis akan mengalami kesulitan bernafas
dikarenakan tidak ada pemberi udara cadangan untuk paru-paru yang dapat
menyebabkan hipoksia. Patologi anatomi pada kejadian akut dapat ditemukan air
yang berbusa dan menebal, pada stadium selanjutnya menjadi keruh dengan
eksudat kaseosa (Carlton dan McGavin 1995). Air sacculitis dapat terjadi pada
penyakit yang menyerang saluran pernafasan ayam diantaranya Mycoplasmosis,
Infectious Bronchitis (IB), Avian Influenza (AI), Coryza, ND, Colibasillosis, dan
Fowl Cholera (Matthijs et al. 2005).
Pemeriksaan inspeksi saluran pencernaan ditemukan eksudat kataral
disepanjang mukosa usus halus pada dua ekor ayam dari enam ekor ayam.
Eksudat kataral terlihat berwarna sedikit opaque dan berbentuk cairan tebal.
Adanya eksudat kataral dapat mengindikasikan adanya inflamasi atau peradangan
kronis. Hal ini sebanding dengan pendapat Zachary dan McGavin (2012), yang
menyatakan sel goblet mensekresikan eksudat kataralis sebagai respon dari arergi,
autoimun gastrointestinal, dan inflamasi kronis. Pemeriksaan palpasi ditemukan
lesi hemorrhagi di saluran pencernaan sepanjang usus pada dua ekor ayam dari
enam ekor ayam. Lesi hemorrhagi menunjukkan adanya peradangan dimukosa
usus dan merubah permeabilitas pada sel epitel usus (Pelicano et al. 2005).
Eksudat kataral dan lesi hemorrhagi mengindikasikan bahwa ayam mengalami
enteritis kataralis et hemorrhagi. Gejala enteritis dapat ditemukan pada infeksi
penyakit seperti Pullorum, Coccidia, dan Reovirus (Swayne et al. 2013). Kondisi
ini dimanfaatkan oleh mikroflora patogen untuk mengabsorbsi nutrisi. Dampak
yang terjadi menyebabkan defisiensi nutrisi yang berakibat pada kelainan
patologis seperti penurunan produktivitas ayam. Pada pemeriksaan insisi
ditemukan kongesti pada hati. Kongesti hati merupakan pembendungan darah
pada hati yang disebabkan oleh Congestive Heart Failure. Selain itu, bakteri
E.coli juga dapat menyebabkan kongesti hati pada stadium akut septicemia (saif et
al. 2008).
Pemeriksaan pada sistem sirkulasi ditemukan adanya perikarditis fibrinosa.
Perikarditis fibrinosa dapat terjadi karena trauma pada perikardium sehingga
terjadi inflamasi dan menyebabkan permeabilitas pembuluh darah meningkat.
Peningkatan permeabilitas pembuluh darah menyebabkan cairan serta fibrin
mengalami ekstravasi pada ruang perikardium. Hal ini mengakibatkan terjadinya
kompresi ruang jantung dan venous return, ventricular filling dan cardiac output
menurun (Nitish dan Waymack 2019). Kondisi ini menyebabkan penurunan aliran
darah dan terjadi hipoksia serta dapat berakhir pada kematian. Contoh penyakit
yang dapat menyebabkan perikarditis fribinosa adalah Colibacilosis, Avian
Chlamydiosis, Chronic Salmonellosis, Borrelia, Chronic Enterococcal, Chronic
Streptococcal, Microplasma Gallisepticum,Dan Rimerella Anatipestifer (Ra).
Pemeriksaan pada traktus urinaria terlihat adanya pembengkakan pada
organ ginjal pada satu ekor ayam dari enam ekor ayam. Pembengkakan
merupakan salah satu ciri terjadinya peradangan. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Cotran et al. 2012) yang menyatakan bahwa tanda terjadinya peradangan atau
inflamasi akut adalah dolor (nyeri), kalor (panas), rubor (merah), pembengkakan
(tumor), dan hilangnya fungsi (fungsiolesa). Nekropsi patologi bagian ini
menunjukkan organ ginjal mengalami pembengkakan yang mengindikasikan
terjadinya nefritis.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil nekropsi, kematian ayam disebabkan oleh penyakit


Colibacillosis yang ditandai dengan peradangan kantong hawa, pericarditis
fibrinogen, dan enteritis.
DAFTAR PUSTAKA
Carlton WW, McGavin MD. 1995. Thomson’s Special Veterinary Pathology Ed.
2. St. Louis Missouri (USA): Mosby-Year Book Inc.
Cotran R, Kumar V, Robbins S. 2012. Buku Ajar Patologi. EGC. 7(1): 45-46.
Matthijs MGR,Van EJHH, De WJJ, Bouma A, Stegeman JA. 2005. Effect of
IBV-H120 vaccination in broilers on colibacillosis susceptibility after
infection with a virulent Massachusetts-type IBV strain. Avian diseases.
49(4): 540-545.
Nitish K, Waymack JR. 2019. Acute cardiac temponade. stat pearls. [internet].
[diunduh 2019 June 20]. Tersedia pada:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534806/
Pelicano ERL, Souza PA, Souza HBA, Figueiredo DF, Boiago MM, Carvalho SR,
Bordon VF. 2005. Intestinal mucosa development in broiler chicken fed
natural growth promoters. Brazzilian Journal of Poultry Science. 221 -229.
Saif YM, Fadly AM, Glisson JR, McDougald LR, Nolan LK, Swayne DE. 2008.
Disease of Poultry 12 Th Edition. Lowa (USA): Blackwell publishing.
Swayne DE, John W, Sons. 2013. Disease of Poultry. Ed-13. Lowa (USA).
Syibli M, Nurtanto S, Lubis N, Syafrison SY, Kartika D, Yohana CK,
Setianingsih E, Nurhidayah DE, Saudah E. 2014. Manual Penyakit
Unggas. Jakarta (ID): Dirjennak.
Tarmudji. 2005. Asites pada ayam pedaging wart. Balai penelitian veteriner.
15(1): 38-47.
Zachary JF, McGavin MD. 2012. Pathologic Basic of Veterinary Disease.
Missouri (USA): Penny Rudolh.

Anda mungkin juga menyukai