Anda di halaman 1dari 9

SIROSIS HEPATIS

DISUSUN OLEH :

NAMA : MARDIANA KOBANDAHA

NIM : (01909010073)

MK : KEPERAWATAN MENJELANG AJAL/PALIATIF

DOSEN PENGAMPU : Ns. Siska Sibua, S.Kep.,M.Kes

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA

KOTAMOBAGU

T.A 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya, alhamdulillah saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Menjelang ajal/Paliatif Program Studi Keperawatan
Institut Kesehatan dan Teknologi Graha Medika.

Mohon maaf bila tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu besar harapan
saya akan kritik dan saran yang membangun demi tercapainya makalah yang lebih baik dari yang
telah saya buat ini di tugas berikutnya, saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa
saja yang ingin memperdalam pengetahuannya tentang ETIOLOGI, PATOFISIOLOGI, DAN
PATHWAY dari SIROSIS HEPATIS.

KOTAMOBAGU, NOVEMBER 2021

MARDIANA KOBANDAHA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi
proses-proses penting bagi kehidupan, seperti penyimpanan energi, pengaturan
metabolisme kolesterol dan penetralan racun/obat yang masuk dalam tubuih
manusia. Sehingga bisa dibayangkan akibat buruk yang bisa timbul apabila
terjadi kerusakan pada hati, bahkan bisa berujung pada kematian.

Sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hati dengan inflamasi dan
fibrosis yang mengakibatkan distorsi struktur dan hilangnya sebagian besar
hepar. Perubahan besar yang terjadi karena sirosis adalah kematian sel-sel
hepar, terbentuknya sel-sel fibrotik (sel mast), regenerasi sel dan jaringan parut
yang menggantikan sel-sel normal. (Baradero, 2008).

Menurut statistik yang dilaporkan ke WHO dari 55 negara. Setiap tahunnya


jumlah orang yang meninggal karena sirosis hati kira-kira melebihi 310.000 orang.
Kematian dari sirosis hati menduduki nomor 5 didunia, setelah kanker, penyakit
jantung, penyakit serebrovaskular dan kecelakaan. 85% kasus penyakit ini terlihat pada
pasien usia 21-50 tahun, dengan rasio laki-laki dan perempuan 4-8:1, dan lebih
menonjol ke pria paruh baya.

Sirosis hepatis juga menempati urutan ke 6 besar penyebab kematian terbanyak di


Indonesia dengan persentase 3%, setelah penyakit stroke (21%), penyakit jantung
iskemik (9%), diabetes (7%), infeksi saluran pernapasan bawah (5%), dan TBC (4%)
menurut WHO (2010).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, rumusan masalah pada tugas individu ini
adalah “Bagaimanakah etiologi, patofisiologi, dan pathway sirosis hati?”

1.3 Tujuan

Memperoleh gambaran seperti apa etiologi, patofisiologi, dan pathway dari sirosis
hati.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO SIROSIS HEPATIS

Penyebab sirosis hepatis belum teridentifikasi dengan jelas, meskipun demikian,


Menurut Black & Hawks, 2009 ada beberapa faktor yang menyebabkan sirosis
hepatis yaitu:

a. Sirosis Pascanekrosis (Makronodular)

Merupakan bentuk paling umum di seluruh dunia.Kehilangan masif sel hati, dengan
pola regenerasi sel tidak teratur. Faktor yang menyebabkan sirosis ini pasca- akut
hepatitis virus (tipe B dan C).

b. Sirosis Billier

Merupakan turunnya aliran empedu bersamaan dengan kerusakan sel hepatosit


disekitar duktus empedu seperti dengan kolestasis atau obstruksi duktus empedu.

c. Sirosis Kardiak

Merupakan penyakit hati kronis terkait dengan gagal jantung sisi kanan jangka
panjang, seperti atrioventrikular perikarditis konstriktif lama.

d. Sirosis Alkoholik (mikronodular Laenec)

Merupakan bentuk nodul kecil akibat beberapa agen yang melukai terus-menerus,
terkait dengan penyalahgunaan alcohol.

B. PATOFISIOLOGI

Menurut Black & Hawks tahun 2009 sirosis adalah tahap akhir pada banyak tipe
cedera hati. Sirosis hati biasanya memiliki konsistensi noduler, dengan berkas fibrosis
(jaringan parut) dan daerah kecil jaringan regenerasi. Terdapat kerusakan luas
hepatosit. Perubahan bentuk hati merubah aliran sistem vaskuler dan limfatik serta
jalur duktus empedu. Periode eksaserbasi ditandai dengan stasis empedu, endapan
jaundis.

Menurut Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, (2012), gangguan hematologik


yang sering terjadi pada sirosis adalah kecendrungan perdarahan, anemia, leukopenia,
dan trombositopenia. Penderita sering mengalami perdarahan hidung, gusi, menstruasi
berat, dan mudah memar. Masa protrombin dapat memanjang. berkurangnya
pembentukan faktor-faktor pembekuan oleh hati. Anemia, leukopenia, dan
trombositopenia diduga terjadi akibat hipersplenisme. Limpa tidak hanya membesar
(spelenomegali) tetapi juga lebih aktif menghancurkan sel-sel darah dari sirkulasi.
Mekanisme lain yang menimbulkan anemia adalah defisiensi folat, vitamin B12, dan
besi yang terjadi sekunder akibat kehilangan darah dan peningkatan hemolisis eritrosit.
Penderita juga lebih mudah terserang infeksi.

Kerusakan hepatoseluler mengurangi kemampuan hati mensintesis normal


sejumlah albumin. Penurunan sintesis albumin mengarah pada hipoalbuminemia, yang
dieksaserbasi oleh kebocoran protein ke dalam ruang peritonium. Volume darah
sirkulasi menurun dari kehilangan tekanan osmotik koloid. Sekresi aldosteron
meningkat lalu merangsang ginjal untuk menahan natrium dan air. Sebagai akibat
kerusakan hepatoseluler, hati tidak mampu menginaktifkan aldosteron. Sehingga
retensi natrium dan air berlanjut. Lebih banyak cairan tertahan, volume cairan asites
meningkat.

Hipertensi vena porta berkembang pada sirosis berat. Vena porta menerima darah
dari usus limpa. Jadi peningkatan di dalam tekanan vena porta menyebabkan: (1)
aliran balik meningkat pada tekanan reistan dan pelebaran vena esofagus, umbilikus,
dan vena rektus superior, yang mengakibatkan perdarahan varises (2) asites (akibat
pergesaran hidrostastik atau osmotik mengarah pada akumulasi cairan di dalam
peritoneum) dan (3) bersihan sampah metabolik protein tidak tuntas dengan akibat
meningkat amonia, selanjutnya mengarah kepada esefalopati hepatikum.

Kelanjutan proses sebagai akibat penyebab tidak diketahui atau penyalahgunaan


alkohol biasanya mengakibatkan kematian dari ensefalopati hepatikum, infeksi bakteri
(gram negatif) peritonitis (bakteri), hepatoma (tumor hati), atau komplikasi hipertensi
porta. Gangguan endokrin sering terjadi pada sirosis. Hormon korteks adrenal, testis
dan ovarium, dimetabolisme dan diinaktifkan oleh hati normal. Atrofi testis,
ginekomastia, alopesia, pada dada dan aksila, serta eritema palmaris (telapak tangan
merah), semuanya diduga disebabkan oleh kelebihan esterogen, dalam sirkulasi.
Peningkatan pigmentasi kulit diduga aktivitas hormon perangsang melanosit yang
bekerja secara berlebihan.
C. PATHWAY SIROSIS HEPATIS
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Jadi dapat disimpulkan bahwa sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hepar yang
ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat dan pembentukan nodul.

Saran

Saya harap tugas ini bisa memberikan manfaat tambahan pengetahuan dan informasi
mengenai SIROSIS HATI kepada para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Wijayanti, Anin, Iva Milia. (2018). KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN


PALIATIF. Jombang. Icme Press

Anda mungkin juga menyukai