Anda di halaman 1dari 19

Jurnal mobilisasi dini

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN KOMBINASI SENAM KEGEL


TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM PADA IBU
POSTPARTUM
DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI
(BPM) DINCE SAFRINA PEKANBARU

*Rena Afri Ningsih, *Siska Helina, *Ani Laila


*Program Studi DIV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Riau

ABSTRAK

Pada persalinan pervaginam 75% ibu mengalami luka pada perineum, baik
yang ruptur alami maupun dengan tindakan episiotomi. Pada penjahitan luka
perineum setiap kali jarum masuk ke jaringan tubuh, jaringan tubuh akan terluka
dan menjadi tempat potensial timbulnya infeksi dan penyembuhan luka terlambat.
Penyembuhan luka perineum yang mengalami keterlambatan pada ibu postpartum
dapat disebabkan karena kurangnya mobilisasi dan olahraga (senam nifas/kegel).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini dengan
kombinasi senam kegel terhadap penyembuhan luka perineum. Jenis penelitian
yang digunakan Pre-eksperimental dengan desain Static Group Comparison/
Posttest Only Control Group Design.Teknik sampling yang digunakan adalah
purposive sampling dengan jumlah sampel 30 orang ibu postpartum dengan luka
perineum. Analisis data dilakukan dengan Chi Square. Hasil penelitian
menunjukan penyembuhan luka perineum yang sangat baik pada kelompok
mobilisasi dini dengan kombinasi senam kegel sebesar 93.3% dan penyembuhan
luka perineum yang baik pada kelompok yang tidak melakukan mobilisasi dini
dengan kombinasi senam kegel sebesar 53.3% dengan p value 0.035 <α.
Kesimpulan penelitian ini ada hubungan yang signifikan mobilisasi dini dengan
kombinasi senam kegel terhadap penyembuhan luka perineum. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan
pada ibu postpartum untuk penyembuhan luka perineum yang sangat baik.

Kata Kunci : Postpartum, Mobilisasi Dini, Senam Kegel, Luka Perineum

PENDAHULUAN
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi. Pada tahun 2012 AKI
sebanyak 359/100.000 kelahiran hidup dan untuk di Provinsi Riau pada tahun
2014 124,5/100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu di Indonesia salah

satunya disebabkan oleh infeksi (Kemenkes, 2014).


Infeksi dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan dan nifas. (Roito,
2013).Pada persalinan pervaginam 75% ibu mengalami luka pada perineum baik
yang ruptur secara alami, atau yang dilakukan dengan tindakan episiotomi (Boyle,
2008). Pada penjahitan luka perineum setiap kali jarum masuk kejaringan tubuh,

1
Rena Afri, Hubungan Mobilisasi DiniDengan Kombinasi Senam Kegel2

jaringan akan terluka menjadi tempat yang potensial untuk timbulnya infeksi
(JNPK-KR, 2007).
Trauma atau luka perineum dengan jahitan mengharuskan penyembuhan
dan perawatan serta saran dari bidan untuk dapat mempercepat penyembukan luka
(Boyle, 2008). Normalnya penyembuhan luka perineum terjadi pada hari ke enam
dan hari ke tujuh postpartum serta ada yang mengalami keterlambatan dalam
penyembuhannya (Saleha, 2013). Keterlambatan penyambuhan luka perineum
dapat menyebabkan infeksi pada ibu postpartum. Keterlambatan penyembuhan
luka perineum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kurang nutrisi, kurang
menjaga kebersihan diri atau perineum, kurang istirahat, kurang mobilisasi dan
olah raga seperti senam nifas (kegel) (Bahiyatun, 2009).
Mobilisasi dini merupakan salah satu kegiatan yang dapat membantu
mempercepat penyembuhan luka perineumjuga dapat mengencangkan otot-otot
abdomen, pelvis dan perineum serta mencegah komplikasi lain pada masa
postpartum. Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap sesuai kekuatan ibu
(Bahiyatun, 2009). Ibu postpartum diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam
6 jam pasca salin (Wirakusumah, 2010).
Selain mobilisasi dini latihan kegel juga dapat membantu penyembuhan
luka perineum serta pemulihan tonus otot dareah vagina, perineum, dan panggul
dengan meningkatkan sirkulasi dan aktivitas otot-otot isometrik. Latihan kegel
terdiri atas kontraksi otot-otot perineum dengan kekuatan yang cukup untuk
menghentikan aliran urin. Kontraksi dilakukan dilakukan selama beberapa detik
kemudian dilepaskan. Latihan ini diulang 50 sampai 100 kali dan dapat dilakukan
beberapa kali dalam sehari. Ibu postpartum yang melakukan latihan kegel secara
teratur menunjukan pemulihan yang lebih cepat (Reeder, 2011). Menurut
penelitian yang dilakukan Rania Eid Farragtahun 2016 dengan judul “Effect Of
Postnatal Kegel Exercises on Episiotomy Pain and Wound Healing Among
Primiparous Women” menyatakan bahwa latihan kegel pada masa postpartum
memiliki dampak yang signifikan terhadap penurunan nyeri perineum dan
mempercepat penyembuhan luka perineum.
Penelitian lain yang mendukung manfaat senam kegel terhadap
penyembuhan luka perineum dilakukan oleh Anitini, A, dkk tahun 2016
menyatakan waktu penyembuhan luka perineum pada ibu postpartum yang
melakukan senam kegel lebih cepat dibandingkan ibu yang tidak melakukan
senam kegel. Rata-rata waktu penyembuhan luka perineum pada kelompok ibu
postpartum normal yang melakukan senam kegel adalah 6 hari, sedangkan pada
kelompok ibu postpartum normal yang tidak melakukan senam kegel waktu
penyembuhan luka yaitu selama 7 hari.
Selain membantu untuk penyembuhan luka perineum, senam kegel juga
bermanfaat untuk perbaikan ibu postpartum dengan inkontinensia urin. Chitra
Joshi, et al melakukan penelitian tahun 2016 dengan judul “Role of postpartum
Kegel exercises in the prevention and cure of stress incontinence” menyatakan
bahwa inkontinensia urin dalam post partum merupakan masalah kesehatan yang
signifikan pada wanita dengan konsekuensi fisik, psikologis, dan sosial yang
serius. Tingkat kesembuhan tinggi tergantung pada faktor-faktor seperti
bagaimana benar latihan kegel diinstruksikan.
3 Jurnal Proteksi Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, November 2017, hlm 114-123

South Australian Maternal & Neonatal Clinical Network pada tahun 2014
mengeluarkan panduan perawatan pada perineum. Terdapat beberapa posisi untuk
mengurangi edema perineum, terutama dalam 48 jam pertama.
BPM(Bidan Praktik Mandiri) Dince Safrina merupakan BPM dengan angka
persalinan tertinggi di wilayah kerja Puskemas Rumbai, rata-rata jumlah
persalinan perbulan 15 orang ibu bersalin. Dari 15 orang ibu bersalin 10
diantaranya mengalami ruptur pada perineum.
Kasus ruptur perineum pada ibu bersalin pervaginam lebih dari 50% untuk
itu perlu dilakukan asuhan yang membantu penyembukan luka perineum. Dari
beberapa penelitian tersebut belum pernah dilakukan penelitian hubungan
mobilisasi dini dengan kombinasi senam kegel terhadap penyembuhan luka
perineum. Berdasarkan uraian diatas penulis termotivasi untuk membahas lebih
lanjut “Hubungan Mobilisasi Dini dengan Kombinasi Senam Kegel Terhadap
Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Postpartum Di Bidan Praktik Mandiri
(BPM) Dince Safrina Pekanbaru”.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah Pre-eksperimental dengan desain
Static Group Comparison/ Posttest Only Control Group Design. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Februari hingga bulan Juni 2017 di Bidan Praktik
Mandiri (BPM) Dince Safrina Pekanbaru. Populasi pada penelitianini adalah ibu
postpartum 2 jam dengan riwayat persalinan normal dengan teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah purposive samplingdan jumlah responden yang
didapat sebanyak 30 orang. Instrumen yang digunakan berupa lembar checklist
untuk menilai mobilisasi dengan kombinasi senam kegel dan skala Reeda untuk
menilai proses penyembuhan luka perineum. Pengolahan data dilakukan secara
komputerisasi dengan analisa data bivariat menggunakan uji statistik chi square.

HASIL PENELITIAN

1. Analisis Univariat

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Mobilisasi Dini dengan


Kombinasi Senam Kegel di BPM Dince Safrina Pekanbaru
Tahun 2017
Variabel Frekuensi %
Mobilisasi dini 15 50
dengan kombinasi
senam kegel
Tidak mobilisasi 15 50
dini dengan
kombinasi senam
kegel
Total 30 100

Pada tabel 1 menunjukan bahwa dari 30 orang responden, 15 orang


responden bersedia melakukan mobilisasi dini dengan kombinasi senam kegel
(50%).
Rena Afri, Hubungan Mobilisasi DiniDengan Kombinasi Senam Kegel4

2. Analisis Univariat

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Penyembuhan luka perineum


di BPM Dince Safrina Pekanbaru
Tahun 2017
Variabel Frekuensi %
Penyembuhan 22 73.3
luka sangat baik
Penyembuhan 8 26.7
luka baik

Pada tabel 2 menunjukan bahwa dari 30 responden sebagian besar


penyembuhan luka perineum sangat baik sebanyak 22 (73.3%) orang responden.

Tabel 3 Hubungan Mobiliasasi Dini dengan kombinasi Senam Kegel


terhadap Penyembuhan Luka Perineum di BPM Dince Safrina Pekanbaru
Tahun 2017

Variab Penyembuh
Penyembu
el an Luka
han Luka P-
Sangat Tot
Baik VAL
Baik al
UE
Frekue Frekue
% %
nsi nsi
Melaku 30 0.035
kan
Mobilis
asi dini 6. 93.
1 14
kombin 7 3
asi
Senam
Kegel
Tidak 7 46 8 53.
melaku .7 3
kan
Mobilis
asi dini
dengan
kombin
asi
senam
5 Jurnal Proteksi Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, November 2017, hlm 114-123

kegel
Jumlah 8 22

Pada tabel 3 dapat diketahui bahwa sebesar 93.3% responden yang


melakukan mobilisasi dini dengan kombinasi senam kegel mengalami
penyembuhan luka perineum yang sangat baik. Angka ini lebih tinggi
dibandingkan kelompok yang tidak melakukan mobilisasi dini dengan kombinasi
senam kegel yang mengalami penyembuhan luka perineum sangat baik sebesar
53.3%.

PEMBAHASAN
a. Pelaksanaan Mobilisasi Dini dengan Kombinasi Senam Kegel
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat 30 responden yang
dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama 15 orang responden (50%) yang
melakukan mobiliasi dini dengan kombinasi senam kegel dengan dibimbing.
Kelompok yang kedua 15 (50%) orang responden yang tidak melakukan
mobilisasi dini dengan kombinasi senam kegel, semua responden mendapatkan
booklet pelaksanaan mobilisasi dini dengan kombinasi senam kegel.

b. Penyembuhan Luka Perineum


Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa proporsi ibu yang mengalami
penyembuhan luka sangat baik 73.3% responden dan penyembuhan luka baik
26.7% responden.Pada penelitian ini penilaian penyembuhan luka menggunakan
skala Reeda dari 6 jam postpartum hingga 7 hari postpartum. Pada hari ketujuh
penyembuhan mengalami tahap poliferasi. Sesuai dengan teori oleh Maryunani
(2013) menyatakan tahapan penyembuhan luka terbagi menjadi tiga tahapan.
Tahapan pertama inflamasi ini terjadi pada hari ke dua hingga hari kelima. Tahap
kedua poliferasi, tahapan ini terjadi pada hari ke lima hingga 3 minggu
postpartum. Tahapan ketiga maturasi, tahapan ini terjadi minggu- tahunan.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ari Antini, Ima Trisnawati, dan
Jundra Darwanty tahun 2016 tentang penyembuhan luka perineum. Rata-rata
waktu penyembuhan luka perineum adalah hari ke enam hingga hari ketujuh pada
kelompook intervensi mobilisasi dan senam kegel.
Skala Reeda adalah alat yang menilai proses inflamasi dan penyembuhan
jaringan di perineum yang trauma, melalui evaluasi lima item penyembuhan yaitu,
kemerahan (hiperemi), odema, ecchymosis, debit dan perkiraan luka. Untuk setiap
item yang dinilai skor mulai dari 0 sampai 3 sesuai dengan keadaan luka saat
dilakukan pemeriksaan (Devendra B N, 2015).
Hasil penelitian menunjukan terdapat 8 (26.7%) orang responden yang
megalami penyembuhan luka sedang. Peneliti berasusmsi hal ini terjadi karena ibu
kurang melakukan mobilisasi dan personal hygine yang kurang.
Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulia Handayani dan Adri
Idiana dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
perineum pada 63 ibu nifas di RSUD DR. Zainoel Banda Aceh, terdapat
hubungan pengetahuan, status gizi, dan personal hygiene terhadap proses
penyembuhan luka perineum.
Penelitian lain yang menudukung tentang penyembuhan luka perineum
dilakukan oleh Hoda Abed El-Azim Mohamed dan Nahed Saied El-Nagger
Rena Afri, Hubungan Mobilisasi DiniDengan Kombinasi Senam Kegel6

dengan judul “Effect of Self Perineal Care Instructions on Episiotomy Pain and
Wound Healing of Postpartum Women” menyatakan bahwa wanita yang
melakukan perawatan pada luka perineum menunjukan perbaikan penyembuhan
luka yang lebih baik.
Menurut teori, penyembuhan luka pada ibu postpartum dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu kurang nutrisi, kurang menjaga kebersihan diri atau
perineum, kurang istirahat, kurang mobilisasi dan olah raga seperti senam nifas
(kegel) (Bahiyatun, 2009). Boyle (2008) menambahkan bahwa penyembuhan luka
perineum dapat terganggu jika melakukan tehnik pembersihan luka dengan
kurang tepat dapat mengakibatkan organisme tersebar di permukaan luka dan
mengganggu jaringan yang baru terbentuk.
Menurut Varney (2007) setelah satu hingga dua hari pertama pascapartum,
tonus otot vagina kembali, celah vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi edema.
Sekarang vagina menjadi menjadi berdinding lunak, lebih besar dari biasanya, dan
umumnya longgar. Normalnya penyembuhan luka perineum terjadi pada hari ke
enam dan hari ke tujuh postpartum serta ada yang mengalami keterlambatan
dalam penyembuhannya (Saleha, 2013).
Dari literatur dan hasil penelitian yang peneliti temui peneliti berasumsi
bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan
luka perineum. Pada penelitian ini sebagian besar penyembuhan luka perineum
sangat baik pada hari ketujuh itu dikarenakan tidak semua responden mengalami
faktor-faktor keterlambatan dalam penyembuhan luka yaitu kurang nutrisi, kurang
menjaga kebersihan diri atau perineum, kurang istirahat, kurang mobilisasi dan
olah raga seperti senam nifas.

c. Hubungan Mobilisasi Dini dengan Kombinasi Senam Kegel terhadap


Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Postpartum
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa 93.3% responden yang
melakukan mobilisasi dini dengan kombinasi senam kegel mengalami
penyembuhan luka perineum saangat baik. Angka ini lebih tinggi dibandingkan
kelompok yang tidak melakukan mobilisasi dini dengan kombinasi senam kegel
penyembuhan luka perineum sangat baik yaitu 53.3%. Berdasarkan hasil uji
statistik bahwa ada hubungan mobilisasi dini dengan kombinasi senam kegel
terhadap penyembuhan luka perineum di BPM Dince Safrina Pekanbaru tahun
2017.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Muh Imran Afandi,
Suhartatik dan Eddyman W Ferial tentang hubungan mobilisasi dini dan personal
hygiene terhadap percepetan kesembuhan luka perineum pada ibu postpartum di
RSIA Pertiwi Makasar. Uji statistik menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai
p = 0.001 dimana p < α, maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara hubungan mobilisasi dini terhadap percepatan kesembuhan luka perineum
pada ibu post partum di RSIA Pertiwi Makassar.
Penilitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fithriany,
Hasrati Hasan dan Cut Yuniwati tahun 2014 tentang mobilisasi dini dengan
penyembuhan luka perineum. Didapatkan hasil yang melakukan mobilisasi dan
mengalami penyembuhan luka perineum pada kelompok perlakuan lebih tinggi
yaitu 9 responden (90%) dan 1 responden (10%) tidak sembuh. Pada kelompok
kontrol hanya 3 responden (30%) yang sembuh dan 7 responden (70%) yang tidak
7 Jurnal Proteksi Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, November 2017, hlm 114-123

sembuh. Hasil uji statistik dengan chi-square diperoleh nilai p value 0,020 atau p
< 0,05.
Penelitian lain yang mendukung tentang efektifitas senam kegel terhadap
penyembuhan luka perineum dilakukan oleh Ari Antini tahun 2016. Hasil analisis
bivariat diperoleh nilai P=0,000, sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan
yang bermakna lama waktu penyembuhan luka antara ibu melakukan senam kegel
dengan ibu melakukan mobilisasi pada ibu post partum.
Hasil penelitian lain yang dilakukan Sevgul Dönmez dan Oya Kavlak
dengan judul “Effects of Prenatal Perineal Massage and Kegel Exercises on the
Integrity of Postnatal Perine” menyatakan terdapat hubungan penyembuhan luka
perineum pada kelompok perlakuan dengan p value 0.000.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rania Eid Farrag, Abeer Saad
Eswi, dan Haitham Badran tentang efek dari kegel exercises pada luka perineum
terhadap tingkat nyeri dan penyembuhannya. Hasil penelitiannya menyatakan ada
hubungan yang signifikan secara statistik antara kedua kelompok (studi dan
kontrol) mengenai skor Reeda pada hari 8 dan 14 hari setelah melahirkan
(intervensi pasca, P = 0,01 & 0,00 masing-masing). Ibu postpartum yang
melakukan latihan Kegel menunjukkan penyembuhan luka episiotomi yang cepat
dengan arti lain memiliki skor penyembuhan luka lebih rendah daripada mereka
yang tidak mengadopsi latihan Kegel. Hal ini disebabkan oleh efek latihan Kegel
dalam meningkatkan sirkulasi di daerah ini, meningkatkan nada dan elastisitas
perineum, sehingga otot perineum menjadi lebih sehat dan kuat sehingga
membantu penyembuhan luka episiotomi lebih cepat, juga pada ibu postpartum.
Menurut pendapat Reeder (2011) dan Boyle (2008) menyatakan latihan
kegel memfasilitasi penyembuhan perineum dan membantu pemulihan tonus otot
daerah vagina, perineum, dan panggul dengan meningkatkan sirkulasi dan
aktifitas otot-otot isometrik. Latihan kegel terdidiri atas kontraksi-kontraksi otot-
otot perineum dengan kekuatan yang cukup menghentikan aliran urine. Kontraksi
dilakukan selama beberapa detik kemudian dilepaskan. Latihan ini diulang 50
sampai 100 kali dalam sehari. Ibu postpartum yang melakukan latihan kegel
secara teratur menunjukkan pemulihan yang cepat.
Pada kelompok ibu postpartum yang melakukan mobilisasi dini dengan
kombinasi senam kegel terdapat 1 (6.7%) orang responden penyembuhan luka
sedang pada hari ketujuh. Hal ini terjadi karena ibu kurang menjaga personal
hygiene, ibu merasa cemas dan takut akan rasa nyeri yang terjadi saat
membersihkan luka jahitannya jika terkena air dan perih jika mengeringkannya
dnegan handuk. Kelelahan yang terjadi pada ibu postpartum dapat mempengaruhi
penyembuhan luka perineum. Menurut Bahiyatun (2009) keterlambatan
penyembuhan luka pada ibu postpartum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
kurang nutrisi, kurang menjaga kebersihan diri atau perineum, kurang istirahat,
kurang mobilisasi dan kurangnya olah raga seperti senam nifas (kegel).
Berdasarkan penelitian ini penyembuhan luka yang sangat baik dengan
presentasi tertinggi pada kelompok intervnsi yaitu sebanyak 93.3% (14
responden). Dari literatur dan hasil penelitian yang peneliti temui peneliti
berasumsi bahwa penyembuhan luka perineum akan sangat baik jika ibu
postpartum melakukan mobilisasi dini dengan kombinasi senam kegel.

KESIMPULAN
Rena Afri, Hubungan Mobilisasi DiniDengan Kombinasi Senam Kegel8

a. Jumlah responden sebanyak 30 orang, 15 orang responden bersedia melakukan


mobilisasi dini dengan kombinasi senam kegel (50%).
b. Penyembuhan luka perineum sangat baik dari 30 responden yaitu sebanyak 22
(73.3%) orang responden dan penyembuhan luka perineum baik 8 (26.7%)
orang.
c. Ada hubungan mobilisasi dini dengan kombinasi senam kegel terhadap
penyembuhan luka perineum di BPM Dince Safrina Pekanbaru tahun 2017
dengan besar p value 0.035.

SARAN
a. Bagi Bidan Pada Tempat Penelitian
Diharapkan pihak BPM Dince Safrina dapat mengenalkan dan menganjurkan
ibu hamil untuk melakukan senam kegel selama konseling ANC serta tetap
melanjutkan asuhan mobilisasi dini pada masa postpartum dengan tambahan
ibu postpartum dibimbing untuk melakukan senam kegel.
b. Bagi Peneliti Lain
Diharapkankepadapeneliti lain
bisamelanjutkanpenelitianinidenganmenelitivariabel, sampel dan tempat yang
lebihluas

DAFTAR PUSTAKA

Anitini, A, dkk. 2016. ‘Efektivitas senam kegel terhadap waktu penyembuhan


luka perineum pada ibu postpartum normal’ jurnal penelitian kesehatan
suara forikes, [Online], vol 7, no 4, pp 212-216. Dari : forikes- ejournal.
com/index.php/SF/article/view/sf201610.74.08

Bahiyatun. 2009. Buku ajar kebidanan asuhan nifas normal. Jakarta: EGC.

Boyle, M. 2008. Pemulihan luka . Jakarta: EGC.

Chapman, V. 2006. Asuhan Kebidanan : persalinan dan kelahiran. Jakarta: EGC.

Coad, J. 2007. Anatomi dan fiologi untuk bidan . Jakarta: EGC.

Devandra et al. 2015. 'Episotomy Wound Haematoma : Reconition, Management


And Healing Assesment By REEDA Scale In Postpartum Period'. IOSR-
JDMS : 14 (9)

Fithriany, dkk 2014. Hubungan Mobilisasi Pada Ibu Post Partum Dengan
Penyembuhan Luka Perineum Di Blud Rumah Sakit Ibu Dan Anak
Pemerintah Aceh. Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.7 No.2,
November 2014, 183 -189
9 Jurnal Proteksi Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, November 2017, hlm 114-123

Rania, E, et al. 2016. 'Effect Of Postnatal Kegel Exercises on Episiotomy Pain


and Wound Healing Among Primiparous Women' IOSR Journal of Nursing
a nd Health Science (IOSR-JNHS), [Online], vol 5, issue 3, pp 24-31. Dari :
www.iosrjournals.org

Helen, B. 2011. Midwefery essentials : persalinan . Jakarta: EGC.

Hoda, A, et al. 2012. Effect of Self Perineal Care Instructions on Episiotomy Pain
and Wound Healing of Postpartum Women. Journal of American Science.
2012;8(6). http://www.americascience.org

Ismail, R. d. 2011. Pendidikan kesehatan dalam perawatan maternitas. Jakarta :


TIM.

JNPK-KR. 2007. Asuhan persalinan normal dan inisiasi menyusi dinI. Jakarta:
Jaringan nasional pelatihan klinik.

Joshi C et al. 2016. 'Role of postpartum Kegel exercises in the prevention and
cure of stress incontinence' International Journal of Reproduction,
Contraception, Obstetrics and Gynecology [Online], Volume 5 · Issue 3
Page 669-673. Dari : www.ijrcog.org

Kemenkes RI. 2012. Indonesia Demographic and Health Survey. Jakarta

. 2014. Profil kesehatan indonesia tahun 2014. Jakarta


Leveno, K. J. 2009. Obstetri Wiliams : panduan ringkas. Jakarta: Salemba
Medika

Littelon And Enge Breston. 2002. Maternal, Neonatal And Women's Health
Nursing. Delmar.

Maryunani, A. 2009. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jakarta: Salemba.

. 2013. Perawatan luka modern (modern wound care) terlengkap dan terkini.
Jakarta: IN MEDIA.

Muh Imran A, dkk. 2014. Hubungan Mobilisasi Dini Dan Personal Hygiene
Terhadap Percepatan Kesembuhan Luka Perineum Pada Ibu Post Partum
Di Rsia Pertiwi Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 5
Nomor 3 Tahun 2014. ISSN : 2302-1721

Mitayani. 2013. Asuhan keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Potter, P. d. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : PT.


Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Rena Afri, Hubungan Mobilisasi DiniDengan Kombinasi Senam Kegel10

Reeder, S. J. 2011. Keperawtan maternitas : kesehatan wanita, bayi, & keluarga.


Jakarta: EGC.

Rohani, R. S. 2011. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin. Jakarta: Salemba


Medika.

Roito, J. N. 2013. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas & deteksi dini komplikasi. Jakarta:
EGC.

Ruth, J. 2005. Buku ajar praktik kebidanan. Jakarta: EGC.

Saleha, S. 2013. Asuhan kebidanan pada masa nifas . Jakarta: Salemba Medika

Sangopan. 2015. Postnatal Exercises and Yoga Postures. Dari http://www.


sangopan.com/postnatal-exercises-and-yoga-postures/ diakses 28 Februari
2017

Sevgul and Oya. 2015. Effects of Prenatal Perineal Massage and Kegel Exercises
on theIntegrity of Postnatal Perine. Scientific Research Publishing. Health,
2015, 7, 495-505. http://www.scirp.org/journal/health

South Australian Maternal & Neonatal Clinical Network. 2014. Clinical practice
guideline on perineal care in the perinatal period. ISBN number: 978-1-
74243-656-2

Sulistya, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta:
ANDI.

Varney, H. 2007. Buku ajar asuhan kebidanan. Jakarta: EGC.

Visconti, S. 2016. Pelvic Floor Muscles, Pregnancy, and Chiropractic


Adjustments. Dari http://www.rejuvenationcentre.ca/chiropractic-and-
pelvic-floor/ diakses 28 Februari 2017

Walyani, E. S. 2015. Asuhan kebidanan masa nifas. Yogyakarta: Pustaka Baru


Press.

Wirakusumah, F. F. 2010. Obstetri fisologi : ilmu kesehatan reproduksi . Jakarta :


EGC.

Yulia H. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Perineum


Pada Ibu Nifas Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh. Skripsi
11 Jurnal Proteksi Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, November 2017, hlm 114-123

Jurnal kegel exercise


EFEKTIFITAS KEGEL EXERCISE TERHADAP PENCEGAHAN
INKONTINENSIA URIN PADA IBU POSTPARTUM PERVAGINAM
DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA POLDA KALBAR. Oleh: Enny
Melania*

Abstrak: Inkontinensia urin merupakan masalah yang umum terjadi pada periode
postpartum yang dapat menurunkan kualitas hidup. Penderita malu
memeriksakan diri ke tenaga kesehatan sehingga intervensi pencegahan
jarang dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “efektivitas
kegel exercise terhadap pencegahan inkontinensia urin pada ibu postpartum”
yang menggunakan desain quasy experiment dengan rancangan pre-post test
with control group dengan teknik consecutive sampling. Sampel penelitian
berjumlah 12 ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Bhayangkara Polda
Kalbar sebagai kelompok intervensi (n: 6) diberikan latihan kegel selama 2
minggu dan kelompok kontrol (n: 6). Karakteristik responden berumur 22
sampai 33 tahun, lebih banyak ibu yang bekerja (58,3%), lebih banyak ibu
yang melahirkan anak pertama (58,3%), dan lebih banyak primigravida
(58,3%). Kejadian inkontinensia urin kelompok intervensi menurun dari
66,7% menjadi 0%, sedangkan pada kelompok kontrol tetap 66,7%. Hasil
uji paired t-tes terjadi penurunan inkontinensia urin pada kelompok
intervensi setelah dilakukan kegel exercise (p value: 0.02 < α: 0.05).
Direkomendasikan agar Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kalbar membuat
program kelas prenatal dengan kegel exercise sebagai salah satu komponen
untuk pencegahan inkontinensia urin sejak kehamilan. Kata Kunci:
Inkontinensia urin, postpartum, kegel exercise. Effectivity Of Kegel
Exercise To Prevent Of Postpartum Urine Incontinence In Bhayangkara
Polda Hospital. Abstract Urinary incontinence is common trouble in
postpartum period and there is a considerable reduction in the quality of life
of patients with this condition. Many patients hesitate to seck medical
advice due to embarrasment. This research aimed to know the “effectiveness
of kegel exercise to prevent of urine incontinence in postpartum period”. A
quasy experimental with control group pretest – posttest design was used in
this study. The sample utilized consecutive sampling as 12 womens in
postpartum period. The womens whose delivered in Bhayangkara Polda
Hospital as intervention group (n:6) have kegel exercise for 2 weeks, and
control group (n:6). The characteristic of respondens: age is 22 – 33 years
old, majority work (58,3%), majority have first child (58,3%) and majority
primiparous (58,3%). The proportion of urine incontinence in the
intervention group decreased from 66,7% to 0% and in the control group
66,7%. The result from paired t-tes occure decreased of urinary
incontinence in intervention group after kegel exercise (p value: 0.02 < α:
0.05). This result study is recommended to hospital, that it is needed to
make the programme of prenatal class with kegel exercise to prevent urine
incontinence. Keywords: Urine incontinence, postpartum, kegel exercise. *
Jurusan Keperawatan. LATAR BELAKANG Persalinan merupakan masa
krisis yang dialami oleh ibu dan janinnya karena hal ini dapat menimbulkan
komplikasi yang mengancam kesehatan ibu dan janinnya yang dapat
Rena Afri, Hubungan Mobilisasi DiniDengan Kombinasi Senam Kegel12

berakibat terjadinya kematian. Proses persalinan yang sering kali


menyebabkan kematian pada ibu maupun bayi karena adanya cedera
jaringan jalan lahir dan juga pada bayi. Persalinan yang lama, berat bayi
lahir besar, dan paritas merupakan sebagian faktor penyebab terjadinya
komplikasi persalinan. Pribakti (2006) mengatakan lamanya persalinan
dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan saraf, otot dasar panggul
termasuk uterus dan otot-otot kandung kemih. Inkontinensia urin merupakan
masalah kesehatan yang serius yang akan mengganggu aktivitas sehari-hari,
kualitas hidup serta meningkatkan resiko infeksi postpartum. Inkontinensia
urin adalah salah satu komplikasi dari persalinan yang biasanya sering
terjadi pada periode postpartum. Inkontinensia urin tidak mengancam jiwa
penderita, namun hal ini dapat berdampak terhadap fisik dan kualitas hidup.
Selain menimbulkan dampak terhadap mental, inkontinensia urin secara
tidak langsung akan meningkatkan terjadinya infeksi pada periode
postpartum. Menurut Susan (2008) komplikasi fisik yang umumnya terjadi
pada penderita inkontinensia urin adalah infeksi kandung kemih, infeksi
uretra dan iritasi vagina. Efektivitas Kegel Exercise Terhadap Pencegahan
Inkontinensia Urin Pada Ibu Postpartum Pervaginam di Rumah Sakit
Bhayangkara Polda Kalbar Data WHO menyebutkan 200 juta penduduk di
dunia mengalami inkontinensia urin. Menurut Yunizaf (1999) di Indonesia
kasus inkontinensia urin belum banyak terdeteksi sehingga angka prevalensi
secara pasti sulit ditentukan, karena banyak penderita menganggap peristiwa
inkontinensia urin normal terjadi pada wanita, terutama setelah melahirkan
dan biasanya penderita malu untuk memeriksakan dirinya ke tenaga
kesehatan. Di Kalimantan Barat khususnya Kota Pontianak masih belum
didapatkan data yang pasti jumlah penderita inkontinensia urin karena
belum ada data statistik yang mendukung, penulis melakukan studi
wawancara kepada salah satu bidan yang bekerja di Rumah Sakit
Bhayangkara Polda Kalbar yang mengatakan bahwa setiap tahunnya pasti
ada ibu postpartum yang berobat dengan keluhan inkontinensia urin.
Berdasarkan hasil beberapa penelitian bahwa inkontinensia urin merupakan
masalah kesehatan yang serius pada periode postpartum dan dapat
menghambat aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, perawat harus mampu
melakukan pencegahan masalah perkemihan pada ibu postpartum sejak dini.
Salah satu cara yang bisa dilakukan perawat adalah dengan mengoptimalkan
fungsinya sebagai edukator dengan memberikan pengetahuan tentang
pencegahan masalah inkontinensia akibat kehamilan dan persalinan.
Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kekuatan otot-otot dasar
panggul adalah kegel’s exercise (Black & Hawks, 2005). Tindakan ini telah
terbukti meningkatkan kekuatan otot dan mengurangi inkontinensia urin.
Dengan melihat adanya manfaat dari kegel exercise terhadap pencegahan
inkontinensia urin, maka penulis tertarik melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai efektivitas kegel exercise terhadap pencegahan inkontinensia urin
pada ibu postpartum pervaginam. METODE PENELITIAN Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan desain penelitian
eksperimen semu (quasy experiment) dengan rancangan pre – post test
dengan kelompok pembanding (control group). Penarikan sampel melalui
metode consecutive sampling dengan sampel berjumlah 12 orang. Kriteria
13 Jurnal Proteksi Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, November 2017, hlm 114-123

sampel adalah sudah melahirkan pervaginam di Rumah Sakit Bhayangkara


Polda Kalbar, kesadaran compos mentis, kemampuan fisik memungkinkan
untuk dilakukan kegel exercise, dapat berkomunikasi dengan bahasa
indonesia, dan bersedia menjadi responden penelitian yang melakukan kegel
exercise mandiri secara rutin sesuai prosedur yang sudah ditetapkan.
Variabel independen adalah kegel exercise. Variabel dependen adalah
inkontinensia urin. Instrumen penelitian ini adalah menggunakan 2 jenis
kuesioner, yaitu kuesioner data demografi responden, kuesioner untuk
mengkaji gejala inkontinensia urin yang sudah dibakukan yaitu International
Consultant Incontinence Questionnaire-Urine Incontience Short Form
(ICIQ-UISF) yang dikembangkan oleh tim peneliti dari The International
Centre for Allied Health Evidence University of South Australia. Uji
validitas dan reliabilitas dilakukan pada 10 responden. Uji validitas
menggunakan korelasi Pearson Product Moment dan uji reliabilitas
menggunakan Alpha cronbach dengan keseluruhan instrumen bernilai > 0,7
yang berarti reliabel. Pengambilan data dilakukan kepada responden yang
telah melahirkan pervaginam di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kalbar.
Etika penelitian menggunakan prinsip yang menghormati harkat martabat
responden dimana responden memperoleh penjelasan tentang penelitian dan
tiap responden mengisi informed consent atas kesediaan untuk terlibat
dalam penelitian. Penelitian ini juga menjunjung prinsip kerahasiaan
identitas dan data responden serta kemanfaatan bagi responden. Peneliti
tidak mencantumkan nama responden melainkan hanya menggunakan kode.
Efektivitas Kegel Exercise Terhadap Pencegahan Inkontinensia Urin Pada
Ibu Postpartum Pervaginam di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kalbar
HASIL PENELITIAN Tabel 1 Karakteristik Responden Menurut Umur,
Pekerjaan, Partus dan Paritas di RS. Bhayangkara Polda Kalbar, Mei 2013
(N: 12) Dari hasil analisis uji chi square terhadap pekerjaan, partus dan
paritas didapatkan bahwa nilai p > α yang artinya varian antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan pekerjaan, partus dan paritas antara
kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p value: 0,564 > α: 0,05).
Sedangkan dari hasil analisis uji t-tes terhadap umur, didapatkan bahwa nilai
p < α yang artinya varian antara kelompok intervensi dan kontrol berbeda,
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-rata
umur antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p value: 0,000 < α:
0,05). Tabel 2 Perbedaan Penurunan Inkontinensia Urin Pre dan Post
Latihan Kegel Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Kelompok
Mean ± Std. Deviation 95% (CI) t p value Intervensi 0.67 ± 0.51 0.12–1.20
3.162 0.025 Kontrol -0.1 ± 0.4 -0.59 –0.26 -1.000 0.363 Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada perbedaan antara pre dan post intervensi latihan
kegel pada kelompok intervensi (p value: 0.02 α < 0.05). Sedangkan pada
kelompok kontrol didapatkan nilai p value sebesar 0.36 (p value > α
Variabel Intervensi Kontrol Uji Statistik p value Mean ± SD Mean ± SD
Umur 22 – 33 Tahun 26,83 ± 4,16 27,33 ± 3,61 t : 25,163 0,000 Pekerjaan -
Bekerja - Tidak Bekerja n (%) n (%) x 2 : 0,333 0,564 4 (66,7) 2 (33,3) 3
(50,0) 3 (50,0) Partus - 1 - 2 4 (66,7) 2 (33,3) 3 (50,0) 3 (50,0) x 2 : 0,333
0,564 Paritas - Primigravida - Multigravida 4 (66,7) 2 (33,3) 3 (50,0) 3
Rena Afri, Hubungan Mobilisasi DiniDengan Kombinasi Senam Kegel14

(50,0) x 2 : 0,333 0,564 Efektivitas Kegel Exercise Terhadap Pencegahan


Inkontinensia Urin Pada Ibu Postpartum Pervaginam di Rumah Sakit
Bhayangkara Polda Kalbar 0.05) yang berarti tidak ada perbedaan sebelum
dan sesudah perlakuan. PEMBAHASAN Karakteristik Responden
Postpartum Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ada perbedaan yang
signifikan rata-rata umur pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p
value: 0,000 < α: 0,05). Umur merupakan salah satu resiko terjadinya
inkontinensia urin. Usia yang dianggap paling aman menjalani kehamilan
dan persalinan adalah 20 hingga 30 tahun. Peningkatan usia akan
menyebabkan penurunan tonus otot dasar panggul yang dapat menyebabkan
terganggunya kontrol otot sfringter uretra eksternal dan otot kandung kemih
(Craven & Hirnle, 2007; Kozier, et al. 2003). Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya inkontinensia urin. Penelitian yang dilakukan penulis ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Hullfish, et al. (2007) yang
memperoleh data rata-rata usia ibu postpartum yang diteliti adalah 29,2
tahun dengan rentang usia 18 sampai 47 tahun dan ratarata usia postpartum
yang diperoleh Neilsen, Essary dan Stoehr (2009) dalam penelitiannya
adalah 29 tahun. Dari hasil penelitian ini, ratarata umur responden baik
kelompok kontrol maupun kelompok intervensi masih tergolong umur yang
aman menjalani persalinan, namun hasil pengamatan dari penelitian ini
menunjukkan semua usia mempunyai resiko mengalami inkontinensia urin,
baik usia kurang dari 20 tahun maupun usia lebih dari 30 tahun. Usia
termuda dalam penelitian ini adalah usia 22 tahun sedangkan tertua usia 33
tahun. Perbedaan Penurunan Inkontinensia Urin Pre dan Post Pada
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Hasil uji statistik paired
sample t test diperoleh nilai p = 0,02 (p < 0,05) artinya terdapat perbedaan
penurunan inkontinensia urin sebelum dan sesudah diberikan intervensi
latihan kegel pada kelompok intervensi. Persentase ini menunjukkan bahwa
terjadi penurunan gejala inkontinensia urin pada kelompok intervensi post
intervensi latihan kegel. Hal ini sesuai dengan pendapat Kegel yang
mengatakan latihan kegel sangat bermanfaat untuk menguatkan otot rangka
pada dasar panggul, sehingga memperkuat fungsi sfringter eksternal pada
kandung kemih. (Widiastuti, 2001). Pernyataan yang sama juga
disampaikan oleh Northrup (dalam Craven & Hirnle) bahwa wanita yang
melakukan kegel exercise secara konsisten dan benar selama satu bulan
hasilnya sangat memuaskan dan dapat mengatasi masalah inkontinensia
urin, kegel’s exercise terbukti sangat bermanfaat untuk memulihkan
inkontinensia urin, mengendalikan perkemihan dan BAB, mengencangkan
otot vagina kembali seperti sebelum melahirkan dan meningkatkan
elastisitas otot pelvik. Smith, et al. (2009) yang meneliti tentang efek latihan
otot dasar panggul terhadap inkontinensia pada 6181 wanita hamil dan
postpartum juga menemukan bahwa wanita yang mengalami inkontinensia
urin pada periode 3 bulan postpartum lebih rendah 20% pada kelompok
yang dilatih kegel exercise. Selain mencegah dan mengatasi inkontinensia
urin pada periode postpartum, kegel’s exercise juga dapat dijadikan
intervensi preventif dan kuratif terhadap inkontinensia urin pada kehamilan.
Maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya ada pengaruh
latihan kegel terhadap pencegahan inkontinensia urin pada ibu postpartum
15 Jurnal Proteksi Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, November 2017, hlm 114-123

pervaginam di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kalbar. Hasil ini didukung


oleh penelitian yang dilakukan Lina Herida Pinem (2009) dengan judul
efektivitas paket latihan mandiri terhadap pencegahan inkontinensia urin
pada ibu postpartum di Bogor, hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah
dilakukan latihan kegel terjadi penurunan kejadian inkontinensia urin dari
44,4% menjadi 16,7% setelah intervensi. Dari hasil penelitian adanya
perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah intervensi kegel pada
kelompok intervensi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
beberapa responden masih tergolong mengalami inkontinensia yang ringan,
kemudian dari hasil lembar observasi yang diberikan kepada responden
menunjukkan rata-rata responden rutin melakukan latihan kegel 8 sampai 10
kali kontraksi per hari, walaupun tidak diamati secara langsung setiap hari
oleh peneliti sehingga hasil yang didapatkan latihan kegel mempengaruhi
kejadian inkontinensia urin pada kelompok kontrol. Latihan kegel terbukti
mencegah sekaligus mengatasi inkontinensia urin pada ibu postpartum.
Efektivitas Kegel Exercise Terhadap Pencegahan Inkontinensia Urin Pada
Ibu Postpartum Pervaginam di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kalbar
KESIMPULAN Penelitian ini memperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan
penurunan inkontinensia urin pre dan post latihan kegel pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol (p value: 0.02 < α: 0.05) yang berarti Ho
ditolak, Ha diterima. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil
penelitian ini yaitu Perlu dimasukkan intervensi kegel exercise ke dalam
progran kelas prenatal terutama latihan kegel yang bermanfaat untuk
mencegah dan mengatasi inkontinensia urin pada periode postpartum.
KEPUSTAKAAN Black, J.M. and Hawks, J.H., 2005, Medical – Surgical
Nursing Clinical Management For Positive Outcome, Elsiever, St. Louis.
Craven, R.F. and Hirnle, C.J., 2007, Fundamentals of Nursing Human
Health and Function, Ed ke-3, Lippincott, Philadelphia. Hullfish, K.L.,
Fenner, D.E., Sorser, S.A., Clayton, A., & Steers, W.D, 2007, Postpartum
depression, urge incontinence, and overactive bladder syndrom : is there an
association, International Urogynecology Journal, vol.18:10 Neilsen, L.A.,
Essary, A. & Stoehr, J, 2009, Does the use of episiotomy protect against
postpartum incontinence, (serial online),
http://www.jaapa.com/article/128912, (3 Mei 2013). Pinem, L.H., 2009,
Efektivitas Paket Latihan Mandiri Terhadap Pencegahan Inkontinensia Urin
Pada Ibu Postpartum, Universitas Indonesia, Fakultas Keperawatan, Depok,
(Tesis) Pribakti, B., 2006, Tinjauan Kasus Retensio Urin Postpartum di
RSUD Ulin Banjarmasin 2002 – 2003, Dexa Media, vol. 19 Januari – Maret
2006: 10-13. Smith, J.H., et.al., 2009, Pelvic Floor Muscle Training For
Prevention and Treatment Of Urinary and Faecal Incontinence In Antenatal
and Postnatal Women, (Serial Online), http://www.medilexicon.com:80/
medicalnews.php?newsid=14234 7, (29 Oktober 2012). Susan., 2008,
Inkontinensia Pada Perempuan Muda (Beta Version), (Serial Online),
www.shnews.co/detile-4936- inkontinensia-pada-perempuanmuda.html, (2
April 2013). Widiastuti, 2011 dalam Septiastri, A.I., 2012, Latihan Kegel
Dengan Penurunan Gejala Inkontinensia Urin Pada Lansia, Universitas
Sumatera Utara, Fakultas Keperawatan, Medan, (Skripsi) World Health
Organization., 2006, Maternal and Newborn Health, (serial online),
Rena Afri, Hubungan Mobilisasi DiniDengan Kombinasi Senam Kegel16

http://www.who.int/reproductivehealth/MNBH/index.htm, (28 Oktober


2012). Yunizaf, H., 1999, Inkontinensia Urine Pada Wanita, (serial online),
http://www.geocities.com/Yosem ite/Rapids/1744/cklgin4a.html, (26
November 2012).
17 Jurnal Proteksi Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, November 2017, hlm 114-123

Jurnal manajement stress


PENURUNAN KECEMASAN IBU NIFAS MENGGUNAKAN TOTOK
WAJAH DI FASILITAS PELAYANAN PERSALINAN
Sumantri, Dewi Susilowati, Dian Kurnia Wati Kementerian Kesehatan
Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan

Abstract: Full-Blooded Face, Anxiety, Mother Postpartum. Post partum


(puerperal) is the future return of the reproductive organs such as the state
before becoming pregnant within six weeks after delivery. One of the
psychological disorders suffered postpartum mothers is anxiety. Blooded
face is a complementary therapy to reduce stress and anxiety. The aim of
research to determine the effect on reducing anxiety blooded face puerperal
women in childbirth care facility in Wonogiri districts. This study uses a
pre-experimental design with one group pretest posttest design. Population
in this research is the post partum mothers who gave birth and postpartum
controls in BPM Siti Syamsiyah Wonogiri and RB. Nur Annisa Wonogiri in
March-May 2014. The sampling technique using purposive sampling. Data
were analyzed using the Wilcoxon test. Assessment of anxiety 30 minutes
before full-blooded face the majority of mild anxiety, as many as 23
respondents (58.97%). Assessment of anxiety 24 hours after the majority of
full-blooded face no anxiety as much as 33 respondents (84.61%). Blooded
face significantly influence the decrease in anxiety scores. ρ = 0.00 (ρ 30
tahun) 4 10,2 6 2 Paritas Primipara 18 46,1 5 Multipara 21 53,8 5 Grande
multi para 0 0,00 n= 39 Tabel 2 Karakteristik Struktur Keluarga Responden
Struktur keluarga f % Keluarga inti 10 25,64 Keluarga besar 29 74,36 n= 39
Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Perencanaan Kehamilan,
Jenis Persalinan dan Pelaksanaan IMD No Karakteristik Responden f % 1
Perencanaan kehamilan Direncanakan 27 69,23 Tidak direncanakan 12
30,76 2 Jenis persalinan Persalinan Spontan 13 33,33 Sectio Cesaria 25
64,10 Vacuum Ekstraksi 1 2,56 3 Pelaksanaan IMD Dilaksanakan 12 30,77
Tidak dilaksakan 27 69,23 n= 39 Gambaran kecemasan ibu nifas sebelum
dan sesudah dilakukan totok wajah dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah
ini. Gambar 1. Penilaian kecemasan ibu nifas sebelum dan sesudah totok
wajah Grafik di atas dapat diketahui bahwa 30 menit sebelum totok wajah
responden yang tidak ada gejala kecemasan sebanyak 7 responden
(17,95%). Sedangkan sebagian besar kecemasan adalah kecemasan ringan
sebanyak 23 responden (58, 97%), kecemasan sedang sebanyak 6 responden
(15, 38%) dan kecemasan berat sebanyak 3 responden (7, 69%). Setelah 24
jam dilakukan totok wajah, terjadi penurunan tingkat kecemasan, antara lain
ibu nifas didominasi oleh tidak ada gejala kecemasan sebanyak 33
responden (84,61%), kecemasan ringan 5 orang (12,82%) dan kecemasan
sedang hanya 1 responden (2,56%). Tabel 4 Pengaruh Totok Wajah
Terhadap Penurunan Kecemasan Ibu Nifas 37 Jurnal Kebidanan Dan
Kesehatan Tradisional, Volume 1, No 1, Maret 2016, hlm 1-99 Totok Wajah
Z score ρ Sebelumsesudah 16,20- 8,46 -5,135 0,001 Signifikan= ρ < 0,05
PEMBAHASAN Dari hasil penilaian kecemasan sebelum dan sesudah totok
wajah diketahui bahwa totok wajah efektif untuk responden dengan
kecemasan ringan. Dapat diketahui bahwa sebelum totok wajah didominasi
Rena Afri, Hubungan Mobilisasi DiniDengan Kombinasi Senam Kegel18

oleh kecemasan ringan, setelah totok wajah didominasi oleh tidak ada
kecemasan. Dengan demikian dapat disimpulkan ada perubahan hasil
penilaian kecemasan yaitu penurunan penilaian kecemasan. Hasil penelitian
ini ditegaskan oleh Kwan (2010). Dalam teorinya dijelaskan bahwa
penurunan kecemasan yang dialami responden setelah totok wajah terjadi
karena pijatan pada meridian (pembuluh darah sekunder) pada wajah bisa
melancarkan sirkulasi darah (Kwan, 2010:8). Gejala kecemasan yang
dialami ibu nifas meliputi perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan
tidur, gangguan kecerdasan, perasaan murung, gejala somatik (otot), gejala
somatik (sensorik), gejala kardiovaskuler, gejala pernafasan, gejala
pencernaan, gejala urogenital, gejala autonom dan penilaian dari sikap
wawancara (Hawari, 2006:81). Respon dari responden setelah dilakukan
totok wajah beragam. Dari 39 responden, 2 responden mengaku merasa
mengantuk saat totok wajah sehingga responden bisa tertidur sejenak. Hal
itu membuat responden senang karena beberapa hari yang lalu responden
sering mengalami susah tidur. 3 orang responden juga mengaku merasa
lebih segar setelah totok wajah. 2 orang lainnya juga mengatakan kepala
menjadi terasa ringan sehingga tidak merasakan sakit kepala lagi. Secara
keseluruhan responden berespon positif dan nyaman setelah totok wajah.
Penurunan keluhan kecemasan ibu nifas dijelaskan menurut penjelasan
ilmiah, bahwa tekanan yang dilakukan dalam totok wajah berguna untuk
mengirim sinyal yang menyeimbangkan sistem saraf atau melepaskan bahan
kimia seperti endorfin yang mengurangi rasa sakit dan stress, membawa
relaksasi dan mendukung proses penyembuhan di semua sistem lain.
(Trionggo, 2013:8). Karakteristik responden juga merupakan faktor
pendukung keberhasilan totok wajah dalam upaya mengurangi kecemasan
ibu nifas. Mayoritas responden yang berusia muda (20-35 tahun) lebih
terbuka untuk menerima terapi totok wajah, karena lebih paham tentang
manfaat totok wajah terhadap efek kenyamanan dan kecantikan. Begitu juga
dengan responden multipara (mempunyai 2 anak atau lebih) cenderung lebih
tertarik dengan terapi totok wajah yang diberikan, karena ibu tahu benar
keadaan yang dialaminya dan totok wajah dianggap dapat membantu
memulihkan kelelahan setelah melahirkan. Karakteristik struktur keluarga
menggambarkan dukungan keluarga terhadap kondisi responden. mayoritas
responden tinggal dengan keluarga besar, yaitu sebanyak 29 responden
(74,36%) sangat mendukung efektifitas totok wajah terhadap penuruna
kecemasan ibu nifas. Simkin (2008,333) menjelaskan bahwa kecemasan
pada masa nifas bisa terjadi Sumantri, Penurunan Kecemasan Ibu Nifas
Menggunakan Totok 38 karena kurangnya dukungan dari keluarga. Dalam
melakukan pengumpulan data, keluarga yang mendampingi responden saat
perawatan nifas menyambut baik terapi totok wajah yang diberikan. Selain
suami, orang tua atau pun keluarga lain justru mendukung terapi totok
wajah bagi ibu nifas. Selain karena memanfaatkan penawaran yang ada,
keluarga juga mendukung supaya ibu nifas bisa merasa lebih rileks.
Perencanaan kehamilan juga merupakan modal awal bagi kesiapan ibu
menghadapi masa nifas sebagai masa transisi menjadi seorang ibu. Dua
puluh tujuh responden (69,23%) dengan kehamilan direncanakan lebih siap
menghadapi masa nifas dan paham akan keadaan yang dialami pada masa
19 Jurnal Proteksi Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, November 2017, hlm 114-123

nifas dan juga mudah menerima masukan, khususnya penawaran untuk


dilakukan totok wajah. Terapi totok wajah menjadi lancar dan efektif karena
responden lebih kooperatif menerima perawatan totok wajah. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa banyak faktor yang berperan dalam menurunkan
kecemasan ibu nifas. Karakteristik responden yang meliputi umur, paritas
dan perencanaan kehamilan menunjang keefektifan totok wajah. Begitu juga
dengan dukungan keluarga, menjadikan responden mempunyai kesempatan
untuk bisa menikmati perawatan totok wajah dengan nyaman. Hanya saja
yang diteliti dalam penelitian ini hanyalah pengaruh totok wajah terhadap
kecemasan ibu nifas. KESIMPULAN DAN SARAN Kecemasan responden
30 menit sebelum dilakukan totok wajah mayoritas adalah kecemasan
ringan, yaitu sebanyak 23 responden (58,97%). Responden dengan
kecemasan sedang sebanyak 6 responden (15,38%), kecemasan berat
sebanyak 3 responden (7,69%) dan yang tidak ada kecemasan sebanyak 7
responden (17,95%). Kecemasan responden 24 jam setelah totok wajah
mayoritas adalah tidak ada kecemasan sebanyak 33 responden (84,61%).
Responden dengan kecemasan ringan 5 responden (12,82%) dan kecemasan
sedang 1 responden (2,56%). Terdapat pengaruh yang signifikan dari totok
wajah terhadap penurunan kecemasan ibu nifas. Skor ρ=0,00 (ρ < 0,05); x =
16,20- 8,46; sd= 6,80- 4,67; Zscore= -5,135. Adapun besarnya pengaruh
totok wajah terhadap penurunan skor kecemasan pada ibu nifas sebesar ±
7,74 dibandingkan dengan skor kecemasan sebelum dilakukan totok wajah.
Maka kesimpulannya adalah Ho dalam penelitian ini ditolak. Saran untuk
penelitian ini adalah : a. Ibu nifas lebih banyak mengakses info tentang
manfaat totok wajah sebagai salah satu terapi komplementer. b. Ibu nifas
dengan kategori kecemasan sedang, berat dan berat sekali, totok wajah tidak
hanya dilakukan sekali, bisa berulang kali sesuai kebutuhan. DAFTAR
RUJUKAN Hawari, D., 2013, Manajemen Stres Cemas dan Depresi,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Haruyama, S., 2013,
The Miracle of Endorphin, Qanita, Bandung. Jhaquin, A., 2010, Psikologi
Untuk Kebidanan, Nuha Medika, Yogyakarta. 39 Jurnal Kebidanan Dan
Kesehatan Tradisional, Volume 1, No 1, Maret 2016, hlm 1-99 Kwan, H.K.,
2010, Totok Aura/ Wajah Meridian 312 Cantik, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta. Nirwana, A. B., 2011, Psikologi Ibu, Bayi dan Anak, Nuha Medika,
Bantul. Simkin, P., et all, 2008, Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan
dan Bayi, Penerbit Arcan, Jakarta. Trionggo, I., dkk., 2013, Panduan Sehat
Sembuhkan Penyakit dengan Pijat dan Herbal, Indotoleransi, Yogyakarta.
UNICEF, 2011, Pelatihan Konseling Menyusui, English: WHO. Pieter, H.
Z., dkk, 2013, Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai