Anda di halaman 1dari 2

LAPORAN NEKROPSI RODENSIA

Rabu, 30 September 2020

Disusun oleh:

Jasmine Electra Alicia Wahono

Dosen Penanggungjawab:

Prof. drh. Agus Setiyono, MS, PhD, APVet

DIVISI PATOLOGI
DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
Tata Cara Nekropsi Tikus

Nekropsi tikus dilakukan dalam proses riset, yaitu berbagai penelitian mengenai
mekanisme kejadian penyakit pada mamalia, analisis mengenai diferensiasi darah, mengisolasi
agen tertentu pada darah, dan aplikasi antibody polyclonal. Tahap pertama yang dilakukan
adalah pengamatan gejala klinis. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan umum, jenis
kelamin, kullit dan bulut, lubang-lubang kumlah, serta glandula mamari. Kemudian dilakukan
pengekangan pada tikus untuk dilakukan force-feeding dan euthanasia. Setelah tikus mati,
dilakukan pengambilan darah melalui v. intercostal, v. intracranial, atau dari ujung ekor. Melalui
sample darah tikus, peneliti dapat memerhatikan keberadaan parasit darah dan diferensiasi darah,
tergantung konteks penelitiannya.
Tahap nekropsi dimulai dengan tikus ditempatkan dengan punggung menempel pada
styrofoam lalu kaki difiksir dengan jarum pentul. Permukaan tubuh dari abdomen sampai medial
kaki tikus telebih dahulu dibasahi dengan alcohol, lalu sayatan dibuat disepanjang linea alba
mulai dari dagu sampai tepi anterior tulang pelvis. Selanjutnya kulit dipreparir dan dikuakkan ke
samping tubuh dan difiksir dengan jarum pentul, serta dilakukan pengamatan pada subkutan dan
sistem limfatik.
Rongga abdomen dibuka dengan memotong otot perut di linea alba mulai dari processus
xyphoideus hingga pecten ossis pubis. Otot perut dibawah kurvatura tulang rusuk dan daerah
sekitar paha dipotong hingga dapat dikuakkan ke samping tubuh. Otot-otot perut disingkarkan
agar memudahkan pengamatan organ pada rongga perut. Di rongga perut dapat dilakukan
pengamatan pada berbagai organ pencernaan dan limpa, serta organ urogenitalis. Sistem
pencernaan tikus terdiri dari mulut, esophagus, lambung(ventricle), usus halus (duodenum,
jejunum, ileum), usus besar (sekum, kolon, rectum), dan anus. Lambung tikus terdiri dari grey
part dan white part. Ginjal dan kelenjar adrenal juga diamati. Pada sistem urogenitalia tikus
jantan dapat diamati vesica urinaria, urethra, testis, ductus deferens, penis, dan kelenjar
asesorius(gl. Prostate, gl. Coagulations, gl. Vesicularis, gl. Bulbourethralis), sementara pada
sistem urogenitalia tikus betina dapat diamati uterus, tuba falopii, dan ovarium.
Pembukaan rongga dada dilakukan dengan memotong tulang rusuk terakhir ke depan
menuju arcus os, sternum. Pemotongan dilakukan pada sisi kanan dan kiri, kemudian perlekatan
dengan diaphragma dipreparir agar os. Sternum dan sebagian os. Costae dapat dibuang. Organ
yang dapat diamati setelah dikeluarkan dari rongga dada adalah lidah, esophagus, trachea,
thymus, jantung, diaphragma, dan paru-paru.
Kranium dibuka dengan membuat sayatan pada kulit kepala tepat dimedial sampai sejajar
telinga. Kulit dan otot-otot di dorsal dan kaudal cranium dibuang sehingga cranium dapat
terlihat. Selanjutnya cranium dipreparir sehingga cerebrum dan cerebellum dapat terlihat.
Dilakukan pula pemeriksaan gl. Harderian dan hyphophysa setelah otak diambil. Kelenjar ludah
pun diperiksa, terdapat limfonodus, gl. Sublingualis, dan gl. Submaxillaris. Selanjutnya mata
diambil lalu diamati, disekitar mata terdapat gl. Lacrimalis ectraorbitalis dan gl. parotis.
Kemudian diamati bagian ventral leher yang terdapat gl. Thyroidea, larynx,trakea, dan m.
masseter. N. ischiadicus diantara otot paha medial pun diamati.

Anda mungkin juga menyukai