Anda di halaman 1dari 12

Praktikum 1

ALAT PERKEMBANGBIAKAN

Alat perkembangbiakan disebut juga organ reproduksi atau organa genitalia. Pada matakuliah
Embriologi dan Genetika Perkembangan, alat perkembangbiakan dipelajari dengan penekanan pada
bagian-bagian organ yang berkaitan dengan tempat produksi gamet, fertilisasi, perkembangan embrio
praimplantasi, serta implantasi dan perkembangan embrio di dalam uterus sampai pada saat lahir.
Pembelajaran alat perkembangbiakan akan meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang bagaimana dan
dimana setiap tahapan dari proses perkembangan embrio berlangsung.
Alat perkembangbiakan pada mamalia terdiri dari: gonad (kelenjar kelamin), saluran kelamin, alat
kelamin luar, serta dilengkapi dengan seperangkat kelenjar pelengkap. Gonad berfungsi menghasilkan
gamet (sel kelamin) dan hormon kelamin. Saluran kelamin berfungsi menyalurkan sel kelamin. Pada
hewan betina, saluran kelamin juga berfungsi sebagai tempat fertilisasi, perkembangan embrio
praimplantasi, implantasi, dan perkembangan embrio dan fetus sampai saat lahir. Alat kelamin luar
berfungsi sebagai alat kopulasi yang memungkinkan pemindahan sel kelamin jantan (spermatozoa) ke
dalam saluran reproduksi betina untuk tujuan fertilisasi. Kelenjar pelengkap atau aksesoris berfungsi
menunjang proses perkembang-biakan. Pada hewan jantan, kelenjar aksesoris berfungsi menghasilkan
cairan seminal plasma (cairan sperma= semen) yang bertindak sebagai media, pemberi nutrisi, serta
pemelihara derajat keasaman (pH) cairan selama proses transportasi spermatozoa di dalam saluran kelamin
jantan dan betina. Pada hewan betina, alat perkembangbiakan dilengkapi dengan kelenjar mammae
(ambing) dengan jumlah dan letak bergantung jenis hewan (spesies). Kelenjar mammae berfungsi
menyuplai nutrisi dan bahan imunitas bagi perkembangan anak pascalahir.

Penuntun Praktikum Embriologi dan Genetika Perkembangan | 1


Alat Perkembangbiakan Jantan
Alat perkembangbiakan jantan terdiri atas:
Gonad : Testis.
Saluran kelamin : Ductus efferentes,
Ductus epididymidis (caput, corpus, cauda),
Ductus deferens (=vas deferens),
Urethra.
Alat kelamin luar : Penis.
Kelenjar aksesoris : Kelenjar ampula ductus deferens,
Kelenjar vesicularis (=vesica seminalis),
Kelenjar prostat, domba: pars disseminata, sapi: pars disseminata, corpus
prostata,
Kelenjar bulbourethralis (=Cowper).

Gambar 1.1. Alat perkembangbiakan domba jantan: penis tipe fibroelastis, *kelenjar prostat
hanya terdiri dari pars disseminata dan tidak terdapat corpus prostata. (Cochran,
2004)

Testis Penghasil Spermatozoa


Testis berfungsi menghasilkan sel kelamin jantan yang disebut spermatozoa (tunggal: spermatozoon),
dan hormon kelamin jantan, diantaranya testosteron. Testis terletak di dalam suatu kantong kulit yang
disebut scrotum. Testis juga dibungkus oleh suatu fascia yang disebut tunica vaginalis. Jaringan parenkhim
testis terdiri dari tubuli seminiferi (tunggal: tubulus seminiferus) yang merupakan tempat pembentukan
dan perkembangan spermatozoa (spermatogenesis) (lihat Praktikum 2. Gametogenesis). Jaringan di antara
struktur tubuli seminiferi di sana terdapat sel-sel interstisial yang disebut sel Leydig. Sel Leydig berfungsi
menghasilkan hormon testosteron yang berfungsi untuk mengatur proses spermatogenesis serta
perkembangan beberapa karakteristik kelamin sekunder pada hewan jantan, seperti peningkatan
libido/keinginan kawin, perubahan suara, pertumbuhan tanduk, perubahan warna rambut, dll.

Perjalanan Spermatozoa di Saluran Kelamin Jantan


Spermatozoa dibentuk di epitelium tubulus seminiferus, lalu disalurkan menuju rete testis (Gambar
1.2). Dari rete testis, spermatozoa disalurkan melalui duktuli eferentes menuju caput epididymidis. Pada
awalnya, spermatozoa yang dihasilkan oleh tubuli seminiferi belum memiliki kemampuan gerak (motilitas).
Motilitas spermatozoa diperoleh selama melewati epididymidis. Dari caput epididymidis, spermatozoa
selanjutnya memasuki corpus epididymidis dan akhirnya disimpan sementara pada cauda
epididymidis. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kemampuan membuahi (fertilitas) dan
motilitas spermatozoa meningkat seiring dengan perjalanannya di sepanjang epididymidis. Spermatozoa
dari cauda epididymidis memiliki fertilitas dan motilitas yang lebih baik dibandingkan dengan spermatozoa
yang dikoleksi dari corpus maupun caput epididymidis. Selain pendewasaan (pematangan, maturasi)

2 | Fahrudin et al.
spermatozoa, epididymidis juga berfungsi meningkatkan konsentrasi spermatozoa dengan cara menyerap
(absorpsi) sebagian cairan yang mengangkut spermatozoa dari tubulus seminiferus.

Gambar 1.2. Penampang melintang testis (Cochran, 2004)

Cauda epididymidis berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara spermatozoa hingga


diejakulasikan pada saat terjadi kopulasi. Hewan yang dalam waktu cukup lama tidak kawin akan
menyebabkan spermatozoa di cauda epididymidis mengalami penuaan atau bahkan mati, sebaliknya
hewan yang terlalu sering dikawinkan akan memiliki spermatozoa yang belum matang. Salah satu ciri
spermatozoa yang belum matang (immature) adalah masih terdapat cytoplasmic droplets (sisa-sisa sitoplasma)
pada pangkal ekor spermatozoa diejakulasikan (dikeluarkan) (lihat Praktikum 2. Gametogenesis).
Pada saat ejakulasi, spermatozoa yang terdapat di cauda epididymidis dikeluarkan dengan cepat
melalui ductus deferens menuju urethra, lalu dari urethra ditumpahkan ke dalam vagina hewan betina
(lihat di bagian saluran kelamin betina). Pada kebanyakan hewan, spermatozoa dideposisikan pada vagina,
meskipun demikian pada hewan tertentu (misalnya pada babi) spermatozoa disemprotkan langsung ke
cervix uteri hewan betina (perhatikan perbedaan anatomi penis dan serviks pada hewan babi). Pada saat
spermatozoa melewati urethra, spermatozoa akan bercampur dengan sekreta dari kelenjar-kelenjar
aksesoris. Campuran spermatozoa dan cairan sekreta seminal plasma dari kelenjar aksesoris ini disebut
semen. Pada program inseminasi buatan (IB), semen dapat diencerkan dan dibekukan sehingga bisa
dipakai untuk mengawinkan tidak hanya seekor betina tetapi bisa sampai belasan betina per ejakulat.

Perjalanan Spermatozoa di Saluran Kelamin Betina


Pada saluran kelamin betina, spermatozoa yang diejakulasikan harus melewati cervix uteri, yang
mengandung mucus, yaitu cairan kental hasil sekresi sel-sel epitel servix. Keberadaan mucus serta bentuk
saluran cervix yang berkelok-kelok merupakan salah satu media seleksi, perangsangan motilitas, dan
proses kapasitasi bagi spermatozoa. Spermatozoa yang abnormal (misalnya: motilitas gerak melingkar,
motilitas lemah, atau spermatozoa berkepala dua) akan sulit melewati rintangan servix, sehingga mudah
terperangkap di dalam mucus. Spermatozoa yang berhasil melewati cervix akan masuk ke corpus uteri,
cornua uteri (manusia dan primata tidak memiliki cornua), sampai di tuba Fallopii (oviduct) tempat
terjadinya fertilisasi. Fertilisasi terjadi di 1/3 atas bagian tuba Fallopii yang disebut ampulla tuba Fallopii.
Jika di ampulla tuba Fallopii terdapat sel telur yang sudah matang (siap dibuahi) maka spermatozoa yang
berhasil mencapai ampulla tuba Fallopi akan segera membuahi sel telur tersebut. Selama perjalanannya di
uterus dan tuba Fallopii, spermatozoa akan menyempurnakan proses kapasitasi dan meningkatkan
kemapuannya membuahi sel telur. Kapasitasi merupakan proses perubahan fisiologis yang terjadi pada
membran plasma spermatozoa selama berada di saluran reproduksi betina sehingga spermatozoa memiliki
kemampuan melakukan reaksi akrosom dan membuahi sel telur (lihat Praktikum 3. Fertilisasi dan
Pembelahan Embrio).

Tipe-Tipe Penis
Penis merupakan alat kelamin luar. Sebagian penis terdapat di dalam rongga pelvis, sedangkan
sebagian lain terdapat di luar rongga perut. Bagian bebas penis (di luar rongga perut) dibungkus oleh kulit
yang disebut preputium. Pada saat ereksi (menegang), penis akan relatif membesar atau memanjang

Penuntun Praktikum Embriologi dan Genetika Perkembangan | 3


keluar dari preputium. Pada bagian ujung penis terdapat glans (mahkota) penis dengan bentuk berbeda-
beda bergantung jenis hewan.
Terdapat dua tipe penis: fibroelastis dan cavernosum. Tipe fibroelastis terdapat pada hewan-hewan
ruminansia (sapi, domba, rusa dll) dan babi. Pada tipe ini, penis melekuk membentuk struktur seperti
huruf “S” yang disebut flexura sigmoidea (Gambar 1.1). Pada saat ereksi flexura sigmodea akan lurus
sehingga penis jadi memanjang. Penis pada bagian flexura sigmoidea ditautkan oleh sepasang otot yang
cukup besar, musculus retractor penis, yang berfungsi mengatur posisi flexura sigmoidea selama ereksi
atau saat normal. Musculus ini berkontraksi pada kondisi normal, dan relaksasi pada saat ereksi.
Tipe cavernosum terdapat pada kuda, manusia, carnivora dll. Pada tipe cavernosum tidak terdapat
struktur flexsura sigmodea. Musculus retraktor penis tidak sebesar pada hewan tipe fibroelastis. Tipe
cavernosum memiliki ciri khusus berupa corpus cavernosum yang cukup besar dengan rongga (celah)
yang akan terisi darah jauh lebih banyak pada saat ereksi dibandingkan dengan tipe fibroelastis. Oleh sebab
itu, pada penis tipe ini, pembesaran penis terjadi ketika ereksi sebagai akibat pembesaran dari corpus
cavernosum.

Pengaturan Suhu Testis


Untuk mempertahankan proses spermatogenesis, hewan mamalia harus menjaga suhu testis selalu
lebih rendah beberapa derajat (2-4ºC) di bawah suhu tubuh normal. Terdapat beberapa mekanisme
pengaturan suhu testis agar sesuai dengan yang dikehendaki, yakni:
(1) Sekresi kelenjar keringat pada scrotum. Peningkatan sekresi kelenjar keringat pada scrotum akan
menurunkan suhu testis.
(2) Kontraksi dan relaksasi otot polos yang terdapat pada pengantung testis sehingga dapat
menaikkan/menurunkan testis mendekati/menjauhi tubuh. Pada saat suhu lingkungan dingin, maka
otot polos akan kontraksi menarik testis mendekati tubuh, sehingga suhu testis akan meningkat.
Sebaliknya, jika suhu lingkungan panas, otot polos akan relaksasi sehingga testis menjauh dari tubuh,
sehingga suhu testis akan menurun.
(3) Pembuluh darah arteri dan pembuluh vena saling bergelung sedemikian rupa membentuk plexus
pampiniformis. Gelungan vena pada arteri akan menurunkan suhu darah arteri yang menuju testis
karena darah vena lebih dingin daripada darah arteri. Kesatuan pembuluh arteri, vena dan otot polos
pada pengantung testis disebut funiculus spermaticus.

Alat Perkembangbiakan Betina


Alat perkembangbiakan betina (Gambar 1.3) terdiri atas:
Gonad : Ovarium.
Saluran kelamin : Tuba Fallopii (oviduct),
Uterus (cornua, corpus, dan cervix uteri),
Vagina.
Alat kelamin luar : Vulva.
Kelenjar pelengkap : Kelenjar mammae.

Gambar 1.3. Alat Perkembangbiakan Sapi Betina (Hafez, 2000)

4 | Fahrudin et al.
Ovarium Penghasil Sel Telur
Ovarium terdapat di dalam suatu kantong yang disebut bursae ovarii dan digantung oleh mesovarium.
Ovarium berfungsi menghasilkan sel telur (ovum/ova/oosit) dan hormon kelamin betina (diantaranya
estrogen dan progesteron). Sel telur terdapat dan berkembang di dalam struktur yang disebut folikel. Pada
saat lahir sampai menjelang pubertas, ovarium hewan mengandung ribuan folikel primordial. Folikel
primordial sebagian berkembang secara berkala menjadi folikel primer, sekunder dan tersier, akan tetapi
mengalami degenerasi dan tak satupun yang berhasil mengovulasikan sel telur. Setelah mencapai pubertas,
barulah sebagian folikel tersier akan terus berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel matang) dan sel
telur mengalami ovulasi. Perkembangan folikel dipengaruhi oleh hormon FSH (follicle stimulating hormone),
sedangkan ovulasi terjadi akibat rangsangan lonjakan konsentrasi LH (LH surge, LH= luteinizing hormone).
Kedua hormon tersebut dihasilkan oleh kelenjar adenohipofise.

Perjalanan Sel Telur di Saluran Reproduksi Betina


Sel telur yang ovulasi ditangkap oleh infundibulum tuba Fallopii (Gambar 1.4). Infundibulum
adalah bagian ujung tuba Fallopii yang berbentuk corong dan memiliki jumbai-jumbai yang disebut
fimbriae. Fimbriae berfungsi membantu menangkap sel telur yang diovulasikan. Daerah sepertiga awal
tuba Fallopii disebut ampulla tuba Fallopii, merupakan daerah tempat sel telur dibuahi oleh
spermatozoa. Sel telur yang telah dibuahi disebut zigot.

Gambar 1.4. Alat perkembangbiakan sapi betina (Sisson dan Grossman, 1953)

Selama perjalanannya di sepanjang tuba Fallopii, zigot akan mengalami pembelahan yang disebut
cleavage. Pembelahan terjadi secara mitosis dan sel anak hasil pembelahan disebut blastomer. Sel-sel
blastomer semakin lama semakin kecil sampai akhirnya menjadi seukuran sel normal. Embrio hasil
pembelahan disebut juga morula (Latin, Morula=buah mulberry). Morula selanjutnya berkembang
menjadi blastosis, pada tahap ini embrio telah mencapai daerah cornua uteri. Blastosis dicirikan dengan
diferensiasi sel blastomer menjadi dua kelopmok sel, kelompok sel dalam disebut inner cell mass (ICM)
dan kelompok sel luar yang disebut trophectoderm atau trofoblas (lihat Praktikum 3. Fertilisasi,
Pembelahan, dan Blastulasi).
Sebelum melakukan implantasi, embrio tahap blastosis terlebih dahulu mengalami hatching (menetas)
keluar dari zona pelusida, selubung glikoprotein yang membungkus embrio atau sel telur. Implantasi
merupakan proses bersarangnya blastosis yang telah hatching di endometrium induk. Tempat implantasi
terjadi bergantung jenis hewan, di cornua uteri pada ruminansia, babi, dan carnivora, atau di corpus uteri
pada kuda. Pada saat bunting, servix uteri akan menutup untuk melindungi kebuntingan. Pada saat
melahirkan (partus), servix akan mengalami relaksasi, lalu fetus keluar melewati cervix uteri, vagina dan

Penuntun Praktikum Embriologi dan Genetika Perkembangan | 5


vulva. Jika tidak terjadi fertilisasi atau embrio mengalami kematian dini, sel telur atau embrio yang tidak
berkembang tersebut akan diserap atau dikeluarkan melalui saluran kelamin.

Tipe-Tipe Uterus
Terdapat beberapa tipe uterus, diantaranya: duplex, bicornua, dan simplex (Gambar 1.5). Uterus
duplex memiliki dua cornua, dua corpus dan dua servix uteri yang terpisah secara sempurna, yakni terdapat
pada kelinci. Uterus bicornua memiliki dua cornua yang sangat berkembang, terdapat pada karnivora, babi,
ruminasia dan kuda. Pada sapi, domba, kambing dan kuda, pada sebagian uterusnya memiliki sekat yang
memisahkan bagian cornua atau corpus uteri bagian kiri dengan bagian kanan, sering dikenal pula sebagai
uterus bipartitus. Corpus uteri pada ruminansia pendek, sementara itu pada kuda lebih panjang. Uterus
simplex tidak memiliki cornua uteri melainkan hanya corpus uteri dengan bentuk seperti segitiga, terdapat
pada manusia dan primata.

Gambar 1.5. Tipe-tipe alat perkembangbiakan hewan: A. Kelinci (uterus duplex, vagina simplex), B.
Carnivora, C. Babi, D. Ruminansia (sapi, domba), E. Kuda, F. Primata dan
manusia(uterus simplex) (Hyttel et al., 2010).

6 | Fahrudin et al.
Tugas Mandiri Pra-praktikum 1
Setelah membaca modul tentang alat perkembangbiakan hewan jantan dan betina serta sebelum
melaksanakan praktikum, maka terlebih dahulu lengkapilah titik-titik dalam tabel berikut ini:

Tabel 1.1. Fungsi dari Bagian-Bagian Alat Perkembangbiakan Jantan dan Betina
Bagian Alat Kelamin Nama organ Fungsi
Alat Perkembangbiakan Jantan
Gonad Testis - Penghasil gamet .........

- Penghasil hormon .......


Saluran kelamin Ductuli eferentes ........

Epidydimidis ........

- Caput Epidydimidis

- Corpus Epidydimidis

- Cauda Epidydimidis ................

Ductus deferens .........

Urethra .........
Alat kelamin luar Penis ..........
Kelenjar pelengkap Kelenjar Aksesoris ...........

Alat Perkembangbiakan Betina


Gonad Ovarium - Penghasil gamet ......

- Penghasil hormon .............................. dan ......


Saluran kelamin Tuba Fallopii (T.F.) ........

- Infundibulum T. F. ........

- Ampula T. F. ........

- Isthmus T. F.

Uterus: .........

- Cornua Uteri Implantasi, contoh pada hewan ....

- Corpus Uteri Implantasi, contoh pada hewan .....

- Cervix Uteri ........

Vagina ........
Alat kelamin luar Vulva ........
Kelenjar pelengkap Kelenjar Mammae ........

Penuntun Praktikum Embriologi dan Genetika Perkembangan | 7


Prosedur Praktikum 1
Tujuan Praktikum:
 Mampu menyebutkan bagian-bagian alat perkembang-biakan jantan dan betina.
 Mampu menjelaskan hubungan antara bagian-bagian alat perkembangbiakan yang dipelajari
dengan tempat produksi gamet, fertilisasi dan perkembangan embrio.

Bahan Praktikum:
 Preparat natif dan awetan (fiksatif formalin) alat kelamin jantan dan betina (domba).

Perlengkapan yang Harus Dibawa oleh Mahasiswa:


 Jas lab
 Sarung tangan latex disposible (with powder)
 Pinset
 Alat tulis (pensil, pensil warna, penghapus)
 Buku Penuntun Praktikum

Prosedur Praktikum:
 Letakkan dan susunlah alat kelamin sesuai dengan posisi sebenarnya.
 Amatilah bagian per bagian alat kelamin dimulai dari gonad, saluran kelamin, alat kelamin luar,
dan kelenjar pelengkap.
 Pelajarilah urutan perjalanan gamet mulai dari tempat ia diproduksi sampai ke tempat fertilisasi.
 Buatlah gambar skematis lengkap dengan keterangannya. Untuk memudahkan proses penilaian,
keterangan ditulis langsung pada gambar, tidak menggunakan sistem penomoran.

Hasil Pengamatan: (dibuat pada lembar kerja praktikum)

Pendalaman:
1. Sebutkanlah bagian-bagian saluran kelamin jantan dan betina yang harus dilewati oleh
spermatozoa dimulai dari tempat ia diproduksi (di testis) sampai ke tempat dimana ia membuahi
sel telur (di ampula tuba Fallopii)?
2. Sebutkan bagian-bagian saluran kelamin betina yang dilewati oleh sel telur dimulai dari tempat ia
diproduksi (di ovarium) sampai ke tempat dimana ia dibuahi oleh spermatozoa (di ampula tuba
Fallopii)?
3. Sebutkan bagian-bagian saluran reproduksi betina tempat zigot terbentuk (fertilisasi), embrio
mengalami pembelahan, sampai ke tempat embrio tahap blastosis melakukan implantasi?

8 | Fahrudin et al.
Lembar Kerja Praktikum 1
Judul Praktikum : Nama/NIM Mahasiswa :
Hari/Tanggal : Kelp/Waktu Praktikum :
__________________________________________________________________________

A. Alat Perkembangbiakan Jantan

A. Alat perkembangbiakan domba jantan. Ket: testis, caput epididymidis, corpus epididymidis, cauda
epididymidis, ductus (vas) deferens, kelenjar ampula ductus deferens, kelenjar vesicularis (vesica seminalis),
vesica urinaria (kantong kemih), kelenjar Cowper (bulbourethralis), penis (di dalamnya terdapat saluran
urethra), flexura sigmoidea, musculus retractor penis, glans penis, processus urethralis. Preparat awetan.
Fiksatif formalin 10%.
Cacatan:
 Kelenjar prostat pada domba hanya pars disseminata, tidak terlihat dari luar
 Saluran urethra (pada jantan terdapat di dalam penis, merupakan saluran urine dan juga sperma)
 Ureter merupakan saluran urine (air seni) dari ginjal ke vesica urinaria

Pendalaman 1: __________

Penuntun Praktikum Embriologi dan Genetika Perkembangan | 9


10 | Fahrudin et al.
B. Alat Perkembangbiakan Betina

B. Alat perkembangbiakan domba betina. Ket: ovarium, infundibulum tuba fallopii, ampula tuba
fallopii, isthmus tuba fallopii, cornua uteri, corpus uteri, cervix uteri, vagina, vulva (jika ada), vesica urinaria.
Preparat awetan. Fiksatif formalin 10%.
Catatan:
 Tuba Fallopii (=oviduct)
 Urethra pada betina merupakan saluran urine dari vesica urinaria ke vagina
 Jika uterus domba (ruminansia) dibuka, terdapat caruncula-caruncula (benjolan-benjolan) pada dinding
endometrium. Caruncula akan berpasangan dengan kotiledon dari selaput fetus pada saat hewan bunting
(lihat Praktikum 6. Selaput Ekstraembrionik dan Plasenta)

Pendalaman 2: __________

Pendalaman 3: __________

Penuntun Praktikum Embriologi dan Genetika Perkembangan | 11


12 | Fahrudin et al.

Anda mungkin juga menyukai