Anda di halaman 1dari 18

2012

Rangkuman Buku
Diajukan sebagai tugas Bahasa Indonesia

ILMI AULIA SARI


XI IPA 4

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


NASIONAL
acer
SMA NEGERI 1 PADANG

Data Publikasi Buku

Judul

: Mathematics for Senior High School Year XI

Penulis

: Sigit Suprijanto, dkk

Tahun

: 2009

Penerbit

: Yudhistira

ISBN

: 978-979-019-362-8

Jumlah halaman : 366

Isi Buku

Semester 1

Semester 2

Bab 1 Statistika

Bab 5 Suku Banyak

Bab 2 Peluang

Bab 6 Fungsi Komposisi dan Fungsi

Bab 3 Trigonometri

Invers

Bab 4 Lingkaran

Bab 7 Limit Fungsi


Bab 8 Turunan Fungsi

BAB

Statistika

A. Ukuran Pemusatan Data


1. Ukuran Pemusatan untuk Data Tunggal
a. Rataan Hitung (Mean)
Definisi : Rataan hitung dari data tunggal x1, x2, x3, , xn adalah
=

x1+x2+x3++xn

=1

c. Modus
Modus adalah nilai data yang paling sering muncul atau nilai data
yang mempunyai frekuensi terbesar.
Contoh :
Data 4, 7, 7, 7, 5, 4, 9 mempunyai modus 7

b. Median ( Me )
Median adalah suatu nilai yang membagi data menjadi dua bagian
yang sama banyaknya setelah data tersebut diurutkan dari yang =
terkecil hingga terbesar.
Misalnya terdapat data x1, x2, x3, , xn dengan x1< x2< x3 < xn.
Jika ganjil, maka Me = +1
1

Jika genap, maka Me = 2 + +1


2

2. Ukuran Pemusatan untuk Data Berkelompok


a. Rataan Hitung (Mean)
Rumus umum:

=1

=1

Keterangan : = titik tengah kelas interval


= frekuensi dari xi
k = banyaknya kelas interval

1) Cara Simpangan Rataan

=1

=1

Keterangan : = rataan sementara


= simpangan Xi terhadap
= -

2) Cara Pengkodean

=1

=1

= +

Keterangan : c = panjang kelas interval


= kode
=

b. Modus

= +

1
1 + 2

Keterangan : = tepi bawah kelas modus


1 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sebelumnya
2 = selisih frekuensi kelas modus dengan kelas sesudahnya
= panjang kelas

c. Median

= +

1

2

B. Ukuran Letak Data

Keterangan : = tepi bawah kelas modus


= banyaknya data
= frekuensi kumulatif sebelum kelas median
= frekuensi kelas median
= panjang kelas

1. Kuartil dan Desil untuk Data Tunggal


a. Kuartil (Q)
Kuartil adalah nilai yang membagi data menjadi empat bagian yang sama
banyak, setelah data diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar.
Contoh :
Tentukan Q1 , Q2, dan Q3 untuk data-data berikut : 4, 8, 3, 1, 6, 9, 5, 1
Penyelesaian : Banyak data, n=8. Data yang telah diurutkan :1
1, 1, 3, 4, 5, 6, 8, 9

Q1
Q2
Q3
1
1
1
Jadi, Q1 = 2 1 + 3 = 2, Q2 = 2 4 + 5 = 4,5 , dan Q3 = 2 6 + 8 = 7

b. Desil
Desil adalah nilai yang membagi data menjadi sepuluh bagian yang sama banyak
setelah data diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar.
Untuk data yang tidak dikelompokkan, letak desil dapat ditentukan sebagai
berikut.
terletak pada nilai ke-

(+1)
10

2. Kuartil dan Desil untuk Data Berkelompok


a. Kuartil

= +

Keterangan : = tepi bawah kelas kuartil


= banyaknya data
= frekuensi kumulatif sebelum kelas kuartil
= frekuensi kelas kuartil
= panjang kelas
i = 1, 2, 3

b. Desil

= +


10

Keterangan : = desil ke-i


= ukuran data
= frekuensi kumulatif sebelum kelas
= frekuensi kelas yang memuat
= panjang kelas
i = 1, 2, 3,4, , 9

C. Ukuran Penyebaran Data


1. Ukuran Penyebaran untuk Data Tunggal
a. Rentang
J = -

b. Hamparan
H = 3 1

c. Simpangan Kuartil
1

= 2 (3 1 )

Ket : J = Jangkauan
= nilai data terbesar
= nilai data terkecil
Ket : H = Hamparan
3 = Kuartil ketiga
1 = kuartil pertama
Ket : = Simpangan kuartil
3 = Kuartil ketiga
1 = kuartil pertama

d. Simpangan Rata-rata

SR =

=1

Ket : SR = Simpangan Rata-rata


= nilai data ke-i
= rataan hitung

e. Ragam dan Simpangan Baku

2 =

=1

S = 2 =

=1

Ket : 2 = Ragam
= nilai data ke-i
= rataan hitung

Ket : S = Simpangan Baku


= nilai data ke-i
= rataan hitung

2. Ukuran Penyebaran untuk Data Berkelompok


a. Simpangan Rata-rata

SR =

=1

b.Ragam dan Simpangan Baku

2 =

=1

S = 2 =

=1

BAB

Peluang

A. Kaidah Pencacahan
1. Aturan Pengisian Tempat yang Tersedia
Jika terdapat k buah tempat yang tersedia, dengan :
1 = banyaknya cara untuk mengisi tempat pertama
2 = banyaknya cara untuk mengisi tempat kedua
=banyaknya cara untuk mengisi tempat ke-k, setelah tempat-tempat sebelumnya terisi
Maka banyaknya cara untuk mengisi k tempat yang tersedia adalah :
1 x 2 x x

2. Definisi dan Notasi Faktorial


Hasil perkalian semua bilangan bulat positif dari 1 sampai dengan n disebut n
faktorial dan diberi notasi n!
Jadi, n! = 1 x 2 x 3 x 4 x x (n-1) x n, atau
n! = n x (n-1) x (n-2) x x 3 x 2 x 1, dengan 1! = 1 dan 0!=1

3. Permutasi
Permutsi sejumlah unsur adalah penyusunan unsur-unsur tersebut dalam suatu
urutan tertentu (urutannya diperhatikan)

a. Permutasi k Unsur dari n Unsur

P(n, k) =

!
( )

b. Permutasi dengan Beberapa Unsur Sama


P=

!
! ! !

c. Permutasi Siklis
Banyaknya permutasi siklis dari n unsur = (n 1)!

4. Kombinasi
Kombinasi adalah suatu pilihan dari unsur-unsur yang ada tanpa memperhatikan
urutannya.

, =

!
! !

Binomial Newton
( + )5 = C (5,0) 5 + C (5,1) 4 + C (5,2) 3 2 + C (5,3) 2 3 + C (5,3) 4 + C (5,0) 5
Rumus suku ke-r adalah = , 1 +1 1

B. Peluang Suatu Kejadian


1. Definisi Peluang
Jika E adalah suatu kejadian dengan E S, maka peluang kejadian E yang dinyatakan dengan
P(E), didefinisikan :

P(E) =

()
()

Keterangan : n(E) = banyaknya elemen pada suatu kejadian E


n(S) = banyaknya titik sampel S

2. Frekuensi Harapan Suatu Kejadian


(E) = n P(E)

Keterangan : (E) = frekuensi harapan dari kejadian E


n = banyaknya percobaan
P(E) = peluang kejadian E

C. Kejadian Majemuk
1. Komplemen Suatu Kejadian
= 1 P(E)
2. Peluang Dua Kejadian Saling Lepas
Peluang dari dua kejadian A atau B :
1. Untuk kejadian A dan B saling lepas : P(A B) = P(A) + P(B)
2. Untuk kejadian A dan B tidak saling lepas : P(A B) = P(A) + P(B) P(A B)

3. Peluang Dua Kejadian Saling Bebas


P(A B) = P(A) P(B)

4. Peluang Kejadian Bersyarat


Peluang terrjadinya kejadian A dan B, ditulis P(A B), untuk A dan B dua kejadian
bersyarat, dirumuskan : P(A B) = P(A) P( ).

BAB

Trigonometri

A. Rumus Trigonometri untuk Jumlah Dua Sudut dan Selisih Dua


Sudut
cos( + )= cos cos - sin sin
cos( )= cos cos + sin sin
sin( + )= sin cos + cos sin
sin( )= sin cos - cos sin
tan + tan

tan( + )= 1 tan tan


tan( )=

tan tan
1+ tan tan

B. Rumus Trigonometri untuk Sudut Ganda


Rumus untuk

Rumus untuk
cos 2 = 2 - 2
cos 2 = 1 2 2
cos 2 = 2 2 - 1

sin 2 = 2 sin cos

Rumus dan
1

2 2 = 2 - 2 cos
1

2 2 = 2 +

Rumus untuk tan2a

1
cos
2

tan 2 =

2 tan
1 2

C. Rumus Perkalian Sinus dan Kosinus


2 cos a cos b = cos( + ) + cos( )
2 sin sin = - cos + cos( )
2 sin cos = sin( + ) + sin( )
2 cos sin = sin( + ) sin( )

D. Rumus Penjumlahan serta Pengurangan Sinus dan Kosinus


1
1
( + ) cos ( )
2
2
1
1
cos P cos Q = -2 sin 2 + sin 2 ( )
1
1
sin P + sin Q = 2 sin 2 ( + ) cos 2 ( )
1
1
sin P sin Q = 2 cos 2 ( + ) sin 2 ( )

cos P + cos Q = 2 cos

BAB

Lingkaran

A. Persamaan Lingkaran
1. Lingkaran yang Berpusat di O(0, 0)
2 + 2 = 2

Keterangan : r = jari-jari lingkaran

2. Lingkaran yang Berpusat di P(a, b)


( )2 + ( )2 = 2

B. Persamaan Umum Lingkaran


2 + 2 + + + = 0
1

Dengan pusat : P 2 , 2 dan jari- jari r =

1 2

1 2

C. Kedudukan Garis terhadap Lingkaran


Ada tiga kemungkinan kedudukan garis terhadap lingkaran, yaitu sebagai berikut:
1. Garis dan lingkaran berpotongan di dua titik jika dan hanya jika D > 0
2. Garis dan lingkaran bersinggungan jika dan hanya jika D = 0
3. Garis dan lingkaran tidak berpotongan dan bersinggungan jika dan hanya jika D < 0
= 2 4

Untuk persamaan kuadrat

2 + + = 0

D. Persamaan Garis Singgung pada Lingkaran


1. Persamaan Garis Singgung pada Lingkaran Melalui Titik T(x1, y1)
a. Persamaan Garis Singgung pada Lingkaran dengan Pusat O(0, 0)Melalui Titik T(x1, y1)
1 + 1 =
b. Persamaan Garis Singgung pada Lingkaran dengan Pusat P(a, b)Melalui Titik T(x1, y1)
1 + 1 = 2
c. Persamaan Garis Singgung pada Lingkaran + + + + = Melalui
Titik T(x1, y1)
1 + 1 +

1
1
( + 1 ) + ( + 1 ) + = 0
2
2

2. Persamaan Garis Singgung pada Lingkaran dengan Gradien Tertentu


a. Persamaan Garis Singgung dengan Gradien m pada Lingkaran dengan Pusat O(0, 0)
dan Jari-Jari r
= 2 + 1

b. Persamaan Garis Singgung dengan Gradien m pada Lingkaran dengan Pusat P(a, b)
dan Jari-Jari r
( ) = ( ) 2 + 1
3. Persamaan Garis Singgung Lingkaran yang Ditarik dari Suatu Titik di Luar Lingkaran
Contoh :
Tentukan persamaan garis singgung pada lingkaran 2 + 2 = 9 yang melalui titik (0, -9).
Jawab :
Lingkaran 2 + 2 = 9 berpusat di O(0, 0) dan berjari-jari 3. Persamaan garis yang
melalui tiitk (0, -9)dan bergradien m adalah
9 = ( 0)

+ 9 =

= 9
9 = 0
r = jarak titik pusat O(0, 0) ke garis 9 = 0
.009

3=

2 +1

9 + 1 = 81
2 + 1
=9

2 = 8

= 2 2
Jadi persamaan garis singgung lingkaran 2 + 2 = 9 yang melalui titik (0, -9) adalah
= 2 2 9 dan = 2 2 9

BAB
A.

Sukubanyak

Aspek-Aspek Umum Mengenai Sukubanyak


1. Pengertian dan Komponen-Komponen Suku Banyak
Definisi:
Bentuk umum sukubanyak dalam variabel x yang berderajat n adalah :
= + 1 1 + 2 2 + + 1 + 0
Sukubanyak tersebut disusun berdasarkan urutan pangkat x menurun dengan :
, 1 , , 1 = koefisien-koefisien sukubanyak yang merupakan konstanta real dan 0
0 = suku tetap yang merupakan konstanta real,
n = derajat sukubanyak, berupa bilangan cacah.
2. Operasi Aljabar Sukubanyak
Contoh :
Diketahui f(x) = 3 + 2 + 3 dan g(x)= 5 + 3 4 7 2 3 + 1
Tentukan f(x) + g(x) serta derajatnya.
Penyelesaian :
f(x) + g(x) = ( 3 + 2 + 3) + ( 5 + 3 4 7 2 3 + 1)
= 5 + 3 4 + 3 + 4
dan memiliki derajat 5
3. Kesamaan Sukubanyak
Misalnya diberikan suku banyak f(x) dan g(x) dengan
f(x) = + 1 1 + 2 2 + + 1 + 0
g(x) = + 1 1 + 2 2 + + 1 + 0
f(x) sama dengan g(x) (ditulis f(x) g(x)) jika berlaku :
= , 1 = 1 , 2 = 2 , ., 1 = 1 , 0 = 0 .

B. Nilai Sukubanyak
1. Menentukan Nilai Sukubanyak dengan Substitusi
Contoh :
Tentukan nilai sukubanyak P(x) = 5 2 4 + 3 3 + 4 2 10 + 3 untuk x=1
Jawab :
x = 1 P(1) = 15 2. 14 + 3. 13 + 4. 12 10.1 + 3
= 1 2 + 3 + 4 10 + 3
=-1

2. Menentukan Nilai Sukubanyak Menggunakan Skema (Bagan)


Contoh :
Tentukan nilai sukubanyak P(x) = 5 2 4 + 3 3 + 4 2 10 + 3 untuk x=1
Jawab :
x =1
1
-2
3
4
-10
3
1
-1
2
6
-4
1

-1

-4

-1

Jadi nilai P(1) = - 1


Ket : simbol berarti kalikan dengan angka input. (x = 1)

C. Pembagian Sukubanyak
1. Pembagian Bersusun
Contoh :
Tentukan hasil dan sisa pembagian P(x) = 3 + 5 2 4 20 oleh x + 3
Jawab :
2 + 2 10
Hasil bagi
3
2
x
+
3

+
5

20
Yang dibagi
Pembagi
3
2
+ 3
2 2 4
2 2 + 6x
-10x 20
-10x 30
10
Sisa

2. Pembagian Sintetik (Cara Horner)


Contoh :
Tentukan hasil dan sisa pembagian P(x) = 2 3 + 4 2 + 5 + 7 oleh (x -2) menggunakan
cara Horner
Jawab :
2 3 + 4 2 + 5 + 7
x =2

2
4
5
7
a. Pembagian
Sukubanyak
oleh (ax + b)
4
16
42
b. Pembagian Sukubanyak oleh (ax2 + bx + c) dengan a 0
2

21

49

= sisa pembagian

Hasil yang diperoleh adalah H(x) = 2 2 + 8 + 21 dengan S(x) = 49.

D. Teorema Sisa
1. Pembagian oleh (x k)
Teorema
Jika sukubanyak f(x) berderajat n dibagi dengan (x - k), maka sisanya S = f(k)

2. Pembagian oleh (ax b)


Teorema
Jika sukubanyak f(x) berderajat n dibagi dengan (ax - b), maka sisanya S = f

3. Pembagian (x a)(x b)
= +
= + ( + )

E. Teorema Faktor
Teorema
(x k) merupakan faktor dari sukubanyak f(x) jika dan hanya jika f(k) = 0

F. Akar-Akar Persamaan Sukubanyak


Teorema
(x k) merupakan akar persamaan sukubanyak f(x)=0 jika dan hanya jika berlaku
f(k) = 0

Akar-Akar Rasional Sukubanyak


Jika 1 , 2 , 3 akar-akar dari 3 + 2 + + = 0, maka

1) 1 + 2 + 3 =

2) 1 . 2 + 1 . 3 + 2 . 3 =

3) 1 . 2 . 3 =

BAB

Fungsi Komposisi dan


Fungsi Invers

A. Fungsi
1. Definisi Fungsi
Definisi
Relasi dari himpunan A ke himpunan B disebut fungsi atau pemetaan jika dan
hanya jika setiap anggota himpunan A berpasangan tepat dengan satu anggota
himpunan B. Notasinya
:

2. Sifat-Sifat Fungsi
a. Fungsi Surjektif
Definisi
Suatu fungsi f: P dengan daerah hasil fungsi f sama dengan himpunan Q
disebut fungsi surjektif atau fungsi onto atau fungsi pada

c
d

b. Fungsi Injektif
Definisi
Fungsi f: P disebut fungsi injektif jika untuk setiap P1, P2, P dan P1 P2
berlaku f(P1 ) f(P2)

c
d

c. Fungsi Bijektif
Definisi
Fungsi f: A disebut fungsi bijektif jika fungsi f merupakan fungsi surjektif dan injektif.

B. Fungsi Komposisi
1. Aturan Komposisi dari Beberapa Fungsi
(x) =

2. Sifat-Sifat Fungsi Komposisi


a. Operasi komposisi pada fungsi umumnya tidak komutatif, artinya
.
b. Pada komposisi fungsi berlaku sifat asosiatif, yaitu = ( )
c. Misal I adalah fungsi I(x) = x dan memenuhi = = , maka I adalah
fungsi identitas.

C. Fungsi Invers
1. Pengertian Fungsi Invers
Definisi :
Suatu fungsi : mempunyai invers 1 : jika f merupakan fungsi
bijektif atau himpunan A dan B berkorespondensi satu-satu

a.
b.

1 1 =
1 = ( 1 )= I

2. Fungsi Invers dan Fungsi Komposisi


)1 = ( 1 1 () atau )1 = (1 1 ()

7 Limit Fungsi

BAB

A. Pengertian Limit Fungsi


Pernyataan lim = menunjukkan bahwa jika x mendekati a tetapi , maka
nilai f(x) mendekati L.

B. Limit Fungsi Aljabar


1. Limit Fungsi f(x) untuk x a
a. Metode Substitusi
Contoh :
Tentukan nilai limit fungsi berikut : lim0 5 3
Penyelesaian :
lim0 5 3 = 5.0 3 = - 3. Jadi , lim0 5 3 = 3

b. Metode Pemfaktoran atau Kali dengan Akar Sekawan


Contoh :
Tentukan nilai limit fungsi berikut : lim3

3
26

Penyelesaian :
lim3

3
=
26

lim3

3
2(3)

1
2

2. Limit Fungsi f(x) untuk x


a. Bentuk
Contoh :
Tentukan nilai limit fungsi berikut : lim

3+5
7

Penyelesaian :
Pembilang dan penyebut masing-masing dibagi , karena pangkat tertinggi
penyebut adalah 1, jadi
3+5
lim 7

= lim

7
1

3+

3+0
10

=3

b. Bentuk

Contoh :
Tentukan nilai lim

2 + 4 5 2 2

Penyelesaian :
lim

2 + 4 5 2 2
= lim

2 + 4 5 2 2

2 +45+ 2 2
2 +45+ 2 2

=
=
=

2 +45 2 2

lim

2 +45+ 2 2
53

lim

2 +45+ 2 2
3

lim

1+ 4 5 + 11 2
2
2

50
1+1

(bagi dengan x)

5
2

C. Teorema Limit
1. lim =

2. lim =

3. lim . = . lim

4. lim +

= lim + lim ()

5. lim [ ] = lim lim ()

()

6. lim () =

lim ()

lim ()

7. lim [ ] = lim ()

8. lim () =

lim ()

Anda mungkin juga menyukai