Anda di halaman 1dari 32

ENGOLAHAN BIJIH NIKEL

ENGAN BIO-LEACHING

TIM PENDIRIAN PABRIK


SKALA MEDIUM

OUTLINE
Pendahulun

PENDAHULUAN

Diakhir Tahun 2013 PT. Java Nusantara Logam (JNL) melakukan


riset pembangunan smelter nickel skala kecil, Pilot Project di
Desa Puulemo Kec. Baula Kab. Kolaka

Teknologi yang digunakan menggunakan cara konvensional


melalui proses Pyrometalurgi, dimana ore limonit dengan kadar
1,0% Ni 1,3% Ni dipreparation menjadi pellet yang kemudian
dilakukan proses reduksi untuk memetalisasi ore yg
menghasilkan sponge, sponge kemudian dilebur dalam smelting
dengan campuran bahan aditif untuk menghasilkan ingot berupa
Bahan
bakar yang digunakan adalah oli bekas
ferro-nickel

Riset yang dilakukan menghasilkan produk berupa ingot ferronickel, namun biaya investasi dan produksi terlalu besar
sehingga menjadikan HPP yang cukup besar.

PENDAHULUAN
(Lanjutan)

Ore Nickel

Pellet Ore Nickel

Sponge Ferro-Nickel
Reduksi Pellet

Tes Niton Ingot

Ingot
Tapping Ingot

Smelting/Pelbura
n

PENDAHULUAN
(Lanjutan)

PT. JNL kemudian mencari alternatif lain, cara lain, dan teknologi
lain yang tepat guna agar produks yang dihasilkan lebih profit

PT. JNL memperoleh penawaran proposal dari ITS untuk smelter


mini blast furnace, melakukan contact person dengan Anton
Wijaya, ST (ITS) untuk melakukan uji coba teknologi untuk
memperoleh kebenaran sample, PT. JNL mengirim 1 ton ore
limonit ke Fak. Metalurgi ITS.
Tim PT. JNL bertemu Tim ITS Sore hari Tgl..................., namun
sebelumnya Tim ITS telah berjanji dgn Tim PT. Pernick untuk
melakukan proses smelting/peleburan pada malam harinya dan
PT. JNL dijanjikan keesokan harinya untuk diproses
Dikarenakan hasil dari proses smelting/peleburan ITS yang tidak
berhasil, maka PT. JNL mundur dan mencari alternatif lain

PENDAHULUAN
(Lanjutan)

Proposal ITS

Layout Mini Blast


Furnace

Proses Smelting ITS


Ingot + Slag Hasil
PT. Pernick

Mesin Mini Blast


Furnace ITS

Persiapan Proses
Smelting ITS

Mesin Mini Blast


Furnace ITS

Mesin Mini Blast


Furnace ITS

PENDAHULUAN
(Lanjutan)

PT. JNL melakukan komunikasi dengan beberapa pihak seperti


LIPI, PT. Indoferro, dll yang telah melakukan berbagai riset proses
smelting/peleburan nickel
PT. JNL memperoleh penawaran dari beberapa pihak yang
menawarkan mesin peleburan seperti PT. Cipta Manunggal, CV.
Asri Keramik, termasuk beberapa contact person di komunitas
peleburan Ceper Klaten Jawa tengah

Mesin Blast Furnace


PT. Kiowa

Mesin Blast Furnace


PT. Cipta Manunggal

Mesin Blast Furnace


Ceper

PENDAHULUAN
(Lanjutan)

PT. JNL melakukan contact dengan komunitas peleburan di CeperKlaten untuk melakukan uji coba proses peleburan/smelting
nickel, PT. JNL mengirimkan 500 Kg ore limonit dan 700 Kg
Sponge Ferro-Nickel
Tim PT. JNL kemudian melakukan uji coba smelting/peleburan
sponge Ferro-Nickel di Ceper-Klaten, namun tidak menghasilkan
produk yang diinginkan, dimana cairan smelting masih belum
dapat dipisahkan antara slag dan ingot
Tim PT. JNL kemudian dipertemukan dengan pengusaha Cina-Solo
yang memiliki cara atau teknologi pemisahan logam yang
berbeda. Pengusaha tersebut berpengalam dalam emas dan
timah, namun beliau bersedia untuk melakukan riset untuk
pemisahan nickel. Teknologi yang digunakan adalah Bio-Leaching
Tahap awal dilakukan ujicoba proses Bio-Leaching pada orelimonit (akan dipaparkan lebih rinci), namun belum maksimal
sehingga diperlukan riset lebih lanjut untuk memperoleh reagen
(campuran pelarut organik) yang dapat mengikat nickel lebih
baik

LATAR BELAKANG

Terdapat 47 IUP yang mengajukan proposal pendirian smelter


nickel, namun sebagian besar masih terkendali pada
infrastruktur dan biaya investasi yang besar
Berlakunya Permen No. 20 tahun 2013 tentang pelarangan
ekspor bijih/ore
Kandungan bijih/ore nickel Kab. Kolaka yang sangat melimpah
baik limonit maupun saprolit
Penelitian teknologi yang dapat mengolah karakteristik bijih
nikel, investasi dan energi yang rendah.

Teori Pengolahan Bahan


Galian/Bijih

Pengolahan bahan galian adalah proses pengolahan dengan


memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat fisik bahan galian
untuk memperoleh produk bahan galian yang diinginkan.

Umumnya endapan bahan galian yang ditemukan di alam


memiliki kadar yang rendah sehingga perlu menjalani
pengolahan agar mutu dan kadarnya dapat ditingkatkan
sehingga memenuhi kriteria pemasaran

Metalurgi adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk


memperoleh logam (metal) melalui proses fisika dan kimia dan
memperbaiki sifat-sifat fisik dan kimia logam murni maupun
paduannya (alloy)

Metalurgi terbagi 2 Kelompok :


1. Metalurgi Ekstraksi / Kimia =
Pembentukan/pemisahan logam dgn
struktur tertentu

Teori Pengolahan Bahan


Galian/Bijih (Lanjutan)

Metalurgi Ekstraksi terbagi 3 jalur :


1. Pyrometalurgi = Menggunakan energi panas yang tinggi
2. Hydrometalurgi = Menggunakan larutan kimia/reagen
3. Elektrometalurgi
= Memanfaatkan teknik elektro-kimia
(listrik)

Proses Pyrometalurgi ada 5 proses =


- Drying
(pengeringan)
- Calcining (kalsinasi)
- Roasting (pemanggangan)
- Smelting (peleburan)
- Refining (pemurnian)
Pyrometalurgi merupakan proses konvensional yang umum
dilakukan pada beberapa pabrik pengolahan seperti PT.
ANTAM, dll, PT. Vale Indonesia (Inco), PT. Timah, PT. Krakatau

Teori Pengolahan Bahan


Galian/Bijih (Lanjutan)

Proses Electrometalurgi ada 5 proses :


- Elektrolisa di dalam larutan air
- Elektrolisa di dalam larutan garam
- Elektrolisa di dalam larutan zat organik
- Elektroplating dan Anodisasi
- Korosi Logam dan teknik penanggulangannya

Proses Hydrometalurgi melalui 2 tahapan :


- Leaching/pelindian logam dari batuan melalui reduktan
- Recovery/pengambilan logam dari larutan hasil leaching
Saat ini Hydrometalurgi merupakan teknik yang paling banyak
mendapat perhatian peneliti, seperti Nikel (Ni), Besi (Fe),
Mangan (Mn) , dan Magnesium (Mg)

Teori Pengolahan Bahan


Galian/Bijih (Lanjutan)
Keunggulan Hydrometalurgi :
1.
Bijih tidak harus dipekatkan, melainkan hanya harus
dihancurkan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
2. Pemakaian batubara dan kokas pada pemanggangan bijih
dan sekaligus sebagai reduktor dalam jumlah besar dapat
dihilangkan.
3.
Polusi atmosfer oleh hasil samping pirometalurgi sebagai
belerang dioksida, arsenik oksida, dan debu tungku dapat
dihindarkan.
4.
Untuk bijih-bijih peringkat rendah (low grade), metode ini
lebih efektif.
5.
Suhu prosesnya relatif lebih rendah.
6.
Reagen yang digunakan relatif murah dan mudah
didapatkan.
7. Produk yang dihasilkan memilki struktur nanometer dengan

Teori Pengolahan Bahan


Galian/Bijih (Lanjutan)

Leaching : Proses pelarutan selektif dimana hanya logamlogam tertentu yg dapat larut. Pemilihan metode pelindian
tergantung pada kandungan logam berharga dalam bijih dan
karateristik bijih, khususnya mudah tidaknya bijih dilindih oleh
reagen kimia tertentu.

Reduktan (reagen) adalah hal yg sangat penting dalam proses


ini, reduktan yg dipilih diupayakan tidak berbahaya bagi
lingkungan

Leaching terbagi atas 7 jenis :


1. Leaching in Place (In-situ Leaching) 6. Hot Digestion
2. Heap Leaching
7. Acid Curing
3. Vat Leaching / Percolation Leaching
4. Agitation / Pulp / Slime Leaching
5. Autoclaving

Teori Pengolahan Bahan


Galian/Bijih (Lanjutan)
1. Leaching in Place (In-situ Leaching)
Pelindian dilakukan di tempat dgn membuat terowongan
maupun saluran-saluran untuk mengalirkan pelarut
2. Heap Leaching
Bongkahan bijih ditumpuk disuatu tempat dgn dasar agak
miring. Tinggi tumpukan sekitar 6-9 m. Reagen pelarut asam
sulfat encer disemprotkan dr atas dan pelarut yg sudah
menjadi larutan kaya ditampung di dasar, proses ini dilakukan
berulangulang agar kadar logam berharganya relatif tinggi.
Agar distribusi pelarut rata dan sirkulasi udara baik mk di
tengah-tengah tumpukan dipasang pipa berlubang scr vertikal
3. Vat / Percolation / Sand Leaching
Proses ini dlm tangki yg dasarnya berlubang dan dilapisi
sebuah filter. Pelarut ditambahkan dr atas yg akhirnya turun
melalui material yg dilarutkan. Tangki dpt disusun secara seri

Teori Pengolahan Bahan


Galian/Bijih (Lanjutan)
4. Pressure Leaching
Gas oksigen maupun hydrogen dimasukkan dgn menggunakan
tekanan tinggi. Jumlah gas yg terlarut tergantung akan
tekanan gas
5. Agitation / Pulp / Slime Leaching
Material hrs dihaluskan, Proses pelarutan scr kontinue
dilakukan pengadukan dan pemberian pelarut juga kontinue.
Tempat pelarutan digunakan agiator yg dilengkapi dgn air lift
maupun rake sbg pengaduk
6. Hot Digestion
Dilakukan dlm sebuah vessel yg dipanaskan dr luar mendekati
ttk didih dan diperlukan pengadukan yg efektif. Proses secara
batch, tdk kontinue seperti pelindian thd bijih dgn
menggunakan asam sulfat

Teori Pengolahan Bahan


Galian/Bijih (Lanjutan)
7. Acid Curing
Menggunakan air sebanyak kurang lebih 10% dan dicampur
dgn asam sulfat pekat secukupnya. Material tsb dibiarkan
dalam bin kemudian dipanggang. Dibuat pulp kembali dgn
menambahkan air shg didptklan larutan kaya yg dipisahkan
dgn padatan dgn cara filtrasi / counter current decantation
Bio-Hydro-Metallurgi:
Proses
pelarutan/pelindian
yang
dibantu oleh bakteri yang terdiri dari proses
kimia dan bakteri

Bio - Leaching

DESKRIPSI BIOLEACHING
Bio-Leaching merupakan proses hydrometalurgi yang
memanfaatkan mikroba dalam proses pemisahan mineral
berharga (yang diinginkan) dari pengotornya.
Proses Bio-Leaching dianalisa lebih murah dibanding dengan
proses yang sudah ada karena bakteri yang digunakan sebagai
reagen dalam prosesnya bisa didaur ulang untuk penggunaan
selanjutnya dan bakterinya pun mudah dikembangbiakkan
dengan bio-teknologi yang ada
Dalam proses Bio-Leaching tidak diperlukan asam sulfat dan
asam klorida yg anorganik atau bahan kimia yang berbahaya
bagi lingkungan, dan kuantitas limbahnya sedikit sehingga
biaya
pengolahan
limbah
murah
dibandingkan
cara
konvensional. Limbah asam dari proses bio-leaching bersifat
organik
Proses ekstraksi nikel dengan Bio-Leaching belum diterapkan

DESKRIPSI BIOLEACHING (Lanjutan)

Bijih nikel dibagi dalam dua tipe, bijih sulfida dan oksida atau
laterit dimana cadangan bijih nikel terbesar di bumi adalah
bijih nikel laterit, termasuk di Indonesia. Pengolahan nikel dari
bijih laterit membutuhkan energi yang tinggi dikarenakan
kadarnya yang relatif rendah (1-2% Ni), di mana bijih nikel
laterit ini sangat sulit untuk dikonsentrasi sebagaimana bijih
sulfida.

Bijih non-sulfida seperti oksida, karbonat dan silikat


mengandung sumber energi yang dapat dimanfaatkan oleh
mikroorganisme. Bioleaching bijih dan mineral non-sulfida
sangat mungkin digunakan untuk meningkatkan perolehan
logam berharga dari mineral berkadar rendah.

Merujuk pada salah tujuan yaitu mendirikan pabrik, yaitu


diaplikasikannya metode ini dalam proses pengolahan nikel
laterit pada industri metalurgi berskala besar, maka kami telah

DESKRIPSI BIOLEACHING (Lanjutan)


1. Percobaan skala Pilot
Project.
Untuk proses
perencanaan pendirian
pabrik ekstraksi logam
nickel, telah dilakukan
percobaan dalam skala
pilot project di
Workshop Solo.
Pilot project untuk
memperoleh data
perkiraan jumlah
bijih/ore yang harus
diolah untuk mencapai
tingkat produksi
tertentu, komposisi

DESKRIPSI BIOLEACHING (Lanjutan)


Tahap awal dilakukan isolasi sampel ore nickel. Tes metalurgi
dilakukan untuk mengetahui komposisi kimia bijih,
mempelajari komposisi mineral, densitas mineral, kadar air
(moisture).
Tahap berikutnya dilakukan persiapan (preparation) sampel ore
nickel, yang bertujuan untuk menyiapkan dan menyediakan
sampel sesuai dengan kondisi fisik yang diinginkan, misalnya
ukuran ore. Untuk mendapatkan ukuran yang diinginkan,
dilakukan proses penggerusan / pengayakan. penghalusan ore.
Dalam tahap pilot project digunakan alat flotasi dengan
mencampur ore dengan air dan sedikit larutan reagen yang
mengandung bakteri
Pengembangbiakan bakteri dilakukan dengan mengambil
sampel mineral dengan kondisi yang belum dilakukan
perlakuan apapun. Sampel masih dalamkondisi terkemas tepat

DESKRIPSI BIOLEACHING (Lanjutan)

Bakteri dikembangbiakan didalam media dan nutrisi tertentu.


Media yang akan digunakan adalah media 9K+ yang
mengandung (NH4)SO4, KCl, MgSO4.7H2O, FeSO4.7H2O. Nutrisi
untuk bakteri atau sumber energi didapat dari sulfur dan besi.
Sulfur dapat bersumber dari senyawa pirit (FeS 2) atau sulfur
elemental dalam bentuk bubuk. Nutrisi lain seperti karbon,
oksigen dan nitrogen dapat diperoleh dari atmosfer dan limbah
industri tahu dan tempe yang kaya akan unsur-unsur ini
Aktivitas bakteri dan nutrisi akan menghasilkan asam organik
yang berperan sebagai agen pelindian / cairan reagen
Ore dari preparation selanjutnya dilakukan proses pelindian
dengan metode shaking (kocok) menggunakan shaker yang
kecepatan putarnya dapat diatur-atur. pengadukan diperlukan
utk mencegah pengendapan partikel- partikel selama proses
pelarutan dan juga diharapkan dgn adanya agitasi semua
partikel akan memperoleh kesempatan mengadakan kontak

DESKRIPSI BIOLEACHING (Lanjutan)

Limbah asam yang tersisa dilakukan analisa pH atau analisa


lainnya untuk mengetahui kemungkinan bakteri
mengeluarkan produk-produk sampingan (limbah) atau reaksi
kimia lain diluar bakteri yang harus ditangani agar tidak
mengotori atau merusak lingkungan
Tahap selanjutnya dilakunan proses recovery/pengambilan
logam dari larutan hasil leaching yang berupa konsentrat.
Proses recovery dalam skala project digunakan tungku kowi
untuk memperoleh logam nickel, bahan bakar yang digunakan
masih menggunakan oli bekas. Bahan bakar yang dipilih
dengan pertimbangan mudah diperoleh, harga yang
terjangkau, dan bahan buangan (limbah dari proses lain yg
tidak terpakai)
Tahap berikutnya adalah mengukur kadar Fe dan Ni dalam
logam hasil proses recovery yang dilakukan

DESKRIPSI BIOLEACHING (Lanjutan)

Memasukkan
Sampel Ore

Menambahkan
sedikit reagen

Flotasi u/
menghaluskan ore

Hasil preparation
berupa campuran
lumpur ore

Proses Pelindian

Ore hasil preparation di


masukkan dalam
pelindian

Proses Recovery

Tungku kowi u/
recovery

DOKUMENTASI
VIDEO

DOKUMENTASI
VIDEO

DOKUMENTASI
VIDEO

DOKUMENTASI
VIDEO

DOKUMENTASI
VIDEO

DOKUMENTASI
VIDEO

DOKUMENTASI
VIDEO

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai