Dimurkai Allah
KHUTBAH PERTAMA:
Hadirin rahimakumullah,
Di antara bentuk ketakwaan kepada Allah ‘azza wa jalla adalah mencari
keridhaan-Nya serta menjauhi kemurkaan-Nya. Allah ‘azza wa
jalla berfirman di dalam al-Qur’anul karim,
ُُُُو َم ۡأ َوىههُُ َج َهنَّ هم ِ س َخط
َّ ُُم َن
َ ُُِٱّلل َّ ض َو َن
َ ُُٱّللُُِ َك َمنُُبَا َٰٓ َءُُ ِب ۡ ُُر
ِ أَفَ َم ِنُُٱتَّبَ َع
١٦٢ُير ۡ س
ُُُٱل َم ِص ه َ َو ِب ۡئ
Apakah orang yang mengikuti keridaan Allah sama dengan orang yang
kembali membawa kemurkaan (yang besar) dari Allah dan tempatnya adalah
Jahanam? Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (Ali Imran: 162)
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Dalam khutbah kali ini, kami akan menyebutkan beberapa hal yang diridhai
dan yang dimurkai oleh Allah ‘azza wa jalla. Beberapa hal tersebut disebutkan
oleh hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ُْ َ َوأ،ش ْيئ ًا
ن ت َ ْعت َ ِص هموا َ ن ت َ ْعبهدهوههُ َُو تهش ِْركهوا بِ ُِه ُْ َ فَيَ ْرضَى لَ هك ُْم أ،ث ث َ ًال ًُ َ ث ث
َُ ال َويَك َْرههُ لَ هك ُْم َُ للاَ يَ ْرضَى لَ هك ُْم ُ َُّإِن
ْ َ َ
ُّ َو َكث َر ُةَ ال، َويَك َْرههُ لَ هك ُْم قِي َُل َوقا َل،للاه أ ْم َر هك ْم
،سؤَا َل ُ اص هحوا َمن َُو َّها هُل ِ َن تهن َ ه
ُْ َوأ،ِب َح ْب ِلللُِ َج ِميعًا َو ُلَ تَفَ َّرقوا
َو ِإضَاعَةَا ْل َما ُِل
“Sesungguhnya Allah ridha terhadap kalian pada tiga hal dan memurkai
kalian karena tiga hal. Allah meridhai kalian jika,
Kalian beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengan-
Nya
Kalian semua berpegang teguh dengan tali Allah serta tidak berpecah belah
Kalian saling memberi nasihat dengan orang yang Allah kuasakan padanya
urusan kalian,
Allah ‘azza wa jalla akan memurkai kalian pada tiga hal,
Berkata-kata dengan berprasangka
Banyak meminta-minta atau banyak bertanya-tanya
Membuang-buang harta.”
(HR . Muslim)
Hadirin rahimakumullah!
Perkara kedua yang diridhai oleh Allah ‘azza wa jalla yang disebutkan
dalam hadits di atas, “Berpegang teguhlah dengan tali Allah ‘azza wa jalla dan
jangan berpecah belah.”
Allah ‘azza wa jalla berfirman,
ْاُو َلُُتَفَ َّرقهوُا ۡ َو
َّ ٱعت َ ِص همواُُْ ِب َحُۡب ِل
َ ُُٱّللُُِ َج ِميع
“Dan berpegang teguhlah dengan tali Allah dan janganlah kalian bercerai
berai.” (Ali Imran:103)
Maksudnya adalah berpegang teguh dan berpedoman dengan al-Qur’an dan
as-Sunnah dalam segala aspek kehidupan beragama (ibadah, akhlak, akidah,
maupun muamalah) serta mengedepankan ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah
daripada ajaran lain apa pun bentuk ajarannya.
Larangan bercerai berai dari ayat dan hadits tadi menuntut kita untuk bersatu
dan bersepakat di atas al-haq, al-Qur’an, dan as-Sunnah sebagaimana yang
ditegakkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.
Ini tidak akan terealisasi kecuali dengan mengembalikan segala perselisihan
kepada al-Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahaman para sahabat dan orang
yang mengikuti jejak mereka.
KHUTBAH KEDUA
ُْ َ ش َه هُد أ
ُن ِإ ْ َ َوأ،ين ك ِهل ُِه َو َكفَى ِباللُِ ش َِهيدًا
ُِ علَى ال ِد َ ُق ِليه ْظ ِه َرهه ُِ ِين ا ْل َح
ُِ سولَ ُهه ِبا ْل ههدَى ِود س َُل َر ه َ ا ْل َح ْم هُد الَّذِي أ َ ْر
علَى آ َ علَ ْي ُِه َو ُِ صلَّى
َ للا َ ،سولهه ع ْب هد هُه َو َر هَ ش َه هُد أَنَُّ هم َح َّمدًا
ْ َ َوأ،ارا ِب ُِه َوت َ ْو ِحيدًاً للاه َوحْ َد هُه ش َِريكَُ لَ ُهه ِإ ْق َر
ُ َّلَ ُهَ ِإل
َ ِل ُِه َوصَحْ بِ ِه َو. أ َ َّما بَ ْع هُد
ْ َ سلَّ َُم ت
س ِلي ًما َم ِزيدًا
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Adapun tiga hal yang dimurkai oleh Allah ‘azza wa jalla yang disebutkan
dalam hadits di atas;
Pertama, suka membicarakan berita-berita yang tidak jelas kebenarannya.
Allah ‘azza wa jalla telah berfirman,
ُاُم َنُُٱل َّظ ِن َ يََٰٓأَيُّ َهاُٱلَّذ
ۡ ِْينُُ َءا َمنهوا
ِ ُُٱجتَنِبهواُُْ َكثِير
“Wahai orang-orang yang beriman, hindarilah dari banyak
berprasangka.” (al-Hujurat: 12)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُإِيَّا هك ُْم َوال َّظنَُّ فَ ِإنَُّ ال َّظنَُّ أ َ ْكذَ ه
ُِ ب ا ْل َحدِي
ث
“Tinggalkanlah berprasangka, karena berprasangka adalah sedusta-
dustanya pembicaraan.” (HR . Muslim, dari Abu Hurairah radhiallahu
‘anhu)
Bahkan Islam melarang seseorang memberitakan setiap apa yang dia dengar
dan setiap apa yang dia lihat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
bersabda,
َ ث ِب هك ُِل َما
س ِم َُع َُ ن يه َح ِد ُْ ََكفَى ِبُا ْل َم ْر ُِء َك ِذبًا أ
“Cukuplah seseorang dianggap dusta dengan dia membicarakan setiap apa
yang dia dengar.” (HR . Muslim, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Terlebih lagi kalau sampai berdusta, padahal Allah ‘azza wa jallatelah
berfirman,
٣٠ُور ُّ ٱجت َ ِنبهواُُْقَ ۡو َل
ُِ ُُٱلز ۡ َو
“Jauhilah perkataan dusta.” (al-Hajj: 30)
Di dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُالر هج َُل لَيَ ْكذ ه
َُ ِب َو
ي َُ ور َو ِإنَُّ ا ْلفه هج
َّ َُّ َو ِإن،ور يَ ْهدِي ِإلَى النَّ ِار ُِ ِب يَ ْهدِي ِإلَى ا ْلفه هج َُ ِب فَ ِإنَُّ ا ْل َكذ
َُ ِإيَّا هك ُْم َوا ْل َكذ
للا َكذَّابًا
ُِ ب ِع ْن َُد َُ َ ِب َحتَّى يه ْكت َُ ت َ َح َّرىا ْل َكذ
“Jauhilah dusta, karena berdusta akan mengantarkan kepada keburukan,
sedangkan keburukan akan mengantarkan ke neraka. Jika seseorang selalu
berdusta dan menekuninya, niscaya akan ditulis di sisi Allah ‘azza wa
jalla sebagai pendusta.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu
Mas’ud radhiallahu ‘anhu)
Hal kedua yang dimurkai oleh Allah ‘azza wa jalla adalah banyak meminta-
minta apa yang dimiliki oleh orang lain serta senang mengajukan
kebutuhannya kepada orang lain. Tidaklah sepantasnya seorang muslim yang
sehat menghinakan dirinya dengan cara meminta-minta.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
ُس فِي َوجْ ِه ُِه َم ْزع َُةه لَحْ م ُ سأَلَ ُةَ ِبأ َ َح ِد هك ُْم َحتَّى يَ ْلقَى
َُ للاَ َولَ ْي ْ ُلَ ت َ َزا هُل ا ْل َم
“Tidaklah perbuatan meminta-minta ditekuni oleh seseorang kecuali dia akan
berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak ada sekerat daging pun di
wajahnya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar radhiallahu
‘anhuma)
Pada hadits lain, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang
artinya, “Perbuatan meminta-minta adalah penggaruk yang mengoyakwajah
seseorang. Kecuali jika seseorang meminta kepada penguasa atau
dalam urusan yang mengharuskannya meminta.” (HR . at-Tirmidzi, dari
Samurah bin Jundub radhiallahu ‘anhu)
Hal ketiga yang dimurkai oleh Allah dalam hadits di atas adalah perbuatan
menyia-nyiakan harta. Sebab, harta adalah karunia dan kenikmatan dari
Allah ‘azza wa jalla yang wajib disyukuri. Allah ‘azza wa jalla telah
berfirman,
َُ تَُُٱّللُُِ ِإنُكهنتهمُُۡ ِإيَّاههُُت َ ۡعبهد
١١٤ُهون َّ ۡ َو
ٱشك ههرواُُْ ِن ۡع َم
“Syukurilah kenikmatan Allah atas kalian jika kalian hanya beribadah
kepadanya.” (an-Nahl: 114)
َُن ِعبَا َدتِك
ُِ س علَى ِذك ِْركَُ َو ه
ْ شك ِْركَُ َو هح َ اللَّ هه َُّم أ َ ِعنَّا
“Ya Allah, mudahkanlah kami dalam berzikir, bersyukur, dan beribadah
kepada-Mu dengan baik.”
َُب ا ْلعَالَ ِمين
ُِ َوا ْل َح ْم هُد َر،سلَّ َم
َ علَى آ ِل ُِه َوصَحْ بِ ُِه َو َ علَى نَبِيِنَا هم َح َّمدُ َو ُ صلَّى
َ للاه َ َو