Anda di halaman 1dari 7

FORM REFLEKSI KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


__________________________________________________________________________________

Nama Dokter Muda

: Arifudin Cipto Husodo

Stase

: Ilmu Kedokteran Jiwa

NIM: 09711123

Identitas Pasien
Nama / Inisial

: TN. N

No RM

Umur

: 33 tahun

Jenis kelamin : Laki-Laki

Diagnosis/ kasus

a.
b.
c.
d.

: 3476613

Axis I : F.20 Skizofrenia paranoid


Axis II : f.60.0 Gangguan kepribadian paranoid
Axis III : Tidak ada diagnosis pada aksis III
Axis IV : Masalah psikososial dan lingkungan, karena pribadi pasien yang

cenderung tertutup
e. Axis V : GAF (50-41) gejala berat (serious) dan dissabilitas berat
Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman
sifatnya wajib)
a.
b.
c.
d.
e.

Ke-Islaman*
Etika/ moral
Medikolegal
Sosial Ekonomi
Aspek lain

Form uraian
1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/ kasus yang
diambil).
Identitas Pasien
o
o
o
o
o
o
o
o

Nama
Jenis Kelamin
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Tanggal

: Tn. N
: Laki-laki
: 33 th
: Islam
: SMA
: Buruh
: Klaten
: 19 Desember 2013

Page

Seorang laki-laki 33 tahun di bawa ke UGD RSJD Soejarwadi klaten dengan


keluhan sering mengamuk dan memecahkan barang-barang dirumah, mengganggu
lingkungan sekitar dan memukul-mukul keluarganya, pasien juga sulit tidur, suka
ngomong sendiri, dan suka menyendiri. Terdapat riwayat mendengar suara-suara
yang menyuruhnya untuk mencari kitab dari dunia barat oleh seorang yang sangat
ahli dan pasien merasa sering ditakut-takuti oleh orang tersebut. Pasien merupakan
anak satu satunya setelah kakak perempuanya meninggal, pasien dikenal sebai anak
yang manja dan malas. Pasien pernah menceritakan bahwa pasien pernah diberi oleh
ayahnya suatu tulisan arab untuk mencegah dirinya dari perbuatan jahat orang di
sekelilingnya, tulisan tersebut sudah diberikan secara turun temurun oleh
keluarganya. Pasien sudah masuk RS yang ke Sembilan kalinya.
Dari pemeriksaan didapatkan bahwa pasien sudah cukup membaik,
kooperatif, tilikan diri yang baik (derajat 4), afek yang baik, halusinasi sudah
berkurang namun kadang masih suka menyendiri.
Hasil Pemeriksaan Fisik
TD : 120/80 mmhg
Diagnosis
a.
b.
c.
d.

Axis I : F.20 Skizofrenia paranoid


Axis II : f.60.0 Gangguan kepribadian paranoid
Axis III : Tidak ada diagnosis pada aksis III
Axis IV : Masalah psikososial dan lingkungan, karena pribadi pasien

yang cenderung tertutup


e. Axis V : GAF (50-41) gejala berat (serious) dan dissabilitas berat

2. Latar belakang /alasan ketertarikan pemilihan kasus

Gangguan jiwa merupakan keadaan yang tidak normal baik fisik maupun mental
yang dapat menjadi sumber stres bagi anggota keluarga. Para pakar kesehatan jiwa
menyatakan bahwa semakin modern dan industrial suatu masyarakat, semakin besar
pula stressor psikososialnya, yang pada gilirannya menyebabkan orang jatuh sakit
karena tidak mampu mengatasinya. Salah satu penyakit itu adalah gangguan jiwa
skizofrenia. Data American Psychiatric Association (1995) menunjukkan 1%
populasi penduduk dunia menderita Skizofrenia dan memperkirakan 14,1%
Page

penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa ( Riset Kesehatan Dasar ,2007).


Prevalensi skizofrenia di Indonesia diperkirakan 1 permil, meski angka yang
pasti belum diketahui karena penelitian prevalensi skizofrenia secara khusus belum
dilakukan di Indonesia. Untuk provinsi Sumatera Utara berdasarkan data rekam
medik Rumah Sakit Jiwa Utara tahun 2009, diketahui dari 12.377 penderita yang
dirawat jalan yang menderita skizofrenia paranoid berjumlah 9.532 (96,51%) dengan
berbagai tipe dan diketahui dari 1.929 penderita yang dirawat inap yang menderita
skizofrenia paranoid berjumlah 1.581 (81,96%) ( Prabandari, dkk 2003)
Gangguan kejiwaan skizofrenia ini sering menyebabkan kegagalan individu
dalam mencapai berbagai keterampilan yang diperlukan untuk hidup yang
menyebabkan penderita menjadi beban keluarga dan masyarakat (Chandra, 2004).
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan kejiwaan berat dan menunjukkan
adanya disorganisasi (kemunduran) fungsi kepribadian, sehingga menyebabkan
disability (ketidakmampuan). Gangguan jiwa jenis ini dapat terjadi mulai sekitar
masa remaja dan kebanyakan penderitanya adalah berjenis kelamin laki-laki pada
usia antara 15-35 tahun, sedangkan pada perempuan kebanyakan gejala terlihat
antara usia 25-35 tahun (Kaplan, dkk, 1991). (Maramis, 1994).
3. Refleksi dari aspek etika moral /medikolegal/ sosial ekonomi beserta penjelasan
evidence / referensi yang sesuai *
*pilihan minimal satu
Pandangan yang beredar dewasa ini di masyarakat bahwa gangguan jiwa disebabkan
oleh guna-guna orang lain. Ada kepercayaan di masyarakat bahwa gangguan jiwa timbul
karena musuhnya roh nenek moyang masuk kedalam tubuh seseorang kemudian
menguasainya. Jika dilihat dari aspek ilmu medis gangguan jiwa dapat mengenai setiap
orang, tanpa mengenal umur, ras, agama, maupun status sosial-ekonomi, akan tetapi
adanya stigma masyarakat yang salah menyatakan bahwa gangguan jiwa merupakan
penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan dan aib bagi keluarganya (Wongso, 2004).
Bagi para penderita gangguan jiwa tidak mungkin dapat mengatasi kejiwaannya
tanpa bantuan orang lain terutama keluarga. Peran keluarga sangat penting dalam
kesembuhan dan kekambuhan pada penderita gangguan jiwa. Untuk meningkatkan
kesembuhan dan menurunkan tingkat kekambuhan selain dari terapi farmakologi,
dukungan dari keluarga sangatlah penting. Penderita gangguan jiwa sangat memerlukan
perhatian dan empati dari keluarganya. Selain itu kaluarga juga harus menumbuhkan
sikap mandiri pada penderita, mereka harus sabar serta menghindari sikap Expressed
Emotion (EE) atau reaksi berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, terlalu memanjakan
Page

dan terlalu mengontrol yang justru bias menyulitkan penyembuhan dan menimbukkan
kekambuhan (, 2004).
Skizofrenia lebih sering terjadi pada masyarakat golongan tidak mampu. Dari
beberapa teori mengatakan bahwa penderita gangguan jiwa terutama berhubungan
dengan penghasilan yang rendah dan pekerjaan yang tidak tetap Pernyataan ini
didukung oleh penelitian di Badan Pelayanan Kesehatan Jiwa Aceh, bahwa 95,1%
penderita yang relaps berasal dari golongan ekonomi tidak mampu. Hal ini juga
berhubungan dengan pengobatan penderita yang membutuhkan biaya besar karena
pengobatan yang relatif mahal dan lama. Sehingga menimbulk an masalah baru dalam
keluarga terutama dengan penghasilan yang rendah ( Fuad, 2005 ).
Dalam segi pendidikan dan pengajaran, tingkat pendidikan memiliki peran yang
sangat besar dalam mencegah terjadinya stres. Jika dilihat dari berbagai penelitian
sebagian besar penderita gangguan jiwa memiliki tingkat pendidikan yang rendah,
karena dengan belajar terjadi perubahan dalam berperilaku dan dalam melakukan
mekanisme pembelaan. Akan tetapi selain dari pendidikan dari pola asuh dan lingkungan
sosial juga berhubungan dengan perilaku dan kepribadian yang terbentuk. Pada penderita
skizofrenia biasanya terjadi penurunan kognitif sehingga sebaiknya dilakukan
psikoterapi kognitif yang dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif
rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai-nilai etika moral yang baik dan
buruk (Bambang, 2001).
4. Refleksi ke-Islaman beserta penjelasan evidence / referensi yang sesuai
Dalam perjalanan hidupnya didunia, manusia menjalani tiga keadaan penting: sehat,
sakit atau mati. Kehidupan itu sendiri selalu diwarnai oleh hal-hal yang saling
bertentangan, yang saling berganti mengisi hidup ini. Sehat dan sakit merupakan hal
yang melekat dalam diri manusia selama dia masih hidup. Tetapi kebanyakan manusia
memperlakukan sehat dan sakit secara tidak adil. Kebanyakan mereka menganggap sehat
itu saja yang mempunyai makna. Sebaliknya sakit hanya dianggap sebagai beban dan
penderitaan, yang tidak ada maknanya sama sekali. Orang yang beranggapan demikian
jelas melakukan kesalahan besar, sebab Allah SWT selalu menciptakan sesuatu atau
memberikan suatu ujian kepada hambanya pasti ada hikmah / pelajaran dibalik itu
semua.
Walaupun demikian tidak seorang pun menginginkan dirinya sakit, namun kalau dia
datang manusia tidak kuasa untuk menolaknya. Dalam keadaan sakit seseorang selain
mengeluhkan penderitaan fisiknya juga biasanya disertai gangguan/guncangan jiwa
Page

dengan gejala ringan seperti stres sampai tingkat yang lebih berat. Hal ini wajar karena
secara fisik seseorang yang sedang sakit akan dihadapkan kepada tiga alternatif
kemungkinan yang akan dialaminya, yaitu : sembuh sempurna, sembuh disertai cacat
sehingga terdapat kemunduran menetap pada fungsi-fungsi organ tubuhnya, atau
meninggal dunia. Alternatif meninggal umumnya cukup menakutkan bagi mereka yang
sedang sakit, karena mereka seperti juga kebanyakan diantara kita belum siap
menghadapi panggilan malakul maut. Kecemasan atau ketakutan pada penderita ini,
dapat menyebabkan timbulnya stress psikis yang justru akan melemahkan respons
imunologi (daya tahan tubuh) dan mempersulit proses penyembuhan diri bagi mereka
yang sakit. Menghadapi kondisi seperti ini bimbingan ruhani sangat diperlukan agar jiwa
manusia tidak terguncang dan menjadi lebih kuat, yang pada akhirnya akan membantu
proses kesembuhan.
Gangguan psikis lainnya yang sering dialami oleh orang sakit adalah rasa putus asa,
terutama bagi penderita yang kronis dan susah sembuh. Karena tipisnya aqidah
(keimanan) kemudian muncul keinginan pada diri orang sakit untuk mengakhiri hidup
dengan jalan yang tidak diridhai Allah SWT. Semua ini diakibatkan oleh hilangnya
keyakinan kepada rahmat Allah SWT, sehingga kadang kala ada pasien yang sengaja
meninggalkan ibadah sehari-hari, seperti doa, dzikir, atau sholat. Akibatnya semakin
gersanglah nurani orang sakit tersebut dari sibghah ilahi rabbi (H.R. Ibnu Majah dan At
Turmudzi).
Sakit sebagai salah satu ciptaan Allah SWT yang ditimpakan kepada manusia juga
pasti ada maksudnya. Salah satu hikmah Allah SWT kepada hamba-Nya adalah sebagai
ujian dan cobaan untuk membuktikan siapa-siapa saja yang benar-benar beriman. Firman
Allah SWT :

Artinya : 214- Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum
datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul
dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan
Page

Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Q.S. Al


Baqarah : 214)
Allah SWT akan menguji hamba-hamba-Nya dengan kebaikan dan keburukan.
Dia menguji manusia berupa kesehatan, agar mereka bersyukur dan mengetahui
keutamaan Allah SWT serta kebaikan-Nya kepada mereka. Kemudian Allah SWT juga
akan menguji manusia dengan keburukan seperti sakit dan miskin, agar mereka bersabar
dan memohon perlindungan serta berdo'a kepada-Nya.
Sebagaian manusia tidak memahami makna sakit yang sesungguhnya, sehingga
secara tidak sadar ia menganggap bahwa penyakit yang dideritanya tersebut sebagai
malapetaka atau kutukan Allah yang dijatuhkan kepadanya. Banyak orang yang ditimpa
penyakit menjadi putus asa, kehilangan pegangan, bahkan berburuk sangka kepada Allah
SWT. Lalu timbul rasa tidak puas kepada Allah SWT, merasa bahwa dengan sakitnya itu
Allah bersikap tidak adil, sehingga ia tidak lagi menjalankan kewajiban-kewajiban-Nya
sebagai hamba Allah. Padahal di waktu sehat, ia selalu mengucapkan dalam salatnya :
Dalam pandangan Islam, penyakit merupakan cobaan yang diberikan Allah SWT
kepada hamba-Nya untuk menguji keimanannya. Ketika seseorang sakit disana
terkandung pahala, ampunan dan akan mengingatkan orang sakit kepada Allah SWT.
Aisyah pernah meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda : 'Tidak ada musibah
yang menimpa diri seorang muslim, kecuali Allah mengampuni dosa-dosanya, sampaisampai sakitnya karena tertusuk duri sekalipun" (H.R. Buchari)
Allah SWT menciptakan cobaan antara lain untuk mengingatkan manusia
terhadap rahmat-rahmat yang telah diberikan-Nya. Allah SWT memberikan penyakit
agar setiap insan dapat menyadari bahwa selama ini dia telah diberi rahmat sehat yang
begitu banyak. Namun kesehatan yang dimilikinya itu sering kali di abaikan, bahkan
mungkin disia-siakan.
Disamping itu, sakit juga digunakan oleh Allah SWT untuk memperingatkan
manusia atas segala dosa-dosa dan perbuatan jahatnya selama hidup di dunia. Kalau
dahulu seorang insan yang banyak berbuat kesalahan tidak berfikir tentang dosa dan
pahala, maka disaat sakit biasanya manusia teringat akan dosa-dosanya sehingga ia
berusaha untuk bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah SWT. (H.R. Ibnu Majah
dan At Turmudzi).
Page

Umpan balik dari pembimbing

TTD Dokter Pembimbing

TTD Dokter Muda

dr.

Arifudin Cipto Husodo

-----------------------------------

-------------------------------

Page

Anda mungkin juga menyukai