Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

Semester 6

MANAJEMEN PASIEN HAMIL DENGAN ACUTE KIDNEY INJURY DI ICU

Oleh:

Fachruddin Sofwan

17/422675/PKU/17129

PPDS I Anestesiologi dan Terapi Intensif

Pembimbing Moderator

DR.dr. Yusmein Uyun, Sp.An, KAO dr. Ratih Kumala Fajar A, Sp.An, KAO

BAGIAN ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF

FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT & KEPERAWATAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

2020

1
Abstract
Acute kidney injury (AKI) is a rare condition in pregnancy but can cause serious
complications. The rapid deterioration of kidney function leads to the accumulation of
fluid and waste nitrogen products with impaired electrolyte regulation. Hemodialysis
(HD) is the first-line management to replace kidney function in pregnant women or the
postpartum period complicated by acute kidney injury or with chronic renal failure
(CRI). The introduction of HD has improved the quality of health for mothers and
newborns; however, the drawback is that it is only available in tertiary care or highly
specialized centers. We report a 40 year old female patient diagnosed with G7P3A3 27
weeks pregnant who developed pregnancy complications in the form of an acute kidney
injury. Management is carried out by performing periodic hemodialysis. After 43 days of
treatment, the patient was discharged in good condition.

Keyword: Management Acute kidney injury, Pregnancy, Hemodialysis.

Abstrak
Acute kidney injury (AKI) merupakan kondisi yang jarang terjadi pada kehamilan tetapi
dapat menyebabkan komplikasi serius. Kerusakan fungsi ginjal yang cepat menyebabkan
akumulasi cairan dan limbah produk nitrogen dengan gangguan regulasi elektrolit.
Hemodialisis (HD) adalah penatalaksanaan lini pertama untuk menggantikan fungsi
ginjal pada wanita hamil atau periode pascapartum dengan komplikasi Acute kidney
injury atau dengan gagal ginjal kronis (CRI). Pengenalan HD telah meningkatkan kualitas
kesehatan ibu dan bayi baru lahir; namun, kekurangannya adalah hanya tersedia di
perawatan tersier atau pusat yang sangat terspesialisasi. Kami melaporkan seorang pasien
wanita 40 tahun dengan diagnosis G7P3A3 hamil 27 minggu yang mengalami komplikasi
kehamilan berupa Acute kidney injury. Dilakukan penatalaksanaan dengan melakokan
hemodialisa berkala. Setelah perawatan selama 43 hari, pasien dipulangkan dengan
kondisi baik.
Kata kunci: Manajemen Acute kidney injury, Kehamilan, Hemodialisis

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Acute kidney injury (AKI) merupakan kondisi yang jarang terjadi pada kehamilan
tetapi dapat menyebabkan komplikasi serius. Kerusakan fungsi ginjal yang cepat
menyebabkan akumulasi cairan dan limbah produk nitrogen dengan gangguan regulasi
elektrolit. Di pertengahan abad ke-20, hampir seperempat dari semua kasus AKI adalah
kasus kebidanan. Untungnya, selama lima dekade terakhir kejadian AKI telah menurun
secara signifikan. Stratta dkk melaporkan penurunan kejadian AKI dari 1 dalam 3000
menjadi 1 dalam 18.000 kehamilan dari tahun 1958 hingga 1994. Sehubungan dengan
semua kasus AKI, proporsinya berhubungan dengan kehamilan menurun dari 43%
menjadi 0,5%. Kemajuan ini merupakan efek dari perawatan kebidanan yang lebih baik
dan pengurangan angka aborsi septik. AKI ditandai dengan peningkatan cepat kreatinin
plasma (>Konsentrasi 0.8 mg/dL) dan BUN (> 13 mg/dL). Pada gagal ginjal, konsentrasi
kreatinin serum meningkat pada dengan kecepatan 0,5 hinAKI 1,0 mg/dL/hari. Urin
output biasanya menurun hingga kurang dari 400 mL/hari (oliguria), tetapi beberapa
pasien mungkin non-oliguria. AKI dibagi lagi menurut penyebab yang mendasari (yaitu,
prerenal, postrenal, dan intrarenal). Di Negara-negara berkembang aborsi septik adalah
penyebab utama AKI terkait kehamilan. Di negara maju, parah preeklamsia / eklamsia,
pielonefritis akut kehamilan, dan nekrosis kortikal ginjal bilateral adalah penyebab yang
paling sering menyebabkan AKI pada kehamilan.
Hemodialisis (HD) adalah penatalaksanaan lini pertama untuk menggantikan
fungsi ginjal pada wanita hamil atau periode pascapartum dengan komplikasi Acute
kidney injury atau dengan gagal ginjal kronis (CRI). Pengenalan HD telah meningkatkan
kualitas kesehatan ibu dan bayi baru lahir; namun, kekurangannya adalah hanya tersedia
di perawatan tersier atau pusat yang sangat terspesialisasi.

3
Meskipun angka kejadian AKI pada kehamilan di Indonesia belum terdata secara
akurat, namun penting bagi seorang dokter anestesi untuk mengetahui dan menatalaksana
AKI terutama pada kehamilan.

B. TUJUAN LAPORAN KASUS


Adapun tujuan laporan kasus ini adalah sebagai dokumentasi penatalaksanaan
Acute kidney injury (AKI) pada ibu hamil di instalasi perawatan intensif (ICU).

C. MANFAAT LAPORAN KASUS


Adapun manfaat dibuatnya laporan kasus ini adalah sebagai referensi untuk
penanganan kasus serupa dan membandingkan dengan penatalaksanaan berdasarkan
textbook dan jurnal terbaru.

4
BAB II
LAPORAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. RK
Nomor RM : 01.92.04.24
TTL / Umur : 02 April 1979 / 40 th
TanAKIl MRS : 13 Januari 2020
Diagnosis masuk : G7P3A3 hamil 27 minggu dengan dyspnea ec dekompensasi
kordis, anemia berat, AKI, Sepsis, Hipoalbumin dan Imbalance
elektrolit

Anamnesis
 Rujukan dari RSK Ngesti Waluyo d/ G7P3A3 H 25 minggu + decompensasi cordis CF
IV + anemia.
 Keluhan: Sesak (+), Demam (+), Batuk berdahak warna putih (+), riwayat mondok di
RSK Ngesti Waluyo, mendapatkan terapi Inj.Furosemid 10mg, Inj.Vascon
0.15mcg/kgBB/min, Inj. Dobutamin 7.5mg/KgBB/min

Pemeriksaan Fisik
BB: 65 kg, TB: 155 cm
Kesadaran: CM, GCS 15
TD: 92/52 mmHg HR: 101 x/i
RR: 36x/i SpO2: 99% dengan nasal kanul 3 lpm
Kepala : Anemis +, ikterus -, pupil isokor, 2.5 mm/2.5 mm, Refleks cahaya +/+
Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks : Pulmo: Suara dasar paru vesikuler ki=ka, Rhonki +/+, wheezing -/-

5
Cor: BJ I/II regular, bunyi tambahan –
Abdomen : Kesan hamil, Ballotement 1 jari di atas umbilicus, DJJ 155x/i
Ekstremitas : akral hangat, edema +/+
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Hb/Hct : 6.6/20.1 Alb : 2.12
L/T : 16.1/202 Bun/Cr : 34.8/3.94
Na/K/Cl : 124/1.61/92
OT/PT : 29/19
Procalsitonin : >200

AGD:
FiO2 30%
pH : 7.36
pCO2 : 19.5
pO2 : 77.1
HCO3 : 11.1
BE : -12.5
AaDO2 : 105.9
P/F ratio: 269

Foto Thorax (AP)


Kesan : Pneumonia bilateral, besar cor normal (CTR 0.56,inspirasi kurang)

Kronologis pasien masuk RS hingga di rawat di ICU

22//01/2020
13/01/2020 13-22/01/2020 Kondisi menurun, 23/01/2020
Pasien masuk IGD dengan keluhan Pasien dirawat di HCU distress respirasi, Pasien mulai dirawat di
sesak LOC 2 intubasi pukul 10.00, ICU
pindah LOC 3

B. Pembahasan
Pasien ini dirawat di ICU RSUP Dr. Sardjito pada tanggal 23 Januari 2020.
Sebelumnya pasien dirawat di ruang HCU. Awalnya pasien masuk melalui IGD pada tanggal

6
13 januari 2020 merupakan rujukan dari RSK Ngesti Waluyo Temanggung dengan keluhan
sesak nafas. Satu minggu pasca dirawat di HCU kondisi pasien kian memburuk, yang
awalnya hanya mendapatkan suplementasi oksigen dengan nasal kanul dan NRM, pada
tanggal 22 Januari 2020 pasien mengalami penurunan kesadaran dan desaturasi sehingga di
lakukan tindakan intubasi endotrekeal. Satu hari sebelum dilakukan intubasi, didapatkan
jumlah urin pasien mulai berkurang disertai asidosis metablik berat. Di HCU telah dilakukan
penanganan darurat berupa pemberian natrium bikarbonat namun tidak ada perubahan
signifikan dari asidosis metaboliknya. Selanjutnya ketika pasien dirawat di ICU, kembali
dilakukan pemberian natrium bikarbonat, namun tidak terjadi perubahan signifikan pada pH
darah pasien. Mempertimbangkan keadaan pasien dan janin, diputuskan untuk dilakukan
hemodialisa guna mengatasi asidosis metaboliknya yang refrakter.
Acute kidney injury (AKI) pada kehamilan ditandai dengan cepatnya penurunan laju
filtrasi glomerulus (GFR) dalam hitungan menit atau hari. Ini mungkin terjadi dari banyak
penyebab yang sama yang terjadi pada tidak hamil wanita. Namun, ada yang kondisi spesifik
dalam kehamilan yang dapat memicu AKI.
Pemahaman tentang penyebab kerusakan fungsi ginjal dalam kehamilan penting
untuk menemukan diferensial diagnosis yang rasional dan memulai dengan tepat pengobatan.
Dalam kehamilan, pengembangan dari AKI merupakan tantangan klinis utama karena
mempengaruhi ibu dan janin. karena itu, dalam pemilihan manajemen, perlu
mempertimbangkan kebaikan ibu maupun janin dalam pelaksanaannya. Pencegahan, deteksi
dini dan pemilihan terapi yang sesuai sangat penting dalam meningkatkan luaran maternal
dan perinatal. AKI pada kehamilan merupakan suatu entitas yang kompleks,membutuhkan
pendekatan multidisiplin dengan nefrologis memainkan peran penting.
AKI dikaitkan dengan dua periode berbeda di kehamilan: trimester pertama dan
ketiga trimester. AKI paska persalinan akibat perdarahan dan sepsis juga dapat memberikan
kontribusi. Pada trimester pertama, biasanya penyebab AKI tersering adalah hiperemesis
gravidarum dan aborsi septik. Penyebab AKI pada trimester ketiga bisa jadi dibagi menjadi
prerenal dan intrarenal. Penyebab prerenal biasanya karena Perdarahan (Solusio plasenta),
sedangkan penyebab intrarenal antara lain: pre eklamsia, hemolisis, sindrom HELLP,
perlemakan hati akut pada kehamilan, mikroangiopati trombotik.

7
Pengobatan Acute kidney injury pada kehamilan menimbulkan tantangan khusus,
karena ada risikonya baik ibu maupun janin. Manajemen terbaik adalah diberikan oleh tim
multidisiplin dengan melibatkan dokter kandungan, nefrologi, neonatologi, dan spesialis
lainnya sesuai kebutuhan.
Masalah utama dalam pengelolaan AKI di kehamilan meliputi:
• Koreksi hipovolemia jika ada
• Pencegahan cedera lebih lanjut
• Inisiasi terapi penggantian ginjal (dialisis), sesuai indikasi.
• Pengobatan penyebab yang mendasari
• Persalinan bayi dan plasenta secepat mungkin
Akan bijaksana untuk menghentikan dan menghindari obat nefrotoksik serta untuk
mengobati apapun yang terkait infeksi seperti infeksi saluran kemih. Biasanya obat
nefrotoksik termasuk NSAID dan antibiotik golongan aminoglikosida seperti amikacin dan
gentamisin. Pasien yang hipovolemik akan melakukannya membutuhkan cairan intravena
untuk memulihkan dan memelihara ginjal serta perfusi uroplasenta. Meskipun jarang
dilakukan dalam kehamilan, itu juga akan terjadi penting untuk menghindari studi
radiokontras di pasien dengan AKI.
Komplikasi AKI pada kehamilan serupa ke kelompok pasien lain seperti hipertensi,
kelainan elektrolit (Hiperkalemia, Hipokalsemia), asidosis metabolik, anemia dan kelebihan
cairan. Asidosis metabolik sering terjadi pada kehamilan, dan natrium bikarbonat dapat
diberikan pada kondisi asidosias metabolik yang semakin berat.
Indikasi renal replacement therapy (RRT) atau dialisis serupa dengan pasien lain
dengan AKI dan tercantum dalam Tabel 6.4. Tidak ada pedoman khusus untuk mengarahkan
RRT wanita hamil. Namun, berdasarkan pengalaman dengan RRT pada wanita tidak hamil
saja gagal memperhitungkan dampak fisiologis perubahan yang sering menyertai kehamilan.

Tabel Indikasi untuk terapi pengganti ginjal


1. Gangguan elektrolit
2. Asidosis metabolik
3. Kelebihan cairan
4. Sindrom uremikum (Pericarditis, neuropati, perubahan status mental)

8
Laju filtrasi glomerulus meningkat sekitar 50% dalam kehamilan sebagai akibat dari
peningkatan plasma ginjal aliran. Perubahan ini terjadi lebih awal dan terus berlanjut sampai
cukup bulan, mengakibatkan penurunan kreatinin serum sekitar 20-30% selama kehamilan,
dibandingkan dengan nilai sebelum kehamilan. Mengingat ini, standar Dosis RRT yang
digunakan pada pasien tidak hamil mungkin tidak adekuat dalam pengaturan AKI pada
kehamilan.
Direkomendasikan agar dialisis dimulai lebih cepat pada wanita hamil dengan AKI ketika:
• GFR adalah ≤20 ml per menit.
• Kreatinin serum antara 3,5 dan 5 mg / dl.
Pilihan untuk RRT pada AKI meliputi:
• Hemodialisis intermiten
• Dialisis peritoneal (PD)
• Hemofiltrasi berkelanjutan (CRRT)
• Dialisis efisiensi rendah yang lambat (SLED)
Dialisis intermiten harian disarankan, dilakukan > 20 jam dialisis per minggu untuk
menjaga pra-dialisis kadar nitrogen urea darah (BUN) menjadi <40 mg / dL atau kadar urea
darah menjadi <60 mg / dL.
Dialisis yang sering sangat penting, karena:
• Menurunkan volume ultrafiltrasi per sesi
• Meminimalkan risiko hipotensi intra-dialitik sehingga mengurangi:
- Risiko hipoperfusi janin
- Pergeseran metabolisme yang signifikan
Saat menghitung berat kering, penting untuk memperhitungkan penambahan berat badan
normal 0,3–0,5 kg per minggu pada trimester kedua dan ketiga. Saat hamil dikaitkan dengan
alkalosis respiratorik dengan kompensasi metabolik, dialisat bikarbonat harus diturunkan
untuk menjaga serum bikarbonat di bawah rentang kehamilan yakni18–20 mmol/L.
Suplemen folat tambahan direkomendasikan untuk pasien ini, karena terjadi peningkatan
pemindahan vitamin yang terlarut dalam air, juga folat, dengan sering dialisis.
Heparin dan LMWH aman digunakan dalam kehamilan karena tidak menembus
sawar plasenta sehingga dapat digunakan untuk antikoagulan selama dialisis. Dialisis yang
sering dapat menyebabkan hipokalemia dan hipofosfatemia, sehingga kadar elektrolit harus

9
diperiksa setelah dialisis dan diganti sesuai kebutuhan. Selain itu, beberapa pasien juga
membutuhkan suplemen nutrisi. Meskipun tidak ada penelitian acak yang menunjukkan
keuntungan untuk modalitas tertentu, hemodialisis lebih disukai daripada peritoneal dialysis
karena:
• Ini lebih efisien
• Mungkin sulit untuk memasukkan kateter peritoneal dialysis kehamilan
• Uterus yang sedang hamil bisa membatasi volume cairan dialisat yang digunakan
• Peritoneal dialysis dikaitkan dengan potensi risiko peritonitis
Terlepas dari keterbatasan ini, peritoneal dialysis mungkin satu-satunya pilihan di daerah
pedesaan di negara berkembang. Pasien yang sakit kritis dengan ketidakstabilan
hemodinamik dan / atau kegagalan multi-organ akan menguntungkan dari hemofiltrasi terus
menerus (CRRT). Namun, ini mahal dan tidak banyak tersedia, khususnya dalam Negara
berkembang. Terapi hibrida seperti sebagai dialisis efisien rendah lambat (SLED) akan
menjadi pilihan alternatif jika tidak tersedia CRRT.
Variabel Hal yang diperhatikan pada kehamilan
Hemodinamik Hindari hipotensi, hipovolume dan
fluktuasi cairan
Serum BUN pre-dialisis Pertahankan < 40 mg/dl
Serum Bikarbonat Kehamilan berkaitan dengan alkalosis
respiratorik dengan kompensasi
metabolik. Dialisat bikarbonat harus
diturunkan sampai dengan batas bawah
ukuran kehamilan
Suplementasi asam folat dan vitamin Peningkatan suplementasi asam folat dan
vitamin larut air lain yang hilang saat
dialysis
Anemia Dosis terapeutik eritropoietin (jika
diperlukan) lebih tinggi pada kehamilan
Serum kalsium, kalium dan posfat Awasi kondisi hiperksemia, hipokalemia
dan hipoposfatemia
Kontraksi uterus Awasi tanda-tanda kontraksi
Kenaiakn berat badan ibu Penting untuk menghitung kenaikan berat
badan normal 0.3-0.5 kg/minggu pada
trimester kedua dan ketiga

10
Tabel Dialisis pada kehamilan: pertimbangan spesifik

Pada pasien ini, yang masuk melalui IGD, dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang telah di temukan tanda-tanda yang mengarah ke AKI, hasil
ureum dan kreatinin yang meningkat. Kemungkinan penyebab AKI pada pasien ini adalah
dari sepsis yang ditandai dengan peningkatan procalsitonin >200. Awal masuk kesadaran
pasien masih baik, pasien masih bisa di ajak berkomunikasi, kemudian pasien dipondokkan
ke HCU. Beberapa hari di rawat di HCU, keadaan semakin memburuk, pasien mengalami
sesak nafas, urin sudah mulai menurun dan mengalami asidosis metabolik. Kondisi asidosis
dosis metabolik berlangsung dengan cepat dan disertai dengan penurunan kesadaran.
Penanganan awal pada pasien ini adalah melakukan intubasi untuk mengurangi usaha nafas
dan memberikan oksigenasi yang baik serta memberikan sedasi dan pelumpuh otot untuk
mengurangi kebutuhan oksigen sehingga produksi laktat yang juga memiliki peran dalam
menambah keasaman darah dapat dikurangi. Pemberian natrium bikarbonat pada pasien ini
dimaksudkan untuk menetralisir sementara pH yang asidosis, dikarenakan pada pH asidosis
banyak obat-obatan tidak dapat bekerja dengan optimal, misalnya vasopressor. Namun
pemberian natrium bicarbonate pada pasien ini tidak memberikan efek yang signifikan,
dimana pH darah tetap berkisar diangka 7.1. Setelah pemberian natrium bikarbonat beberapa
kali dan tidak menunjukkan adanya perubahan pH yang signifikan, kemudian diputuskan
untuk melakukan hemodialisa pada pasien ini. Setelah dilakukan hemodialisa, tren pH mulai
naik, sehingga dilanjutkan. Selama dalam perawatan di ICU pasien dilakukan hemodialisa
sebanyak 10 kali dengan jeda berkisar antara 1-3 hari tergantung perubahan metabolik
pasien.
Seperti yang dipaparkan dibeberapa jurnal dan penelitian bahwa hemodialisa
merupakan pilihan utama terapi AKI pada kehamilan, pada pasien ini memang telah
dilakukan hemodialisa, walaupun terkesan agak terlambat. Asidosis metabolik berat yang
refrakter telah terjadi pada pasien ini dan berlangsung lebih dari 24 jam. Selain itu frekuensi
hemodialisa juga masih tergolong jarang. Literatur saat ini merekomendasikan bahwa HD
singkat dengan frekuensi sering dijadwalkan setelah trimester pertama kehamilan. Walaupun
tidak ada kesepakatan bersama tentang frekuensi dan persyaratan HD. Sehubungan dengan
waktu HD, Holley dkk. merekomendasikan jadwal empat hingga enam sesi per minggu.

11
Dalam laporan 27 wanita hamil di Arab Saudi, Souqiyyeh dkk. menemukan hubungan yang
jelas dengan kesuksesan kehamilan dengan waktu HD yang lama, dibandingkan waktu HD
yang singkat (12 vs. 9,4 jam). Data diterbitkan dalam National Registry of Pregnancy in
Dialysis (NPDR) di Amerika menunjukkan bahwa lama waktu HD sebaiknya menjadi
meningkat hingga ≥20 jam per minggu.
Selama perawatan pasien ini, selain hemodialisa yang ditujukan sebagai terapi AKI,
penatalaksanaan sepsis juga sangat berperan besar terhadap luaran pasien ini. Dari hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, kemungkinan sumber infeksi diperoleh dari
saluran pernafasan dan saluran kencing (berdasarkan hasil kultur sputum, darah dan urin).
Pada pasien ini sempat diberikan antibiotik yang berganti-ganti pada saat dirawat di HCU,
dimana pemberian antibiotik hanya 1-2 hari kemudian diganti dan tidak berdasarkan hasil
kultur. Hal ini juga mungkin berpengaruh terhadap perburukan sepsis pasien perawatan di
HCU. Selama di ICU juga dilakukan 3x pergantian antibiotik namun sudah menyesuaikan
hasil kultur. Setelah dilakukan pergantian antibiotik yang ketiga yakni tigecyclin, pasien
mengalami perbaikan dari segi klinis maupun dari segi marker sepsis.

Setelah menjalani perawatan selama kurang lebih 43 hari di ICU, pasien mengalami
perbaikan kondisi dan dapat di pindahkan ke HCU sebelum akhirnya di pulangkan dalam
kondisi yang baik.

BAB III

12
SIMPULAN

 Acute kidney injury (AKI) jarang terjadi tetapi dapat menyebabkan komplikasi serius
pada kehamilan. Kerusakan fungsi ginjal yang cepat menyebabkan akumulasi cairan dan
limbah produk nitrogen dengan gangguan regulasi elektrolit.
 Hemodialisis (HD) adalah penatalaksanaan lini pertama untuk menggantikan fungsi
ginjal pada wanita hamil atau periode pascapartum dengan komplikasi AKI atau dengan
chronic kidney injury (CRI).
 Pengenalan HD telah meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan bayi baru lahir; namun,
kekurangannya adalah hanya tersedia di perawatan tersier atau pusat yang sangat
terspesialisasi.
 Komplikasi maternal AKI termasuk aborsi spontan, solusio plasenta, anemia, infeksi,
ketuban pecah dini, polihidramnion, persalinan prematur, tidak terkontrol hipertensi,
preeklamsia-eklamsia (PE), perdarahan, kebutuhan untuk operasi caesar dan kematian
ibu.
 Komplikasi umum pada janin termasuk restriksi pertumbuhan intrauterine (IUGR), gawat
janin akut (AFS) dan kronis gawat janin (CFS), prematuritas, gawat pernapasan neonatal,
peningkatan perhatian di unit perawatan intensif neonatal dan “in utero” atau kematian
neonatal.
 Literatur saat ini merekomendasikan bahwa HD singkat dengan frekuensi sering
dijadwalkan setelah trimester pertama kehamilan. Namun, tidak ada kesepakatan bersama
tentang frekuensi dan persyaratan HD. Sehubungan dengan waktu HD, Holley dkk.
merekomendasikan jadwal empat hingga enam sesi per minggu.
 Mengingat bahwa HD intens mengurangi kemungkinan parah polihidramnion, penurunan
drastis berat badan ibu pada penarikan cairan dalam jumlah besar yang relatif cepat dapat
menyebabkan penurunan aliran darah pada intravaskuler janin / plasenta yang mungkin
berbahaya bagi janin, maka untuk alasan ini dianjurkan agar UF diresepkan dengan hati-
hati.
 Pada pasien ini dari awal masuk di IGD telah terdapat tanda-tanda AKI, namun
penatalaksanaan yang diberikan belum adekuat sehingga menyebabkan komplikasi lain

13
berupa asidosis metabolik. Setelah dilakukan hemodialisa berkala, asidosis metabolik
membaik, AKI dapat teratasi dengan baik dan pasien dapat pulang dengan baik
 Selain penatalaksanaan untuk AKI, penatalaksanaan komprehensif untuk pasien ini juga
telah dilakukan, yakni penanganan kemungkinan penyebab AKI yakni sepsis dengan
pemberian antibiotik, penanganan asidosis metabolik, terapi cairan dan lain lain, juga
berkontribusi pada luaran pasien

14
Daftar Pustaka

Alkhasoneh, Mo'tasem., Jennifer Jacobs., Gurwant Kaur. A case of severe metabolic acidosis


during pregnancy. Wiley clinical case report. p550-552. 2019. Available at:
www.wileyonlinelibrary.com/journal/ccr3

Lim, Victoria S., Adrian I. Katz., Marshall D. Lindheimer. Acid base regulation in pregnancy.
American journal of physiology vol 231. 1976. Available at
www.physiology.org/journal/ajplegacy

Hu, Jiachang., Yimei Wang., Xuemei Geng., Rongyi Chen., Xialian Xu., Xiaoyan Zhang., Jing
Lin., Jie Teng., Xiaoqiang Ding. Metabolic acidosis as a risk factor for the development of Acute
kidney injury and hospital mortality. Experimental and therapeutic medicine ed 13. 2017.
Available at https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5443206/

Mount, David B., Mohamed H. Sayegh., Ajay K. Singh. Core Concepts in the Disorders of Fluid,
Electrolytes and Acid-Base Balance. Springer. New York. 2013

Reddi, Alluru S. Fluid, Electrolyte and Acid-Base Disorders. Springer. New York. 2018

Makusidi, A.M., H. M. Liman., A. Yakubu., M. Hassan., M.D. Isah., A. Chijioke. Hemodialysis


among pregnancy related Acute kidney injury patients: A single center experience in North-
Western Nigeria. Indian Journal of Nephrology. Wolters Kluwer – Medknow. 2016
Available at https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5015511/

Rodríguez, Juan Gustavo Vázquez. Hemodialysis and pregnancy: technical aspects. Cir Ciruj vol
78 p93-96. 2010. Available at https://www.researchgate.net/publication/41941657

15

Anda mungkin juga menyukai