Anda di halaman 1dari 39

Berasal dari bahasa Yunani “an” yang berarti “ tidak,

tanpa” dan aesthētos, "persepsi (kemampuan untuk


merasa)"
Secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan
rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan
berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa
sakit pada tubuh.
adalah tindakan meniadakan nyeri secara
sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat
reversible.

Anestesi umum yang baik/ideal menghasilkan


ketidaksadaran (sedasi), analgesia dan relaksasi
otot (Trias Anestesi) tanpa menimbulkan resiko
yang tidak diinginkan dari pasien
FAKTOR PULMONER
Ada dua faktor yang menentukan
kecepatan zat anestesi segingga kadar
kadar zat anestesi dalam alveoli
meningkat , yaitu konsentrasi inspirasi
dan ventilasi alveoli , kedua faktor ini di
sebut CONCENTRATION EFFECT

EFEK VENTILASI
Jika ventilasi lebih besar ,maka
konsentrasi gas alveolar akan lebih cepat
meningkat
SECOND GAS EFFECT
Jika gas ke dua di berikan bersama ,
misalnya pada N20 / 02 di berikan
halotan ,maka peninggian halotan di alveoli
akan lebih cepat .
hal ini terjadi karena cepat nya N20 masuk
ke dalam tubuh melalui paru ,maka unsur
lainnya yang ada dalam udara inspirasi
termasuk gas dan uap anestesi lainnya
akan ikut masuk dengan cepat .
CARDIAC OUTPUT
Darah membawa gas dari paru , maka bila
cardiak output meningkat , uptake juga
meningkat
MINIMAL ALVEOLAR CONCENTRATION
(MAC ) :
Dosis obat pada umumnya di tentukan oleh
berat badan ,tetapi dosis obat anestesi inhalasi di
tentukan oleh MAC.
 konsentrasi minimal gas anestesi di dalam
alveoli pada tekanan 1 atmosfir dimana 50 %
penderita tidak bergerak bila di berikan noxius
stimuli
 STADIUM I  STADIUM II
(St. Analgesia) (St. Eksitasi;St. Delirium)
(St. Disorientasi)
Sejak akhir Stadium I ->
Induksi -> hilangnya kesadaran hilangnya refleks menelan dan
Sensasi rangsang sakit tidak kelopak mata
berubah, biasanya operasi
kecil sudah bisa dilakukan Pernafasan irreguler
Akhir stadium I -> refleks bulu Pupil melebar, refleks cahaya
mata (-) (+), pergerakan bola mata
tidak teratur
Lakrimasi
Tonus otot meninggi
 Stadium III
Mulai sejak berakhirnya stadium II, pernafasan teratur
Terbagi dalam 4 plana:
• Plana 1
pernafasan teratur,
pernafasan torakal = pernafasan abdominal,
pergerakan bola mata terhenti,
pupil mengecil , refleks cahaya (+),
lakrimasi akan ↑
refleks farings dan muntah menghilang,
tonus otot ↓
• Plana 2

Volume tidal ↓ dan frekwensi pernafasan ↑


Mulai terjadi depresi pernafasan torakal,

Bola mata terfiksir ditengah


Pupil mulai midriasis
Refleks cahaya ↓ dan refleks kornea (-)
Plana 3
Paralisis otot interkostal bertambah >>
Pernafasan abdominal lebih dominan
Pupil melebar dan refleks cahaya (-)
Lakrimasi refleks farings & peritoneal (-)
Tonus otot ↓
Plana 4
paralisis otot diafragma yg makin nyata >>
paralisis total diafragma
tonus otot makin ↓ >> flaccid
pupil melebar, refleks cahaya (-), refleks
sfingter ani (-)
PREMEDIKASI
Tujuan Premedikasi
1. Memberikan rasa nyaman kepada pasien:
menghilangkan rasa khawatir, memberikan
ketenangan, membuat amnesia, memberikan
analgesia dan mencegah muntah
2. Memudahkan atau memperlancar induksi
3. Mengurangi dosis obat anestesi
4. Menekan reflex yang tidak diharapkan
5. Mengurangi sekresi: saluran nafas, saliva
6. Mengurangi resiko aspirasi
7. Merupakan salah satu tehnik anestesi
OBAT OBATAN PREMEDIKASI

Golongan Narkotika
analgetika sangat kuat.
Jenisnya : petidin, fentanyl, dan morfin.
Tujuan: mengurangi rasa nyeri saat
pembedahan.

Golongan Sedativa & Transquilizer


Golongan ini berfungsi sebagai obat
penenang dan membuat pasien menjadi
mengantuk.
Contoh: Midazolam, Diazepam
Golongan Obat Pengering

bertujuan menurunkan sekresi kelenjar


saliva, keringat, dan lendir di mulut
serta menurunkan efek
parasimpatolitik / paravasopagolitik
sehingga menurunkan risiko timbulnya
refleks vagal.

Contoh: sulfas atropine dan skopolamin.


 Total Intra Vena Anestesi
(TIVA)
 Anestesi Umum inhalasi Merupakan teknik anestesi
(Cuff) tanpa menggunakan agen
inhalasi, maintenance dengan
Merupakan anestesi
cara memasukkan obat
menggunakan agen inhalasi
intravena.
sebagai maintenance
melalui napas spontan dan
sungkup muka  Anestesi dengan Pipa
Endotrakea
Merupakan teknik anestesi
menggunakan pipa yang
dimasukkan ke dalam trakea.
INTUBASI ENDOTRAKEAL

adalah memasukan gas anestesi ke dalam trakea


melalui pipa yang di masukan melalui pipa yang di
masukan melalui laring [ tracheostoma ] ke dalam
trakea .
Memasukan pipa tersebut dapat melalui mulut,
[orotrakheal], hidung [nasotraheal] atau
trakheostoma dengan menggunakan Laringoskop.
Laringoskop berbentuk hurup L , pegangannya di
sebut HANDLE yang berisi batu batere dan yang
melengkung di sebut BLADE
INDIKASI INTUBASI ENDOTRAKHEAL

• Operasi kepala dan leher , misal craniatomi ,struma .


• Operasi intra thorakal
• Laparatomi
• Operasi dengan posisi lateral atau telungkup
• Bila di perkirakan akan sulit membebaskan jalan napas
• Pasien yang tidak di pusakan
• Prosedur operasi di ana anestesiologi harus jauh dari
pasien
• Operasi dengn ke mungkinan perdarahan banyak
• Pasien dengan keadaan umum buruk
• Tehnik anestesi yang khusus ; anestesi hipotensi ,
anestesi hipotermi ,
• Pedriatik
• Bila perlu IPPB [intermiten positif pressure breathing ]
• Non operatif [ resusitasi ]
Keuntungan:
o Jalan napas di jamin lancar
o Respirasi dapat di kendalikan, bila kita
memakai obat pelemas otot
o Mudah melakukan pengisapan sekret dari
paru paru
o Resiko aspirasi sekret, darah, muntahan
dapat di kurangi secara drastis

Kerugian:
o Dapat meningkatkan resistensi respirasi
o Trauma jalan nafas
Ekstubasi
adalah proses pengeluaran trakeal tube (TT)
dari saluran napas

Tujuan Ekstubasi
Menjaga agar pipa endotrakheal tidak
menimbulkan trauma.
Mengurangi reaksi jaringan laringeal dan
menurunkan resiko setelah ekstubasi
 Kriteria ekstubasi yang berhasil bila :
Vital capacity 10 – 15 ml/kg BB
Tekanan inspirasi diatas 20 cm H2O

PaO2 diatas 80 mm Hg
Kardiovaskuler dan metabolik stabil
Tidak ada efek sisa dari obat pelemas otot
reflek jalan napas sudah kembali (batuk,
gag) dan penderita sudah sadar penuh.
OBAT – OBAT ANESTESI UMUM
ANESTETIK INHALASI

NITROUS OKSIDA (N2O)


N2O merupakan satu – satunya agen
anestetik anorganik yang digunakan di klinik.
N2O memiliki sifat tidak berwarna, tidak
berbau, tidak mudah meledak, dan tidak
mudah terbakar. Tidak seperti agen
anestetik yang poten, N2O berbentuk gas
pada suhu ruangan dan tekanan ambien
(Morgan, 2006).
Penggunaan N2O menurunkan kebutuhan agen
volatil lain (65% N2O menurunkan MAC dari
agen volatil sampai 50%). N2O mempotensiasi
efek hambatan neuromuskuler (Morgan, 2006).
HALOTAN
Halotan merupakan derivat alkana
terhalogenasi. Ikatan trifluorokarbon akan
memberikan stabilitas secara molekuler,
sehingga tidak mudah terbakar dan meledak.
Pada suhu ruangan berbentuk cairan bening.
Bentuk uap dari halotan memiliki bau manis dan
tidak menyengat (Stoelting, 2006).
ENFLURAN
Enfluran merupakan metil etil eter terhalogenasi
yang pada suhu ruangan berbentuk cairan
bening, mudah menguap dan tidak mudah
terbakar. Enfluran memiliki bau menyengat.
Derajat kelarutan dalam darah sedang, potensi
tinggi, sehingga memiliki onset dan pemulihan
anestesi yang cepat (Stoelting, 2006).
ISOFLURAN
Isofluran merupakan metil etil eter terhalogenasi
yang pada suhu ruangan berbentuk cairan bening,
mudah menguap dan tidak mudah terbakar.
Isofluran memiliki bau menyengat. Derajat
kelarutan dalam darah sedang, potensi tinggi,
sehingga memiliki onset dan pemulihan anestesi
yang cepat (Stoelting, 2006).
SEVOFLURAN
Sevofluran merupakan metil isopropil eter
terfluorinasi. Sevofluran tidak berbau
menyengat, menghasilkan bronkhodilatasi dan
menyebabkan iritasi saluran pernapasan
minimal. Koefisien partisi gas : darah
menyebabkan induksi dan pemulihan anestesi
cepat setelah penghentian pemberian anestetik.
Produk degradasi utama adalah fluorometil – 2,
2 – difluoro – 1 – vinil eter (senyawa A) yang
menyebabkan kerusakan pada tubulus
proksimal ginjal (Stoelting, 2006).
Barbiturat
THIOPENTAL
Untuk penggunaan klinis, thiopental dibuat dalam
preparat larutan 2.5%. penggunaan sediaan 5% tidak
direkomendasikan. Larutan thiopental merupakan
larutan yang sangat basa (pH 10.5), stabil dan steril
sampai 6 hari . larutan ini kompatibel untuk di campur
dengan opioid, katekolamin, dan pelumpuh otot
(Stoelting, 2006).
Benzodiazepin
Benzodiazepin menggantikan barbiturat untuk
medikasi pre operatif dan menghasilkan sedasi
selama anestesi. Midazolam telah mengganti peran
diazepam yang diberikan pada periode selama
operasi untuk medikasi pre operatif dan sedasi intra
vena (Stoelting, 2006).
 Agen Penggunaan Rute Dosis (mg/kg)
Diazepam Premedikasi Oral 0.2 – 0.5*

Sedasi IV 0.04 – 0.2


IV
Induksi 0.3 – 0.6

Midazolam Premedikasi IM 0.07 – 0.15

Sedasi IV 0.01 – 0.1

Induksi IV 0.1 – 0.4

Lorazepam Premedikasi Oral 0.053

Sedasi IM 0.03 – 0.05**

IV 0.03 – 0.04**

Tabel 5. Penggunaan dan Dosis Benzodiazepin


•Maximum dosis 15 mg ** Tidak direkomendasikan untuk anak
 Ketamin
 Etomidat
 Propofol
Agen Penggunaan Pemberian Dosis
Ketamin Induksi IV 1 – 2 mg/ kg

IM 3 – 5 mg/ kg

Etomidat Induksi IV 0.2 – 0.5 mg/ kg


Propofol Induksi IV 1 – 2.5 mg/ kg

Pemeliharaan infus IV 50 – 200 mcg/ kg

Sedasi infus IV 25 – 100 mg/ kg

Droperidol Premedikasi IM 0.04 – 0.07 mg/ kg

Sedasi IV 0.02 – 0.07 mg/ kg

Antiemetik IV 0.05 mg/ kg*

Tabel 7. Penggunaan dan Dosis dari Ketamin, Etomidat, Propofol,


dan Droperidol
* dosis maksimum dewasa tanpa kedaruratan yang memanjang adalah
1.25 – 2.5 mg (Morgan, 2006)
OPIOID

Opioid menghasilkan analgesia yang unik


tanpa disertai kehilangan kesadaran,
propioseptif dan kebingungan. Klasifikasi
yang mudah dari opioid antara lain
membagi menjadi agonis opioid,
antagonis – agonis opioid dan antagonis
opioid (Stoelting, 2006).
Tabel 12. Pengunaan dan Dosis Opioid yang Umum

Agen Penggunaan Rute Dosis


Morfin Premedikasi IM 0.05 – 0.2 mg/ kg

Anestesi intraop IV 0.1 – 1 mg/ kg

Analgesia paskaop IM 0.05 – 0.2 mg/ kg

IV 0.03 – 0.15 mg/ kg

Pethidin Premedikasi IM 0.5 – 1 mg/ kg

Anestesi intraop IV 2.5 – 5 mg/ kg

Analgesia paskaop IM 0.5 – 1 mg/ kg

IV 0.2 – 0.5 mg/ kg

Fentanil Anestesi intraop IV 2 – 150 mcg/ kg

Analgesia paskaop IV 0.5 – 1.5 mcg/ kg


Sufentanil Anestesi intraop IV 0.25 – 30 mcg/ kg
Alfentanil Anestesi intraop
IV 8 – 100 mcg/ kg
Dosis loading

Infus pemeliharaan IV 0.5 – 3 mcg/ kg/ menit

Remifentanil Anestesi intraop


IV 1.0 mcg/ kg
Dosis loading
IV 0.5 – 20 mcg/ kg/ menit
Infus pemeliharaan
IV 0.05 – 0.3 mcg/ kg/ menit
Analgesia paskaop
OBAT EMERGENSY DAN RESUSITASI
JENIS OBAT :
•Obat-obatan yang digunakan pada resusitasi jantung paru

•Epinephrine (Adrenalin)
Dosis 1 mg i.v dapat diberikan / diulang setiap 3 – 5 menit,
dan dapat pula diberikan bertahap meningkat (Tappering Up)
dengan dosis 1-3-5 mg setiap 3 menit.
Indikasi pemberian :
asistole, VF (Ventricle Fibrilation), PEA (pulseless electrical activity)
dan EMD (Electro Mechanical Dissociation).
•Lidocain (lignocain, xylocain)
Dosis 1 – 1,5 mg mg/kgBB diberikan bolus i.v ulang 3 – 5 menit
dosis total 3 mg/kgBB.
•Atropin
Dosis 0,5 – 1 mg i.v dapat diulang dalam 3 – 5 menit
dosis total 0,3 – 0,4 mg/kgBB.
Digunakan pada bradikardi (denyut nadi < 60 x/ menit),
dengan tujuan untuk menurunkan tonus vagal dan
memperbaiki sistem konduksi atrioventrikuler.
•Obat-obatan untuk perbaikan sirkulasi

Cara pemberiannya dilakukan dengan cara titrasi pada jalur intravena

A.Dopamine
•Dosis 5 – 10 µg (dosis inotropik) untuk merangsang efek α dan β
adrenergik agar kontraktilitas miokard, curah jantung (cardiac
output) dan tekanan darah meningkat.

Dobutamine
Dosis : 2 – 10 µg/kgBB (maks. 20 µg/kgBB/menit)

•Metaraminol (Aramine)
Dosis : 0,4 mg/ml (100 mg / 250 ml), memperbaiki sirkulasi.

•Noradrenalin
Dosis : 3 mg (0,2 ml/menit), digunakan untuk memperbaiki
sirkulasi efek simpatomimetik.
Lain-lain

•Morphine
•Kortikosteroid Natrium Bikarbonat
•Kalsium Glukonat / Kalsium Klorida
•Nitropruside (Niprid)
•Nitroglycerin (NTG)
•.
Untuk persiapan induksi anestesi kita ingat kata
STATICS :
S : Scope Stetoskop, untuk mendengar suara paru dan jantung. laringo-scope. Pilih
bilah atau daun yang sesuai dengan usia pasien. lampu harus cukup terang.

T: Tubes Pipa trakea. pilih sesuai usia.

A: Airway Pipa mulut-faring ( Guedel, orotracheal airway ) atau pipa hidung-


faring ( naso-tracheal airway ). pipa ini untuk menahan lidah saat pasien tidak
sadar untuk menjaga supaya lidah tidak menyumbat jalan napas.

T: Tape Plaster untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut.

I : Introduser Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastik ( kabel) yang
mudah dibengkokan untuk memandu supaya pipa trachea mudah dimasukan.

C: Conector Penyambung antara pipa dan peralatan anestesia.

S: Suction Penyedot lendir, ludah dan lain-lainya.

Anda mungkin juga menyukai