Fraser AD. Ther Drug Monit. 2002 Shahrin L. J Int Med Res. 2020
DEFINISI AKI:
Penurunan mendadak laju filtrasi glomerulus yang ditandai dengan
peningkatan ureum dan kreatinin, serta penurunan volume urin.
DEFINISI?
Latar belakang: Kasus AKI Jakarta – Agustus 2022
▪ Peningkatan ureum-kreatinin (Sesuai dengan diagnosis gangguan ginjal akut) – mayoritas sangat tinggi
▪ Peningkatan d-dimer > 1000 , fibrinogen normal, PT/APTT normal saat awal masuk
▪ PCR SARS-COV-2 (3/39), Positif antibody SARS-COV-2 (58,7%) meskipun tidak pernah didiagnosis infeksi
COVID-19
▪ Mikroba yang telah diketahui memiliki kecenderungan menyebabkan AKI: Hantavirus, Leptospirosis, Rickettsia,
Dengue - NEGATIF
◦ USG ginjal: tidak ada kelainan bentuk dan ukuran ginjal, tidak ada masa di ginjal dan
saluran kemih maupun di luar yang menyebabkan sumbatan aliran urin
◦ CT/MRI kepala: tidak ada kelainan yang dapat menjelaskan penurunan kesadaran
(hanya pada 7 pasien)
16
Penelusuran Diagnosis Penyebab AKIPA
• Diagnosis tersering penyebab AKI sesuai usia:
1. Syok hipovolemik atau dehidrasi berat → tersingkir dari anamnesis tidak ada
kondisi tersebut dan pada pemeriksaan fisis tidak ada tanda gangguan
hemodinamik
2. Sindrom hemolitik uremik – terjadi sesudah diare → tersingkir karena SHU selalu
disertai trombositopenia, biopsi ginjal tidak sesuai dengan mikroangiopati
3. Glomerulonefritis akut post streptokokus → gejala awal umumnya gros
hematuria (warna urin kasat mata coklat kemerahan) – tidak sesuai
• Semua pasien mengalami demam, dan mengkonsumsi obat demam dari dokter membutuhkan ventilasi
• Dosis obat demam berkisar dari 15-30 ml • 9 pasien menjalani 2-3 sesi PD akut, 2 pasien
• 3-5 hari setelah demam, anak mengalami anuria • 6 orang meninggal dalam kurun waktu 2 minggu
• 7 pasien mengalami diare dengan dehidrasi ringan • 3 orang yang bertahan hidup memiliki sequelae
neurologis
• Anion gap dihitung pada 3 pasien dan terdapat peningkatan yang signifikan
• Kristal oksalat ditemukan pada 1 pasien
◦ Pada gagal ginjal, kristal ini dapat bertahan dalam urin selama 6-10 hari
~50% pasien dengan intoksikasi etilen glikol menujukkan kristal kalsium oksalat dalam urin
Adanya hipokalsemia dan kristal kalsium oksalat dalam urin sangat sugestif terhadap intoksikasi
etilen glikol
Natrium bikarbonat → berperan dalam mengoreksi asidosis dan mencegah perubahan glycolic dan asam oksalat
menjadi glycolate dan oxalate
Thiamin dan piridoksin → dapat digunakan sebagai koenzim dalam metabolisme glyoxylate menjadi senyawa
yang lebih tidak toksik
Fomepizole dan ethanol : memiliki afinitas tinggi terhadap enzim alcohol dehydrogenase dan dapat menghambat
metabolisme etilen glikol
Hemodialisis : metode paling efektif untuk menghilangkan etilen glikol dan metabolitnya, dapat menjadi pilihan
ketika pasien tidak merespon terhadap pengobatan lain
Kasus probabel
Kasus suspek ditambah dengan
◦ Tidak terdapatnya riwayat kelainan ginjal sebelumnya atau penyakit ginjal kronik
◦ Disertai/tanpa disertai gejala prodromal (demam, diare, muntah, batuk-pilek)
◦ Peningkatan ureum kreatinin (kreatinin > 1,5 kali atau naik senilai > 0,3 mg/dL)
◦ Pemeriksaan USG didapatkan bentuk dan ukuran ginjal normal, tidak ada kelainan
seperti batu, kista, atau massa
RRT (dialysis)
▪ Perfusi renal dengan dopamine dosis rendah → ternyata tidak terbukti dapat mencegah gagal
ginjal (stadium failure dari RIFLE), atau menurunkan kebutuhan dialisis dan mortalitas.