1. Definisi
Tanatologi adalah ilmu yang mempelajari kematian dan perubahan yang
terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.
Tanatologi merupakan ilmu paling dasar dan paling penting dalam ilmu
kedokteran kehakiman terutama dalam hal pemeriksaan jenazah (visum et
repertum).
2. Jenis-Jenis Kematian
Jenis kematian ada 5 yaitu :
a. Mati klinis / somatis
- Terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga system penunjang
kehidupan yaitu sistem pernafasan, kardiovaskuler, dan persarafan
- Ditandai dengan tidak adanya gerakan, refleks-refleks, EEG
mendatar selama 5 menit, serta tidak berfungsinya jantung dan
paru-paru.
- Organ organ belum tentu mati, masih bisa dimanfaatkan untuk
transplantasi.
b. Mati suri (apparent death)
- keadaan yang mirip dengan kematian somatis, akan tetapi
gangguan yang terdapat pada ketiga sistem bersifat sementara.
- Kasus seperti ini sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur,
tersengat aliran listrik dan tenggelam.
c. Mati seluler / molekuler
- Proses kematian organ/ jaringan setelah mati klinis.
- Waktu kematian tiap jaringan / organ berbeda. Otak merupakan
organ yang paling sensitif yaitu sekitar 3-5 menit. Jaringan otot
akan mengalami mati seluler setelah 4 jam dan kornea masih dapat
diambil dalam jangka waktu 6 jam setelah seseorang dinyatakan
mati somatis.
- Penentuan mati seluler ini terutama penting dalam hal transplantasi
organ.
d. Mati cerebral
- Yaitu proses kematian yang ditandai dengan kerusakan kedua
hemisfer otak dan serebellum, sedangkan kedua system penunjang
lainnya yaitu pernapasan dan kardiovaskuler masih berfungsi
dengan bantuan alat
e. Mati otak
- Bila terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intracranial yang
ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum
3. Manfaat Tanatologi
Kepentingan mempelajari tanatologi adalah untuk menetapkan :
a. Waktu kematian
b. Sebab kematian pasti
Contoh : keracunan CO akan terdapat kulit merah terang (terjadi
perubahan warna kulit)
Lokasi
Lebam Mayat
Bagian tubuh terbawah
Memar
Dimana saja
Permukaan
Batas
Warna
Penyebab
Efek penekanan
Bila dipotong
Mikroskopis
Enzimatik
Kepentingan
medicolegal
Tidak menimbul
Tegas
Kebiru biruan atau
merah keunguan, warna
spesifik pada kematian
karena kasus keracunan
Distensi kapiler vena
Bisa menimbul
Tidak tegas
Diawali dengan merah
yang lama kelamaan
berubah
seiring
bertambahnya waktu
Ekstravasasi darah dari
kapiler
akan Tidak ada efek penekanan
Bila
ditekan
memucat
Akan terlihat darah yang
terjebak antara pembuluh
darah,
tetesan
akan
perlahan lahan
Kaku mayat mulai tampak kira kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai
dari bagian luar tubuh (otot otot kecil) ke arah dalam (sentripetal).
Teori lama menyebutkan bahwa kaku mayat ini menjalar kraniokaudal.
Setelah mati klinis 12 jam, kaku mayat menjadi lengkap, dipertahankan
selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama.
Kaku mayat umumnya tidak disertai pemendekan serabut otot, tetapi
jika sebelum terjadi kaku mayat otot berada dalam posisi teregang,
maka saat kaku mayat terbentuk akan terjadi pemendekan otot.
Proses terjadinya kaku mayat dapat melalui beberapa fase :
- Fase pertama
Sesudah kematian somatik, otot masih dalam bentuk yang normal.
Tubuh yang mati akan mampu menggunakan ATP yang sudah
tersedia dan ATP tersebut diresintesa dari cadangan glikogen.
Terbentuknya kaku mayat yang cepat adalah saat dimana cadangan
glikogen dihabiskan oleh latihan yang kuat sebelum mati, seperti
mati saat terjadi serangan epilepsi atau spasme akibat tetanus,
tersengat listrik, atau keracunan strychnine.
- Fase kedua
Saat ATP dalam otot berada dibawah ambang normal, kaku akan
dibentuk saat konsentrasi ATP turun menjadi 85%, dan kaku mayat
akan lengkap jika berada dibawah 15%.
- Fase ketiga
Kekakuan menjadi lengkap dan irreversible.
- Fase keempat
Disebut juga fase resolusi. Saat dimana kekakuan hilang dan otot
menjadi lemas. Salah satu pendapat terjadinya hal ini dikarenakan
proses denaturasi dari enzim pada otot.
Metode yang sering digunakan untuk mengetahui ada tidaknya rigor
mortis adalah dengan melakukan fleksi atau ekstensi pada persendian
tersebut.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan terjadinya rigor mortis
Kondisi rata rata yang sering dialami pada rigor mortis :
- Jika tubuh mayat terasa hangat dan tidak kaku, maka orang itu sudah mati
tidak sampai 3 jam.
- Jika tubuh mayat terasa hangat dan kaku, maka orang itu sudah mati 3 8
jam lamanya.
- Jika tubuh mayat terasa dingin dan kaku, maka orang itu sudah mati 8 36
jam lamanya.
- Jika tubuh mayat terasa dingin dan tidak kaku, maka orang itu sudah mati
lebih dari 36 jam.
Bentuk - Bentuk dari Kekakuan yang Menyerupai Rigor Mortis
Heat Stiffening
- Yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein otot oleh panas.
- Protein pada otot akan terkoagulasi pada temperatur diatas 149 derajat
Fahrenheit atau 65 derajat celcius.
- Otot-otot berwarna merah muda, kaku, tetapi rapuh (mudah robek).
- Keadaan ini dapat dijumpai pada korban mati terbakar. pada heat
stiffening serabut-serabut ototnya memendek sehingga menimbulkan
fleksi leher, siku, paha, dan lutut membentuk sikap petinju (pugilistic
attitude).
- Heat stiffening ini tidak dapat dipatahkan dengan menggerakan ke arah
sikap ekstensi seperti halnya pada rigor mortis, dan akan menetap
sampai timbulnya pembusukan
Cold Stiffening
- Penurunan temperatur pada mayat dibawah 3,5 derajat celcius atau 40
derajat Fahrenheit akan menghasilkan memadatnya lemak subkutan dan
otot.
- Saat tubuh dibawa untuk dihangatkan, akan timbul true rigor mortis.
Membedakan orang mati karena kedinginan dengan orang yang telah mati
sebelum kedinginan :
Bila orang mati di kutub kematian terjadi karena kedinginan. Dingin
membuat suhu tubuhnya menjadi kaku, belum terjadi rigor mortis /
kaku mayat. Sehingga apabila nanti dihangatkan, tubuh mayat akan
lemas dan kemudian terjadi rigor mortis (kaku mayat).
Bila orang yang mati duluan, kemudian dibuang ditempat yang dingin
tubuh mayat yang dibuang akan tetap kaku karena udara dingin,
tetapi setelah dihangatkan tubuh mayat akan tetap lemas. Tidak akan
terjadi rigor mortis.
Cadaveric Spasm
- Cadaveric spasm terjadi pada kematian yang disebabkan jika seseorang
berada ditengah aktifitas fisik atau emosi yang kuat, yang kemudian
menuntun pada kekakuan post mortem instan yang sedikit kurang
dapat dipahami.
- Hal ini harus diawali dengan aktifitas saraf motorik. Biasanya terjadi
hanya pada 1 daerah otot, contohnya otot fleksor tangan, dibanding
seluruh tubuh. sesungguhnya merupakan kaku mayat yang timbul
dengan intensitas sangat kuat tanpa didahului oleh relaksasi primer.
- Penyebabnya adakah akibat habisnya cadangan glikogen dan ATP yang
bersifat setempat pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi
yang hebat sesaat sebelum meninggal.
Perbedaan antara rigor mortis dengan cadaveric spasm
Rigor Mortis
Cadaveric Spasm
Onset
Dikarenakan perubahan
Keadaan lanjut dari
otot sesudah kematian
kontraksi otot sesudah
seluler, didahului dengan
mati, dimana otot dalam
primary flaccidity
kondisi mati seketika
Otot yang
Semua otot dalam tubuh
Otot tertentu, sesuai
terlibat
keadaan kontraksi saat
mati
Intensity
Moderate
Sangat kuat
Durasi
12 24 jam
Beberapa jam, sampai
Faktor
predisposisi
Mekanisme
pembentukan
Hubungan
medikolegal
ditentukan oleh dua faktor yaitu sebab kematian dan lama waktu saat
suhu tubuh berada dibawah 70 derajat Fahrenheit.
Tanda awal pembusukan adalah tampak adanya warna hijau pada
kulit dan dinding perut depan, biasanya terletak pada sebelah kanan
fossa iliaca, dimana daerah tersebut merupakan daerah colon yang
mengandung banyak bakteri dan cairan. Warna ini terbentuk karena
perubahan hemoglobin menjadi sulpmethaemoglobin karena
masuknya H2S dari usus ke jaringan. Warna ini biasanya muncul
antara 12 18 jam pada keadaan panas dan 1 2 hari pada
keadaan dingin dan lebih tampak pada kulit cerah.
Warna hijau ini akan menyebar ke seluruh dinding perut dan alat
kelamin luar, menyebar ke dada, leher, wajah, lengan, dan kaki.
Rangkaian ini disebabkan karena luasnya distribusi cairan atau darah
pada berbagai organ tubuh.
Pada saat yang sama, bakteri yang sebagian besar berasal dari usus,
masuk ke pembuluh darah. Darah didalam pembuluh akan
dihemolisis sehingga akan mewarna pembuluh darah dan jaringan
penujang, memberikan gambaran marbled appearence. Warna ini
akan tetap ada sekitar 36 48 jam setelah kematian dan tampak jelas
pada vena superficial perut, bahu dan leher.
Pada saat perubahan warna pada perut, tubuh mulai membentuk gas
yang terdiri dari campuran gas tergantung dari waktu kematian dan
lingkungan. Gas ini akan terkumpul pada usus dalam 12 24 jam
setelah kematian dan mengakibatkan perut membengkak. Dari 24
48 jam setelah kematian, gas terkumpul dalam jaringan, cavitas
sehingga tampak mengubah bentuk dan membengkak. Jaringan
subkutan menjadi emphysematous, dada, skrotum, dan penis,
menjadi teregang. Mata dapat keluar dari kantungnya, lidah terjulur
diantara gigi dan bibir menjadi bengkak. Cairan berbusa atau mukus
berwarna kemerahan dapat keluar dari mulut dan hidung. Perut
menjadi sangat teregang dan isi perut dapat keluar dari mulut.
Sphincter relaksasi dan urine serta feses dapat keluar. Anus dan
uterus prolaps setelah 2 3 hari.
Gas terkumpul diantara dermis dan epidermis membentuk lepuh.
Lepuh tersebuh dapat mengandung cairan berwarna merah, keluar
dari pembuluh darah karena tekanan dari gas. Biasanya lepuh
terbentuk lebih dahulu dibawah permukaan, dimana jaringan
mengandung banyak cairan karena oedema hipostatik. Epidermis
menjadi longgar menghasilkan kantong berisi cairan bening atau
merah muda disebut skin slippage yang terlihat pada hari 2 3.
Antara 3 7 hari setelah kematian, peningkatan tekanan gas
pembusukan dihubungkan dengan perubahan pada jaringan lunak
yang akan membuat perut menjadi lunak. Gigi dapat dicabut dengan
mudah atau keropos. Kulit pada tangan dan kaki dapat menjadi
glove and stocking. Rambut dan kuku menjadi longgar dan mudah
dicabut.
5 10 hari setelah kematian, pembusukan bersifat tetap. Jaringan
lunak menjadi masa semisolid berwarna hitam yang tebal yang dapat
Terjadi kekeruhan kornea, kekeruhan ini akan akan menetap sejak kirakira 6 jam pasca mati