Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH AUGMENTATIF DAN KOMUNIKASI TERHADAP

KOMUNIKASI DAN DEPRESI PASIEN AFASIA MOTORIK

GAYA DAN SISTEMATIKA PENULISAN


- Sistematika pada penulisan jurnal ini sudah tersusun dengan baik dan jelas
mulai dari judul penelitian, nama, penulis, abstrak (konteks, tujuan
penelitian, desain, bahan dan metode penelitian, analisis statistik, hasil,
kesimpulan dan kata kunci). Yang sudah sesuai dengan standar penulisan
sebuah penelitian
- Tata bahasa yang digunakan dalam penulisan jurnal ini cukup mudah
dipahami sehingga memudahkan pembaca untuk mengerti bagaimana
penelitian tersebut dilaksanakan dan apa hasil yang diperoleh.
PENULIS
Penulis jurnal Pengaruh Augmentatif dan komunikasi Terhadap
Komunikasi Dan Depresi Pasien Afasia Motorik yaitu Amila, Ratna Sitorus
dan Tuti Herawati yang berasal dari program studi ilmu keperawatan sari
Mutiara Indonesia dan fakultas ilmu keperawatan universitas Indonesia

- Menurut penelaah dengan melihat latar belakang departemen para peneliti


berasal, maka para penulis tersebut mempunyai kualifikasi yang cukup di
bidang yang mereka teliti. Diamana background pendidikan yang mereka
kuasai sesuai dengan judul penelitian yang para peneliti ambil. Jadi semakin
menambah akuratan informasi yang disampaikan oleh peneliti tersebut
JUDUL PENELITIAN
Judul penelitian jurnal ini yaitu Pengaruh Augmentatif dan komunikasi
Terhadap Komunikasi Dan Depresi Pasien Afasia Motorik. Judul jurnal ini
cukup jelas, akurat, dan tidak ambigu, dan menggambarkan apa yang akan
diteliti sehingga pembaca mengerti dan memahami sekilas tentang apa yang
pembaca baca. Akan tetapi, pada judul penelitian ini juga dalam sistematika
menyebutkan jumlah minimal 12 kata pada judul artikel atau judul penelitian
yang ditulis di dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris tetapi pada judul
artikel atau judul halaman pada penelitian peneliti khususnya dalam Bahasa
Inggris jumlah kata lebih dari 12 kata .
ABSTRAK
Di dalam penulisan jurnal ini disebutkan dalam abstrak bahwa tujuan dari
penelitian ini adalah mengevaluasi pengaruh komunikasi dengan metode
Augmentative and Alternative Communication (AAC) terhadap kemampuan
fungsional komunikasi dan depresi pasien stroke dengan afasia motorik.
Tujuan tersebut sudah sesuai dengan judul penelitian yang dipilih yaitu

Mengevaluasi pengaruh komunikasi dengan metode Augmentative and


Alternative

Communication

(AAC)

terhadap

kemampuan

fungsional

komunikasi dan depresi pasien stroke dengan afasia motorik. Dan di dalam
abstrak telah disebutkan metode apa yang digunakan tetapi tidak menjelaskan
metode tersebut secara singkat, padat, dan jelas. Dan pada kata kunci, penulis
memasukan atau memaparkan kata kunci lebih dari 3 - 5 kata. Kata kunci pada
penelitian penulis adalah sekitar 10 kata, dan itu artinya kata kunci dari
penelitian penulis belum sesuai dengan sistematika penulisan penelitian dan
karena itu hal ini merupakan kekurangan pada penelitian ini. dan pada penulisan
abstrak, penulis sudah memenuhi kriteria untuk mencakup 200 250 kata pada
abstrak penelitian penulis.

PENDAHULUAN
Pada pendahuluan penelitian penulis sudah tercantum latar belakang
masalah tetapi untuk rumusan masalah dari masalah masalah yang ada pada
penelitian peneliti tidak dipaparkan atau disebutkan. Dan pada pendahuluan
juga penulis tidak memapaparkan manfaat diwaktu yang akan datang serta
dalam pendahuluan juga peneliti juga terlalu membuat pendahuluan yang terlalu
luas, yang mana pendahuluan tersebut merupakan telaahan pendalaman
kepustakaan. Dan dalam pendahuluan khususnya untuk tujuan penelitian,
peneliti juga tidak menjelaskan tujuan secara rinci . dan dalam jurnal juga tidak
terdapat tujuan khusus mengapa penelitian ini diadakan.

METODE PENELITIAN
Sedangkan pada metode penelitian, peneliti memakai metode penelitian
eksperimen semu ( Quasi-experimental method ) tetapi peneliti tidak
menjelaskan secara rinci metode penelitian tersebut untuk itu alangkah baiknya
peneliti menjelaskan metode penelitian tersebut secara rinci agar peneliti
peneliti lain dapat melakukan uji coba ulang dan metode penelitian eksperimen
semu yaitu eksperimen yang memiliki perlakuan ( treatments ), pengukuran
pengukuran dampak ( outcome measures ), dan unit-unit eksperimen
( experimental units ) namun tidak menggunakan penempatan acak. Metode
eksperimen semu juga belum atau tidak memiliki ciri ciri atau rancangan
eksperimen yang sebenarnya, karena variabel variabel yang seharusnya
dikontrol atau di manipulasi. Oleh sebab itu validitas penelitian menjadi kurang
cukup untuk disebut sebagai eksperimen yang sebenarnya. Untuk itu sebaiknya
peneliti lebih memakai metode penelitian yang dapat membantu dan
menguatkan penelitian peneliti agar hasil penelitian yang didapat lebih
maksimal dan akurat.
Dalam metode atau desain penelitian ini penulis mengambil populasi
sebanyak 21 orang dengan jumlah sampel 11 orang kelompok kontrol dan 10
orang kelompok

intervensi

yang ditetapkan dengan teknik consecutive

sampling. Kriteria inklusi sampel penelitian antara lain: pasien yang


didiagnosa strok hemoragik dan non hemoragik yang mengalami afasia

motorik.
Afasia

motorik

ditentukan

berdasarkan format

Frenchay

Aphasia

Screening Test (FAST), kesadaran komposmentis, pasien yang ditunggu


oleh

keluarganya

dan terlibat dalam latihan komunikasi, pasien dan

keluarga bersedia menjadi responden. Sedangkan kriteria ekslusif meliputi


pasien dengan disartria, mempunyai riwayat depresi sebelum strok, pasien
yang mendapat terapi antidepresan

dan

mengalami

peningkatan tekanan

intrakranial (adanya muntah proyektil, pusing, tekanan darah tidak stabil,


dan penurunan kesadaran). Serta kelompok intervensi diberikan AAC selama
10 hari.

HASIL PENELITIAN
Pada hasil penelitian data yang diperoleh

sudah ditulis dan

dikelompokkan pada tiap variabel yang telah ditetapkan. Dengan penulisan


data, dibentuk dalam tabel yang disertai penjelasan di bawah tabel yang sudah
dikelompokkan. Hal ini tertera dalam subbab hasil penelitian.

PEMBAHASAN PENELITIAN
Sedangkan untuk pembahasan atau analisisnya. Dari data yang diperoleh
menunjukan bahwa pengaruh yang tidak signifikan terhadap kemampuan

fungsional dapat disebabkan karena latihan komunikasi yang terlalu singkat


hanya 10 hari serta dengan sampel yang sedikit dapat mempengaruhi
ketidakefektifan terhadap kemampuan fungsional. Untuk itu sebaiknya peneliti
memberikan rentang waktu lebih lama untuk penelitian ini. Serta peneliti juga
mengunakan teori ataupun kutipan kutipan dari peneliti peneliti yang lain
yang tidak menguatkan hasil penelitian peneliti sendiri, untuk itu sebaiknya
peneliti dapat memaparkan teori teori ataupun kutipan kutipan yang dapat
menguatkan hasil penelitian peneliti. Dan pada pembahasan ini juga telah
dipaparkan bahwa peneliti memberikan kepada kedua kelompok
menilai

keparahan

afasia dan

berdasarkan tingkat

tanpa

gangguan, apakah

gangguan pada kata, kalimat atau simbol, sehingga dapat

memengaruhi

kemampuan fungsional komunikasi pasien afasia. Faktor lain seperti


kemampuan kognitif, usia lanjut, dan kehadiran beberapa anggota keluarga
yang mendampingi pasien berganti-ganti yang ditemukan pada hari kedelapan
dan sembilan (terdapat dua keluarga) yang bergantian menunggu pasien,
sehingga peneliti harus memberikan latihan dan penjelasan yang berulangulang kepada keluarga. Semua faktor ini tentunya dapat memengaruhi
kemampuan fungsional komunikasi pasien. Untuk seharusnya peneliti
harusnya menambahkan factor-faktor yang dapat mendukung ataupun
mengakuratkan hasil penelitian peneliti seperti usia yang dikelompokan dalam
dewasa , lansia, maupun manula, kemampuan bicara yang dikelompokan
dalam tidak gangguan bicara, mengalami gangguan bicara ringan, mengalami

gangguan bicara sedang, dan mengalami gangguan bicara berat, serta adanya
dukungan keluarga yang dikelompokan menjadi ada dukungan keluarga dan
tidak ada dukungan keluarga.
Dan yang telah dipaparkan juga yaitu Keterbatasan dalam penelitian ini
adalah subjek penelitian terlalu sedikit, karena tidak banyak terdapat kasus
seperti ini dan beberapa responden mengalami drop out. Penelitian ini tidak
dilakukan

pre test sehingga tidak bisa

membandingkan

kondisi

awal

dengan kondisi setelah melakukan intervensi. Waktu latihan selama 10 hari


tergolong singkat, sehingga tidak maksimal untuk memperbaiki kemampuan
komunikasi karena responden memiliki berat strok dan derajat keparahan
afasia yang bervariasi dalam hal waktu pemulihan bicara. Selain itu
instrumen yang
komunikasi
pada

digunakan

untuk

menilai

kemampuan fungsional

dan depresi ini walaupun sudah dilakukan interrater, tetapi

instrumen

kemampuan

membutuhkan acuan/ alat

yang

fungsional komunikasi
membuat

penilaian

masih

menjadi lebih

objektif diantara peneliti dan asisten peneliti. Untuk instrumen penilaian


depresi, tidak semuanya

dilakukan observasi dan ada beberapa item

observasi yang perlu dikembangkan agar penilaian observasi lebih objektif.


Pemberian komunikasi dengan AAC pada pasien strok dengan afasia motorik
mempunyai implikasi klinis dalam pelayanan keperawatan, yaitu
mampu

mengomunikasikan kebutuhannya

melalui

pemberian

pasien
buku

komunikasi, majalah, foto, musik/ lagu, dan alat tulis, sehingga dapat

menurunkan depresi pada pasien afasia motorik. Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa komunikasi merupakan
dasar

untuk

salah

satu

kebutuhan

mengekspresikan

pikiran,

pendapat, dan perasaan.

KESIMPULAN
Dan untuk kesimpulannya, Sebenarnya dalam pembahasan sudah
cukup dijelaskan mengenai kesimpulan dari data tiap variabel, yang akan
menjelaskan pengaruh
Alternative

komunikasi

Communication

dengan

(AAC)

metode Augmentative

terhadap

kemampuan

and

fungsional

komunikasi dan depresi pasien stroke dengan afasia motorik yaitu :


1. AAC berpengaruh secara bermakna terhadap depresi pada pasien strok
dengan afasia motorik, namun tidak berpengaruh secara bermakna terhadap
kemampuan fungsional komunikasi.
2. Hasil penelitian dengan AAC ini

dapat direkomendasikan

kepada

perawat sebagai salah satu intervensi keperawatan untuk memfasilitasi


komunikasi pasien afasia motorik, seperti

papan

gambar/ buku

komunikasi, Perawat dapat membuat Standar Operasional Prosedur (SOP)


terkait pemberian AAC pada pasien strok dengan afasia motorik.
Penggunaan terapi modalitas, seperti AAC dalam asuhan keperawatan
pada pasien strok dengan gangguan komunikasi perlu diperkenalkan
kepada mahasiswa selama pendidikan. Perlu melakukan penelitian

lebih lanjut mengenai pemberian komunikasi dengan AAC pada pasien


strok dengan afasia motorik menggunakan sampel yang lebih besar.
Dari subbab hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan sudah dapat
menjelaskan serta mengungkapkan maksud dari tujuan penelitian yang
dikemukakan pada abstrak. Akan tetapi penulis tidak mencantumkan saran yang
dapat membantu pembaca agar dapat mengetahui harapan peneliti dalam
penelitian peneliti tersebut. Dan peneliti juga tidak memberi rekomendasi
kepada instansi terkait yang berhubungan dengan penelitiannya. Dimana
nantinya dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

REFERENSI / DAFTAR PUSTAKA


Sistematika penulisan daftar pustaka yang dibuat sudah sesuai dengan
ketentuan pembuatan daftar pustaka dalam jurnal ilmiah. Dan literatur daftar
pustaka yang digunakan cukup menggunakan literatur baru yang berasal dari
jurnal-jurnal nasional maupun internasional yang telah dipublikasikan
sebelumnnya. Dimana informasi-informasi tentang pengetahuan tersebut dapat
diakui keakuratannya. Dan dapat memperkuat teori dengan penelitian yang
dilakukan.

PENUTUP

Meskipun terdapat beberapa kekurangan dalam jurnal penelitian ini,


namun secara langsung maupun tidak langsung. Penelitian ini
memberikan beberapa konstribusi atau masukan-masukan yang postif
dari berbagai sisi, serta menambah pengetahuan kepada pembaca. Dan
dapat pula dijadikan acuan untuk penelitian penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai