Anda di halaman 1dari 9

Laporan Pratikum

Dosen Pembimbing

Operasi Teknik Kimia II


Zuchra Helmawati, MT, Ph.D

HIDRODINAMIKA KOLOM PELAT

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4 C
FITRA NOVITA PUTRI

1407034126

MAWADDAH RAHMI NST

1407034856

NURUL ANNISA

1407034495

RIZKI MAULANA

1407034944

LABORATORIUM INSTRUKSIONAL DASAR-DASAR PROSES DAN


OPERASI PABRIK
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Tujuan Percobaan

1. Menentukan pressure drop dengan memvariasikan laju boil-up.


2. Mempelajari hubungan laju boil-up dengan pressure drop dan tingkat
foaming pada pelat.

1.2.

Dasar Teori
Hidrodinamika merupakan salah satu cabang ilmu yang berhubungan

dengan gerak liquid atau lebih dikhususkan pada gerak air. Skala atau lingkup
analisis ilmu ini adalah pada gerak partikel air atau dapat disebut dalam skala
makroskopik. Skala makroskopik disini memiliki maksud air tersusun dari
partikel-partikel fluida. Mengapa makroskopik karena partikel fluida bukan skala
terkecil air yakni atom. Lebih penting lagi bidang ini merupakan aplikasi
matematik bukan fisika. Karena berhubungan dengan perlakuan matematik dari
persamaan-persamaan dasar fluida kontinyu berbasis hukum-hukum newton. Jadi
objek yang dijadikan bahan analisa merupakan fluida newton (yazid, 2011).
Hidrodinamika kolom pelat merupakan proses destilasi yang bertujuan
mempelajari kondisi kolom dan pressure drop yang terjadi di dalam kolom.
Percobaan ini bertujuan untuk mengukur laju boil-up dan pressure drop pada
kolom pelat serta membuat kurva hubungan laju boil-up terhadap pressure drop
dan dapat membandingkan tingkat foaming pada pelat (Mc Cabe, 1989).
Dalam mempelajari hidrodinamika, kita akan mengenal istilah hidrolika.
Hidrolika berasal dari bahasa Yunani hyidraulikos yang bila dipecah persuku kata
menjadi hydro yang berarti air dan aulos berarti pipa. Secara sederhana hidrolika
adalah salah satu topik dalam cabang ilmu yang berurusan dengan sifat fisis fluida
(hidrodinamika) yang mempelajari aliran air secara mikro dan secara makro.
Hidrodinamika akan meletakkan dasar-dasar teori hidrolika yang difokuskan pada

rekayasa sifat-sifat fluida (seperti densitas, viskositas, tegangan permukaan,


kemampuan pemampatan) serta perilaku fluida (kecepatannya).
Dalam pemanfaatannya, hidrolika digunakan untuk kontrol, pembangkit,
dan perpindahan energi melalui fluida yang mampu dimampatkan. Ditinjau dari
mekanika alirannya, terdapat dua macam aliran untuk hidrolika. Pertama adalah
aliran saluran terbuka, dan kedua aliran saluran tertutup. Kedua aliran tersebut
pada hakikatnya adalah sama, namun ada sedikit perbedaan diantara keduanya.
Perbedaannya yaitu pada saluran terbuka ia akan memiliki permukaan bebas,
sedangkan aliran saluran tertutup tidak memiliki permukaan bebas akibat air yang
akan langsung mengisi seluruh penampang saluran. Dengan kata lain, saluran
terbuka berhubungan langsung dengan atmosfer dan saluran tertutup tidak
berhubungan langsung dengan atmosfer (yazid, 2011).
Metode ini merupakan unit operasi kimia jenis perpindahan massa.
Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masingmasing komponen akan menguap pada titik didihnya. Salah satu penerapan
terpenting dari metode destilasi adalah pemisahan minyak mentah menjadi
bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti untuk transportasi, pembangkit
listrik dan lain-lain. Destilasi juga telah digunakan sejak lama untuk pemekatan
alcohol, industry food , dan dalam laboratory scale.
Zat air mengalir melintasi plat dan melewati weir ke downcomer menuju ke
pelat di bawahnya. Uap mengalir melalui lubang-lubang pada pelat yang mengisi
sebagian besar ruang yang terdapat antara kedua downcomer. Aliran uap
memerlukan adanya perbedaan tekanan agar dapat melewati lubang-lubang pada
pelat dan zat cair diatas pelat. Tekanan yang diperlukan itu diadakan pada reboiler
yang membangkitkan uap pada tekanan yang cukup tinggi untuk mengatasi
penurunan tekanan di dalam kolom dan kondenser. Penurunan tekanan melintasi
pelat merupakan jumlah penurunan tekanan akibat rugi gesekan pada lubang dan
penurunan karena zat cair yang terperangkap di atas plat (Mc Cabe, 1989).
Pada kondisi normal, kecepatan uap sangat tinggi sehingga membentuk
campuran zat cair dan uap yang membuih (foaming). Jika kecepatan uap
meningkat, maka penurunan tekanan menyeluruh (pressure drop overall) juga

meningkat. Kecepatan uap tersebut dapat dikontrol dengan mengatur laju boil-up.
Penurunan tekanan menyeluruh (pressure drop overall) diperlukan untuk
menentukan tekanan dan suhu di dalam reboiler. Penurunan tekanan per pelat
diperlukan untuk memastikan bahwa pelat itu beroperasi sebagaimana mestinya
(tanpa weeping ataupun flooding) (Mc Cabe, 1989).
Flooding merupakan akibat dari akumulasi cairan secara berlebihan di
dalam kolom. Pada laju alir cairan yang rendah, tray beroperasi pada spray
regime (regim pancar). Pada rejim ini, cairan tersebar sebagai butiran-butiran yang
dikelilingi uap. Jika laju uap terus ditingkatkan, suatu saat dapat tercapai suatu
kondisi dimana butiran-butiran cair akan terbawa aliran uap. Akibatnya, cairan
akan berpindah ke tray sebelah atas. Jika peristiwa ini terjadi terus menerus,
cairan akan terakumulasi di dalam kolom. Pada laju cairan yang tinggi, dispersi
cairan di atas tray membentuk buih. Dalam hal ini, kolom dikatakan beroperasi
pada regim buih. Uap tersebar sebagai gelembung-gelembung yang dikelilingi
oleh cairan. Berikut adalah merupakan bagian bagian proses dan alat pemisahan
pada percobaan hidrodinamika kolom pelat yaitu :
1. Tray Tower
Tray tower merupakan bejana vertikal dimana cairan dan gas dikontakkan
melalui plate-plate yang disebut sebagai tray. Fungsi dari penggunaan tray adalah
untuk memperbesar kontak antara cairan dan gas sehingga komponen dapat
dipisahkan sesuai dengan rapat jenisnya, dalam bentuk gas atau cairan. Jumlah
tahapan atau tray dalam suatu kolom tergantung pada tingginya kesulitan
pemisahan zat yang akan dilakukan dan juga ditentukan berdasarkan perhitungan
neraca massa dan kesetimbangan. Efisiensi dan jumlah tray yang sebenarnya
ditentukan oleh desain yang digunakan dan kondisi operasi, sedangkan diameter
kolom bergantung pada jumlah gas dan cairan yang melewati kolom per unit
waktu. Untuk mendapatkan produk yang baik diperlukan alat kontak antara uap
dengan cairan. Beberapa jenis alat kontak antara uap dengan cairan adalah bubble
cap tray, grid tray, sieve tray dan valve tray (Ema. 2013).
2.

Sieve Tray

Sieve tray merupakan jenis tray yang paling sederhana dibandingkan jenis
tray yang lain dan lebih murah daripada jenis bubble cap. Pada Sieve tray uap
naik ke atas melalui lubang-lubang pada plate dan terdispersi dalam cairan
sepanjang plate. Cairan mengalir turun ke plate di bawahnya melalui down comer
dan weir. Sieve tray pada kolom destilasi dirancang agar uap-hasil yang mengalir
naik mengalami kontak intim dengan arus zat cair yang mengalir ke bawah. Untuk
melihat skema kerja sieve tray pada kolom destilasi dapat dilihat pada Gambar 1.1
dan Gambar 1.2 berikut ini :

Gambar 1.1. Kolom sieve tray (Ema. 2013)

Gambar 1.2 Sieve Tray pada Kolom Distilasi (Ema. 2013)

Meskipun sive tray mempunyai kapasitas yang lebih besar pada kondisi
operasi yang sama dibandingkan dengan bubble cap, namun sieve tray
mempunyai satu kekurangan yang cukup serius pada kecepatan uap yang relatif
lebih rendah dibandingkan pada kondisi operasi normal. Pada sieve tray, aliran
uap berfungsi mencegah cairan mengalir bebas ke bawah melalui lubang-lubang,
tiap plate di desain mempunyai kecepatan uap minimum yang mencegah
terjadinya peristiwa dumps atau shower yaitu suatu peristiwa dimana cairan
mengalir bebas mengalir ke bawah melalui lubang-lubang pada plate (Kister,
1992).

BAB II
METODOLOGI
2.1. Alat dan bahan
Alat :
a. Satu set alat sieve tray tower
b. Gelas ukur 100 mL
c. Stopwatch
Bahan :
a. Etanol
b. Aquades
2.2. Prosedur Kerja
a. Semua valve dipastikan dalam keadaan tertutup.

b. Valve V10 pada pipa refluks dibuka.


c. Reboiler diisi dengan campuran etanol dan aquades dengan perbandingan
3:7 sebanyak 10 L.
d. Hidupkan power yang terdapat pada control panel.
e. Arahkan set temperature ke T9 ( temperature reboiler ).
f. Valve V5 dibuka agar air pendingin dapat mengalir ke kondensor ( laju alir
kira-kira 3 L/min ).
g. Power controller diputar ke angka 0,8 kW.
h. Amati temperature T9.
i. Lakukan refluk total selama 10 menit jika temperature T9 sudah konstan.
j. Setelah konstan, valve V3 dibuka untuk mengukur laju boil-up ( sebelum
mengukur laju boil-up, buka sebagian V3 dan keluarkan kondensat dari
system refluk sampai diperoleh aliran yang steady ).
k. Valve V6 dan valve V7 dibuka untuk mengukur pressure drop pada
manometer ( valve V6 terlebih dahulu dibuka dan kemudian valve V7
dibuka agar uap tidak masuk ke manometer ).
l. Percobaan diulangi dengan power input yang berbeda ( 1,0; 1,25; 1,5 kW).

DAFTAR PUSTAKA

Irianty, R.S., Padil, Syarfi, Yelmida, Yenie, E., Zahrina, I., 2016,

Penuntun

Praktikum Operasi Teknik Kimia II, Pekanbaru : laboratorium Dasar-Dasar


Proses Program D3 Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Riau
Mc Cabe, W.L. J.C Smith dan Peter Harriot, 1989, Operasi Teknik Kimia Jilid 2,
Edisi Keempat, Jakarta: Erlangga
Ritonga, Yusuf., 2013, . Destilasi Praktis, http://www.scribd.com/doc/129540602/
kimia-yusuf2/, 1 April 2016

Anda mungkin juga menyukai