Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Landasan Teori
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan

alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan indera
peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah
termometer untuk mengukur suhu dengan valid. Berbagai jenis termometer dibuat
berdasarkan pada beberapa sifat termometrik zat seperti pemuaian zat padat,
pemuaian zat cair, pemuaian gas, tekanan zat cair, tekanan udara, regangan zat
padat, hambatan zat terhadap arus listrik, dan intensitas cahaya (radiasi
benda) (Sofia, 2014).
Meskipun ilmu panas berkaitan erat dengan mekanik, sehingga misalnya
timbul istilah termodinamika, namun gejala panas bukanlah gejala mekanika;
maksudnya, gejala panas diindera melalui perabaan, bukannya melalui
penglihatan seperti halnya mekanika. Jadi besaran panas bukanlah besaran
mekanis, dan satuan panas bukanlah satuan mekanis.
Satuan joule tidak boleh dijadikan satuan tenaga meskipun antara kedua
satuan itu ada hubungannya dalam wujud kesetaraan. Seperti dikatakan di atas,
keadaan

panas

diindera

melalui

perabaan.

Dengan

meraba

dapat

ditentukan derajat panas atau suhu atau temperatur dua benda secara kualitatif,
yakni dapat diketahui bahwa suhu satu benda lebih tinggi atau lebih rendah
daripada suhu benda lain (Sofia, 2014).
Tetapi kepekaan syaraf peraba seperti halnya syaraf pendengaran maupun
syaraf penglihatan, amatlah terbatas, tidak mampu membedakan beda suhu yang
sedikit saja. Untuk itu perlu diciptakan alat ukur suhu yang dinamakan
termometer, yang didasarkan atas perubahan keadaan fisis akibat pemanasan
(Sofia, 2014).

1.1.1 Termometer Cairan


Termometer air raksa atau cairan, adalah didasarkan atas pemuaian oleh
panas. Pembuatan termometer pertama kali dipelopori oleh Galileo Galilei (1564
1642) pada tahun 1595. Alat tersebut disebut dengan termoskop yang berupa
labu kosong yang dilengkapi pipa panjang dengan ujung pipa terbuka. Mula-mula
dipanaskan sehingga udara dalam labu mengembang. Ujung pipa yang terbuka
kemudian dicelupkan kedalam cairan berwarna. Ketika udara dalam tabu
menyusut, zat cair masuk kedalam pipa tetapi tidak sampai labu. Beginilah cara
kerja termoskop. Untuk suhu yang berbeda, tinggi kolom zat cair di dalam pipa
juga berbeda.
Tinggi kolom ini digunakan untuk menentukan suhu. Prinsip kerja
termometer buatan Galileo berdasarkan pada perubahan volume gas dalam labu.
Tetapi dimasa ini termometer yang sering digunakan terbuat dari bahan cair
misalnya raksa dan alkhohol. Prinsip yang digunakan adalah pemuaian zat cair
ketika terjadi peningkatan suhu benda.
Raksa digunakan sebagai pengisi termometer karena raksa mempunyai
keunggulan : raksa penghantar panas yang baik, pemuaiannya teratur, titik
didihnya tinggi, warnanya mengkilap, dan tidak membasahi dinding, sedangkan
keunggulan

alkhohol

adalah : titik bekunya

rendah, harganya

murah,

dan pemuaiannya 6 kali lebih besar dari pada raksa sehingga pengukuran mudah
diamati (Purba, 2012).
Pada abad 17 terdapat 30 jenis skala yang membuat para ilmuan
kebingungan. Hal ini memberikan inspirasi pada Anders Celcius (1701 1744)
sehingga pada tahun 1742 dia memperkenalkan skala yang digunakan sebagai
pedoman pengukuran suhu. Skala ini diberi nama sesuai dengan namanya yaitu
Skala Celcius. Apabila benda didinginkan terus maka suhunya akan semakin
dingin dan partikelnya akan berhenti bergerak, kondisi ini disebut kondisi nol
mutlak.

Skala Celcius tidak bisa menjawab masalah ini maka Lord Kelvin(1842
1907) menawarkan skala baru yang diberi nama Kelvin. Skala kelvin dimulai dari
273 K ketika air membeku dan 373 K ketika air mendidih. Sehingga nol mutlak
sama dengan 0 K atau -273C. Selain skala tersebut ada juga skala Reamur dan
Fahrenheit. Untuk skala Reamur air membeku pada suhu 0R dan mendidih pada
suhu 80R sedangkan pada skala Fahrenheit air membuka pada suhu 32F dan
mendidih pada suhu 212F (Purba, 2012).
1.1.2 Termocouple
Berasal dari kata Thermo yang berarti energi panas dan Coupleyang
berarti pertemuan dari dua buah benda. Termokopel adalah transduser aktif suhu
yang tersusun dari dua buah logam berbeda dengan titik pembacaan pada
pertemuan kedua logam dan titik yang lain sebagai outputnya (Purba, 2014).
Termokopel adalah sensor suhu yang banyak digunakan untuk mengubah
perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik (voltase).
Termokopel yang sederhana dapat dipasang, dan memiliki jenis konektor standar
yang sama, serta dapat mengukur temperatur dalam jangkauan suhu yang cukup
antara -200oC sampai 1800oC dengan batas kesalahan pengukuran kurang dari 1
C (Asih, 2011).
Prinsip kerja termokopel secara sederhana berupa dua buah kabel dari jenis
logam yang berbeda ujungnya, hanya ujungnya saja, disatukan (dilas). Titik
penyatuan ini disebut hot junction. Prinsip kerjanya memanfaatkan karakteristik
hubungan antara tegangan (volt) dengan temperatur. Setiap jenis logam, pada
temperatur tertentu memiliki tegangan tertentu pula. Pada temperatur yang sama,
logam A memiliki tegangan yang berbeda dengan logam B, terjadilah perbedaan
tegangan (kecil sekali, miliVolt) yang dapat dideteksi (Asih, 2011).
Jika sebuah batang logam dipanaskan pada salah satu ujungnya maka pada
ujung tersebut elektron-elektron dalam logam akan bergerak semakin aktif dan
akan menempati ruang yang semakin luas, elektron-elektron saling desak dan
bergerak ke arah ujung batang yang tidak dipanaskan. Dengan demikian pada
ujung batang yang dipanaskan akan terjadi muatan positif (Asih, 2011).

Kerapatan elektron untuk setiap bahan logam berbeda tergantung dari jenis
logam. Jika dua batang logam disatukan salah satu ujungnya, dan kemudian
dipanaskan, maka elektron dari batang logam yang memiliki kepadatan tinggi
akan bergerak ke batang yang kepadatan elektronnya rendah, dengan demikian
terjadilah perbedaan tegangan diantara ujung kedua batang logam yang tidak
disatukan atau dipanaskan. Besarnya termolistrik atau gem ( gaya elektromagnet )
mengalir dari titik hot-juction ke cold-junction atau sebaliknya. Setelah terdeteksi
perbedaan tegangan (volt). Beda tegangan ini linear dengan perubahan arus,
sehingga nilai arus ini bisa dikonversi kedalam bentuk tampilan display. Sebelum
dikonversi, nilai arus di komparasi dengan nilai acuan dan nilai offset di bagian
komparator, fungsinya untuk menerjemahkan setiap satuan amper ke dalam satuan
volt kemudian dijadikan besaran temperatur yang ditampilkan melalui
layar/monitor berupa tujuh segmen yang menunjukkan temperatur yang dideteksi
oleh termokopel.

Gambar 1.1 Termokopel


Termokopel diberi tanda dengan hurup besar yang mengindikasikan
komposisinya berdasar pada aturan American National Standard Institute (ANSI),
seperti dibawah ini :

Tabel 1.1 Sifat dari beberapa tipe termokopel pada 25oC


Tipe
E
J
K
T
R
S
B

Material( + dan -)
Ni-Cr dan Cu-Ni
Fe dan Cu-Ni
Ni-Cr dan Ni-Al
Cu dan Cu-Ni
Pt dan Pt(87%)-Rh(13%)
Pt dan Pt(90%)-Rh(10%)
Pt(70%)-h(30%)dan

Temp.Kerja(C)
-270 ~ 1000
-210 ~ 1200
-270 ~ 1350
-270 ~ 400
-50 ~ 1750
-50 ~ 1750
-50 ~ 1750

Sensitivitas(V/C)
60.9
51.7
40.6
40.6
6
6
6

Pt(94%)-Rh(6%)
(Sumber: Purba, 2012)
Tipe-Tipe dari Termokopel
Tersedia beberapa jenis termokopel, tergantung aplikasi penggunaannya
yaitu (Purba, 2012):
1. Tipe K (Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel (Ni-Al alloy))
Termokopel untuk tujuan umum. Lebih murah. Tersedia untuk rentang
suhu 200 C hingga +1200 C, sensitivitas adalah sekitar 41 V/C.
2. Tipe E (Chromel / Constantan (Cu-Ni alloy)
Tipe E memiliki output yang besar (68 V/C) membuatnya cocok
digunakan pada temperatur rendah. Properti lainnya tipe E adalah tipe non
magnetik.
3. Tipe J (Iron / Constantan)
Rentangnya terbatas (40 hingga +750 C) membuatnya kurang populer
dibanding tipe K. Tipe J memiliki sensitivitas sekitar ~52 V/C
4. Tipe N (Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) / Nisil (Ni-Si alloy)
Stabil dan tahanan yang tinggi terhadap oksidasi membuat tipe N cocok
untuk pengukuran suhu yang tinggi tanpa platinum. Dapat mengukur suhu
di atas 1200 C. Sensitifitasnya sekitar 39 V/C pada 900 C, sedikit di
bawah tipe K. Tipe N merupakan perbaikan tipe K.
Termokopel tipe B, R, dan S adalah termokopel logam mulia yang
memiliki karakteristik yang hampir sama. Mereka adalah termokopel yang
paling stabil, tetapi karena sensitifitasnya rendah (sekitar 10 V/C)
mereka biasanya hanya digunakan untuk mengukur temperatur tinggi
(>300 C).
5. Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh)

Cocok mengukur suhu di atas 1800 C. Tipe B memberi output yang sama
pada suhu 0 C hingga 42 C sehingga tidak dapat dipakai di bawah suhu
50 C.
6. Type R (Platinum /Platinum with 7% Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas 1600 C. sensitivitas rendah (10 V/C) dan
biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum.
7. Type S (Platinum /Platinum with 10% Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas 1600 C. sensitivitas rendah (10 V/C) dan
biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum.
Karena stabilitasnya yang tinggi Tipe S digunakan untuk standar
pengukuran titik leleh emas (1064.43 C).
8. Type T (Copper / Constantan)
Cocok untuk pengukuran antara 200 to 350 C. Konduktor positif terbuat
dari tembaga, dan yang negatif terbuat dari constantan. Sering dipakai
sebagai alat pengukur alternatif sejak penelitian kawat tembaga. Tipe T
memiliki sensitifitas ~43 V/C.
1.1.3 Efek Termoelektrik
Termoelektrik

adalah

teknologi

yang

bekerja

dengan

mengkonversi energi panas menjadi listrik secara langsung


(generator

termoelektrik),

menghasilkan

dingin

atau

(pendingin

sebaliknya,

dari

termoelektrik).

listrik
Untuk

menghasilkan listrik, material termoelektrik cukup diletakkan


sedemikian rupa dalam rangkaian yang menghubungkan sumber
panas dan dingin. Dari rangkaian itu akan dihasilkan sejumlah
listrik sesuai dengan jenis bahan yang dipakai. Efek termoelektrik
dipengaruhi oleh tiga efek yg berbeda yaitu :
a) Efek seebeck
Jika 2 buah logam yang berbeda disambungkan salah satu
ujungnya, kemudian diberikan suhu yang berbeda pada
sambungan, maka terjadi perbedaan tegangan pada ujung
yang satu dengan ujung yang lain. Fenomena ini pertama kali
ditemukan oleh Seebeck sehingga disebut efek Seebeck atau

umumnya

dikenal

dengan

nama

prinsip

termokopel.

Tegangan yang dihasilkan ini sebanding dengan perbedaan


temperatur diantara dua junction. Semakin besar perbedaan
temperatur, semakin besar tegangan diantara junction. Dari
fenomena ini, kita dapat menentukan koefisien Seeback.
V
S = T
dengan V adalah perubahan tegangan, S adalah koefisien
seebeck, dan T adalah perubahan suhu (Asih, 2011).
b) Efek Peltier
Penemuan Seebeck memberikan inspirasi pada Jean Charles
Peltier untuk melihat kebalikan dari fenomena tersebut. Dia
mengalirkan listrik pada dua buah logam yang direkatkan
dalam sebuah rangkaian. Ketika arus listrik dialirkan, terjadi
penyerapan panas pada sambungan kedua logam tersebut
dan

pelepasan

panas

pada

sambungan

yang

lainnya.

Pelepasan dan penyerapan panas ini saling berbalik begitu


arah arus dibalik. Penemuan yang terjadi pada tahun 1934 ini
kemudian dikenal dengan efek Peltier (Asih,2011).
c) Efek Thomson
Efek Thomson menyatakan bahwa terdapat penyerapan atau
pelepasan panas bolak-balik dalam penghantar homogen
yang terkena perbedaan panas dan perbedaan listrik secara
simultan.

Didapat

bahwa

gradien

potensial

hasil

dari

perbedaan temperatur adalah positif searah dengan gradien


temperatur.

Pada

praktikum

ini

digunakan

material

semikonduktor yang saling terhubung. Dalam Semikonduktor


tipen,

elektron

bertindak

sebagai

pembawa

muatan

mayoritas.
Sebaliknya, pada semikonduktor tipep, jumlah elektron
sangat sedikit. Ketika elektron berpindah ke tingkat energi

yang

lebih

tinggi,

tempat

yang

ditinggalkan

elektron

kemudian disebut sebagai hole. Hole bertindak sebagai


pembawa muatan positif. Karena satu elektron bergerak, dia
meninggalkan sebuah hole yang kemudian akan diisi oleh
elektron lain. Satu elektron berpindah untuk mengisi hole tadi
dan meninggalkan hole baru. Hal ini mengakibatkan hole
tampak bergerak ke arah yang berlawanan dengan arah
elektron. Dalam semikonduktor tipep, pembawa muatan
mayoritas adalah hole (Asih, 2011)
1.2

Tujuan

Menggunakan beberapa alat ukur temperatur.


Menentukan karakteristik temperatur atau tegangan yang dihasilkan
oleh perbedaan temperatur.

Anda mungkin juga menyukai