Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO BUNUH DIRI

DIRUANG MERANTI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SAMBANG


LIHUM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

OLEH
Framita Rusadi, S.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PROGRAM


PROFESI NERS A
BANJARMASIN, 2015

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO BUNUH DIRI


A. Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien
untuk mengakhiri kehidupannya. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan
Bongar (2000), bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
1. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
2. Bunuh diri dilakukan dengan intensi
3. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
4. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung
(pasif), misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan
kelangsungan hidup atau secara sengaja berada di rel kereta api.
Tanda dan gejala :
1. Sedih
2. Marah
3. Putus asa
4. Tidak berdaya
5. Memberikan isyarat verbal maupun non verbal
6. Mempunyai ide untuk bunuh diri
7. Mengungkapkan keinginan untuk mati
8. Impulsif
9. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( menjasi sangat patuh)
10. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
11. Status emosional ( harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah,
mengasingkan diri)
12. Kesehatan mental ( secara klinis klien terlihat sangat depresi, psikosis,
dan menyalahgunakan alkohol)
B. Penyebab
Secara universal: karena ketidakmampuan individu untuk menyelesaikan
masalah. Terbagi menjadi:
1. Faktor Genetik
Faktor genetik (berdasarkan penelitian):
a. 1,5 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri terjadi pada individu
yang menjadi kerabat tingkat pertama dari orang yang mengalami
gangguan mood/depresi/ yang pernah melakukan upaya bunuh diri.

b. Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari pada kembar dizigot.
2.

Faktor Biologis lain


Biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis tertentu, misalnya:
a. Stroke
b. Gangguuan kerusakan kognitif (demensia)
c. DiabetesPenyakit arteri koronaria
d. Kanker
e. HIV / AIDS
3. Faktor Psikososial & Lingkungan
a. Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa
kehilangan objek berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan
negatif thd diri, dan terakhir depresi.
b. Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif yang
berkembang, memandang rendah diri sendiri.
c. Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan,
kurangnya sistem pendukung sosial
C. Akibat
Resiko bunuh diri dapat megakibatkan sebagai berikut :
1. Keputusasaan
2. Menyalahkan diri sendiri
3. Perasaan gagal dan tidak berharga
4. Perasaan tertekan
5. Insomnia yang menetap
6. Penurunan berat badan
7. Berbicara lamban, keletihan
8. Menarik diri dari lingkungan social
9. Pikiran dan rencana bunuh diri
10. Percobaan atau ancaman verbal

D. Rentang respon rentang respon protektfi diri


Respon adaptif
peningkatan
pengambilan

respon maladaptif
pencederaan bunuh diri

perilaku

diri

resiko yang

destruktif-diri diri

meningkatkan

tidak

pertumbuhan

langsung

Keterangan:
1. Peningkatan diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar
terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh
seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai
loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
2. Beresiko destruktif
Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku
destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya
dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat
bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal
sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
3. Destruktif diri tidak langsung
Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap
situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya,
karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka
seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan
tidak optimal.
4. Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri akibat
hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
5. Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya
hilang.
Perilaku bunuh diri menurut (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria,
Nita, 2009) dibagi menjadi tiga kategori yang sebagai berikut.
1. Upaya bunuh diri (scucide attempt)
sengaja melakukan kegiatan menuju bunuh diri dan bila kegiatan itu
sampai tuntas akan menyebabkan kematian. Kondisi ini terjadi setelah
tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan. Orang yang hanya berniat
melakukan upaya bunuh diri dan tidak benar-benar ingin mati mungkin
akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada
waktunya.
2. Isyarat bunuh diri (suicide gesture)

bunuh diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi perilaku


orang lain.
3. Ancaman bunuh diri (suicide threat)
suatu peringatan baik secara langsung verbal atau nonverbal bahwa
seseorang sedang mengupayakan bunuh diri. Orang tersebut mungkin
menunjukkan secara verbal bahwa dia tidak akan ada di sekitar kita
lagi atau juga mengungkapkan secara nonverbal berupa pemberian
hadiah, wasiat, dan sebagainya. Kurangnya respon positif dari orang
sekitar dapat dipersepsikan sebagai dukungan untuk melakukan
tindakan bunuh diri.
E. Faktor Predisposisi
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku
destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
1. Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara
bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang
dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri
adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
2. Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
3. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian.
Kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi
yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah,
respons seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
4. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh
diri.
5. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin,
adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
rekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).

F. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan

Resiko bunuh diri


Harga diri rendah
G. Masalah Keperawatan dan Data
1. Pengkajian Faktor Resiko Perilaku bunuh Diri
a. Jenis kelamin: resiko meningkat pada pria
b. Usia: lebih tua, masalah semakin banyak
c. Status perkawinan: menikah dapat menurunkan resiko, hidup sendiri
merupakan masalah.
d. Riwayat keluarga: meningkat apabila ada keluarga dengan percobaan
bunuh diri / penyalahgunaan zat.
e. Pencetus ( peristiwa hidup yang baru terjadi): Kehilangan orang yang
dicintai, pengangguran, mendapat malu di lingkungan social.
f. Faktor kepribadian: lebih sering pada kepribadian introvert/menutup
diri.
g. Lain lain: Penelitian membuktikan bahwa ras kulit putih lebih
beresiko mengalami perilaku bunuh diri.
Masalah Keperawatan
a.

Resiko Perilaku bunuh diri


DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya
hidup.
DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuh
diri.

b.

Koping maladaptive
DS : menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada
harapan.

DO : nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol


impuls.
H. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1

: Resiko bunuh diri

Tujuan umum

: Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri

Tujuan khusus

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya


Tindakan:
a. Perkenalkan diri dengan klien
b. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
c. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
d. Bersifat hangat dan bersahabat.
e. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan :
a. Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau,
silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).
b. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh
perawat.
c. Awasi klien secara ketat setiap saat.
3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
a. Dengarkan keluhan yang dirasakan.
b. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan
dan keputusasaan.
c. Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapannya.
d. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
kematian, dan lain lain.
e. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan
keinginan untuk hidup.
4. Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
a. Bantu

untuk

keputusasaannya.

memahami

bahwa

klien

dapat

mengatasi

b. Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.


c. Bantu mengidentifikasi sumber sumber harapan (misal: hubungan
antar sesama,

keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).

5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif


Tindakan:
a. Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku
favorit, menulis surat dll.)
b. Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan
pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang
kegagalan dalam kesehatan.
c. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang
mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah
mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut
dengan koping yang efektif
Diagnosa 2

: Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Tujuan umum

: Klien tidak melakukan kekerasan

Tujuan khusus

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.


Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
Tindakan:

3.

a.

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

b.

Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien

c.

Utamakan pemberian pujian yang realitas


Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri

sendiri dan keluarga.


Tindakan:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke


rumah
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan
yang dimiliki
Tindakan :
a.

Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari


sesuai kemampuan.

b. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.


c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
5.

Klien dapat melakukan kegiatan sesuai


kondisi dan kemampuan

Tindakan :
a. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
a.

Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien

b.

Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat

c.

Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

d.

Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Diagnosa

: Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Tujuan umum

Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan


Tujuan khusus

1. Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya


2. Pasien mampu mengungkapkan perasaannya
3. Pasien mampu meningkatkan harga dirinya
4. Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik
Tindakan :
1. Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan
2. Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :
a. Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya
b. Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang positif
c. Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting

d. Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien


e. Merencanakan yang dapat pasien lakukan
3. Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :
a. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
b. Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara
penyelesian masalah
c. Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih
baik

I. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Ancaman atau percobaan bunuh diri
a. Tujuan keperawatan
Pasien tetap aman dan selamat.
b. Tindakan keperawatan
Melindungi pasien dengan cara:
1)

Temani pasien terus-menerus sampai pasein dapat dipindahkan ke


tempat yang aman

2)

Jauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya: pisau, silet, gelas,


dan tali pinggang)

3)

Periksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya jika


pasien mendapatkan obatnya.

4)

Dengan lembut, jelaskan pada pasien bahwa anda akan melindungi


pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri.
STRATEGI PELAKSANAAN RESIKO BUNUH DIRI

A. Kondisi Klien
Sedih, marah, putus asa, tidak berdaya, memberikan isyarat verbal maupun
non verbal
B. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
C. Tujuan
1. Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
2. Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
3. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya

4. Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik


D. Tindakan Keperawatan
1. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu
dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.
2.

Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:


a. Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
b. Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan

yang

positif.
c. Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
d. Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh
pasien
e. Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan
3.

Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:


a.

Mendiskusikan

dengan

pasien

cara

menyelesaikan masalahnya
b.

Mendiskusikan dengan pasien efektifitas


masing-masing cara penyelesaian masalah

c.

Mendiskusikan

dengan

pasien

cara

menyelesaikan masalah yang lebih baik


E. Strategi Pelaksanaan
SP 1: Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri
Melindungi pasien dari percobaan bunuh diri.

Orientasi:
Selamat pagi Pak, kenalkan saya Agung Nugroho, biasa di pangil
Agung, saya mahasiswa Keperawatan Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga yang bertugas di ruang ini, saya dinas pagi dari jam
7 pagi 2 siang .
Bagaimana perasaan A hari ini?
Bagaimana kalau kita bercakap cakap tentang apa yang A rasakan
selama ini. Dimana dan berapa lama kita bicara?

Kerja
Bagaimana perasaan A setelah ini terjadi? Apakah dengan bencana
ini A paling merasa menderita di dunia ini? Apakah A pernah
kehilangan kepercayaan diri? Apakah A merasa tidak berharga atau

bahkan lebih rendah dari pada orang lain? Apakah A merasa bersalah
atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah A sering mengalami
kesulitan berkonsentrasi? Apakah A berniat unutuk menyakiti diri
sendiri? Ingin bunuh diri atau berharap A mati? Apakah A pernah
mencoba bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang A
rasakan?
Baiklah, tampaknya A membutuhkan pertolongan segera karena ada
keinginan untuk mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi
kamar A ini untuk memastikan tidak ada benda benda yang
membahayakan A)
Karena A tampaknya mash memilikikeinginan yang kuat untuk
mengakhiri hidup A, saya tidak akan membiarkan A sendiri
Apa yang A lakukan jika keinginan bunuh diri muncul?
Kalau keninginan itu muncul, maka akan mengatasinya A harus
langsung minta bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga
keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi A jangan sendirian ya,
katakan kepada teman perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan
untuk mengakhiri kehidupan.
Saya percaya A dapat mengatasi masalah.

Terminasi :
Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara mengatasi
perasaan ingin bunuh diri?
Coba A sebutkan lagi cara tersebut!
Saya akan menemani A terus sampapi keinginan bunuh diri hilang.
(jangan meninggalkan pasien).

DAFTAR PUSTAKA
Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai