Anda di halaman 1dari 4

Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN

Volume 18 (3) 2006

Aminah Dalimunthe
Marline Nainggolan

PENGUJIANEKSTRAKETANOLSABUTKELAPA(Cocosnucifera
Linn)TERHADAPBAKTERIEscherichiacoliDANShigella
dysenteriae

AminahDalimunthe,MarlineNainggolan*)

Abstract
Extraction and test activity of anti bacteria from etanol extraction of Cocos nucifera Linn for bacteria Eschericia
coli and Shigella dysenteriae has been done.
Extraction of Cocos nucifera Linn has been treated by maserasi with etanol 80% as solvent. The extrac has been
treated in some variant concentration and then tested to bacteria with chloramfenicol and amphisillin trihidrat as
comparison by diffusion agar method of disc paper.
The result of antibacterial test showed that extraction of Cocos nucifera Linn can inhibit the growth of Esherichia
coli and Shigella dysenteriae in concentration 500 mg/ml up to 10 mg/ml. The minimum concentration of extrac
Cocos nucifera Linn who can inhibit the both of bacteria were 7,2 and 7 mm, and the minimum concentration of
Chloramfenicol for Escherichia coli was 10 mcg/ml with diameter 7,5 mm and minimum concentration of
Amphisillin trihidrat for Shigella dysenteriae was 140 mcg/ml with diameter 7,2 mm.
Keywords: Cocos nucifera Linn, Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Chloramfenicol, Amphisillin trihidrat

A. PENDAHULUAN
Tanaman kelapa (Cocos nucifera Linn).
Famili Palmae, merupakan tanaman yang
cukup banyak ditemui di Indonesia dan
mempunyai banyak manfaat terutama untuk
kebutuhan rumah tangga. Selain itu, buah
kelapa telah digunakan secara turun
temurun untuk pengobatan, seperti buah
kelapa yang masih muda digunakan untuk
obat luka, minyak dari tempurung kelapa
untuk obat sakit gigi (Kloppenburg, 1983),
kulit akarnya digunakan sebagai adsterigen,
hemorrhoe, antipiretik, diuretik, bronkhitis,
antidisentri dan antidiare (Perry, 1980).
Sabut kelapa dapat dimanfaatkan sebagai
obat karena diduga mengandung tanin,
yang merupakan senyawa kimia yang
kompleks, terdiri dari beberapa senyawa
polifenol. Secara umum, tanin berfungsi
sebagai
penolak
hewan
pemakan
tumbuhan karena rasanya yang sepat, dan
dalam bidang pengobatan, rasanya yang
sepat ini dapat dimanfaatkan sebagai
adstringen dan antidiare. Hasil uji yang
telah dilakukan terhadap ekstrak etanol
sabut kelapa pada tikus putih menunjukkan
efek antidiare (Marline, 2004). Senyawa
tanin merupakan salah satu bahan obat
yang dapat digunakan sebagai pencahar
dan menghentikan perdarahan lokal
*)

Staf Pengajar Jurusan Farmasi FMIPA USU

Medan
40

(Marburg, 1994), sedang senyawa tanin


bebas-protein
kompleks
disebutkan
mempunyai indikasi sebagai adstringen,
antiinflamasi,
antimikroba,
hemostatis,
antioksidan,
antidiare,
antasida,
hipokolesteramik dan antirematik (Mill dan
Bone, 2000).
Diare adalah suatu penyakit yang ditandai
dengan buang air besar dengan frekuensi
yang tidak normal dan konsistensi tinja
yang lebih lembek atau cair. Diare dapat
disebabkan oleh infeksi kuman berupa
parasit,
bakteri
(Escherichia
coli,
Salmonella, Shigella) dan ada yang
disebabkan oleh keracunan makanan atau
obat-obatan. Salah satu obat yang
digunakan untuk mengobati diare ini adalah
adstrigensia, yaitu obat-obat yang dapat
menciutkan lapisan permukaan usus
sehingga mengurangi sekresi.
Pada penelitian ini diuji terhadap aspek
mikrobiologi yaitu untuk mengetahui apakah
ekstrak etanol sabut kelapa mempunyai
efek terhadap penghambatan pertumbuhan
bakteri Escherichia coli dan Shigella
dysenteria,
yang merupakan bakteri
penyebab diare.

Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN


Volume 18 (3) 2006

Aminah Dalimunthe
Marline Nainggolan
B. METODOLOGI PENELITIAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ekstrak etanol sabut
kelapa (Cocos nucifera Linn), Escherichia
coli
Standar ATCC 25922, Shigella
dysenteriae ATCC 12022, kloramfenikol,
ampisilin trihidrat, aquadest steril, media
nutrien agar, muller hinton broth, dan muller
hinton agar.
Pembuatan Ekstrak Etanol Sabut Kelapa
Sebanyak 300 g serbuk sabut kelapa
dimaserasi dengan pelarut etanol 80%,
saring, ampasnya dimaserasi lagi hingga
diperoleh maserat jernih, kemudian seluruh
maserat digabung menjadi satu lalu
diuapkan sampai kental dengan bantuan
rotary evaporator pada suhu tidak lebih
40oC. Proses pengeringan dilanjutkan
menggunakan freeze dryer pada suhu 40oC selama lebih kurang 24 jam, diperoleh
eksral etanol kering sebanyak 15 g.
Sebanyak 5 g ekstrak etanol dimasukkan ke
dalam labu takar 10 ml, kemudian
ditambahkan etanol sedikit demi sedikit

hingga larut, cukupkan dengan etanol


sampai garis tanda, kemudian dibuat
pengenceran hingga diperoleh konsentrasi
500, 400, 300, 200, 100, 90, 80, 70, 60, 50,
40, dan 30 mg/ml.
Uji Efek Antibakteri
Ke dalam cawan petri steril yang telah berisi
bakteri Escherichia coli dimasukkan media
muller hinton agar sebanyak 20 ml dengan
suhu 45-50oC, kemudian digoyang pelanpelan sampai rata, ditutup, dan dibiarkan
sampai membeku. Kemudian di atasnya
diletakkan kertas cakram lalu ditetesi
dengan larutan sampel sebanyak 0,2 ml
dengan konsentrasi yang berbeda, dan
sebagai larutan pembanding kloramfenikol
dengan konsentrasi yang berbeda-beda,
sebagai kontrol adalah larutan etanol, lalu
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.
Daerah hambatan pertumbuhan bakteri
diukur sepanjang diameter daerah jernih
yang menghambat pertumbuhan bakteri.
Untuk
bakteri
Shigella
dysenteriae
dilakukan dengan prosedur yang sama
seperti pada Escherichia coli menggunakan
pembanding ampisillin trihidrat.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Efek Pemberian Ekstrak Etanol Sabut Kelapa terhadap Bakteri Escherichia coli dan Shigella
dysenteriae
No

Konsentrasi ekstrak mg/ml

* Diameter hambatan pertumbuhan (mm)


Escherichia coli

Shigella dysentriae

500

13,3

12,3

400

12,7

11,8

300

12,3

11,3

200

11,5

11,2

100

11,2

10,3

90

10,8

9,7

80

10,3

9,2

70

9,8

8,8

60

9,5

8,3

10

50

9,0

8,0

11

40

8,3

7,7

12

30

7,8

7,5

13

20

7,5

7,2

14

10

7,2

7,0

15

16

Blanko

41

Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN


Volume 18 (3) 2006

Aminah Dalimunthe
Marline Nainggolan
Keterangan :
Blanko

* : hasil rata-rata dari tiga kali pengamatan


: tidak menunjukkan hambatan: etanol 96%
: Etanol 96%

Tabel 2. Efek Pemberian Pembanding Kloramfenikol terhadap Escherichia coli


Konsentrasi
100
90
80
70
60
50
Kloramfenikol
mcg/ml
*Diameter
13. 13,7 13,2 12,
11,
10,
hambatan (mm)
8
5
3
2
Keterangan : *
: hasil rata-rata dari tiga kali pengamatan
: tidak menunjukkan hambatan: etanol 96%
Blanko : aquadest steril

40

30

20

10

Blanko

9,3

8,7

8,2

7,5

Tabel 3. Efek Pemberian Pembanding Ampisilin Trihidrat terhadap Bakteri Shigella dysenteriae
Konsentrasi Ampisilin
200
190
180
170
160
trihidrat mcg/ml
*Diameter hambatan (mm)
13.16 12,3
11,8
10,0
9,0
Keterangan :
*
: hasil rata-rata dari tiga kali pengamatan
: tidak menunjukkan hambatan: etanol 96%
Blanko : aquadest steril

Pada Tabel 1 terlihat bahwa ekstrak etanol


sabut kelapa (Cocos nucifera Linn)
menunjukkan efek antibakteri terhadap
Escherichia coli dan Shigella dysenteriae.
Hal ini terbukti setelah dilakukan uji
terhadap bakteri tersebut, di mana terlihat
adanya hambatan pertumbuhan bakteri
atau daerah jernih di sekeliling kertas
cakram pada konsentrasi 500 mg/ml hingga
10 mg/ml.
Ekstrak etanol sabut kelapa (Cocos nucifera
Linn) dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Escherichia coli dan Shigella
dysenteriae disebabkan oleh adanya
senyawa kimia yang terdapat di dalam
ekstrak etanol yang mempunyai efek
antibakteri, di mana senyawa yang diduga
adalah golongan fenol (tanin). Semakin
besar konsentrasi ekstrak yang diberikan,
maka semakin besar diameter hambatan
pertumbuhan bakteri, ini menunjukkan
bahwa semakin banyak kadar zat
berkhasiat
sebagai
antibakteri
yang
terkandung dalam ekstrak tersebut. Kedua
bakteri tersebut dihambat pertumbuhannya
pada konsentrasi 10 mg/ml.
Pada Tabel 2 terlihat bahwa pemberian
pembanding kerja kloramfenikol konsentrasi
10 mg/ml telah dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Escherichia coli

42

150

140

130

Blanko

8,3

7,2

dengan diameter hambat pertumbuhan


sebesar 7,5 mm. Hal ini menunjukkan
bahwa bakteri Escherichia coli yang
digunakan peka terhadap kloramfenikol.
Berdasarkan daerah hambatan pertumbuhan mikroba menurut National Committe
for Clinical Laboratory Standarts (NCCLS,
1982) untuk kloramfenikol dikatan resisten
jika pemakaiannya lebih besar atau sama
dengan 25 mcg/ml dan dikatan peka jika
pemakaiannya lebih kecil atau sama
dengan 12,5 mcg/ml.
Pada Tabel 3 terlihat bahwa ampisillin
trihidrat
telah
dapat
menghambat
pertumbuhan bakteri pada konsentrasi
140 mcg/ml dengan hambatan pertumbuhan sebesar 7,2 mm. Hal ini menunjukkan
bahwa bakteri Standar Shigella yang
digunakan resisten terhadap ampisillin
trihidrat. Berdasarkan daerah hambatan
pertumbuhan mikroba menurut National
Committe for Clinical Laboratory Standarts
(NCCLS,
1982),
ampisillin
trihidrat
dikatakan resisten jika pemakaiannya lebih
besar atau sama dengan 32 mcg/ml dan
dikatakan peka jika pemakaiannya lebih
kecil atau sama dengan 8 mcg/ml.
Tabel 1, 2, dan 3 menunjukkan bahwa
konsentrasi hambatan bakteri ekstrak
etanol sabut kelapa (Cocos nucifera Linn)

Aminah Dalimunthe
Marline Nainggolan
terhadap Escherichia coli pada konsentrasi
20 mg/ml sebanding dengan KHM larutan
kloramfenikol pada konsentrasi 10 mcg/ml.
Demikian juga ekstrak etanol sabut kelapa
terhadap
Shigella
dysenteriae
pada
konsentrasi 20 mg/ml sebanding dengan
KHM ampisillin trihidrat pada konsentrasi
140 mcg/ml. Perbandingan hasil konsentrasi
hambatannya sangat besar, hal ini
kemungkinan disebabkan karena zat aktif
yang ada dalam bentuk ekstrak masih
dalam bentuk campuran atau belum murni
sehingga banyak pengaruh dari senyawa
kimia lain yang ada dalam ekstrak tersebut
terhadap daya hambat pertumbuhan
bakteri.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Ekstrak etanol sabut kelapa (Cocos nucifera
Linn) dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Escherichia coli dan Shigella
dysenteriae. KHM ekstrak etanol terhadap
kedua bakteri tersebut adalah sebesar
10 mcg/ml dengan diameter hambat
masing-masing 7,2 dan 7,0 mm. KHM
kloramfenikol terhadap Escherichia coli
sebesar 10 mcg/ml dengan diameter
hambat 7,5 mm dan KHM ampisillin
terihidrat
terhadap
bakteri
Shigella
dysenteriae sebesar 140 mcg/ml dengan
diameter hambat 7,2 mm.
Saran
Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk
menentukan struktur kimia dari zat aktif
yang
berperan
sebagai
antibakteri
(senyawa tanin) dari ekstrak etanol sabut
kelapa (Cocos nucifera Linn).

Jurnal KOMUniKASI PENELITIAN


Volume 18 (3) 2006
E. DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 1996. Medicinal Herb Index in
Indonesia. Indeks Tumbuh-tumbuhan
obat di Indonesia. PT.Eisai Indonesia.
Palembang. Hal: 374.
DitJen POM. 2000. Parameter Standar
Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Hal: 1. 10-11.
Jawetz, E., Melnick, J. L. dan Adelberg, E.
A. 1982. Mikrobiologi untuk Profesi
Kesehatan. Alih bahasa: Bonang, G.
Edisi keempat. EGC Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta. Hal: 319320,
330.
Kloppenburg. J. V. 1983. Petunjuk Lengkap
Mengenai
Tanam-tanaman
di
Indonesia dan Khasiatnya sebagai
Obat-obatan Tradisional. Jilid I.
RS.Bethesda
dan Andi
Offset.
Jogjakarta. Hal: 72.
Lay, W. B. 1992. Analisis Mikroba di
Laboratorium.
PT.
Rajagraindo
Persada. Jakarta. Hal: 7071.
Marburg, M. W. 1994. Herbal Drugs and
Phytopharmaceuticals. Second Edition.
CRC Press. London.
Marline, N. 2004. Pemeriksaan Senyawa
Kimia Sabut Kelapa (Cocos nucifera
Linn) dan Uji Efek Antidiare terhadap
Tikus Putih Secara In Vivo. Media
Farmasi An Indonesian Pharmaceutical
Journal, 13, (1).
Mill, S. and Bone, K. 2000 Principles and
Practice of Phytotherapy. Modren
Herbal Medicine. Churchill Livingstone.
Toronto. Hal: 69.
Perry, L. M. 1980. Medical Plant of East and
Southeast Asia and Uses. The MIT
Press. Cambridge, Massachusetts
and London England. Hal: 304.
Suharyono. 1985. Diare Akut. Penerbit
Rineka Cipta. Jakarta. Hal: 13, 146.

43

Anda mungkin juga menyukai