Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Bagaimana rasanya tidak mengetahui apa yang diketahui oleh orang lain?
Ya, penasaran, merasa sangat tertinggal, bahkan meskipun Kita bersifat acuh tak
acuh, perasaan ingin tahu apa yang orang lain tahu adalah insting alami manusia.
Maka dari itu, rasa ingin tahu manusia akan mendorong Kita berusaha untuk
TAHU.
Pendidikan adalah bagian dari rasa haus itu. Dewasa ini, masih banyak
orang yang meremehkan pengetahuan dan pendidikan. Terutama apa yang tidak
terkait dengan kondisi mereka. Padahal, seyogianya dengan pengetahuan dan
pendidikan yang layak, maka peradaban manusia yang bermoral adalah absolut.
Peradaban yang berpendidikan mengarahkan manusia pada taraf hidup yang
pantas, tidak mudah ditipu, tidak mudah menipu, dan terlebih lagi tidak
merugikan orang lain. Karena, pendidikan yang sebenar-benarnya adalah ilmu
yang mengendalikan segala perilaku manusia dari penyimpangan nilai dan norma
yang berlaku pada masyarakat.
Ironisnya, semua keadaan yang disebutkan di atas, adalah bagian dari
idealisme sebuah pemikiran. Peradaban manusia tidak akan bisa lepas dari
kekurangan, kehilangan, keraguan serta penyimpangan. Satu ditambah satu dari
lubang penyimpangan akan menghasilkan lubang yang besar pada akhirnya.
Perilaku manusia yang berpendidikan dewasa ini, tak ada bedanya dengan yang
tidak berpendidikan. Bahkan mereka yang jenius dengan cara yang jenius pula
melakukan tindakan yang dapat merugikan orang lain.
Lalu, jika memang sama, apa yang tersisa dari kemegahan sebuah
pendidikan?. Guru menjadi murid, murid menjadi guru kehancuran moral, lalu
apa yang salah dari peradaban manusia? Sistem? Pendidikan atau instingnya?
Manusia di era milenium semakin jenius, namun serakah. Bukannya tidak
sadar, tapi tidak mau sadar. Memaksakan, menjadi sangat tidak sabar, terburuburu dan akhirnya hancur. Lubang inilah yang perlu ditilik kembali dari peradaban
manusia, dan semua harus dimulai dari pendidikan yang benar.
Pendidikan bukan tentang hafalan pelajaran atau disiplin ilmu apa yang
didapatkan, namun pendidikan adalah hasil akhir dari yang diterima kemudian
diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari manusia. Sistem pendidikan yang kaku,
akan melahirkan pemikir yang konservatif, cenderung egois, namun pada
umumnya orang kaku memiliki idelisme yang tinggi, entah dalam jalur yang semu
maupun nyata. Sementara sistem pendidikan yang terlalu liberal akan melahirkan
pemikir yang tidak peduli dengan sosial, menimbulkan sikap acuh tak acuh akan
kondisi sekitar dan terlalu banyak mencampur adukkan prinsip, sehingga terkesan
tidak memiliki ketegasan, karena kebebasan yang tidak terkendali tersebut.
Oleh karena itu, pendidikan adalah pintu awal pembentukan karakter
manusia yang akhirnya menentukan peradaban seperti apa yang akan
dibangunnya. Pendidikan butuh sentuhan nilai moral untuk menjadi lengkap,
mengerti karakter manusia untuk menjadikan manusia tersebut menjadi beradab.
Adanya ilmu psikologi pendidikan ini yang kemudian menjadi harapan
kembalinya kemegahan dari sebuah pendidikan.
keunggulan cara berpikir murid/siswanya, namun bukankan itu lebih elegan dan
dinyatakan benar-benar berhasil, jika perilaku murid siswa juga diperhatikan?
Jadi, bully bukan hal yang boleh dimaklumi.
3. Rencana setelah selesai studi
Menjadi seorang pengajar di sebuah unversitas, dengan kemampuan
mengajar yang mengedepankan kejujuran, ketegasan dan berprinsip, dengan kata
lain pendidikan yang lebih berkarakter selayaknya orang berpendidikan.
Memberikan ilmu dengan kesan bukan sebagai dosen yang menakutkan, namun
bagaimana membuat siswa dewasa tersenut mengerti mengapa mereka harus
berpendidikan dan belajar mengenai ilmu yang mereka pelajari. Konsep dengan
tidak berlagak seperti orang berpendidikan, namun hanya lagaknya saja, toh pada
akhirnya mereka hanya menjadi beban negara dengan menjadi penjahat-penjahat
moral yang merusak diri mereka sendiri dan masyarakat sekitarnya. Tidak mudah
memang, namun menjadi pengajar bukan tantangan. Guru dan pengajar memang
digaji, namun disadari atau tidak mereka tetap pahlawan tanpa tanda jasa, bukan
bermaksud menjadi pahlawan, namun bermaksud menjadi pribadi yang
setidaknya membantu pendidikan Indonesia tidak semakin terpuruk karena
kondisi acuh tak acuh pemudanya terhadap ilmu pengetahuan yang bermanfaat.