Anda di halaman 1dari 2

EUTANASIA MENURUT MEDIS DAN AGAMA

A. Pengertian Euthanasia
Euthanasia berarti tindakan agar kesakitan atau penderitaan yang dialami seseorang
yang akan meninggal diperingan. Juga berarti mempercepat kematian seseorang yang ada
dalam kesakitan dan penderitaan hebat menjelang kematiannya.
B.

Macam Macam Euthanasia


Dalam praktik kedokteran, dikenal dua macam euthanasia, yaitu:
1.

Euthanasia aktif
Euthanasia aktif adalah tindakan dokter mempercepat kematian pasien dengan

memberikan suntikan ke dalam tubuh pasien tersebut


2.

Euthanasia Pasif
Adapun euthanasia pasif, adalah tindakan dokter menghentikan pengobatan

pasien yang menderita sakit keras, yang secara medis sudah tidak mungkin lagi dapat
disembuhkan. Penghentian pengobatan ini berarti mempercepat kematian pasien.
Namun dalam praktiknya dokter tidak mudah melakukan euthanasia, karena ada dua
kendala. Pertama, dokter terikat dengan kode etik kedokteran bahwa ia dituntut membantu
meringankan penderitaan pasien Tapi di sisi lain, dokter menghilangkan nyawa orang lain
yang berarti melanggar kode etik kedokteran itu sendiri. Kedua, tindakan menghilangkan
nyawa orang lain merupakan tindak pidana di negara manapun.
C.

Pandangan Syariah Islam


Syariah Islam merupakan syariah sempurna yang mampu mengatasi segala persoalan di
segala waktu dan tempat. Berikut ini solusi syariah terhadap euthanasia, baik euthanasia
aktif maupun euthanasia pasif.
1.

Euthanasia Aktif
Syariah Islam mengharamkan euthanasia aktif, karena termasuk dalam kategori

pembunuhan sengaja (al-qatlu al-amad),


Dokter yang melakukan euthanasia aktif, misalnya dengan memberikan suntikan
mematikan, menurut hukum pidana Islam akan dijatuhi qishash (hukuman mati karena
membunuh), oleh pemerintahan Islam (Khilafah), sesuai firman Allah :
(QS Al-Baqarah : 178)

(QS Al-Baqarah : 178)


Telah ada diantara orang-orang sebelum kamu seorang laki-laki yang mendapat luka,
lalu keluh kesahlah ia. Maka ia mengambil pisau lalu memotong tangannya dengan pisau
itu. Kemudian tidak berhenti-henti darahnya keluar sehingga ia mati. Maka Allah
berfirman : hambaku telah menyegerakan kematiannya sebelum aku mematikan. Aku
mengharamkan surga untuknya. (HR Bukhari dan Muslim).
2.

Euthanasia Pasif
Adapun hukum euthanasia pasif, sebenarnya faktanya termasuk dalam praktik

menghentikan pengobatan. Tindakan tersebut dilakukan berdasarkan keyakinan dokter


bahwa pengobatan yag dilakukan tidak ada gunanya lagi dan tidak memberikan harapan
sembuh kepada pasien.
pengobatan atau berobat hukumnya sunnah, termasuk dalam hal ini memasang alatalat bantu bagi pasien. Jika memasang alat-alat ini hukumnya sunnah, maka jika para
dokter telah menetapkan bahwa si pasien telah mati organ otaknya, maka para dokter
berhak menghentikan pengobatan, seperti menghentikan alat bantu pernapasan dan
sebagainya.
Maka hukum pemasangan alat-alat bantu kepada pasien adalah sunnah, karena
termasuk aktivitas berobat yang hukumnya sunnah. Karena itu, hukum euthanasia pasif
dalam arti menghentikan pengobatan dengan mencabut alat-alat bantu pada pasien
setelah matinya/rusaknya organ otakhukumnya boleh (jaiz) dan tidak haram bagi dokter.
Jadi setelah mencabut alat-alat tersebut dari tubuh pasien, dokter tidak dapat dapat
dikatakan berdosa dan tidak dapat dimintai tanggung jawab mengenai tindakannya itu.

Anda mungkin juga menyukai