LAPORAN KASUS
I.
Identitas Pasien
Nama Pasien
: Bp. R
Umur
: 69 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
Pekerjaan
: Petani
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
: 3199xx
Anamnesis
Didapatkan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada tanggal
29 Januari 2015
Keluhan Utama
besar lancar. Pasien tidak ada riwayat meminum obat dalam jangka
waktu yang lama.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
d. Riwayat Kebiasaan
Dalam 4 tahun terakhir, pasien tidak melakukan pekerjaan berat.
Hanya beraktivitas ringan di rumah seperti berjalan-jalan menggunakan
alat bantu jalan (walking aid). Sebelumnya pasien merupakan seorang
petani dengan kebiasaan mendorong gerobak berisi barang hasil bertani
dengan berat benda yang cukup besar
III.
Anamnesis Sistem
a. Sistem Serebrospinal : penurunan kesadaran (-), nyeri kepala (-),
pusing (-), kejang (-)
b. Sistem Kardiovaskuler : pucat (-), akral hangat (+), kebiruan (-),
nyeri dada (-)
c. Sistem Respirasi
: sesak nafas (-), batuk berdahak (-), pilek (-),
napas cuping hidung (-)
d. Sistem Gastrointestinal : sulit menelan (-), mual (-), muntah (-),
makan/minum tersedak (-), buang air besar lancar (+)
e. Sistem Musculoskeletal
otot mengecil (-), tungkai bengkak (-), nyeri pada daerah pinggang
IV.
belakang (+)
f. Sistem Integumental
gatal (-)
g. Sistem Urogenital
Resume Anamnesis
Laki-laki, usia 69 tahun, mengeluh nyeri pinggang bawah yang
tidak menjalar. Didapatkan pula kelemahan anggota gerak yang timbul
mendadak post jatuh 4 hari yang lalu. Riwayat nyeri pinggang bawah
serupa pernah dialami 4 tahun yang lalu. BAB (+) BAK (+) makan/minum
(N/N)
Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan Umum
: cukup, compos mentis
Vital Sign
Tekanan darah : 150/80 mmHg
Nadi
: 72 x/menit
RR
: 22 x/menit
Suhu
: 36,80C
Kepala : normocephal, deformitas (-)
Mata
: konjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil bulat isokor
3mm/3mm
Leher : bentuk normal, pembesaran KGB (-), peningkatan JVP (-)
Thoraks :
Cor
Inspeksi
Palpasi
Hasil Pemeriksaan
Ictus cordis tidak tampak
Ictus cordis pada SIC V linea midclavicularis sinistra,
Pulmo
Inspeksi
Depan
Simetris,
Ketinggalan gerak (-)
Retraksi intercostae (-)
Palpasi
Gerak dada simetris
Fremitus normal
Perkusi
Sonor
Auskultasi SDV (+/+)
Wh (-/-), Rh (-/-)
Belakang
Simetris,
Ketinggalan gerak (-)
Retraksi intercostae (-)
Gerak dada simetris
Fremitus normal
Sonor
SDV (+/+)
Wh (-/-), Rh (-/-)
Abdomen :
Abdomen
Inspeksi
Hasil pemeriksaan
Permukaan perut sama tinggi dengan permukaan
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas :
Superior dextra
Superior sinistra
Inferior dextra
Inferior sinistra
b. Status Psikis
Cara berpikir : baik
Orientasi
: baik
Perasaan hati : normal
Tingkah laku : normoaktif
Ingatan
: baik
Kecerdasan : baik
c. Status Neurologis
Kesadaran : compos mentis
GCS : 15 (E4V5M6)
VAS = 8
1. Kepala
- Bentuk
: normocephal
- Simetri
: simetris
2. Leher
- Sikap
: normal
- Pergerakan
: bebas
- Kaku kuduk : tidak ada
V.
VI.
Nyeri tekan
Bentuk vertebra
Bising karotis
Bising subklavia
Meningeal Sign
a. Kaku kuduk
b. Brudzinski I
c. Brudzinski II
d. Brudzinski III
e. Brudzinski IV
f. Kernig
: (-)
: tidak ada
: normal
: (-/-)
: (-/-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
Nervus Cranialis
a. Nervus I (Olfaktorius)
Subyektif
Dengan Bahan
Kanan
N
N
Kiri
N
N
Kanan
>6/60
N
N
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Kiri
>6/60
N
N
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Kanan
(-)
(-)
(-)
N
Kiri
(-)
(-)
(-)
N
3 mm
bulat, isokor,
batas licin
(+)
(+)
N
3 mm
bulat, isokor,
batas licin
(+)
(+)
N
b. Nervus II (Optikus)
Daya penglihatan
Pengenalan warna
Medan penglihatan
Fundus okuli
Papil
Arteri / vena
Perdarahan
c. Nervus III (Okulomotorius)
Ptosis
Diplopia
Strabismus divergen
Gerak mata
(atas, medial, bawah)
Ukuran pupil
Bentuk pupil
Reflek cahaya direct
Reflek cahaya indirect
Reflek akomodatif
d. Nervus IV (Troklearis)
Gerak mata ke lateral bawah
Strabismus konvergen
Diplopia
Kanan
N
(-)
(-)
Kiri
N
(-)
(-)
e. Nervus V (Trigeminus)
Menggigit
Membuka mulut
Sensibilitas muka
Reflek kornea
Reflek bersin
Reflek maseter
Trismus
Kanan
(+)
N
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
Kiri
(+)
N
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
Kanan
N
(-)
(-)
Kiri
N
(-)
(-)
Kanan
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
N
(+)
N
(-)
Kiri
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
N
(+)
N
(-)
f. Nervus VI (Abdusen)
Gerak mata lateral
Strabismus konvergen
Diplopia
Kanan
N
N
(+)
Sama dengan
Kiri
N
N
(+)
Sama dengan
Tes Weber
pemeriksa
Lateralisasi (-)
pemeriksa
Lateralisasi (-)
i. Nervus IX (Glossofaringeus)
Arkus faring
Daya kecap lidah 1/3 belakang
Reflek muntah
Tersedak
Sengau
Interpretasi
Uvula di tengah
N
(+)
(-)
(-)
j. Nervus X (Vagus)
Arkus faring
Nadi
Bersuara
Gangguan menelan
Interpretasi
Uvula di tengah
N
(+)
(-)
k. Nervus XI (Aksesorius)
Memalingkan kepala
Sikap bahu
Mengangkat bahu
Trofi otot bahu
l. Nervus XII (Hipoglossus)
Sikap lidah
Artikulasi
Tremor lidah
Menjulurkan lidah
Kekuatan lidah
Trofi otot lidah
Fasikulasi lidah
Kanan
(+)
N (simetris)
(+)
Eutrofi
Kiri
(+)
N ( simetris)
(+)
Eutrofi
Interpretasi
N
N
(-)
N
N
N
N
VII.
Pemeriksaan Motorik
a. Badan
Trofi otot punggung
Nyeri membungkukkan badan
Kolumna vertebralis
Trofi otot dada
Palpasi dinding perut
Gerakan
Reflek dinding perut
Interpretasi
N
(+)
Dalam batas normal
Eutrofi
Supel, distensi (-), nyeri tekan (-)
Terbatas karena nyeri
N
Drop hand
Pitcher hand
Warna kulit
Claw hand
Kontraktur
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
Nyeri
Taktil
Termis
Diskriminasi
Posisi
Reflek fisiologis
Perluasan reflek
Reflek silang
Reflek patologis
Hoffman : (-/-)
Tromner : (-/-)
Lengan Atas
Bebas/Bebas
5/5
Normotonus
Eutrofi
N/N
N/N
N/N
N/N
N/N
Lengan Bawah
Bebas/Bebas
5/5
Normotonus
Eutrofi
N/N
N/N
N/N
N/N
N/N
Tangan
Bebas/Bebas
5/5
Normotonus
Eutrofi
N/N
N/N
N/N
N/N
N/N
Biceps
(+)
(-/-)
(-/-)
Triceps
(+)
(-/-)
(-/-)
Radius
(+)
(-/-)
(-/-)
Drop foot
Palpasi (edema)
Kontraktur
Warna kulit
Gerakan
Tungkai atas
Terbatas karena
Tungkai bawah
Terbatas karena
Kaki
Bebas/Bebas
nyeri
3/3
Normotonus
Eutrofi
N/N
N/N
N/N
N/N
N/N
nyeri
3/3
Normotonus
Eutrofi
N/N
N/N
N/N
N/N
N/N
5/5
Normotonus
Eutrofi
N/N
N/N
N/N
N/N
N/N
Kekuatan
Tonus
Trofi
Nyeri
Taktil
Termis
Diskriminasi
Posisi
VIII.
-
Reflek fisiologik
Perluasan reflek
Reflek silang
Patella
(+)
(-)
(-)
Achilles
(+)
(-)
(-)
Babinski
Chaddock
Oppenheim
Gordon
Schaeffer
Kanan
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Kiri
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Kiri
Tes Laseque
Tes Patrick
Tes Kontra patrick
Tes OConnel
Kanan
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
- Tes Romberg
- Diadokokinesis
- Ataksia
- Dismetri
- Nistagmus
Gerakan Abnormal :
- Tremor (-)
- Atetosis (-)
Fungsi Otonom
IX.
Miksi
: Normal
Defekasi
: Normal
Keringat berlebihan : (-)
Berdebar-debar
: (-)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Nilai
Nilai Normal
Creatinin
0,90
0,8-1,1 mg/dl
Ureum
34,3
10-50 mg/dl
Hb
13,5
L = 14-18 g/%
Leukosit
5.280
5000-10.000/ mm3
Eritrosit
3,68
HCT
35,2
L = 40-43 Vol %
L = 37-43 Vol %
Hitung Jenis
Basofil
0,7
0 -1 %
10
EOS
1,2
1-3 %
Segmen
62,7
50-70 %
Limfosit
30,2
20-40 %
Mono
5,2
2-8 %
Trombosit
118.000
MCV
95,6
82-92 mm3
MCH
36,7
27-31 Pg
MCHC
38,4
32-37 %
GDS
112
11
X.
Resume Pemeriksaan
Kesadaran
: compos mentis, GCS E4V5M6
a.
VAS
:7
b.
c. Tekanan darah pasien
: 150/90 mmHg
d. Meningeal sign
: (-)
e. N. Cranialis
: dalam batas normal
f. Gerakan badan
: terbatas
g. Gerakan anggota gerak inferior
Kanan
Terbatas
Kiri
Terbatas
Kanan
5/5/5
3/3/3
Kiri
5/5/5
3/3/3
h. Kekuatan Otot
i. Trofi
Kanan
Kiri
12
Atas
Bawah
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
Atas
Bawah
Kanan
N
N
Kiri
N
N
j. Tonus
k. Klonus
Kanan
(-)
Kiri
(-)
l. Reflek Fisiologis
Atas
Bawah
Kanan
(+)
(+)
Kiri
(+)
(+)
Kanan
(-)
(-)
Kiri
(-)
(-)
m. Reflek Patologis
Atas
Bawah
Kanan
(+)
(+)
(+)
Kiri
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
p. Sensibilitas
- Sensibilitas ekstremitas superior : dalam batas normal*
- Sensibilitas ekstremitas inferior : dalam batas normal*
13
XI.
XII.
XIII.
Diagnosis Akhir
a. Diagnosis Klinik
- Nyeri pinggang bawah yang tidak menjalar
b. Diagnosis Topis
- Vertebrae L4-L5
c. Diagnosis Etiologi: LBP et causa Spondilolisthesis
Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Ringer Laktat
Inj. Ketorolac 1 amp/12 jam
Inj. Sohobion 1 amp/12 jam
Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
Gabapentin 300 mg 2x1
2. Non-Medikamentosa
Tirah baring, lumbar korset dan fisioterapi.
PROGNOSIS
- Death
- Disease
- Disability
- Discomfort
- Dissatisfaction
: ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
14
FOLLOW UP
Hari
Hari
ke 1
Perjalanan Penyakit
S/ pasien mengeluh nyeri di daerah pinggang bawah , tidak menjalar. Nyeri dirasakan
terus terusan, bertambah saat bergerak. Pasien tidak dapat berjalan karena nyeri juga
merasa kedua kaki terasa berat saat diangkat. Keluhan lain nyeri dada (-), nyeri perut (-),
nyeri hebat pada malam hari (-), penurunan berat badan (-), kelemahan gerak anggota
badan (-), mual (-), muntah (-),kesemutan (-), rasa baal (-), demam (-), pusing (-),
makan/minum (+/+), bab/bak (+/+),riwayat batuk lama (-), riwayat cedera (+) 4 hari
yang lalu, riwayat keluhan serupa (+), riwayat mendorong benda berat(-).
O/ Keadaan umum baik, compos mentis
Vital sign TD 150/90, N 80, RR 18, S 36.5 0C
VAS = 7
Status Generalisata dbn
Status Neurologis
GCS (E4V5M6) ; Kaku kuduk (-/-); Rx meningeal (-/-); N. Cranialis dbn
Test provokasi nyeri pada tungkai kanan : Patrick (+), Kontra patrick (+), Laseque (+)
Kekuatan otot 555-555
222-222
R. fisiologis (+/+) ; R patologis (-/-); Tonus (n/n) ; Klonus (-/-); Trofi
(eutrofi/eutrofi); R. Sensibilitas (n/n)
A/Dx Klinis : nyeri pinggang bawah yang tidak menjalar
Dx Topic : vertebra L4-L5
Dx Etiologi : LBP et causa Spondilolisthesis
P/Infus RL 20 tpm
Inj Ketoprofen 1 ampul/12 jam
Inj Ranitidin 1 ampul/12 jam
Inj. Sohobion 1 amp/24 jam (drip)
Gabapentin 300 mg 2x1
Fisioterapi
15
Hari
Hari
ke 2
Perjalanan Penyakit
S/ pasien merasakan nyeri mulai berkurang. Pasien sudah dapat mengubah posisi dari
berbaring menjadi duduk serta memakai korset. Keluhan lain: nyeri kepala (+), leher
cengeng (+) nyeri dada (-), nyeri perut (-), mual (-), muntah (-), pusing (-), kesemutan
(-), demam (-), makan /minum (+/+), bab/bak (+/+)
O/ Keadaan umum baik, compos mentis
Vital sign TD 150/100, N 80, RR 20, S 36.5 0C
VAS = 5
Status Generalisata dbn
Status Neurologis
GCS (E4V5M6)
Kaku kuduk (-/-)
Rx meningeal (-/-)
N. Cranialis dbn
Test provokasi nyeri pada tungkai kanan : Patrick (+), Kontra patrick (+), Laseque
(+)
Kekuatan otot 555-555
R. fisiologis
333-333
(+/+); R patologis (-/-); Tonus
(n/n) ; Klonus
(-/-); Trofi
16
Hari
S/ pasien merasakan nyeri mulai berkurang. Pasien sudah dapat mengubah posisi dari
ke 3
berbaring menjadi duduk serta memakai korset. Keluhan lain: nyeri kepala (+), leher
cengeng (+) nyeri dada (-), nyeri perut (-), mual (-), muntah (-), pusing (-), kesemutan
(-), demam (-), makan /minum (+/+), bab/bak (+/+)
O/ Keadaan umum baik, compos mentis
Vital sign TD 150/100, N 80, RR 20, S 36.5 0C
VAS = 5
Status Generalisata dbn
Status Neurologis
GCS (E4V5M6)
Kaku kuduk (-/-)
Rx meningeal (-/-)
N. Cranialis dbn
Test provokasi nyeri pada tungkai kanan : Patrick (+), Kontra patrick (+), Laseque
(+)
Kekuatan otot 555-555
333-333
R. fisiologis
(n/n) ; Klonus
(-/-); Trofi
17
Hari
S/ Pasien dengan keluhan nyeri dan kelemahan anggota gerak yang sudah berkurang
ke 4
(n/n) ; Klonus
(-/-); Trofi
18
Hari
S/ Pasien dengan keluhan nyeri dan kelemahan anggota gerak yang sudah berkurang
ke 5
dibandingkan sebelumnya. Pasien sudah mulai berlatih duduk di tempat tidur, di kursi,
berjalan dengan walking aid dibantu orang lain perlahan-lahan. Keluhan lain: nyeri
kepala (+), leher cengeng (+) nyeri dada (-), nyeri perut (-), mual (-), muntah (-), pusing
(-), kesemutan (-), demam (-), makan/minum (+/+), bab/bak (+/+)
O/ Keadaan umum baik, compos mentis
Vital sign TD 180/100, N 80, RR 20, S 36.7 0C
VAS = 3
Status Generalisata dbn
Status Neurologis
GCS (E4V5M6)
Kaku kuduk (-/-)
Rx meningeal (-/-)
N. Cranialis dbn
Test provokasi nyeri pada tungkai kanan : Patrick (+), Kontra patrick (+), Laseque
(+)
Kekuatan otot 555-555
444-444
R. fisiologis (+/+); R patologis (-/-); Tonus
(n/n) ; Klonus
(-/-); Trofi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
19
I.
Low Back Pain
a. Definisi
Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung
bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau
keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat
bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering
disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. LBP yang
lebih dari 6 bulan disebut kronik.
b. Low Back Pain menurut perjalanan kliniknya dibedakan menjadi dua
yaitu :
Rasa
secara
tiba-tiba,
rentang
20
4. Degenerasi
5. Kongenital
c. Low Back Pain menurut patofisiologinya :
1. Nyeri Pinggang Spesifik (Specific low back pain)
Gejala yang disebabkan oleh mekanisme patofisiologi yang
spesifik, seperti hernia nuclei pulposi (HNP), infeksi, osteoporosis,
rheumatoid arthritis, fraktur, atau tumor. Dalam praktek klinis,
adanya bendera merah (red flag) merupakan indikasi adanya proses
patologi yang mendasari, termasuk masalah akar saraf.
2. Nyeri Pinggang Non Spesifik (Non-specific low back pain)
Gejala tanpa penyebab spesifik yang jelas. Sekitar 90% nyeri
pinggang masuk dalam kategori ini. Diagnosisnya berdasarkan
eklusi dari patologi spesifik.
d. Pembagian etiologi berdasarkan system anatomi :
1. LBP Viserogenik (organ abdomen)
Berasal dari ginjal, viscera pelvis, omentum minor, tumor
retroperitoneal, fibroid retrouteri.
2. LBP Verkulogenik (pembuluh darah)
Aneurisma di abdomen, penyakit vaskuler perifer, insufiensi dari
arteri glutea superior.
3. LBP Neuvogenik
Tumor yang letaknya ekstradural/intradural sering menyebabkan
low back pain karena menekan radik.
4. LBP Spondilogenik, berasal dari :
- Tulang koluma spinalis (trauma, radang, tumor, metabolik dan
spondilolistesis)
- Sendi-sendi sakroiliaka
- Jaringan lunak (degenerasi diskus, apturdiskus, penjepitan akar
saraf akibat stenosis spinalis.
5. LBP Psikogenik
Disebabkan oleh keadaan depresi, kecemasan, maupun neurosis.
e. Faktor Risiko
Faktor risiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat
badan, etnis, merokok, pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang
berat yang berulang-ulang, membungkuk, duduk lama, geometri kanal
lumbal spinal dan faktor psikososial. Pada laki-laki risiko nyeri pinggang
meningkat sampai usia 50 tahun kemudian menurun, tetapi pada wanita
21
22
b. Nyeri menjalar ke lutut, tungkai, kaki, atau rasa baal pada daerah
nyeri
c. Tanda iritasi radikuler
d. Gangguan motorik
e. Gangguan sensorik
f. Gangguan refleks
3. Green Flags
a. Nyeri pada lumbal atau lumbosakral tanpa penjalaran
b. Nyeri mekanik, derajat nyeri bervariasi setiap waktu tergantung
aktifitas fisik
c. Kondisi umum baik
i. Diagnosis
Anamnesis
1. Apakah terasa nyeri ?
2. Dimana terasa nyeri ?
3. Sudah berapa lama merasakan nyeri ?
4. Bagaimana kuantitas nyerinya? (berat atau ringan)
5. Apa yang membuat nyeri terasa lebih berat atau terasa lebih ringan?
6. Adakah keluhan lain?
7. Apakah dulu anda ada menderita penyakit tertentu?
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri
pinggang meliputi evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeletal.
Pemeriksaan neurologi meliputi test provokasi nyeri, reflek fisiologis,
reflek patologis, kekuatan otot, dan sensibilitas.
Pemeriksaan Penunjang
1. Foto X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior (AP), lateral, dan
bila perlu oblique kanan dan kiri. Foto rontgen (plain photos) sering
terlihat normal atau kadang-kadang dijumpai penyempitan ruangan
intervertebral, spondilolistesis, perubahan degeneratif, dan tumor
spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadang-kadang terlihat
bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu
skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
2. MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. MRI sangat berguna bila :
3. CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan level
neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
Mielografi berguna untuk melihat kelainan radiks spinal, terutama
pada pasien yang sebelumnya dilakukan operasi vertebra atau
dengan alat fiksasi metal.
4. Elektromiografi (EMG)
Dalam bidang neurologi, maka pemeriksaan elektrofisiologis/
neurofisiologis sangat berguna pada diagnosis sindroma radiks.
Pemeriksaan EMG dilakukan untuk :
Menentukan level dari iritasi atau kompresi radiks
Membedakan antara lesi radiks dengan lesi saraf perifer
Membedakan adanya iritasi atau kompresi radiks
EMG lebih sensitif dilakukan pada waktu minimal 10-14 hari
setelah onset defisit neurologis, dan dapat menunjukkan tentang
kelainan berupa radikulopati, fleksopati ataupun neuropati.
5. Elektroneurografi (ENG)
Pada elektroneurografi dilakukan stimulasi listrik pada suatu
saraf perifer tertentu sehingga kecepatan hantar saraf (KHS) motorik
dan sensorik (Nerve Conduction Velocity/NCV) dapat diukur, juga
dapat dilakukan pengukuran dari refleks dengan masa laten panjang
seperti F-wave dan H-reflex. Pada gangguan radiks, biasanya NCV
normal, namun kadang-kadang bisa menurun bila telah ada
kerusakan akson dan juga bila ada neuropati secara bersamaan.
j. Pengobatan
1. Bed rest biasanya 1-3 hari, istirahat yang terlalu lama akan
menyebabkan kelemahan otot dan dapat meningkatkan kekakuan
otot yang dapat menimbulkan nyeri dan rasa tidak nyaman.
2. Fisiotherapi, stretching dan strengthening otot-otot pinggang,
tungkai dan abomen sangat penting. Dapat dilakukan traksi pelvis,
24
Spondilolisthesis
a. Definisi
Kata spondylolisthesis berasal dari bahsa Yunani yang terdiri atas
kata spondylo yang berarti tulang belakang (vertebra) dan
listhesis yang berarti bergeser. Maka spondilolistesis adalah
suatu pergeseran korpus vertebrae (biasanya kedepan) terhadap
korpus vertebra yang terletak dibawahnya. Umumnya terjadi pada
pertemuan lumbosacral (lumbosacral joints) dimana L5 bergeser
(slip) diatas S1, akan tetapi hal tersebut dapat terjadi pula pada
tingkat vertebra yang lebih tinggi.
b. Etiologi
Etiologi spondylolistesis adalah multifaktorial. Predisposisi
kongenital tampak pada spondilolistesis tipe 1 dan 2, dan postur,
gravitasi, tekanan rotasional dan stres/ tekanan konsentrasi tinggi
pada sumbu tubuh berperan penting dalam terjadinya pergeseran
tersebut. Terdapat 5 tipe utama spondilolistesis:
25
tulang baru.
Tipe IIC sangat jarang terjadi dan disebabkan oleh fraktur akut
pada bagian pars interartikularis. Pencitraan radioisotop
akibat
degenerasi
permukaan
sendi
vertebra.
26
berekstensi penuh
Hiperlordosis lumbal dan thorakolumbal
Hiperkifosis lumbosacral junction
Kesulitan berjalan
Pemendekan badan jika terjadi pergeseran
komplit
(spondiloptosis)
d. Diagnosis
Diagnosis ditegakan dengan gambaran klinis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan radiologis.
-
Gambaran Klinis
Nyeri punggung (back pain) pada regio yang terkena
merupakan
gejala
khas.
Umunya
nyeri
yang
timbul
Pemeriksaan Fisik
27
bentuk
postur.
Pergerakan
tulang
belakang
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan dapat berupa foto polos X-ray, CT Scan,
maupun MRI.
28
e. Penatalaksanaan
1. Non operatif
- Modifikasi gaya hidup
- Penyangga eksternal
- Medikamentosa
- Fisioterapi
2. Operatif
Indikasi intervensi bedah (fusi) pada pasien dewasa adalah :
-
29
BAB III
PEMBAHASAN
Pada pasien ini didapatkan resume masalah sebagai berikut :
1. Kedua kaki terasa berat dan lemah disertai rasa nyeri di daerah pinggang
bawah
30
2.
3.
4.
5.
6.
psikosomatik.
Kebanyakan
nyeri
punggung
akibat
gangguan
Stress mekanik
Nyeri radikuler
Nyeri akan sembuh dalam 6 minggu dengan tirah baring, pengurangan stress
dan relaksasi. Pasien dianjurkan untuk tidur dengan alas yang padat. Fisioterapi
perlu diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot.
Analgetik digunakan untuk mengurangi nyeri. Relaksan otot dan penenang
digunakan untuk mengurangi spasme otot dan membuat pasien rileks.
Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons inflamasi dan mencegah
timbulnya neurofibrosis.
Berdasarkan resume masalah diatas, didapatkan :
Dx Klinis
Dx Topic
: vertebra L4-L5
Dx Etiologi
32
33
DAFTAR PUSTAKA
Bratton, Robert L., 2009. Assessment And Management Of Acute Low Back Pain.
The American Academy Of Family Physician
Dewanto G., Wita J.S., Budi R., Yuda T., 2009. Diagnosis dan Tata Laksana
Penyakit Saraf. Jakarta : EGC pp 98-105
Koes B.W., Van Tulder M.W., Thomas S., 2008. Clinical review: Diagnosis and
Treatment of Low Back Pain. BMJ
Mansjoer, Arif, et all., 2007. Ilmu Penyakit Saraf Kapita Selekta Kedokteran Edisi
III Jilid II. Jakarta : Media Aesculapius pp 54-59
Sidharta, Priguna., 2004. Neurologi Klinis Dalam Praktik Umum Edisi III. Jakarta
: PT Dian Rakyat pp 203-205
Sinaki, M., 2007. Low Back Pain and Disorders of The Lumbar Spine. In :
Braddon R.L., editor. Physical Medicine and Rehabilitation 2nd Edition.
Philadelphia : W.B Saunders Company pp 57-65
34