PERCOBAAN 7
RANGKAIAN RLC PARALEL
8.1
Tujuan Percobaan
1. Memahami karakteristik rangkaian RLC Paralel.
2. Mampu menganalisa rangkaian RLC Paralell baik secara teori maupun
praktik.
3. Memahami karakteristik daya pada rangkaian RLC Paralel
8.2
Dasar Teori
Rangkaian RLC Paralel merupakan rangkaian komponen R, L, C
(Resistor, Induktor, dan Kapasitor) yang dirangkai secara parallel dengan
dengan tegangan sumber. Pada rangkaian ini tegangan dari masisng-masing
titik sama besar yaitu sama dengan tegangan masukan. Sedangkan arusnya
dibagi kesetiap percabangan.
Gambar rangkaian RLC parallel adalah sebagai berikut
= sin-1
( BA )
( CD )
Untuk kurva yang lingkarannya serong kiri:
sin-1
Rumus
sin-1
= 180 - sin-1
( BA )
= 180 -
( CD )
Pada PLC parallel, kurva lissajous digunakan untuk mengetahui beda fasa
Dan untuk gambar rangkaian RLC paralel yang digunakan pada modul
praktikum ialah sebagai berikut :
56
=56
56
= 33 nF
18
0,55 mH
740o
14066o
14066o
Z3= R4+XC1
Maka perhitunganya sebagai berikut :
Z 1=R 1+ R 2
Z 1=56+18
Z 1=74
Z 1=74 0
Z 2=R 3+ Xl 1
Z 2=56+Jwl
3
Z 2=140 66,5
Z 3=R 4+ XC 1
Z 3=56
J
wc
Z 3=56
J
3
9
2. .37,36 . 10 .33. 10
Z 3=56
J .10
7742,49
Z 3=56 j129,16
Z 3=140 66,5
Lalu :
Irr=
Vin
Z1
Irr=
15,5 0
74 0
Irr=0,2 0 A
Irl=
Vin
Z2
Irl=
15,5 0
140 66,5
Irl=0,11 66,5 A
Irc=
Vin
Z3
Irc=
15,5 0
140 66,5
Irc=0,11 66,5 A
Irl=0,1166,5 A
Irc=0,11 66,5 A
Dari hasil perhitungan dan percobaan diatas didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 8.1 Perbandingan hasil perhitungan frekuensi resonansi
Parameter
Perhitungan (A)
Ir
0,2 0
Il
0,11 66,5
Ic
0,11 66,5
I R=0,20 A
I L=0,1166,5 A
dan
pada sudutnya saja , hal itu menandakan bahwa sifat komponen masing-masing
pada induktor Il sudutnya bernilai negatif yang mana sifatnya ialah lagging
sedangkan pada kapasitor Ic sudutnya bernilai positif yang mana sifatnya ialah
leading.
Sedangkan dari data percobaan yang berupa gambar lissajouse dapat kita
analisa dengan mencari beda fasanya , dan berikut adalah perhitungan mencari
beda fasa pada lissajouse:
( BA )
( BA )
( 1,6
1,8 )
=sin (0,889)=62, 74
Lalu Kita cari fasa lissajouse pada kondisi maksimum dengan cara sebagai
berikut :
=180sin1
( BA )
=18062, 74 =117,26
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa nilai fasa lissajouse pada RL ialah
sebagai berikut :
Lalu selanjutnya ialah beda fasa lissajouse pada RC dan berikut adalah
gambar lissajouse pada RC
( BA )
( BA )
0,8
=sin (
1,6 )
1
=sin ( )=30
2
=sin1
Lalu Kita cari fasa lissajouse pada kondisi maksimum dengan cara sebagai
berikut :
=180sin1
( BA )
=18030 =150
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa nilai fasa lissajouse pada RL ialah
sebagai berikut :
Pengukuran Daya:
Daya Kompleks :
V
S=
Ztotal
Z total=Z 1/ Z 2/ Z 3
Z total=
Z 1 . Z 2. Z 3
Z 1+Z 2+Z 3
Dari data sebelumnya dapat kita ketahui bahwa nilai Z1, Z2 dan Z3 ialah
sebagai berikut :
Z 1=74 +J 0
Z 1=74 0
Z 2=56+ J 129
Z 2=140 66,5
Z 3=56 j129,16
Z 3=140 66,5
Z 1 . Z 2. Z 3
Z 1+Z 2+Z 3
Z total=
14504.10 0
Z total=
186J 0,16
Z total=
14504 .10 2 0
186 0,05
Z total=77,98 0,05
Maka nilai Daya Kompleks :
S=
V2
Ztotal
S=
(15,5 0)
77,98 0,05
S=3,081 0,05 VA
S=3,0812,68
Daya Aktif :
P=3,081 Watt
Daya Reaktif :
Q=2,68 Var
Power Factor :
=0,05
cos =0,96(leading)
Dari hasil perhitungan dapat dibuat grafik grafik Vin, Ir, Ic dan IL sbb:
Gambar 8.16 Grafik Vin(a), Ir(b), IL(c), Ic(d) hasil perhitungan F = 37,36 kHz
8.6.4 Pembahasan Frekuensi Rendah
Pada pembahasan RLC parallel frekuensi rendah digunakan f = 30 KHz
dan Vin = 5,5
Dan untuk gambar rangkaian RLC paralel yang digunakan pada modul
praktikum ialah sebagai berikut :
=56
56
56
= 33 nF
18
0,55 mH
740
11761,6
170,370,8o
Z3= R4+XC1
Maka perhitunganya sebagai berikut :
Z 1=R 1+ R 2
Z 1=56+18
Z 1=74
Z 1=74 <0
Z 2=R 3+ Xl 1
Z 2=56+Jwl
3
Z 2=117 <61,6
Z 3=R 4+ XC 1
Z 3=56
J
wc
Z 3=56
J
3
9
2. .30. 10 .33 . 10
Z 3=56
J 10
6217,2
Z 3=56J 160,8
Z 3=170,3<70,8
Lalu :
Irr=
Vin
Z1
Irr=
5,5< 0
74< 0
Irr=0,074<0 A
Irl=
Vin
Z2
Irl=
5,5<0
117 <61,6
Irl=0,047<61,6 A
Irc=
Vin
Z3
Irc=
5,5
170,3<70,8
Irc=0,032<70,8 A
I L=0,047<61,6 A
I C=0,032<70,8 A
Dari hasil perhitungan dan percobaan diatas didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 8.2 Perbandingan hasil perhitungan frekuensi endah
Parameter
Perhitungan (A)
Ir
0,074< 0
Il
0,047<61,6
Ic
0,032<70,8
I C=0,032<70,8 A
I R=0,074<0 A
I L=0,047<61,6 A
pada kapasitor bernilai positif , hal itu menandakan bahwa sifat komponen
masing-masing pada induktor Il sudutnya bernilai negatif yang mana sifatnya
ialah lagging sedangkan pada kapasitor Ic sudutnya bernilai positif yang mana
sifatnya ialah leading.
Sedangkan dari data percobaan yang berupa gambar lissajouse dapat kita
analisa dengan mencari beda fasanya , dan berikut adalah perhitungan mencari
beda fasa pada lissajouse:
( BA )
( BA )
( 44 )
=sin1 (1)=90
Lalu Kita cari fasa lissajouse pada kondisi maksimum dengan cara sebagai
berikut :
=180sin1
( BA )
=18090 =90
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa nilai fasa lissajouse pada RL ialah
sebagai berikut :
Lalu selanjutnya ialah beda fasa lissajouse pada RC dan berikut adalah
gambar lissajouse pada RC
( BA )
( BA )
0,6
=sin (
2 )
=sin1
1
=sin ( 0,3 )=17,45
Lalu Kita cari fasa lissajouse pada kondisi maksimum dengan cara sebagai
berikut :
=180sin1
( BA )
=18017,45 =162,55
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa nilai fasa lissajouse pada RL ialah
sebagai berikut :
Pengukuran Daya:
Daya Kompleks :
S=
V2
Ztotal
Z total=Z 1/ Z 2/ Z 3
Z total=
Z 1 . Z 2. Z 3
Z 1+Z 2+Z 3
Dari data sebelumnya dapat kita ketahui bahwa nilai Z1, Z2 dan Z3 ialah
sebagai berikut :
Z 1=74 +J 0
Z 1=74 <0
Z 2=56+ J 103,62
Z 2=117 <61,6
Z 3=56J 160,8
Z 3=170,3<70,8
Maka Z total dapat kita hitung :
Z total=
Z 1 . Z 2. Z 3
Z 1+Z 2+Z 3
Z total=
Z total=
1474457,4<9,2
186J 57,18
Z total=
1474457,4<9,2
194,6<17,1
Z total=7576,9<7,9
V2
Ztotal
S=
(5,5<0)2
7576,9<7,9
S=0,00073<7,9 VA
S=0,00072J 0,0001VA
Dengan menggunakan segitiga daya
Maka akan diperoleh nilai-nilai sebagai berikut :
Daya Aktif :
P=0,00072 Watt
Daya Reaktif :
Q=0,0001 Var
Power Factor :
=7,9
cos =0,95(leading)
Dari hasil perhitungan dapat dibuat grafik grafik Vin, Ir, Ic dan Il sbb:
56
=56
56
= 33 nF
18
0,55 mH
740o
14066o
14066o
Z 1=56+18
Z 1=74
Z 1=74 <0
Z 2=R 3+ Xl 1
Z 2=56+ Jwl
Z 3=R 4+ XC 1
Z 3=56
J
wc
Z 3=56
J
3
9
2. . 95.10 .33 . 10
Z 3=56
J 10
19687,8
Z 3=56J 5,08
Z 3=56,23 5,2
Lalu :
Irr=
Vin
Z1
Irr=
13 0
74 0
Irr=0,18 0 A
Irl=
Vin
Z2
Irl=
13 0
332,9 80,3
Irl=0,03980,3 A
Irc=
Vin
Z3
Irc=
13 0
56,23 5,2
Irc=0,231 5,2 A
Irl=0,03980,3 A
Irc=0,231 5,2 A
Dari hasil perhitungan dan percobaan diatas didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 8.3 Perbandingan hasil perhitungan frekuensi endah
Parameter
Perhitungan (A)
Ir
0,18<0
Il
0,039<80,3
Ic
0,231<5,2
I C=0,231<5,2 A
I R=0,18<0 A
I L=0,039<80,3 A
pada kapasitor bernilai positif , hal itu menandakan bahwa sifat komponen
masing-masing pada induktor Il sudutnya bernilai negatif yang mana sifatnya
ialah lagging sedangkan pada kapasitor Ic sudutnya bernilai positif yang mana
sifatnya ialah leading.
Sedangkan dari data percobaan yang berupa gambar lissajouse dapat kita
analisa dengan mencari beda fasanya , dan berikut adalah perhitungan mencari
beda fasa pada lissajouse :
=sin1
( BA )
( BA )
0,1
( 2,5
)
=sin (0,04)
=2,3
Lalu Kita cari fasa lissajouse pada kondisi maksimum dengan cara sebagai
berikut :
=180sin1
( BA )
=1802,3
=177,7
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa nilai fasa lissajouse pada RL ialah
sebagai berikut :
Lalu selanjutnya ialah beda fasa lissajouse pada RC dan berikut adalah
gambar lissajouse pada RC
( BA )
( BA )
0,1
=sin (
2,5 )
=sin1
=sin1 ( 0,04 )
=2,3
Lalu Kita cari fasa lissajouse pada kondisi maksimum dengan cara sebagai
berikut :
=180sin1
( BA )
=1802,3
=177,7
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa nilai fasa lissajouse pada RL ialah
sebagai berikut :
Pengukuran Daya:
Daya Kompleks :
2
S=
V
Ztotal
Z total=Z 1/ Z 2/ Z 3
Z total=
Z 1 . Z 2. Z 3
Z 1+Z 2+Z 3
Dari data sebelumnya dapat kita ketahui bahwa nilai Z1, Z2 dan Z3 ialah
sebagai berikut :
Z 1=74 +J 0
Z 1=74 <0
Z 2=56+ J 328,13
Z 2=332,9< 80,3
Z 3=56J 5,08
Z 3=56,23<5,2
Z 1 . Z 2. Z 3
Z 1+Z 2+Z 3
Z total=
Z total=
138520,56<75,1
186J 323,05
Z total=
138520,56<75,1
380,6 <60,7
Z total=363,95<135,8
Maka nilai Daya Kompleks :
S=
V2
Ztotal
S=
(13<0)
363,95<135,8
S=0,0357 <135,8 VA
S=0,0256+ J 0,025 VA
Daya Aktif :
P=0,0256 Watt
Daya Reaktif :
Q=0,025 Var
Power Factor :
=135,8
cos =0,72(lagging)
Dari hasil perhitungan dapat dibuat grafik grafik Vin, Ir, Ic dan Il sbb:
3. Pada percobaan menggunakan frekuensi tinggi (f=96 KHz), arus yang dominan
adalah arus induktif. Celah lissajous pada VRL dan VRC lebih besar sehingga
beda fasa pada beban induktif lebih besar.
4. Pada percobaan menggunakan frekuensi resonansi (f=37,36 Hz), arus tidak
bersifat induktif maupun kapasitif. Karena beda fasa beban kapasitif dan
induktif sama.
5. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai daya aktif masing-masing percobaan :
Frekuensi rendah : 0.090 W
Frekuensi tinggi : 0.039 W
Frekuensi resonansi : 0.099 W
Nilai yang paling besar dimiliki oleh frekuensi resonansi karena rangkaian ini
memiliki power factor mendekati 1.
6. Power factor yang paling baik adalah pada frekuensi resonansi karena beban
kapasitif dan induktif memiliki beda fasa hampir sama. Dengan beda fasa
antara tegangan dan arus hampir sama maka nilai power factor mendekati 1
7. Lissajous mencitrakan perbedaan beda fasa frekuensi dan amplitude dari dua
gelombang inputan pada probe osiloskop.
8. Pada Frekuensi tinggi, rangkaian RLC parallel bersifat lagging akibat beban
induktif lebih besar dari beban kapasitif
9. Perbedaan Antara Rangkaian RLC-Parallel dan RLC-Seri:
a. Pada RLC Parallel:
Bila arus yang melalui reaktansi induktif (IL) lebih besar daripada arus yang
melalui reaktansi kapasitif (IC), maka arus total (I) tertinggal sejauh 90 0
terhadap tegangan (V), maka rangkaian parallel ini cenderung bersifat
induktif. Sebaliknya bilamana arus yang melalui reaktansi induktif (IL) lebih
kecil daripada arus yang melalui reaktansi kapasitif (I C), maka arus total (I)
mendahului sejauh 900 terhadap tegangan (V), maka rangkaian paralel ini
cenderung bersifat kapasitif.
b. Pada RLC Seri:
Bila tegangan jatuh pada reaktif induktif (V L) lebih besar dari tegangan jatuh
pada reaktif kapasitif (VC), maka tegangan total (VS) mendahului arus (I),
maka rangkaian seri ini cenderung bersifat induktif. Sebaliknya bila tegangan
jatuh pada reaktif induktif (VL) lebih kecil dari tegangan jatuh pada reaktif
kapasitif (VC), maka tegangan total (VS) tertinggal terhadap arus (I), maka
rangkaian seri ini cenderung bersifat kapasitif.