Anda di halaman 1dari 30

BAB VIII

PERCOBAAN 7
RANGKAIAN RLC PARALEL
8.1

Tujuan Percobaan
1. Memahami karakteristik rangkaian RLC Paralel.
2. Mampu menganalisa rangkaian RLC Paralell baik secara teori maupun
praktik.
3. Memahami karakteristik daya pada rangkaian RLC Paralel

8.2

Dasar Teori
Rangkaian RLC Paralel merupakan rangkaian komponen R, L, C
(Resistor, Induktor, dan Kapasitor) yang dirangkai secara parallel dengan
dengan tegangan sumber. Pada rangkaian ini tegangan dari masisng-masing
titik sama besar yaitu sama dengan tegangan masukan. Sedangkan arusnya
dibagi kesetiap percabangan.
Gambar rangkaian RLC parallel adalah sebagai berikut

Gambar 8.8 Gambar rangkaian RLC Paralel

8.6.2 Sekilas Tentang Lissajous

Grafik atau gambar lissa jous adalah sebuah penampakan pada


layar osiloskop yang mencitrakan perbedaan beda fasa frekuensi dan
amplitude dari dua gelombang inputan pada probe osiloskop
Proses pencitraan lissajous adalah sebagai berikut, dimana dua
inputan probe osiloskop akan digabung menjadi satu dengan inputan satu
berada pada sumbu absis dan yang lain pada sumbu ordinat.

Gambar 8.9 Proses Menggambar Lissajouse


Cara menggambar lissajous yaitu:
1. Menggambar dua gelombang yang akan dibandingkan dalam domain X
dan Y. Pada gambar 8. Gelombang 1 diletakan sebagai input Y (vertical)
dan gelombang 2 sebagai input X (horizontal).
2. Memilah nilai gelombang menjadi bagian-bagian dan jarak bagian-bagian
pada masing masing gelombang harus sama. (contoh pada gambar 8. 16
bagian)

3. Memplot masing-masing titik pada bagiannya masing-masing dengan


menggambar garis bantu ketengah bidang kertas dan mencari titik
potongnya dengan perpanjangan garis bantu dari gelombang yang lain.
4. Hubungkan titik-titik sesuai dengan urutannya.
Dari gambar lissajous kita dapat mengetahui beda fasa antara 2
gelombang. Tetapi hanya 2 gelombang dengan frekuensi sama yang dapat kita
analisis. Cirinya adalah hanya memiliki 1 lingkaran saja.
Untuk kurva yang lingkarannya serong kanan:

Gambar 8.10 Lissajouse Kondisi Minimum


Rumus

= sin-1

( BA )

( CD )
Untuk kurva yang lingkarannya serong kiri:

Gambar 8.11 Lissajouse Kondisi Maksimum

sin-1

Rumus

sin-1

= 180 - sin-1

( BA )

= 180 -

( CD )
Pada PLC parallel, kurva lissajous digunakan untuk mengetahui beda fasa

dari masing-masing komponen


Gambar Rangkaian
Gambar 8.1 Gambar rangkaian RLC Paralel
8.3 Alat dan Bahan
1. Osiloskop dan 2 buah probe
2. Multimeter Digital
3. Modul Rangkaian RLC Paralel
4. Audio Frequency Generator
5. Jumper

8.4 Langkah Percobaan


1. Menyiapkan alat dan bahan serta mengkalibrasi alat ukur.
2. Mengeset AFG pada frekuensi resonansi 483 KHz.
3. Menyambung AFG pada rangkaian dan mengukur nilai tegangan pada
modul AFG.
4. Memasang probe osiloskop untuk melihat gambar lissajous pada RL dan
RC kemudian catat
5. Mengulangi percobaaan dengan variasi di atas frekuensi resonansi (800
KHz) dan di bawah frekunsi resonansi (100 KHz)

8.5 Data Percobaan


8.5.1 Frekuensi Resonansi ( F= 37,36 KHz)
Fr= 37,36 kHz
Vin = 10 mV, V out = 200 mV

Gambar 8.2 Lissajouse Pada RC


Fin = 37,36 kHz
Vin = 200 mV, Vout = 200 mV

Gambar 8.3 Lissajouse Pada RL


8.5.2 Frekuensi Rendah (30 KHz)
Fr= 30
Vin = 5 mV, Vout = 500 mV

Gambar 8.4 Lissajouse Pada RC


Fin = 30
Vin = 500 mV, Vout = 500 mV

Gambar 8.5 Lissajouse Pada RL


8.5.3 Frekuensi Tinggi (95 KHz)
Fr= 95
Vin = 100 mV, Vout = 100 mV

Gambar 8.6 Lissajouse Pada RC


Fin = 95 kHz
Vin = 20 mV, Vout = 200 mV

Gambar 8.7 Lissajouse Pada RL

8.6 Analisa dan Pembahasan


8.6.1 Sekilas Tentang Rangkaian RLC Paralel
8.6.3 Pembahasan Frekuensi Resonansi
Pada pembahasan RLC parallel frekuensi resonansi digunakan f = 37,36
KHz dan Vin = 10 mV

Dan untuk gambar rangkaian RLC paralel yang digunakan pada modul
praktikum ialah sebagai berikut :

56

=56
56

= 33 nF
18

0,55 mH

Gambar 8.12 Rangkaian RLC Paralel pada Modul


Perhitungan:
Pada Modul kita ketahui parameter parameter yang kita butuhkan adalah
sebagi berikut :
R1=56
R2=18
R3=56
R4=56
L1=0,55 mH
C1=33 nF
Untuk mempermudah mencari Ir , IL dan Ic maka dapat menyederhanakan
Rangkain menjadi seperti ini

740o

14066o

Gambar 8.13 Rangkaian penyederhanaan


Dengan cara :
Z1= R1+R2
Z2= R3+X L1

14066o

Z3= R4+XC1
Maka perhitunganya sebagai berikut :
Z 1=R 1+ R 2

Z 1=56+18
Z 1=74

Z 1=74 0
Z 2=R 3+ Xl 1

Z 2=56+Jwl
3

Z 2=56+ J . 2 . 37,36 .10 .0,55 x 10


Z 2=56+ J 129

Z 2=140 66,5
Z 3=R 4+ XC 1

Z 3=56

J
wc

Z 3=56

J
3
9
2. .37,36 . 10 .33. 10

Z 3=56

J .10
7742,49

Z 3=56 j129,16
Z 3=140 66,5

Lalu :
Irr=

Vin
Z1

Irr=

15,5 0
74 0

Irr=0,2 0 A
Irl=

Vin
Z2

Irl=

15,5 0
140 66,5

Irl=0,11 66,5 A

Irc=

Vin
Z3

Irc=

15,5 0
140 66,5

Irc=0,11 66,5 A

Dari perhitungan didapat:


F = 37,36 Khz ; Vin = 15,5 V
I r =0,2 0 A

Irl=0,1166,5 A
Irc=0,11 66,5 A

Dari hasil perhitungan dan percobaan diatas didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 8.1 Perbandingan hasil perhitungan frekuensi resonansi
Parameter

Perhitungan (A)

Ir

0,2 0

Il

0,11 66,5

Ic

0,11 66,5

Dari table diatas terlihat bahwa didapat nilai-nilai parameter yaitu Ir , Il


dan Ic yang dihitungan sebesar
I C=0,11 66,5 A

I R=0,20 A

I L=0,1166,5 A

dan

nilai IL dan Ic hanya ada pada perbedaan pada polaritas

pada sudutnya saja , hal itu menandakan bahwa sifat komponen masing-masing
pada induktor Il sudutnya bernilai negatif yang mana sifatnya ialah lagging
sedangkan pada kapasitor Ic sudutnya bernilai positif yang mana sifatnya ialah
leading.
Sedangkan dari data percobaan yang berupa gambar lissajouse dapat kita
analisa dengan mencari beda fasanya , dan berikut adalah perhitungan mencari
beda fasa pada lissajouse:

Gambar 8.14 Lissajouse Pada RL


Beda fasa pada lissa jouse pada kondisi minimum dapat kita cari dengan
cara sebagi berikut :
=sin1

( BA )

Dari gambar di atas Kita ketahuai bahwa nilai


B= 1,6 div
A= 1,8 div
Sehingga dapat kita cari fasa lissajouse pada kondisi minimum dengan
perhitungan sebagai berikut :
=sin1
=sin1

( BA )
( 1,6
1,8 )

=sin (0,889)=62, 74
Lalu Kita cari fasa lissajouse pada kondisi maksimum dengan cara sebagai
berikut :
=180sin1

( BA )

=18062, 74 =117,26
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa nilai fasa lissajouse pada RL ialah
sebagai berikut :

Beda Fasa pada kondisi minimum :


=62,74

Beda fasa pada kondisi maksimum :


=117,26

Lalu selanjutnya ialah beda fasa lissajouse pada RC dan berikut adalah
gambar lissajouse pada RC

Gambar 8.15 Lissajouse Pada RC


Beda fasa pada lissa jouse pada kondisi minimum dapat kita cari dengan
cara sebagi berikut :
=sin1

( BA )

Dari gambar di atas Kita ketahuai bahwa nilai


B= 0,8 div
A= 1,6 div
Sehingga dapat kita cari fasa lissajouse pada kondisi minimum dengan
perhitungan sebagai berikut :

( BA )
0,8
=sin (
1,6 )
1
=sin ( )=30
2

=sin1

Lalu Kita cari fasa lissajouse pada kondisi maksimum dengan cara sebagai
berikut :
=180sin1

( BA )

=18030 =150

Sehingga dapat kita simpulkan bahwa nilai fasa lissajouse pada RL ialah
sebagai berikut :

Beda Fasa pada kondisi minimum :


=30

Beda fasa pada kondisi maksimum :


=150

Pengukuran Daya:

Daya Kompleks :

V
S=
Ztotal
Z total=Z 1/ Z 2/ Z 3

Z total=

Z 1 . Z 2. Z 3
Z 1+Z 2+Z 3

Dari data sebelumnya dapat kita ketahui bahwa nilai Z1, Z2 dan Z3 ialah
sebagai berikut :
Z 1=74 +J 0
Z 1=74 0

Z 2=56+ J 129
Z 2=140 66,5

Z 3=56 j129,16
Z 3=140 66,5

Maka Z total dapat kita hitung :


Z total=

Z 1 . Z 2. Z 3
Z 1+Z 2+Z 3

Z total=

74 0 . 140 66,5 . 14066,5


74 + J 0+56+ J 129+56 j 129,16
2

14504.10 0
Z total=
186J 0,16
Z total=

14504 .10 2 0
186 0,05

Z total=77,98 0,05
Maka nilai Daya Kompleks :
S=

V2
Ztotal

S=

(15,5 0)
77,98 0,05

S=3,081 0,05 VA
S=3,0812,68

Dengan menggunakan segitiga daya


Maka akan diperoleh nilai-nilai sebagai berikut :

Daya Aktif :
P=3,081 Watt

Daya Reaktif :

Q=2,68 Var

Power Factor :
=0,05

cos =0,96(leading)
Dari hasil perhitungan dapat dibuat grafik grafik Vin, Ir, Ic dan IL sbb:

Gambar 8.16 Grafik Vin(a), Ir(b), IL(c), Ic(d) hasil perhitungan F = 37,36 kHz
8.6.4 Pembahasan Frekuensi Rendah
Pada pembahasan RLC parallel frekuensi rendah digunakan f = 30 KHz
dan Vin = 5,5

Dan untuk gambar rangkaian RLC paralel yang digunakan pada modul
praktikum ialah sebagai berikut :

=56

56

56

= 33 nF
18

0,55 mH

Gambar 8.17 Rangkaian RLC Paralel pada Modul


Perhitungan:
Pada Modul kita ketahui parameter parameter yang kita butuhkan adalah
sebagi berikut :
R1=56
R2=18
R3=56
R4=56
L1=0,55 mH
C1=33 nF
Untuk mempermudah mencari Ir , IL dan Ic maka dapat menyederhanakan
Rangkain menjadi seperti ini

740

11761,6

Gambar 8.18 Rangkaian penyederhanaan


Dengan cara :
Z1= R1+R2
Z2= R3+X L1

170,370,8o

Z3= R4+XC1
Maka perhitunganya sebagai berikut :
Z 1=R 1+ R 2

Z 1=56+18
Z 1=74

Z 1=74 <0
Z 2=R 3+ Xl 1

Z 2=56+Jwl
3

Z 2=56+ J . 2 . 30 .10 .0,55 x 10


Z 2=56+ J 103,62

Z 2=117 <61,6
Z 3=R 4+ XC 1

Z 3=56

J
wc

Z 3=56

J
3
9
2. .30. 10 .33 . 10

Z 3=56

J 10
6217,2

Z 3=56J 160,8
Z 3=170,3<70,8

Lalu :
Irr=

Vin
Z1

Irr=

5,5< 0
74< 0

Irr=0,074<0 A
Irl=

Vin
Z2

Irl=

5,5<0
117 <61,6

Irl=0,047<61,6 A

Irc=

Vin
Z3

Irc=

5,5
170,3<70,8

Irc=0,032<70,8 A

Dari perhitungan didapat:


F = 30 Khz ; Vin = 5,5 V
I R=0,074<0 A

I L=0,047<61,6 A
I C=0,032<70,8 A

Dari hasil perhitungan dan percobaan diatas didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 8.2 Perbandingan hasil perhitungan frekuensi endah
Parameter

Perhitungan (A)

Ir

0,074< 0

Il

0,047<61,6

Ic

0,032<70,8

Dari table diatas terlihat bahwa didapat nilai-nilai parameter yaitu Ir , Il


dan Ic yang dihitungan sebesar
dan

I C=0,032<70,8 A

I R=0,074<0 A

I L=0,047<61,6 A

. Pada induktor sudutnya bernilai negatif , sedangkan

pada kapasitor bernilai positif , hal itu menandakan bahwa sifat komponen
masing-masing pada induktor Il sudutnya bernilai negatif yang mana sifatnya
ialah lagging sedangkan pada kapasitor Ic sudutnya bernilai positif yang mana
sifatnya ialah leading.
Sedangkan dari data percobaan yang berupa gambar lissajouse dapat kita
analisa dengan mencari beda fasanya , dan berikut adalah perhitungan mencari
beda fasa pada lissajouse:

Gambar 8.19 Lissajouse Pada RL


Beda fasa pada lissa jouse pada kondisi minimum dapat kita cari dengan
cara sebagi berikut :
=sin1

( BA )

Dari gambar di atas Kita ketahuai bahwa nilai


B= 4 div
A= 4 div
Sehingga dapat kita cari fasa lissajouse pada kondisi minimum dengan
perhitungan sebagai berikut :
=sin1
=sin1

( BA )
( 44 )

=sin1 (1)=90
Lalu Kita cari fasa lissajouse pada kondisi maksimum dengan cara sebagai
berikut :
=180sin1

( BA )

=18090 =90
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa nilai fasa lissajouse pada RL ialah
sebagai berikut :

Beda Fasa pada kondisi minimum :


=90

Beda fasa pada kondisi maksimum :


=90

Lalu selanjutnya ialah beda fasa lissajouse pada RC dan berikut adalah
gambar lissajouse pada RC

Gambar 8.20 Lissajouse Pada RC


Beda fasa pada lissa jouse pada kondisi minimum dapat kita cari dengan
cara sebagi berikut :
=sin1

( BA )

Dari gambar di atas Kita ketahuai bahwa nilai


B= 0,6 div
A= 2 div
Sehingga dapat kita cari fasa lissajouse pada kondisi minimum dengan
perhitungan sebagai berikut :

( BA )
0,6
=sin (
2 )

=sin1

1
=sin ( 0,3 )=17,45

Lalu Kita cari fasa lissajouse pada kondisi maksimum dengan cara sebagai
berikut :
=180sin1

( BA )

=18017,45 =162,55
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa nilai fasa lissajouse pada RL ialah
sebagai berikut :

Beda Fasa pada kondisi minimum :


=17,45

Beda fasa pada kondisi maksimum :


=162,55

Pengukuran Daya:

Daya Kompleks :
S=

V2
Ztotal

Z total=Z 1/ Z 2/ Z 3

Z total=

Z 1 . Z 2. Z 3
Z 1+Z 2+Z 3

Dari data sebelumnya dapat kita ketahui bahwa nilai Z1, Z2 dan Z3 ialah
sebagai berikut :
Z 1=74 +J 0

Z 1=74 <0
Z 2=56+ J 103,62

Z 2=117 <61,6
Z 3=56J 160,8

Z 3=170,3<70,8
Maka Z total dapat kita hitung :
Z total=

Z 1 . Z 2. Z 3
Z 1+Z 2+Z 3

Z total=

74< 0 . 117< 61,6 . 170,3<70,8


74+ J 0+56+ J 103,62+56J 160,8

Z total=

1474457,4<9,2
186J 57,18

Z total=

1474457,4<9,2
194,6<17,1

Z total=7576,9<7,9

Maka nilai Daya Kompleks :


S=

V2
Ztotal

S=

(5,5<0)2
7576,9<7,9
S=0,00073<7,9 VA

S=0,00072J 0,0001VA
Dengan menggunakan segitiga daya
Maka akan diperoleh nilai-nilai sebagai berikut :

Daya Aktif :
P=0,00072 Watt

Daya Reaktif :
Q=0,0001 Var

Power Factor :
=7,9

cos =0,95(leading)

Dari hasil perhitungan dapat dibuat grafik grafik Vin, Ir, Ic dan Il sbb:

Gambar 8.21 Grafik Vin , Ir , IL ,Ic , hasil perhitungan F=30 KHz


8.6.5 Pembahasan Frekuensi Tinggi
Pada pembahasan RLC parallel frekuensi rendah digunakan f= 95 KHz
dan Vin = 13 V
Dan untuk gambar rangkaian RLC paralel yang digunakan pada modul
praktikum ialah sebagai berikut :

56

=56
56

= 33 nF
18

0,55 mH

Gambar 8.22 Rangkaian RLC Paralel pada Modul


Perhitungan:
Pada Modul kita ketahui parameter parameter yang kita butuhkan adalah
sebagi berikut :
R1=56
R2=18
R3= 56
R4= 56
L1= 0,55 mH
C1= 33 nF
Untuk mempermudah mencari Ir , IL dan Ic maka dapat menyederhanakan
Rangkaian menjadi seperti ini

740o

14066o

Gambar 8.23 Rangkaian penyederhanaan


Dengan cara :
Z1= R1+R2
Z2= R3+X L1
Z3= R4+XC1
Maka perhitunganya sebagai berikut :
Z 1=R 1+ R 2

14066o

Z 1=56+18

Z 1=74
Z 1=74 <0

Z 2=R 3+ Xl 1
Z 2=56+ Jwl

Z 2=56+ J . 2 . 95. 103 .0,55 x 103


Z 2=56+ J 328,13
Z 2=332,9 80,3

Z 3=R 4+ XC 1
Z 3=56

J
wc

Z 3=56

J
3
9
2. . 95.10 .33 . 10

Z 3=56

J 10
19687,8

Z 3=56J 5,08

Z 3=56,23 5,2
Lalu :
Irr=

Vin
Z1

Irr=

13 0
74 0

Irr=0,18 0 A

Irl=

Vin
Z2

Irl=

13 0
332,9 80,3

Irl=0,03980,3 A
Irc=

Vin
Z3

Irc=

13 0
56,23 5,2

Irc=0,231 5,2 A

Dari perhitungan didapat:


F = 30 Khz ; Vin = 13 V
Irr=0,18 0 A

Irl=0,03980,3 A

Irc=0,231 5,2 A
Dari hasil perhitungan dan percobaan diatas didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 8.3 Perbandingan hasil perhitungan frekuensi endah
Parameter

Perhitungan (A)

Ir

0,18<0

Il

0,039<80,3

Ic

0,231<5,2

Dari table diatas terlihat bahwa didapat nilai-nilai parameter yaitu Ir , Il


dan Ic yang dihitungan sebesar
dan

I C=0,231<5,2 A

I R=0,18<0 A

I L=0,039<80,3 A

. Pada induktor sudutnya bernilai negatif , sedangkan

pada kapasitor bernilai positif , hal itu menandakan bahwa sifat komponen
masing-masing pada induktor Il sudutnya bernilai negatif yang mana sifatnya
ialah lagging sedangkan pada kapasitor Ic sudutnya bernilai positif yang mana
sifatnya ialah leading.
Sedangkan dari data percobaan yang berupa gambar lissajouse dapat kita
analisa dengan mencari beda fasanya , dan berikut adalah perhitungan mencari
beda fasa pada lissajouse :

Gambar 8.24 Lissajouse Pada RL


Beda fasa pada lissa jouse pada kondisi minimum dapat kita cari dengan
cara sebagi berikut :

=sin1

( BA )

Dari gambar di atas Kita ketahuai bahwa nilai


B= 0,1 div
A= 2,5 div
Sehingga dapat kita cari fasa lissajouse pada kondisi minimum dengan
perhitungan sebagai berikut :
=sin1
=sin1

( BA )
0,1
( 2,5
)

=sin (0,04)
=2,3
Lalu Kita cari fasa lissajouse pada kondisi maksimum dengan cara sebagai
berikut :
=180sin1

( BA )

=1802,3

=177,7
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa nilai fasa lissajouse pada RL ialah
sebagai berikut :

Beda Fasa pada kondisi minimum :


=2,3

Beda fasa pada kondisi maksimum :


=177,7

Lalu selanjutnya ialah beda fasa lissajouse pada RC dan berikut adalah
gambar lissajouse pada RC

Gambar 8.25 Lissajouse Pada RC


Beda fasa pada lissa jouse pada kondisi minimum dapat kita cari dengan
cara sebagi berikut :
=sin1

( BA )

Dari gambar di atas Kita ketahuai bahwa nilai


B= 0,1 div
A= 2,5 div
Sehingga dapat kita cari fasa lissajouse pada kondisi minimum dengan
perhitungan sebagai berikut :

( BA )
0,1
=sin (
2,5 )

=sin1

=sin1 ( 0,04 )
=2,3
Lalu Kita cari fasa lissajouse pada kondisi maksimum dengan cara sebagai
berikut :
=180sin1

( BA )

=1802,3

=177,7
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa nilai fasa lissajouse pada RL ialah
sebagai berikut :

Beda Fasa pada kondisi minimum :


=2,3

Beda fasa pada kondisi maksimum :


=177,7

Pengukuran Daya:

Daya Kompleks :
2

S=

V
Ztotal

Z total=Z 1/ Z 2/ Z 3

Z total=

Z 1 . Z 2. Z 3
Z 1+Z 2+Z 3

Dari data sebelumnya dapat kita ketahui bahwa nilai Z1, Z2 dan Z3 ialah
sebagai berikut :
Z 1=74 +J 0
Z 1=74 <0

Z 2=56+ J 328,13
Z 2=332,9< 80,3

Z 3=56J 5,08
Z 3=56,23<5,2

Maka Z total dapat kita hitung :


Z total=

Z 1 . Z 2. Z 3
Z 1+Z 2+Z 3

Z total=

74<0 .332,9< 80,3 . 56,23<5,2


74+ J 0+56+ J 328,13+56J 5,08

Z total=

138520,56<75,1
186J 323,05

Z total=

138520,56<75,1
380,6 <60,7

Z total=363,95<135,8
Maka nilai Daya Kompleks :
S=

V2
Ztotal

S=

(13<0)
363,95<135,8

S=0,0357 <135,8 VA
S=0,0256+ J 0,025 VA

Dengan menggunakan segitiga daya


Maka akan diperoleh nilai-nilai sebagai berikut :

Daya Aktif :
P=0,0256 Watt

Daya Reaktif :
Q=0,025 Var

Power Factor :

=135,8

cos =0,72(lagging)
Dari hasil perhitungan dapat dibuat grafik grafik Vin, Ir, Ic dan Il sbb:

Gambar 8.21 Grafik Vin , Ir , IL ,Ic , hasil perhitungan F=30 KHz


8.7 Kesimpulan
1. Nilai tegangan untuk rangkaian RLC parallel adalah sama untuk setiap beban
yang diparalelkan sedangkan nilai arusnya adalah penjumlahan dari semua arus
di tiap titik percabangan
2. Pada percobaan menggunakan frekuensi rendah (f=30 KHz), arus yang
dominan adalah arus kapasitif. Celah lissajous pada VRL dan VRC lebih besar
sehingga beda fasa pada beban kapasitif lebih besar.

3. Pada percobaan menggunakan frekuensi tinggi (f=96 KHz), arus yang dominan
adalah arus induktif. Celah lissajous pada VRL dan VRC lebih besar sehingga
beda fasa pada beban induktif lebih besar.
4. Pada percobaan menggunakan frekuensi resonansi (f=37,36 Hz), arus tidak
bersifat induktif maupun kapasitif. Karena beda fasa beban kapasitif dan
induktif sama.
5. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai daya aktif masing-masing percobaan :
Frekuensi rendah : 0.090 W
Frekuensi tinggi : 0.039 W
Frekuensi resonansi : 0.099 W
Nilai yang paling besar dimiliki oleh frekuensi resonansi karena rangkaian ini
memiliki power factor mendekati 1.
6. Power factor yang paling baik adalah pada frekuensi resonansi karena beban
kapasitif dan induktif memiliki beda fasa hampir sama. Dengan beda fasa
antara tegangan dan arus hampir sama maka nilai power factor mendekati 1
7. Lissajous mencitrakan perbedaan beda fasa frekuensi dan amplitude dari dua
gelombang inputan pada probe osiloskop.
8. Pada Frekuensi tinggi, rangkaian RLC parallel bersifat lagging akibat beban
induktif lebih besar dari beban kapasitif
9. Perbedaan Antara Rangkaian RLC-Parallel dan RLC-Seri:
a. Pada RLC Parallel:
Bila arus yang melalui reaktansi induktif (IL) lebih besar daripada arus yang
melalui reaktansi kapasitif (IC), maka arus total (I) tertinggal sejauh 90 0
terhadap tegangan (V), maka rangkaian parallel ini cenderung bersifat
induktif. Sebaliknya bilamana arus yang melalui reaktansi induktif (IL) lebih
kecil daripada arus yang melalui reaktansi kapasitif (I C), maka arus total (I)

mendahului sejauh 900 terhadap tegangan (V), maka rangkaian paralel ini
cenderung bersifat kapasitif.
b. Pada RLC Seri:
Bila tegangan jatuh pada reaktif induktif (V L) lebih besar dari tegangan jatuh
pada reaktif kapasitif (VC), maka tegangan total (VS) mendahului arus (I),
maka rangkaian seri ini cenderung bersifat induktif. Sebaliknya bila tegangan
jatuh pada reaktif induktif (VL) lebih kecil dari tegangan jatuh pada reaktif
kapasitif (VC), maka tegangan total (VS) tertinggal terhadap arus (I), maka
rangkaian seri ini cenderung bersifat kapasitif.

Anda mungkin juga menyukai