Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

Seorang Wanita Usia 28 Tahun Dengan Abortus

Disusun oleh:
Arianda Nurbani W

030.09.028

Pembimbing:
dr. Arif Aminudin A, Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU ANESTESI


RSUD DR.SOESELO SLAWI
PERIODE 30 SEPTEMBER 2 NOVEMBER 2013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA 2013

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus yang berjudul Seorang Wanita Usia 28 tahun Dengan Abortus ini telah diterima
dan disetujui pada hari Selasa, 29 Oktober 2013 oleh dr. Arif Aminudin Aziz, Sp.An selaku
pembimbing sebagai salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi Rumah
Sakit Umum Daerah DR.Soeselo Slawi.

Slawi, 29 Oktober 2013

dr. Arif Aminudin Aziz, Sp.An

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunianya,
akhirnya laporan kasus ini dapat diselesaikan. Terima kasih saya haturkan kepada seluruh staf
pengajar di SMF Anestesi RSUD Dokter Soeselo Slawi, terutama kepada dr. Arif Aminudin Aziz,
Sp.An dan dr. Guntur Muhammad T, Sp.An selaku pembimbing atas segala waktu dan
bimbingan yang telah diberikan. Dan saya juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini.
Sebagai manusia, saya menyadari bahwa laporan kasus ini masih memiliki banyak
kesalahan, sehingga kritik dan masukan yang membangun saya harapkan sehingga dapat menjadi
lebih baik lagi. Akhir kata, saya berharap semoga laporan kasus ini bisa menjadi bahan
pembelajaran bagi pembacanya.

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN . 1
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2
BAB I. LAPORAN KASUS
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.

IDENTITAS . 4
ANAMNESA ... 4
PEMERIKSAAN FISIK .. 5
PEMERIKSAAN PENUNJANG 6
PENGKAJIAN . 7
PENATALAKSANAAN . 8

BAB II. PEMBAHASAN


PRA OPERASI . 9
DURANTE OPERASI .. 9
POST OPERASI . 10
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA
ANESTESI UMUM 11
ANESTESI INTRAVENA . 11
OBAT-OBATAN INTRAVENA ... 13

BAB I
LAPORAN KASUS

STATUS ILMU ANESTESI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.SOESILO SLAWI

I.

II.

Nama

: Arianda Nurbani W

NIM

: 030.09.028

Penguji

: dr. Arif Aminudin A, Sp.An

IDENTITAS
Nama

: Ny.K

Pendidikan : SMP

Umur

: 28 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Jenis kelamin

: Perempuan

Jaminan

: JAMPERSAL

Alamat

: Slawi Kulon

Agama

: Islam

Status

: Menikah

Nomor CM : 329178

ANAMNESA
Keluhan Utama

: Keluar darah dari kemaluan sejak kemarin

Keluhan Tambahan : Perut terasa mulas


Riwayat Penyakit Sekarang:
Seorang perempuan datang ke PONEK dengan keluhan keluar darah dari kemaluannya
sejak kemarin. Darah dirasakan keluar sangat banyak dan terus menerus disertai
gumpalan-gumpalan darah. Sejak mulai keluar darah perut pasien terasa mulas. Dua hari
yang lalu keluar lendir putih disertai darah, lalu pasien periksa ke bidan terdekat. Dari
bidan pasien diminta untuk ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien tidak pernah menderita sakit berat sampai di rawat di rumah sakit sebelumnya.
Riawayat darah tinggi, kencing manis, dan asma di sangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat darah tinggi, kencing manis, dan asma pada keluarga di sangkal oleh pasien.
Riwayat Pengobatan:
Dua hari yang lalu saat keluar ledir dan darah pasien periksa ke bidan terdekat. Bidan
menyarankan agar pasien istirahat total dan bila esok belum membaik periksa ke rumah
sakit.
Riwayat Kehamilan:
Pasien sudah memiliki satu orang anak sebelumnya. Pasien melahirkan anak pertamanya
secara normal sepuluh tahun yang lalu. Selama kehamilan pasien rajin kontrol ke bidan
dan selama kehamilan tersebut tidak ada masalah. Kehamilan yang kedua berumur kurang
lebih sebelas minggu sebelum pasien mengetahui bahwa pasien keguguran.

III.

PEMERIKSAAN FISIK
KEADAAN UMUM
Kesadaran : Compos mentis
Kesan sakit: Tampak sakit ringan
Kesan gizi

: Gizi cukup

TANDA VITAL
Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 80x/menit

Frekuensi napas

: 18x/menit

Suhu

: 36,8oC

STATUS GENERALIS
Kepala : Bentuk normosefali, rambut berwarna hitam, distribusi merata.

Mata : Edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Deformitas (-), kavum nasi lapang (+/+), sekret (-/-), darah (-/-), mukosa
hidung tidak hiperemis, konka eutrofi (+/+), deviasi septum (-)
Mulut : Sianosis (-), pucat (-), bibir kering (-), mukosa mulut tidak ada kelainan,
tonsil hiperemis (-/-), tonsil (T1/T1)
Telinga : Normotia (+/+), nyeri tarik (-/-), liang telinga lapang (+/+), serumen (-/-),
membran timpani intak (+/+)
Leher: KGB tidak membesar, kelenjar tiroid tidak teraba membesar, deviasi trakea (-). JVP
tidak diukur
Toraks : Bentuk elips, simetris.
Jantung : Bunyi jantung I & II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru paru : Suara napas vesikuler di seluruh lapang paru dekstra dan sinistra, ronki
(-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Abdomen tampak datar, pelebaran vena (-). Perabaan supel, nyeri tekan (+),
Balotemen (-), vesika urinaria tidak teraba. Perkusi timpani pada seluruh lapang
abdomen. Auskultasi bising usus (+) normal.

IV.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Laboratorium
Laboratorium darah tanggal 18-10-2013
Paket darah lengkap:
Leukosit

: 9.300/uL

Eritrosit

: 3.900.000/uL

Diff count Eosinofil : 7% (H)


Basofil : 0,1%

Hemoglobin : 11,3 g/dL (L)

Netrofil : 62,9%

Hematokrit

: 32% (L)

Limfosit : 26%

Trombosit

: 283.000/uL

Monosit : 4%

Golongan darah

A
6

Rhesus faktor

Positif

Sero imunologi:
HbsAg

: Non reaktif

b) Foto toraks: Tidak dilakukan

V.

PENGKAJIAN
Ny.K berusia 28 tahun dengan diagnosis G2P1A0 hamil 12 minggu dengan sisa
abortua. Keadaan umum pasien baik, tanda vital dalam batas normal, dan pada status
generalis tidak ditemukan kelainan. Dari pemeriksaan penunjang didapatkan hemoglobin dan
hematokrit sedikit menurun sedangkan eosinofil meningkat.
Pasien ASA I, rencana akan dilakukan curret pada tanggal 19-10-2013 dengan
anestesi umum intravena.

VI.

PENATALAKSANAAN
PRA OPERASI
Persiapan operasi

Informed consent
Puasa > 6 jam
Pasang jalur intravena

DURANTE OPERASI

Jenis anestesi
: Anestesi umum
Teknik anestesi
: Anestesi intravena
Premedikasi
: Ondansentron 4 mg
Induksi
: Proanes 2 mg/kgBB
Maintenance
: O2 3L/menit
Monitoring
: Tanda vital setiap 5 menit
Pengawasan pasca anestesi di ruang pemulihan

Monitoring
JAM

TD

HR

SPO2

KETERANGAN

11.00

110/70 mmHg

80 x/menit

99%

11.15

100/50 mmHg

83 x/menit

99%

11.20

99/48 mmHg

89 x/menit

99%

11.25

104/50 mmHg

87 x/menit

99%

11.30

110/70 mmHg

88 x/menit

100%

11.40
POST OPERASI
TD

: 100/70 mmHg

Nadi

: 88 x/menit

RR

: 20 x/menit

Aldretes score : 9
Instruksi post operasi :

Infus RL + oksitosin 20 tpm bila habis aff infus


Amoxicilin 3 x 500 mg
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Methergin 2 x 1
Vitamin B komplek, vitamin C, sulfas ferosus 2 x 1
Boleh makan dan minum bila pasien sudah sadar penuh

Pasien dipindahkan ke
meja operasi
Pasang alat monitor
Infus RL 500cc
Pasang O2
mantainance 3 Lpm
Injeksi Midazolam
2cc
Injeksi Propofol 10cc
Mulai operasi pukul
11.18
Percepat tetesan
infuse
Injeksi ephedrine
0,5cc
Injeksi pospargin 1
amp
Injeksi induksin 1
amp
Operasi selesai
RR
Nilai Aldretes score
Pasien dipindahkan ke
ruangan

BAB II
PEMBAHASAN

PRA OPERASI

Anamnesa Tidak ditemukan masalah-masalah yang berkaitan dengan faktor resiko dan
penyulit anestesi, hanya pasien mengeluhkan perutnya terasa mulas.
Pemeriksaan fisik Keadaan umum, tanda vital, dan status generalis semua dalam batas
normal.
Pemeriksaan penunjang Semua dalam batas normal, terjadi sedikit penurunan pada
hemoglobin dan hematokrit kemungkinan akibat pengaruh dari perdarahan yang dialami
pasien selama 3 hari terahir.
Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemerikssaan penunjang disimpulkan pasien
ASA I.
Pasien sudah dipuasakan sejak jam 11 malam. Hal ini bertujuan untuk mencegah aspirasi
isi lambung selama operasi.
Informed consent untuk dilakukan tindakan curet (+)
Jalur intravena sudah dipasang sebagai jalur untuk pemberian premedikasi maupun
induksi saat dilakukan anestesi.

Jenis anestesi yang dipilih untuk kasus ini adalah anestesi intravena. Dikarenakan operasi
yang akan dilakukan termasuk dalam operasi kecil dan berlangsung singkat, sehingga
penggunaan anestesi intravena ini menjadi pilihan. Pasien merasa nyaman selama operasi dan
pemulihan post operasi tidak terlalu lama.
Premedikasi
Diberikan Ondansentron 4 mg 2 cc sebagai profilaksis mual muntah yang dapat
diakibatkan oleh obat-obatan anestesi selama operasi.

DURANTE OPERASI
Untuk induksi digunakan Proanes (Propofol) dengan dosis 2 mg/kgBB dikarenakan
onsetnya yang cepat dan durasinya yang sebentar sesuai dengan durasi operasi sehingga obatobatan yang diberikan tidak berlebihan.
Kombinasi dengan Midazolam 2 cc untuk menambah efek sedasi sehingga pasien merasa
nyaman selama operasi berlangsung.

POST OPERASI
Kebutuhan cairan

Maintenance : 2cc/kgBB/jam 2 x 40 x 1 = 80 cc/jam


Operasi kecil : 4ml/kgBB/jam 4 x 40 x 1/4 = 40 cc
Puasa : 2cc/kgBB/jam puasa 2 x 40 x 12 = 1080 cc

Pemberian cairan pada 1 jam pertama operasi:


M + O + 1/2P = 80 + 40 + 540 = 660 cc
Total kebutuhan cairan selama operasi 15 menit = 660/4 = 165 cc
Jumlah cairan keluar selama operasi:

Darah pada kasa : 1 gram = 1 ml 20 gram x 1 = 20 cc


Darah pada lapangan operasi : 50 cc
Total jumlah perdarahan: 25% x 20 + 50 = 55 cc

Urin : 50 cc

Total cairan keluar selama operasi : 50 + 55 = 105 cc

Total cairan yang harus masuk untuk mengganti kebutuhan cairan pasien: 165 + 105 = 270 cc

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

ANESTESIA UMUM
Batasan : Suatu keadaan tidak sadar yang bersifat sementara yang diikuti oleh hilangnya rasa
nyeri di seluruh tubuh akibat pemberian obat anesthesia.1
Rees & Gray membagi anesthesia menjadi tiga komponen, yaitu:
a. Hipnotika
b. Anesthesia
c. Relaksasi

: Pasien kehilangan kesadaran


: Pasiean bebas nyeri
: Pasien mengalami kelumpuhan otot rangka.1

Teknik anestesi umum antara lain:


1. Anestesi umum intravena
2. Anestesi umum inhalasi
3. Anestesi imbang.1

ANESTESI UMUM INTRAVENA


Anestesi umum intravena merupakan suatu teknik pembiusan dengan memasukkan obat
langsung ke dalam pembuluh darah secara parenteral, obat-obat tersebut digunakan untuk
premedikasi seperti diazepam dan analgetik narkotik. Dalam perkembangan selanjutnya terdapat
beberapa jenis obat-obat anestesi dan yang digunakan di Indonesia hanya beberapa jenis obat
saja seperti Tiopenton, Diazepam, Dehidribenzoperodol, Fentanil, Ketamin, dna Propofol.
1) Anestesi intravena klasik1
Batasan : Pemakaian kombinasi obat ketamin hidroklorida dengan sedative misalnya:
diazepam, midazolam, atau dehidro benzperidol.
Indikasi : pada operasi kecil dan sedang yang tidak memerlukan relaksasi lapangan operasi
yang optimal dan berlangsung singkat, dengan perkecualian operasi di daerah jalan napas dan
intraokuler.
Kontra indikasi:

Pada pasien yang rentan terhadap obat-obatan simptomimetik, missal penderita


diabetes mellitus, hipertensi, tirotoksikosis, dan paekromo sitoma

Pasien yang menderita hipertensi intracranial


Pasien yang menderita glaucoma
Operasi intraokuler

Tata laksana:

Persiapan rutin
Pasang alat pantau yang diperlukan
Induksi dengan salah satu obat sedative seperti yang tersebut di atas, misalnya
diazepam secara intravena dengan dosis 0,4-0,5 mg/kgBB
Tunggu 2-3 menit agar obat menunjukkan khasiatnya
Berikan ketamin HCL (larutan 1%) dengan dosis 1-2 mg/kgBB intravena pelan-plelan
Untuk mendalamkan anestesi bisa diberikan sedative atau hipnotik, misalnya
thiopental.

2) Anestesi intravena total1


Batasan: Pemakaian kombinasi obat anestetika intravena yang berkhasiat hipnotik, analgetik,
dan relaksasi otot secara berimbang.
Indikasi: Operasi-operasi yang memerlukan relaksasi lapangan operasi optimal.
Kontraindikasi: tidak ada kontraindikasi absolute. Pilihan obat disesuaikan dengan penyakit
yang diderita pasien.
Tata laksana:

Pasien telah disiapkan sesuai dengan pedoman


Pasang alat pantau yang diperlukan
Siapkan alat-alat dan obat-obat resusitasi
Siapkan alat bantu napas manual atau kalau ada alat bantu napas mekanik atau mesin
anestesia
Induksi dapat dilakukan dengan diazepam-ketamin atau dengan obat hipnotik yang
lain dilanjutkan dnegan pemberian suksinil kholin secara intravena untuk fasilitas
intubasi
Beriksan napas buata melalui sungkup muka dengan oksigen 100% mempergunakan
fasilitas alat bantu napas sampai fasikulasi hilang dan otot rahang relaksasi
Lakukan laringoskopi dan pasang PET
Fiksasi PET dan hubungkan dengan alat bantu napas yang digunakan atau mesin
anestesi
Berikan obat anestetika intravena yang dibutuhkan sesuai dengan trias anestesia
secara intermiten atautetes kontinyu

Pernapasan pasien dikendalikan secara mekanik atau dengan bantuan tangan (manual)
dan berikan suplemen oksigen sesuai dengan kebutuhan
Selesai operasi, pemberian obat-obatan dihentikan dan pernapsan pasien dipulihkan
dengan pemberian obat antikholinesterase
Setelah kelumpuhan otot pulih dan pasien mampu bernapas spontan, dilakukan
ekstubasi PET setelah air liur atau benda cair lain yang ada pada rongga mulut
dibersihkan dan kalau perlu dilakukan isapan pada PET.

OBAT-OBATAN INTRAVENA
1. TIOPENTAL2
Thiopental (pentotal, tiopenton), dikemas dalam bentuk tepung atau bubuk
berwarna kuning, berbau belerang, biasanya dalam ampul 500mg atau 1000mg. sebelum
digunakan dilarutkan dalam akuades steril samapi kepekatan 2,5% (1ml = 25mg).
Thiopental hanya boleh digunakan untuk intravena dengan dosis 3-5 mg/kgBBdan
disuntikkan perlahan-lahan dihabiskan dalam 30-60 detik. Larutan ini sangat alkalis
dengan pH 10-11, sehingga suntikkan keluar vena akan menimbulkan nyeri hebat apalagi
masuk arteri akan menyebabkan vasokonstriksi dan nekrosis jaringan sekitar. Kalau hal
ini terjadi dianjurkan memberikan suntikan infiltrasi lidokain.
Bergantung dosis dan kecepatan suntikan thiopental akan menyebabkan pasien
berada dalam keadaan sedasi, hypnosis, anestesia, atau depresi napas. Thiopental
menurunkan aliran darah otak, tekanan liquor, tekanan intracranial dan diduga dapat
melindungi otak akibat akibat kekurangan O2. Dosis rendah bersifat anti-analgesi.
Thiopental di dalam darah 70% diikat oleh albumin, sisanya 30% dalam bentuk
bebas, sehingga pada pasien dengan albumin rendah dosis harus dikurangi. Thiopental
dapat diberikan secara kontinyu pada kasus tertentu di unit perawatan intensif, tetapi
jarang digunakan untuk anestesia intravena total.

2. PROPOFOL2
Propofol (diprivan, recofol) dikemas dalam cairan emulsi lemak berwarna putih susu
bersifat isotonik dengan kepekatan 1% (1ml = 10mg). suntikan intravena sering
menyebabkan nyeri, sehingga beberapa detik sebelumnya dapat diberikan lidokain 1-2
mg/kgBB intravena.
Dosis bolus untuk induksi 2-2,5 mg/kgBB, dosis rumatan untuk anestesi intravena total 412 mg/kgBB/jam dan dosis sedasi untuk perawatan intensif 0,2 mg/kgBB. Pengenceran
propofol hanya boleh dengan dekstrose 5%. Pada manula dosis harus dikurangi, pada
anak < 3 tahun dan pada wanita hamil tidak dianjurkan.

3. KETAMIN2
Ketamin (ketalar) kurang digemari untuk induksi anestesia, karena sering
menimbulkan takikardi, hipertensi, hipersalivasi, nyeri kepala, pasca anestesia dapat
menimbulkan mual-muntah, pandangan kabur, dan mimpi buruk.
Kalau harus diberikan sebaiknya sebelumnya diberikan sedasi midazolam atau
diazepam dengan dosis 0,8-1 mg/kgBB intravena dan untuk mengurangi salvias diberikan
sulfas atropin 0,01 mg/kbBB.
Dosis bolus untuk induksi intravena ialah 1-2 mg/kgBB dan untuk intramuscular
3-10 mg. ketamin dikemas dalam cairan bening kepekatan 1% (1ml = 10mg), 5% (1ml =
50mg), dan 10% (1ml = 100mg).

4. OPIOD2
Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil) untuk induksi diberikan dosis tinggi.
Opioid tidak mengganggu kardiovaskular, sehingga banyak digunakan untuk induksi
pasien dengan kelainan jantung. Untuk anestesia opioid digunakan fentanil dosis induksi
20-50 mg/kgBB dilanjutkan dengan dosis rumatan 0,3-1 mg/kgBB/menit.

DAFTAR PUSTAKA
1. Mangku G, Senapati TGA. Buku Ajar Ilmu Anestesi dan Reanimasi. PT.Indeks. Jakarta.
2009. 101-104
2. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Ed.2. FKUI.
Jakarta. 2001. 46-47.

Anda mungkin juga menyukai