NEOPLASMA OVARIUM
Pembimbing :
dr. Isrin Ilyas, Sp.OG
Disusun Oleh :
Yehezkiel Edward
Nim: 112014338
NEOPLASMA OVARIUM
1
I. PENDAHULUAN
Sel mempunyai dua tugas utama yaitu bekerja dan berkembang biak.
Bekerja
Melaporkan peningkatan kejadian kanker ovarium dengan odds ratio 2,7 dan 1,9 pada
wanita tidak pernah hamil dibandingkan dengan wanita yang mempunyai anak. 1Meskipun
tiap teori memiliki data yang mendukung, tidak ada teori tunggal yang mencakup
kesuluruhan kasus yang terjadi.2
Secara alami, pathogenesis karsinoma epithelial ovarium tidak sepenuhnya dapat
dijelaskan melalui mekanisme aksi factor pertumbuhan saja. Terdapat kofaktor lain yang
esensial menyebabkan transformasi sel epithelial neplastik. Sebagai contoh, dalam jumlah
yang besar, protoonkogen ditunjukkan pada kanker ovarium epithelial.
Kofaktor ini
merupakan lanjutan DNA yang dimana protein pengkode normalnya berperan dalam
mengatur proliferasi sel epithelial.
Nulliparitas
Dikaitkan dengan panjangnya periode paparan ovulasi, dan wanita tanpa anak memiliki
resiko dua kali lipat berkembangnya neoplasma ovarium. Oleh karena itu, adanya riwayat
keluarga yang menderita infertilitas memiliki resiko terkena lebih besar. Meskipun belum
diketahui dengan pasti, hal ini lebih kuat sebagai faktor predisposisi jika dibandingkan
efek iatrogenik dari obat-obatan yang mempengaruhi ovulasi. Secara umum, resiko
menurun ketika terjadi tiap kelahiran, yang pada akhirnya akan terjadi pendataran resiko
pada wanita yang telah melahirkan untuk kelima kalinya. Terdapat satu hal yang menarik
4
dari teori ini bahwa pengaruh protektif dari kehamilan dapat menggugurkan premalignansi
dari sel ovarium. (Rostgaard, 2003).
2. Menars yang dini dan menopause yang lambat
Menars yang dini dan menopause yang lambat dapat meningkatkan resiko kanker
ovarium. Sebaliknya, pemberian ASI memiliki efek protektif, kemungkinan karena
pengaruh pemanjangan keadaan amenore (Yen, 2003). Penggunaan kontrasepsi oral
kombinasi jangka panjang mengurangi resiko kanker ovarium hingga 50%. Durasi
perlindungannya hingga 25 tahun setelah penggunaan terakhirnya
(Riman, 2002).
3. Ras
Wanita kulit putih memiliki angka kejadian tertinggi terkena kanker ovarium diantara
semua ras dan kelompok etnis. Dibandingkan dengan wanita berkulit hitam dan Hispanic,
resiko meningkat 30 hingga 40%. Meskipun alas an pastinya belum diketahui, ras dalam
paritas dan angka rata-rata pembedahan ginekologi yang dilakukan terdapat perbedaan.
IV. PATOGENESIS
Ovulasi menyebabkan kerusakan genetik dan dapat mengarah ke kanker ovarium.
Faktor-faktor tersebut menurunkan usia siklus ovulatori (kehamilan, menyusui), yang
merupakan factor pelindung melawan kanker ovarium, kemungkinan melalui pengaruh
langsung apoptosis sel epithelial permukaan. Bertolak belakang dengan menars yang dini,
nulipara, dan menopause yang lambat, berhubungandengan peningkatan usia siklus
ovultori, dan meningkatkan resiko kanker ovarium.4
5
Gambar 1: Skema patofisiologi terjadinya
neoplasma ovarium4
Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Shahla dkk, sekitar 91,6% pasien datang
dengan keluhan massa pada region abdomen dan 54,1% mengalami nyeri akut pada
abdomen yang disebabkan torsio kista ovarium. Torsio ovarium paling sering terjadi pada
usia 3 dekade pertama kehidupan.
Kontras dengan pertumbuhan tumor ovarium epithelial yang lambat, neoplasma sel
germinal tumbuh progresif. Dan biasanya memiliki ciri nyeri pelvis subakut akibat distensi
kapsular, perdarahan, atau nekrosis. Pembesaran massa pelvis yang cepat menyebabkan
gejala penekanan kandung kemih atau rectum, dan siklus menstruasi yang ireguler pada
menarkhi. Pada beberapa pasien usia muda, dapat terjadi kesalahan interpretasi antara
gejala awal neoplasma dengan kehamilan, dan hal ini mengakibatkan keterlambatan
diagnosis. Gejala akut disebabkan torsio atau rupture adneksa. Gejala ini dapat dikaburkan
dengan gejala appendicitis akut. Pada beberapa kasus stadium lanjut, bisa berkembang
asites, dan pasien dapat menunjukkan distensi abdominal.
Pada neoplasma sex-cord, wanita usia reproduktif, kebanyakan pasien mengeluhkan
menstruasi yang tidak teratur atau amenore sekunder, dan biasanya terjadi hyperplasia
kistik pada endometrium. Sekresi estrogen pada pasien dengan neoplasma sex-cord, cukup
untuk menstimulasi berkembangnya kanker endometrium. Kanker endometrium yang
dikaitkan dengan tumor sel granulosa sekitar 5%, kasus, dan 25% hingga 50% dianggap
berhubungan dengan hyperplasia endometrium.
Klasifikasi
1. Epithelial Ovarian Tumors
Lebih dari 80% neoplasma epitel ovarium ditemukan pada wanita postmenopause.
Usia puncak terjadinya neoplasma epithelial ovarium yaitu 56 hingga 60 tahun.
Neoplasma ini relative jarang terjadi pada wanita dengan usia kurang dari 45 tahun.
Kurang dari 1% terjadi pada usia kurang dari 21 tahun. Sekitar 30% dari neoplasma
ovarium pada wanita usia pasca menopause yang ganas, sedangkan sekitar 7% pada
usia pramenopause yang merupakan keganasan.
Tabel 4: Klasifikasi Tumor Ovarium Epitelial
I.
A.
B.
C.
II.
A.
B.
C.
III.
A.
Tipe Histologi
Serosa
Jinak (benigna)
Borderline
Malignan
Musinosum
Jinak (benigna)
Borderline
Ganas (malignan)
Endometrioid
Jinak (benigna)
Tipe Seluler
Endosalpingeal
Endoservikal
Endometrial
7
B. Borderline
C. Malignan
IV.
Clear cell mesonefroid
A. Jinak (benigna)
B. Borderline
C. Malignan
V.
Brenner
A. Jinak (benigna)
B. Borderline (proliferasi)
C. Malignan
VI.
Epitelial Campuran (mixed
A.
B.
C.
VII.
VIII.
epithelial)
Jinak (benigna)
Borderline
Malignan
Tidak berdiferensiasi
Tidak terklasifikasikan
Mullerian
Transisional
Campuran
Anaplastik
Mesotelioma,dll
Sumber: Seroy SF, Scully RE, Sobin LH. International histological classification
of tumours no. 9. Histological typing of ovarian tumors. Geneva,
Switzerland: World health Organization, 1973.
Gambar 7
Pada dinding mesotelium yang berinvaginasi, biasa terjadi pertumbuhan dari papila,
yang pada stadium awalnya berkembang menjadi kistadenoma serosa papiler (papillary
serous cystadenoma). Ada banyak variasi dalam proliferasi inklusi mesotelium ini.
8
Tumor Musinosum
Tumor ovarium kistik ini memiliki garis lokuli disertai epitel sekretorik-musin. Lapisan sel
epitel mengandung musin intrasitoplasmik dan menyerupai endoserviks, pylorus gaster,
atau intestinum. Terjadi pada 8% hingga 10% tumor epitel ovarium. Dapat mencapai
ukuran yang sangat besar dan mengisi keseluruhan rongga abdomen.
Borederline Mucinous Tumors
Tumor musinosum dengan potensi keganasan yang rendah biasanya sulit untuk di
diagnosis. Meskipun biasa ditemukan bentuk yang seragam dari potongan perpotongan
akan tetapi hal tersebut belum tentu keadaan sebenarnya dari tumor musinosum. Biasa,
epitel musin berdiferensiasi tinggi terlihat sebagai bentuk intermiten atau bahkan tampak
fokus dengan diferensiasi rendah. Oleh karena itu penting untuk mengambil banyak
potongan dari berbagai area mucinous tumor untuk mengidentifikasi perubahan ke arah
keganasan.
Malignan Mucinous Carcinomas
Tumor bilateral terjadi pada 8% hingga 10% kasus. Lesi intraovarium pada 95% hingga
98%. Dikarenakan kebanyakan karsinoma mucinous ovarium mengandung sel tipe9
intestinum, ini tidak dapat dibedakan dengan karsinoma metastatik dari traktus
gastrointestinal dengan hanya berdasarkan histologi saja. Neoplasma ovarium primer
jarang bermetastasis hingga ke mukosa usus, meskipun mengandung serosa. Sedangkan
lesi gastrointestinal biasanya menjangkau ovarium secara langsung melalui penyebaran
vaskular limfatik.
1.3.
Endometrioid Tumors
Terdapat 6% hingga 8% dari tumor epitelial. Yang termasuk neoplasia
Brenner Tumors
Tumor Brenner adalah satu neoplasma ovarium yang snagat jarang ditemukan,
biasanya pada wanita dekat atau sesudah menopause. Besar tumor ini beraneka ragam, dari
yang kecil (garis tengahnya kurang dari 5 cm) sampai yang beratnya beberapa kilogram).
Lazimnya tumor unilateral yang pada pembelahan berwarna kuning muda menyerupai
fibroma, dengan kista-kista kecil (multikistik). Kadang-kadang pada tumor ini ditemukan
sindrom Meigs. Tumor Brenner tidak menimbulkan gejala-gejala klinik yang khas, dan
jika masih kecil biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan histopatologik
ovarium. Jika menjadi besar, yang beratnya dapat mencapai beberapa kilogram, gejala
yang diberikan dapat seperti fibroma.
Borderline brenner tumors
10
Pada beberapa kasus, epitel tidak menginvasi stroma. Beberapa peneliti memasukkannya
ke dalam sub kelas tumor dimana tumor yang menyerupai karsinoma sel transisional
papilar tingkat rendah (low-grade papillary transitional cell carcinoma) dari vesika
urinaria sebagai proliferasi tumor dan dengan tingkat yang lebih tinggi dari karsinoma sel
transisional in situ sebagai tumor Brenner borderline malignant.
A. Tumo
r
11
tiroid
B.Tumor yolk-sac
1. Stru
ma
ovariu
m
C. Karsinoma embrional
a.
Jin
ak
D.Poliembrioma
b.
Ma
lignan
E.Koriokarsinoma non-gestasional
B. Karsi
noid
C. Tumo
r
neuro
ektod
ermal
D. Karsi
noma
A.Teratoma imatur
E. Melan
osit
F. Sarco
ma
B.Teratoma matur
G. Tumo
r
sebas
ea
1. Solid
H. Tumo
r tipe
pituita
12
ry
2. Kistik
I. Lainn
ya
(hom
uncul
us)
2.2.1.2.1.
2.3.
Diadaptasi
dari:
Tavassoli
Kista dermoid
Teratoma fetiformis
FA,
Devllee
P,
eds.
World
Health
Organization
classification of tumour. Pathology and Genetic of Tumors of the Breast and female
Organs. Lyon: IARC Press, 2003
Sekitar 20% hingga 25% dari keseluruhan neoplasma ovarium jinak maupun ganas
berasal dari sel germinal, hanya 3% dari tumor ini yang ganas. Tumor germ sel berasal dari
element sel germinal primordial dari ovarium dan terdiri dari sepertiga dari seluruh
neoplasma ovarium. Sub tipe yang paling sering adalah mature cystic teratoma, juga
sering disebut kista dermoid. Sekitar 95 % dari tumor sel germinal terdiri dari kista
dermoid dan biasanya jinak secara klinis. Sebaliknya tumor ganas sel germinal hanya
merupakan 5 % dari kanker ovarium ganas di negara negara barat.
Tiga ciri khas yang membedakan tumor ganas germ sel dari kanker epitel ovarium.
Pertama, tumor ganas germ sel sering timbul pada pasien usia muda, biasanya pada usia
belasan atau awal duapuluhan. Kedua, kebanyakan terdiagnosa pada stadium I. Ketiga,
prognosis yang bagus walaupun pasien berada pada stadium lanjut dikarenakan tumor ini
sensitif pada kemoterapi. Terapi primer pada wanita yang masih ingin hamil adalah
pembedahan dengan tidak mengorbankan fertilitas. Sel germinal yang mengalami
malignansi akan mensekresikan AFP dan hCG, sehinggaada hormone tersebut dalam
sirkulasi hormone dapat bermanfaat klinis dalam mendiagnosis massa pada pelvis dan
dalam pemantauan pasien pasca pembedahan. Placental alkaline phosphatase (PLAP) dan
lactate dehydrogenase (LDH) diproduksi hingga 95% dari dysgerminomas, sehingga
pengukuran berulang terhadap LDH sangat bermanfaat dalam memantau penyakit ini.
Alfa1-antitrypsin (AAT) bisa sulit dideteksi dalam hubungannya dengan tumor sel
germinal. Ketika identifikasi secara histologi dan immunohistologi terhadap substansi ini
terdapat korelasi, pengklasifikasian tumor sel germinal dapat ditentukan.
13
14
Jika pasien telah mengalami masa pasca menopaus (menstruasi telah berhenti), selain
pemeriksaan dengan ultrasound, dapat dilakukan pengukuran substansi CA-125 dalam
darah. Peningkatan CA-125 merupakan tanda kanker ovarium. Untuk wanita yang masih
mengalami premenopaus, peningkatan CA-125 bisa disebabkan kondisi lain selain kanker.
Sehingga, pemeriksaan CA-125 ini bukan merupakan indikator yang baik untuk kanker
ovarium pada wanita premenopause
Pemeriksaan CA-125 menunjukkan sensitivitas 50% hingga 60% pada stadium I
penyakit. Tingkatan antigen dapat meningkat berkali-lipat 10 hingga 21 bulan sebelum
diagnosa. Tingkat spesifisitas CA-125 tidak adekuat digunakan dalam skrining, khususnya
terhadap kelompok premenopaus yang dimana endometriosis, adenomiosis, dan retrograde
menstruasi dapat menyebabkan
Spesifisitasnya
dapat
ditingkatkan
mengkombinasikan
CA-125
dengan
15
Transvaginal sonography (TVS) memberikan gambaran ovarium yang lebih baik. Sebuah
penelitian dari Universitas Kentucky mendapatkan nilai prediksi positif sekitar 9,9%,
hampir sama dengan hasil 10 dengan cara operasi pada tiap pasien yang terdeteksi kanker
ovarium. Sensitivitas TVS untuk mendeteksi kanker ovarium stadium I tidak lebih dari
90%.
3. Proteomic patterns, untuk mengidentifikasi kanker ovarium menggunakan teknologi
16
Pemeriksaan Fisik
Kanker epithelial ovarium harus dibedakan dengan neoplasma yang jinak maupun
kista fungsional ovarium. Variasi yang dialami pada pasien dengan neoplasma yang jinak
pada traktus reproduksi, seperti penyakit inflamasi pelvis, endometriosis, dan leimyomas
uteri pedunkulasi, dapat memicu terjadinya kanker ovarium. Penyebab non-ginekologi
tumor pelvis, seperti penyakit inflamasi (contohnya diverticulosis) atauneoplasia massa
kolon, harus disingkirkan. Renal pelvis dapat menyerupai kanker ovarium.
Pada pasien dengan neoplasma sel germinal akan menjadi premenars dan memerlukan
pemeriksaan dibawah pengaruh anestesi. Jika lesi berbentuk solid atau kombinasi solid dan
kista, yang didapat melalui pemeriksaan ultrasonografi, dapat merupakan neoplasma dan
kemungkinan keganasan.
Pada tumor sel granulosa (sex-cord neoplasma), yang dimana mensekresikan estrogen,
ditemukan pada wanita segala usia. Ditemukan pada gadis prepubertas sekitar 5% kasus.
Yang membuat kita harus berpikir bahwa penyakit ini dialami dari usia reproduktif hingga
postmenopause. Ditemukan bilateral hanya pada 2% pasien.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah
Berupa pemeriksaan tumor marker. Setidaknya 90% kanker ovarium merupakan
karsinoma epithelial celomic dan mengandung satu epithelial celomic, yang
merupakan antigen 125 kanker. CA-125 dilokalisasi dari sebagian besar serosa,
endometroid, sel bebas karsinoma ovarium.
Beta-hCG, inhibin, diproduksi pula pada karsinoma ovarium. Pemeriksaan
terhadap beta-hCGmerupakan suatu kesatuan dalam hal mendiagnosis, penanganan,
dan respon terhadap pengobatan untuk penyakit trofoblastik gestasional dan pada
beberapa pasien dengan karsinoma epitel ovarium. Pada beberapa kasus tumor
ovarium, kebanyakan karsinoma ovarium epithelial mucinous dan tumor sel granulose,
juga memproduksi inhibin dan kadar dalam serum menggambarkan dampak yang
diakibatkan oleh tumor.
Topoisomerase II telah menjadi biomarker yang menjanjikan, yang sesuai secara
klinis sebagai biomarker terhadap ketahanan hidup pasien dengan kanker ovarium
epithelial stadium lanjut. Kemunculannya dideteksi pada sampel tumor dengan cara
immunohistokimia.
17
Alpha-fetoprotein (AFP)
Polyembryoma (jarang)
Chriocarcinoma
Embryonal carcinomas
Mixed germ cell tumors
Polyembryoma
Dysgerminoma (jarang)
Serous tumors
Mucinous tumors
Dysgerminoma
Estradiol
Testosterone
F9 embryoglycan
Inhibin
Mallerian inhibiting substance
Immature teratoma
Granulosa-theca cell tumor
Granulosa-theca cell tumor
18
Untuk pasien yang sudah tidak mengalami menstruasi (post menopause) dengan
massa adneksa dan serum CA-125 yang sangat tinggi (>200 U/mL), terdapat 96% positif
yang
diperkirakan
ganas.
Untuk
pasien
yang
masih
mengalami
menstruasi
Radiologi
Ultrasonografi digunakan untuk menentukan tumor dan batasnya, apakah tumor
berasal di uterus, ovarium atau dari blader, apakah tumor kistik atau solid dan dapat
dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
Simple kista
Tumor padat
Tanpa lokulasi
Penyusutan ukuran
padat
Bonggol
(excrescences)
papilari internal
Jumlah
cairan
bebas
yang
banyak
dalam
pelvis
atau
abdomen
Ukuran lesi sangat menentukan. Jika diameter massa kista >8cm, kemungkinan besar
lesi tersebut adalah neoplasma, kecuali jika pasien mengkonsumsi klomipen sitrat atau
agen lain yang mempengaruhi ovulasi. Pasien dengan lesi yang diduga ganas (lebih
dominan berbentuk solid, relative terfiksasi, atau sisi yang ireguler) harus dilakukan
laparotomy, begitu pula pada pasien postmenopause dengan massa adneksa.
Tanda malignansi pada pemeriksaan ultrasonografi yaitu massa pelvis adneksa
dengan area yang kompleksitas, ekhogenik yang multiple dalam massa yang bersangkutan,
dan densitas yang multiple pada septa ireguler. Tumor yang bilateral cenderung ganas.
Ultrasonografi transvagina memberikan resolusi yang lebih baik dibandingkan
ultrasonografi transabdominal untuk neoplasma adneksa. Gambaran gelombang Doppler
berwarna dapat memperkuat spesifisitas ultrasonografi demi menemukan konsistensi pada
malignansi.
Foto thoraks radiologi penting dilakukan pemeriksaannya, karena tumor sel germina
dapat bermetastasis ke paru-paru maupun mediastinum. CT scan atau MRI preoperative
didokumentasikan untuk mengetahui limfadenopati retroperitoneal atau metastasis di
hepar, akan tetapi, dikarenakan pasien ini membutuhkan pembedahan eksplorasi,
pemeriksaan yang ekstensif dan membutuhkan banyak waktu tidak perlu dilakukan. Jika
pasien postmenars memiliki lesi kista yang predominan berdiamater hingga 8 cm, pasien
tersebut perlu diobservasi untuk diberikan kontrasepsi oral untuk dua siklus menstuasi.
3.
Parasentesis
Pungsi pada asites berguna untuk menentukan sebab asites, perlu diingat bahwa
tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritoneal dengan kista dinding yang
tertusuk.
4.
Pembedahan
20
Laparoskopi
Untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari uterus, dari ovarium, atau tidak
dan untuk menentukan sifat-sifat tumor tersebut.
Pada neoplasma sel germinal, ukuran massa adneksa 2 cm atau lebih pada gadis
premenars atau 8cm atau lebih pada pasien premenopause biasanya membutuhkan
pembedahan eksplorasi.
VII.
PENATALAKSANAAN
yang
beragam.
Terdapat
ebberapa
macam
seperti
cisplatin
atau
Pasien dengan stadium rendah, resiko tinggi stadium I neoplasma ovarium epithelial
harus diberikan kemoterapi adjuvant. Jenisnya bergantung pada status dan kesehatan
menyeluruh pasien tersebut.
- Pengobatan dengan kemoterapi carboplatin dan paclitaxel selama tiga hingga enam
siklus. Sedangkan agen tunggal pemberian jangka pendek diberikan carboplatin atau
paclitaxel, sebaiknya diberikan pada wanita usia tua.
Stadium Lanjut Neoplasma Ovarium epithelial
Kemoterapi multiagen sistemik meruakan standar pengobatan untuk neoplasma
ovarium epithelial metastase. Setelah pengenalan cisplatin diberikan pada akhir
pertengahan tahun 1970an, kombinasi berbahan dasar platinum menjadi regimen
pemberian yang paling sering digunakan.
Pada pengobatan penyakit dengan stadium yang lebih lanjut, pengggabungan
paclitaxel kedalam regimen kemoterapi. Pada sebuah percobaan klinis retrospektif,
direkomendasikan penggunaan paclitaxel.
Kemoterapi neoadjuvant
Beberapa penulis berkeyakinan bahwa pasien dengan stadium III dan IV suboptimal,
kemoterapi dapat diberikan sebagai pengganti pembedahan debulking. Dua atau tiga siklus
kemoterapi yang diberikan sebelum pembedahan sitoreduktif akan sangat membantu pada
pasien dengan asites yang massif. Kemoterapi yang direkomendasikan pada pasien
neoplasma ovarium epithelial stadium lanjut:
Kombinasi kemoterapi dengan cisplatin dan paclitaxel intraperitoneal atau
carboplatin dan paclitaxel intravena merupakan pengobatan terpilih bagi pasien stadium
lanjut. Kelebihan maupun kekurangan pemberian melalui intravena maupun intraperitoneal
perlu disampaikan kepada pasien terlebih dahulu. Dosisdan jadwal yang direkomendasikan
untuk pemberian kemoterapi intraperitoneal adalah paclitaxel 135 mg/m2 melalui intravena
pada hari pertama, diikuti cisplatin 50-100 mg/m2 secara intraperitoneal pada hari ke dua,
diikuti paclitaxel 60 mg/m2 secara intraperitonela pada hari ke delapan.,setiap tiga minggu
untuk 6 siklus, sesuai yang ditoleransi. Untuk pemberian intravena, dosis dan jadwal yang
direkomendasikan yaitu carboplatin (dosis awal AUC= 5-6) atau paclitaxel (175 mg/m2 )
setiap 3 minggu untuk 6-8 siklus. Bagi pasien yang tidak mampu menerima (intoleransi)
kemoterapi kombinasi, diberikan terapi tunggal, diberikan secara intravena carboplatin
(AUC= 5-6) atau paclitaxel 175 mg/m2. Bagi pasien yang memiliki hipersensitivitas
terhadap paclitaxel atau carboplatin, desensitisai lainnya dapat dilakukan, atau obat aktif
22
Terapi Hormonal
Belum ada bukti bahwa cukup dengan terapi hormonal saja dapat dijadikan terapi
yang sesuai pada neoplasma ovarium yang ganas. Penggunaan agen progestasional pada
pengobatan berulang karsinoma endometrioid diferensiasi luas didukung data terbaru.
Seluruh pasien pada penelitian tersebut . Percobaan dengan tamoxifen yang
dikombinasikan dengan multiagen
penyakit tersebut.
Imunoterapi
Terjadi hasil yang memuaskan dalam penggunaan imunoterapi terhadap kanker
ovarium. Sitokin telah digunakan secara intensif dalam terapi lini kedua, dan aktivitas
interferon-, interferon-, dan interleukin-2 telah didemonstrasikan. Pada percobaan
terakhir dengan interferon- ditambah dengan kombinasi kemoterapi
cisplatin yang
dibandingkan dengan kemoterapi saja, pasien yang menerima interveron- memiliki masa
bebas progresifitas penyakit yang lebih panjang.
Pembedahan
23
Pembedahan Sitoreduktif
Tujuan utama pembedahan sitoreduktif adalah untuk mengangkat kanker utama dan
jika memungkinkan keseluruhan metastasisnya. Jika reseksi keseluruhan metastasisnya
tidak memungkinkan, harapan dilakukannya untuk mengurangi bebab tumor dengan
mengangkat tumor tersebut agar membuat pasien menjadi optimal.
Omentektomi
Kanker ovarium epithelial stadium lanjut biasanya menempati hingga omentum.,
yang dikenal sebagai bentuk omental cake. Pada kasus tersebut, penyakit bisa menempel
erat pada peritoneum parietal abdomen anterior, sehingga menyebabkan sulit
untukmembuat jalan masuk
ke
kavum
Sehingga
abdomen.
perlu
kebanyakan mengenai gadis dan wanita muda,penanganan khusus harus diberikan demi
menjaga kesuburan dan penggunaan kemoterapi sesuai dengan kebutuhan.
Radioterapi
Disgerminoma sangat sensitive terhadap radioterapi, dosisnya 2.500 hingga 3.500
cGY yang dapat bersifat kuratif, meskipun metastasis telah mengakar. Hilangnya
kesuburan, merupakan masalh utama terapi dengan menggunakan radiasi, sehingga jarang
digunakan sebagai terapi lini pertama.
Kemoterapi
24
Pembedahan
Operasi minimal pdaa disgerminoma ovarium yaitu oophorectomy unilateral. Jika
ada keinginan ingin mempertahankan kesuburan, ovarium kontralateral, tuba fallopi, dan
uterus harus tetap dibiarkan, meskipun terdapat metastasis, karena tumor tersebut sensitif
terhadap kemoterapi. Pada pasien yang sudah tidak ingin mempertahankan kesuburannya
lagi, dapat dilakukan histerektomi abdominal total dan salpingo-oophorektomi bilateral,
pada pasien stadium lanjut.
Neoplasma Sex cord-stroma
Kemoterapi
Tidak ada bukti bahwa dengan kemoterapi adjuvant akan mencegah berulangnya
tumor sel granulosa. Lesi metastasisnya dan rekurensi penyakit terobati dengan berbagai
macam obat antineoplastic.
Radioterapi
Belum ada bukti yang mendukung radioterapi adjuvant pada tumor sel granulosa,
meskipun radiasi mencegah rekurensi pada pelvis.
Pembedahan
25
Dikarenakan tumor sel granulosa yang bilateral hanya sekitar 2% dari keseluruhan
pasien yang terjangkit penyakit ini, salpingo-oophorektomi unilateral merupakan terapi
yang sesuai untuk terapi tumor stadium Ia pada anak-anak atau wanita masa reproduktif.
Penanganan kanker ovarium berdasarkan tingkatan penyakitnya, tipe sel berdasarkan
histologist, dan usia pasien serta kondisi lainnya. Tipe sel secara histology dan luasnya
penyakit ini berdasarkan biopsy yang dilakukan oleh ginekolog onkologis saat
pembedahan yang ditentukan oleh ahli patologi yang menganalisa dengan mikroskop.
Tabel 11: Stadium pada Neoplasma Ovarium
Stadium
Keterangan
Tumor terbatas pada ovarium
IA
Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul tumor utuh, tidak ada
pertumbuhan tumor di permukaan ovarium, tidak ada sel tumor di
cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum.
IB
I
Tumor terbatas pada dua ovarium, kapsul tumor utuh, tidak ada
pertumbuhan tumor pada permukaan ovarium, tidak ada sel tumor di
cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum.
IC
Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan salah satu faktor
yaitu kapsul tumor pecah, pertumbuhan tumor pada permukaan
ovarium, ada sel tumor di cairan asites ataupun pada bilasan cairan di
rongga peritoneum.
Tumor pada satu atau dua ovarium dengan perluasan di pelvis
IIA
II
IIB
IIC
Perluasan di pelvis (IIA atu IIB) dengan sel tumor di cairan asites
IV
IIIA
IIIB
IIIC
VIII. PROGNOSIS
Prognosis pasien neoplasma ovarium epithelial bergantung pada beberapa variable
klinis. Analisis ketahanan hidup merupakan variable prognosis yang paling sering
digunakan. Termasuk stadium pasien, pasien yang usianya lebih muda dibandingkan
dengan usia 50 tahun memiliki angka ketahanan hidup selama 5 tahun sekitar 40%,
dibandingkan pasien dengan usia lebih dari 50 tahun sekitar 15%.
Pada pasien dengan stadium dini seperti stadium Ia (seperti pada disgerminoma
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Sahil MF. Penatalaksanaan Kanker Ovarium Pada Wanita Usia Muda Dengan
Mempertahankan
Fungsi
Reproduksi.
[Online]
19
Juli
2007. Available
from
http://www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2007/ppgb_2007_m_fauzie_sahil.pdf. Accessed
December 21, 2012.
2. Berek JS. Berek & Novak's Gynecology. 14th Edition. Massachusetts: Lippincott
Williams & Wilkins; 2007.
3. Fortner KB, Szymanski LM, Fox HE, Wallach EE. The Johns Hopkins Manual of
Gynecology and Obstetrics. 3rd Edition. Massachusetts: Lippincott Williams & Wilkins;
2007.
4. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman KD, Cunningham FG. Williams
Gynecology. New York: McGraw-Hill; 2008.
5. Jasonni VM, Amadori A, Gentile G, Alesi L. Potential Role of Growth Factors in
Ovarian Cancer. [Serial Online] Front Biosci. 1996 Dec 1;1 [internet]. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/915926. Accessed February 5, 2013.
28