Anda di halaman 1dari 10

Hakikat Pendidikan

Posted by M. Maman Sulaeman Posted on 14.24 with No comments


BAB II
PEMBAHASAN
A. HAKIKAT PENDIKAN
Hakikat pendidikan diartikan sebagai kupasan secara konseptual
terhadap kenyataan-kenyataan kehidupan manusia baik disadari maupun
tidak disadari manusia telah melaksanakan pendidikan mulai dari
keberadaan manusia pada zaman primitif sampai zaman modern (masa
kini), bahkan selama masih ada kehidupan manusia di dunia, pendidikan
akan tetap berlangsung. Kesadaran akan konsep tersebut diatas
menunjukkan bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan. Artinya sebagai
pertanda bahwa manusia sebagai makluk budaya yang salah satu tugas
kebudayaan itu tampak pada proses pendidikan (Syaifullah,1981).
Maka pembahasan tentang hakikat pendidikan merupakan tinjauan
yang menyeluruh dari segi kehidupan manusia yang menampakkan konsepkonsep pendidikan. Karena itu pembahasan hakikat pendidikan meliputi
pengertian-pengertian: pendidikan dan ilmu pendidikan; pendidikan dan
sekolah; dan pendidikan sebagai aktifitas sepanjang hayat. Komponenkomponen pendidikan yang meliputi: tujuan pendidikan, pendidik, peserta
didik, kurikulum dan metode pembelajaran.
B. TUJUAN PENDIDIKAN
Tujuan Pendidikan (Kemdiknas): "Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan
nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pada periode 2010-2014,


Kementerian Pendidikan Nasional menetapkan visi terselenggaranya layanan
prima pendidikan nasional untuk membentuk insan indonesia cerdas
komprehensif. Insan Indonesia cerdas komprehensif adalah insan yang
cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual dan
cerdas kinestetis.Untuk mewujudkan visi tersebut, Kementerian Pendidikan
Nasional menetapkan lima misi yang biasa disebut lima (5) K, yaitu;
ketersediaan layanan pendidikan; keterjangkauan layanan pendidikan;
kualitas/mutu dan relevansi layanan pendidikan; kesetaraan memperoleh
layanan pendidikan; kepastian/keterjaminan memperoleh layanan
pendidikan.
C. PENDIDIK
Pendidik atau guru banyak diartikan orang, ada yang mengatakan di gugu
lan ditiru (Jawa), yaitu orang yang harus di gugu dan di tiru oleh semua
muridnya. Artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa
dipercaya dan di yakini sebagai kebenaran oleh semua muridnya dan
sekaligus untuk diteladani. Adapun definisi guru menurut :
a.

Zakiyah Daradjat
Mengartikan guru adalah pendidik professional, karena secara inplisit ia
telah menerima dan memikul sebagian tanggung jawab orang tua murid
ketika menyekolahkan anaknya ke sekolah atau madrasah, berarti telah

b.

melimpahkan sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru.


Poerwadarminta
Mengartikan guru adalah orang yang kerjanya mengajar.
Guru dalam islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik
potensi afektif, kognitif maupun potensi psikomotorik dan mampu mandiri
secara makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial dalam memenuhi
tugasnya sebagai makhluk Allah.
Firman Allah dalam Al-Quran :
Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang yang beriman
ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka

sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan


jiwa mereka dan mengajarkan kepada mereka al-kitab dan al-hikmah. Dan
sesungguhnya sebelum kedatangan Nabi itu, mereka dalam kesesatan yang
nyata (Ali Imran : 3).
Petikan ayat tersebut mengandung makna yang utama bahwa Rasulullah
SAW selain sebagai Nabi ia juga sebagai pendidik (Guru). Makna lain yang
terkandung dalam ayat tersebut adalah :
a.

Penyucian, yakni pembersihan, pengembangan dan pengangkatan jiwa


kepada pencipta-Nya, menjauhkan diri dari kejahatan dan menjaga diri agar

tetap berada pada fitrah.


b. Pengajaran, yakni pengalihan berbagai pengetahuan dan aqidah kepada
akal dan nurani kaum muslimin agar mereka merealisasikannya dalam
tingkah laku kehidupannya.
Pekerjaan Guru adalah mendidik. Mendidik itu merupakan suatu usaha
yang amat kompleks, mengingatkan banyaknya kegiatan yang harus
diantisipasi untuk membantu anak didik menjadi orang yang dewasa.
Kecakapan mendidik mutlak diperlukan, agar tujuan pendidikan itu dapat
tercapai, untuk itu seorang guru benar-benar dituntut untuk bekerja secara
profesional. Dengan kata lain guru adalah pekerjaan profesional.
D. PESERTA DIDIK
Peserta didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang baik
ditinjau dari segi fisik maupun dari segi perkembangan mental. Setiap
individu memerlukan bantuan dan perkembangan pada tingkat yang sesuai
dengan tugas perkembangan setiap anak didik. Peserta didik berbeda
menurut kodratnya di mana ia sedang mendapatkan pendidikan. Dalam
keluarga yang berfungsi sebagai peserta didik adalah anak, di sekolahsekolah adalah murid, di masyarakat yaitu anak-anak yang mebutuhkan
bimbingan dan pertolongan menurut lembaga yang mengasuh pendidikan
tersebut. Dengan demikian pendidikan harus memahami irama
perkembangan setiap peserta didik pada tiap-tiap tingkat perkembangan
sehingga memungkinkan memberikan bantuan yang tepat dan berdaya

guna. Adapun hubungan antara pendidik dan peserta didik itu dalam proses
belajar mengajar itulah yang merupakan faktor yang sangat menentukan.
Setiap kegiatan pendidikan sudah pasti memerlukan unsur anak didik
sebagai sasaran dari pada kegiatan tersebut. Yang dimaksudkan dengan
anak didik di sini adalah anak yang belum dewasa yang memerlukan
bimbingan dan pertolongan dari orang lain yang sudah dewasa, guna dapat
melaksankan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai warga negara,
sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu yang
mandiri.
Sudah di jelaskan bahwa anak pada waktu lahir mendapkan bekal berupa
perbuatan sikap yang di sebut insting. Insting tidak banyak berperan dalam
kehidupan manusia. Selain itu, juga mendapatkan bekal berupa benih dan
potensi yang mempunyai kemungkinan berkembang pada waktunya dan
apabila ada kesempatan dan stimulusnya melalui kegiatan pendidikan yang
diberikan padanya. Benih atau potensi tersebut dinamakan pembawaan.
Setiap anak didik mempunyai pembawaan yang berlainan. Karena itu
pendidik wajib senantiasa berusaha untuk mengetahui pembawaan masingmasing anak didiknya, agar layanan pendidikan yang diberikan itu sesuai
dengan keadaan pembawaan masing-masing.
E. Kurikulum
Banyak para ahli yang mendifinisikan kurikulum, yaitu antara lain:
a.

Lewis dan Meil


Kurikulum adalah seperangkat bahan pelajaran, merumuskan hasil

belajar, penyediaan kesempatan belajar, kewajiban peserta didik.


b. Taba
Kurikulum adalah tak peduli bagaimana rancangan detailnya. Suatu
kurikum biasanya mengandung suatu kenyataan mengenai maksud dan
tujuan tertentu. Ia memberi petunjuk tentang beberapa pilihan dan susunan
isinya. Ia menyuratkan pola-pola belajar dan mengajar tertentu, baik karena
dikehendaki oleh tujuannya maupun oleh susunan isinya. Akibatnya ia
c.

memerluakn suatu program pengevakuasian hasil-hasilnya.


Stratemayer Sc

Dewasa ini kurikulum dianggap sebagai hal yang meliputi bahan pelajaran
dan kegiatan kelas yang dilakukan anak dan pemuda; keseluruhan
pengalaman di dalam dan diluar sekolah atau kelas yang di sponsori oleh
sekolah: dan seluruh pengalaman hidup murid. Adapun batasan yang di
terima pedidikan harus menetapkan ke arah ilmu pengetahuan, pengertianpengertian, kecakapan-kecakapan yang manakah pengalaman-pengalaman
yang baru akan dibimbing. Kebijaksanaan ini menentukan kurikulum berhasil
diterapkan di sekolah apa tidak.
d. Webster
Dalam kamusnya, kurikulum diartikan dalam dua macam, yaitu yang
pertama, sejumlah mata pelajaran yang harus di tempuh atau di pelajari
murid di sekolah atau perguruan tinggi untuk memperolah ijazah tertentu.
Yang kedua, sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga
pendidikan atau suatu departeman.
e. Pasal 1 butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
definisi kurikulum yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk tujuan pendidikan tertentu.
f. Kurikulum secara sederhana kita sebut program pendidikan adalah jalan
terdekat untuk sampai kepada tujuan pendidikan.
Menurut Brubecher, dengan tujuan atau arah proses pendidikan yang
ditetapkan, langkah selanjutnya sesudah jelas yaitu cara-cara dan alat-alat
untuk mencapai tujuan tersebut. Diantara semua itu maka kurikulum
meminta perhatian pertama. Sesuai dengan asal pengertiannya, menurut
bahasa latin, kurikulum ialah suatu landasan terbang, suatu arah yang dilalui
orang untuk mencapai tujuan, seperti dalam suatu perlombaan, kurikulum
atau kadang-kadang di sebut bahan pelajaran. Apapun namanya, namun
kurikulum itu menggambarkan landasan di atas, maka murid dan guru
berjalan bersama mencapai tujuan dari pendidikan.
Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat di simbulkan sebagai berikut:
kurikulum merupakan rumusan, tujuan mata pelajaran, garis besar pokok
bahasan penilaian dan perangkat lainnya. Sedangkan pokok pikiran penting

yang biasa dalam kurikulum adalah tujuan pendidikan, bahan pelajaran,


pengalaman dan aspek perencanaan.
Isi dari program pendidikan adalah segala sesuatu yang di berikan kepada
peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai
tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi
program masing-masing bidang tersebut, jenis-jenis bidang studi yang di
tentukan atas dasar tujuan instruksional lembaga pendidikan yang
bersangkutan. Isi program suatu bidang studi yang diajarkan sebenarnya
adalah isi kurikulum itu sendiri, atau ada juga yang menyebut dengan nama
silabus bagi pendidikan di perguruan tinggi. Silabus biasanya dijabarkan
kedalam bentuk pokok-pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan, serta
uraian bahan pelajaran. Uraian bahan pelajaran inilah yang di jadikan dasar
pangambilan bahan dalam setiap kegiatan belajar mengajar di kelas oleh
pihak pendidik. Penentuan pokok-pokok dan sub-sub pokok bahsan
didasarkan pada tujuan intruksional.
Ada dua tujuan yang terdapat dalam kurikulum dalam suatu pendidikan yaitu
:
a.

Tujuan yang ingin di capai secara keseluruhan


Tujuan ini biasanya meliputi aspek-aspek ilmu pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang di harapkan dimiliki oleh para lulusan
lembaga pendidikan yang bersangkutan. Itulah sebabnya tujuan ini disebut

tujuan intruksional atau kelembagaan.


b. Tujuan yang ingin di capai oleh setiap bidang studi/mata kuliah.
Tujuan ini adalah penjabaran tujuan intuksional diatas yang meliputi
tujuan kurikulum dan intruksional yang terdapat dalam GPP (Garis- garis
Besar Pengajaran) tiap bidang studi/mata kuliah. Baik kuirkulum maupun
intruksinal juga mencakup aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, sikap,
dan nilai-nilai yang diharapkan dimiliki oleh setiap peserta didik setelah
mempelajari tiap bidang studi dan pokok bahasan dalam proses pengajaran.
Suatu tujuan tidak akan tercapai dengan mudah tanpa melalui
hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan dalam pengembangan kurikulum
dikelas antara lain yaitu:

a)

Guru
Guru dalam berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum. Hal ini di
sebabkan beberapa hal, pertama: kurang waktu, kedua: perbedaan pendapat
antara guru dan kepala sekolah dalam kurikum yang akan diterapkan dan

b)

administatornya, ketiga: kemampuan guru yang terbatas.


Masyarakat
Untuk mengembangan kurikulum dibutuhkan dukungan dari masyarakat
baik dalam pembiayaan maupun dalam memberikan umpan balik terhadap

sistem pendidik atau kurikulum yang sedang berjalan.


c) Biaya
Untuk mengembangan kurikulum, apalagi yang berbentuk eksepimen baik
metode, ini atau sistem secara keseluruhan membutuhkan biaya yang sering
tidak sedikit.
F. METODE-METODE PEMBELAJARAN.
a.

Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian informasi melalui penuturan
secara lisan oleh pendidik kepada peserta didik. Prinsip dasar metode ini
terdapat di dalam Al Quran Surat Yunus ayat 23 yang artinya:
Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat
kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia,
Sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri (hasil
kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada
Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu

kerjakan. (Q.S. Yunus : 23)


b. Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru
mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran
yang telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca.
c. Metode diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan
pelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik/
membicarakan dan menganalisis secara ilmiyah guna mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative

pemecahan atas sesuatu masalah. Abdurrahman Anahlawi menyebut


metode ini dengan sebutan hiwar (dialog).
d. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara mengajar dimana seorang
guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid-murid, sedangkan hasil
tersebut diperiksa oleh guru dan murid harus mempertanggung
jawabkannya.
e. Metode Demontrasi
Metode demontrasi adalah suatu cara mengajar dimana guru
mempertunjukan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu
f.

sedangkan murid memperhatikannya.


Metode Amsal/perumpamaan
Yaitu cara mengajar dimana guru menyampaikan materi pembelajaran

melalui contoh atau perumpamaan.


g. Metode Targhib dan Tarhib
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran
dengan menggunakan ganjaran terhadap kebaikan dan hukuman terhadap
keburukan agar peserta didik melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan.
h. Metode pengulangan (tikror)
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi ajar dengan cara
mengulang-ngulang materi tersebut dengan harapan siswa bisa mengingat
lebih lama materi yang disampaikan.
Satu proses yang penting dalam pembelajaran adalah
pengulangan/latihan atau praktek yang diulang-ulang. Baik latihan mental
dimana seseorang membayangkan dirinya melakukan perbuatan tertentu
maupun latihan motorik yaitu melakukan perbuatan secara nyata merupakan
alat-alat bantu ingatan yang penting. Latihan mental, mengaktifkan orang
yang belajar untuk membayangkan kejadian-kejadian yang sudah tidak ada
untuk berikutnya bayangan-bayangan ini membimbing latihan motorik.
Proses pengulangan juga dipengaruhi oleh taraf perkembangan seseorang.
Kemampuan melukiskan tingkah laku dan kecakapan membuat model
menjadi kode verbal atau kode visual mempermudah pengulangan. Metode
pengulangan dilakukan Rasulullah saw. ketika menjelaskan sesuatu yang
penting untuk diingat para sahabat.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suatu pendidikan di mulai dari keberadaan manusia pada zaman
primitif sampai zaman modern (masa kini), bahkan selama masih ada
kehidupan manusia didunia pendidikan akan tetap berlangsung karena itu
adalah hakikat manusia dalam kehidupannya.
Dalam pendidikan ada 1). Tujuan pendidikan yaitu: mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. 2). Pendidik atau guru banyak diartikan orang, ada yang
mengatakan di gugu lan ditiru (Jawa), yaitu orang yang harus di gugu dan di
tiru oleh semua muridnya. Artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya
senantiasa dipercaya dan di yakini sebagai kebenaran oleh semua muridnya
dan sekaligus untuk diteladani.3). Peserta didik adalah anak yang sedang
tumbuh dan berkembang baik ditinjau dari segi fisik maupun dari segi
perkembangan mental.4). kurikulum adalah rumusan, tujuan mata pelajaran,
garis besar pokok bahasan penilaian dan perangkat lainnya.5). metode
pembelajaran.
B. Saran
Makalah ini dibuat dari beberapa sumber buku yang berkaitan dengan judul makalah ini.
Namun penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Banyak kekurangankekurangan yang ada dalam makalah ini karena berbagai keterbatasan-keterbatasan, baik
keterbatasan sumber referensi maupun keterbatasan pengetahuan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritik para pembaca untuk memperbaiki makalah ini agar lebih baik
lagi.

Daftar Pustaka
1. Mudyahardjo, Redja. 2004. Filsafat Pendidikan: Suatu Pengantar. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
2. Saifullah, Ali. 2004. Antra Filsafat dan Pendidikan. Surabaya: Usaha Offset
3.
4.
5.
6.

Printing.
Jalaluddin. 2002. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Ahmadi, Abu dan Joko Triprasetyo, 2005, Strategi Belajar Mengajar, Bandung : Pustaka setia.
Al Syaibani, Omar Mohammad, 1979, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta : Bulan Bintang.
www.filsafatpendidikanblogs.com

Anda mungkin juga menyukai