Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada suatu masalah
yang memerlukan solusi yang tepat. Dalam kehidupan selalu ada masalah,
baik masalah pribadi, keluarga, masyarakat dan negara. Dari semua
masalah tersebut, tidak semua masalah yang memerlukan solusi dalam
bentuk kegiatan penelitian. Perbedaanya adalah pada kegiatan penyelesaian
masalah. Selain masalah, komponen penting yang harus ada dalam
penelitian adalah tujuan penelitian sehingga dapat ditentukan metode yang
tepat untuk penyelesain masalah. Kegiatan penyelesaian masalah yang
disebut penelitian dapat dilakukan secara sistematis dengan mengikuti
metodologi, dikontrol, dan didasarkan teori yang ada serta diperkuat
dengan gejala yang ada (Sukardi, 2004:3).
Secara umum, penelitian dapat dibedakan dari beberapa aspek, diantaranya
aspek tujuan, aspek metode, aspek kajian. Menurut Gay (dalam Sukardi,
2004:13) Aspek tujuan terdiri dari penelitian dasar dan lanjut. Aspek
metode terdiri atas penelitian deskriptif, penelitian sejarah, penelitian
survei, penelitian ex-postfakto, penelitian eksperimen, penelitian kuai
eksperimen. Sedangkan, aspek kajian sesuai bidang garapan dapat dibagi
menjadi

dua,

yaitu

penelitian

kependidikan

dan

penelitian

nonkependidikan (Sukardi, 2004:13-16).


Masalah penelitian dapat dibagi dalam berbagai bidang diantaranya bidang
pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Salah satu bidang
penelitian yang memerlukan perhatian khusus adalah bidang penelitian
pendidikan. Secara umum metode penyelesaian masalah pada penelitian
pendidikan ada dua, yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Metode
kualitatif yang yang pengumpulan datanya berinteraksi langsung dengan
objek penelitianya dan hasilnya tidak diperoleh melalui prosedur statistik.
Sedangkan metode kuantitatif, pengumpulan datanya melalui instrumen
penelitian berupa populasi dan sampel serta hasilnya diperoleh melalui

prosedur statistic. Salah satu peneltian yang penting dan bermanfaat dalam
dunia pendidikan adalah penelitian korelasional.
Fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan terdapat hubungan
antarunsur-unsurnya. Seperti hubungan antara guru dengan siswa, guru
dengan

materi/kurikulum,

materi

dengan

evaluasi,

dan

lain-lain.

Hubungan-hubungan tersebut dapat diketahui tingkat korelasinya secara


ilmiah secara statistik melalui metode penelitian korelasional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penelitian korelasi?
2. Apa saja hal-hal yang terdapat dalam penelitian korelasi?
3. Apa saja kelebihan dan kelemahan dalam penelitian korelasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan teori penelitian korelasional dan contoh penerapan
2. Sebagai salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Penelitian Korelasional


Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk
mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih
tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak
terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008:328). Adanya
hubungan dan tingkat variabel ini penting karena dengan mengetahui
tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai
dengan tujuan penelitian. Jenis penelitian ini biasanya melibatkan ukuran
statistik/tingkat hubungan yang disebut dengan korelasi (Mc Millan dan
Schumacher, dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:25). Penelitian
korelasional menggunakan instrumen untuk menentukan apakah, dan untuk
tingkat apa, terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih yang dapat
dikuantitatifkan.
Menurut Gay dalam Sukardi (2004:166) penelitian korelasi merupakan
salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak
memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari
keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan
dalam koefisien korelasi. Selanjutnya, Fraenkel dan Wallen (2008:329)
menyebutkan penelitian korelasi ke dalam penelitian deskripsi karena
penelitian tersebut merupakan usaha menggambarkan kondisi yang sudah
terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha menggambarkan kondisi
sekarang dalam konteks kuantitatif yang direfleksikan dalam variabel.
Penelitian korelasional dilakukan dalam berbagai bidang diantaranya
pendidikan, sosial, maupun ekonomi. Penelitian ini hanya terbatas pada
panafsiran hubungan antarvariabel saja tidak sampai pada hubungan
kausalitas, tetapi penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk diajadi
penelitian selanjutnya seperti penelitian eksperimen (Emzir, 2009:38).
Menurut Sukardi (2004:166) penelitian korelasi mempunyai tiga

karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak menggunakannya.


Tiga karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.
1. Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak
mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam
penelitian eksperimen.
2. Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting
(lingkungan) nyata.
3. Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan.
2.2

Tujuan Penelitian Korelasional


Tujuan penelitian korelasional menurut Suryabrata (dalam Abidin, 2010)
adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor
berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain
berdasarkan pada koefisien korelasi. Sedangkan menurut Gay dalam Emzir
(2009:38) Tujuan penelitian korelasional adalah untuk menentukan
hubungan antara variabel, atau untuk menggunakan hubungan tersebut
untuk membuat prediksi. Studi hubungan biasanya menyelidiki sejumlah
variabel yang dipercaya berhubungan dengan suatu variabel mayor, seperti
hasil belajar variabel yang ternyata tidak mempunyai hubungan yang tinggi
dieliminasi dari perhatian selanjutnya.

2.3

Ciri-ciri Penelitian Korelasional


1. Penelitian macam ini cocok dilakukan bila variabel-variabel yang
diteliti rumit dan/atau tak dapat diteliti dengan metode eksperimental
atau tak dapat dimanipulasi.
2. Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan
saling hubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya.
3. Output dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi-rendahnya saling
hubungan dan bukan ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut.
4

4. Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu berdasarkan


variabel bebas.
2.4

Jenis Penelitian Korelasional


1.

Penelitian Hubungan

Penelitian hubungan, relasional, atau korelasi sederhana (seringkali hanya


disebut korelasi saja) digunakan untuk menyelidiki hubungan antara hasil
pengukuran terhadap dua variabel yang berbeda dalam waktu yang
bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat atau derajat
hubungan antara sepasang variabel (bivariat). Lebih lanjut, penelitian jenis
ini seringkali menjadi bagian dari penelitian lain, yang dilakukan sebagai
awal untuk proses penelitian lain yang kompleks. Misalnya, dalam
penelitian korelasi multivariat yang meneliti hubungan beberapa variabel
secara simultan pada umumnya selalu diawali dengan penelitian hubungan
sederhana untuk melihat bagaimana masing-masing variabel tersebut
berhubungan satu sama lain secara berpasangan.
Dalam penelitian korelasi sederhana ini hubungan antar variabel tersebut
ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi. Nilai koofisien

korelasi

merupakn suatu alat statistik yang digunakan untuk membantu peneliti


dalam memahami tingkat hubungan tersebut. Nilai koefisien bervariasi dari
-1,00 sampai +1,00 diperoleh dengan menggunakan teknik statistik tertentu
sesuai dengan karakter dari data masing-masing variabel.
Pada dasarnya, desain penelitian hubungan ini cukup sederhana, yakni
hanya dengan mengumpulkan skor dua variabel dari kelompok subjek yang
sama dan kemudian menghitung koefisien korelasinya. Oleh karena itu,
dalam melakukan penelitian ini, pertama-tama peneliti menentukan
sepasang variabel yang akan diselidiki tingkat hubungannya. Pemilihan
kedua variabel tersebut harus didasarkan pada teori, asumsi, hasil
penelitian yang mendahului, atau pengalaman bahwa keduanya sangat
mungkin berhubungan.
5

2.

Penelitian Prediktif

Dalam

pelaksanaan

di

bidang

pendidikan,

banyak

situasi

yang

menghendaki dilakukannya prediksi atau peramalan. Pada awal tahun


ajaran baru, misalnya, setiap sekolah karena keterbatasan fasilitas,
seringkali harus menyeleksi para pendaftar yang akan diterima menjadi
calon siswa baru.
Penelitian korelasi jenis ini memfokuskan pada pengukuran terhadap satu
variabel atau lebih yang dapat dipakai untuk memprediksi atau meramal
kejadian di masa yang akan datang atau variabel lain (Borg & Gall dalam
Abidin, 2010). Penelitian ini sebagaimana penelitian relasional, melibatkan
penghitungan korelasi antara suatu pola tingkah laku yang kompleks, yakni
variabel yang menjadi sasaran prediksi atau yang diramalkan kejadiannya
(disebut kriteria), dan variabel lain yang diperkirakan berhubungan dengan
kriteria, yakni variabel yang dipakai untuk memprediksi (disebut
prediktor). Teknik yang digunakan untuk mengetahui tingkat prediksi
antara kedua variabel tersebut adalah teknik analisis regresi yang
menghasilkan nilai koefisien regresi, yang dilambangkan dengan R.
Perbedaan yang utama antara penelitian relasional dan penelitian jenis ini
terletak pada asumsi yang mendasari hubungan antar variabel yang diteliti.
Dalam penelitian relasional, peneliti berasumsi bahwa hubungan antara
kedua variabel terjadi secara dua arah atau dengan kata lain, ia hanya ingin
menyelidiki apakah kedua variabel mempunyai hubungan, tanpa
mempunyai anggapan bahwa variabel yang muncul lebih awal dari yang
lain. Oleh karena itu, kedua variabel biasanya diukur dalam waktu yang
bersamaan. Sedang dalam penelitian prediktif, di samping ingin
menyelidiki hubungan antara dua variabel, peneliti juga mempunyai
anggapan bahwa salah satu variabel muncul lebih dahulu dari yang lain,
atau hubungan satu arah. Oleh karena itu, tidak seperti penelitian
relasional, kedua variabel diukur dalam waktu yang berurutan, yakni
6

variabel prediktor diukur sebelum variabel kriteria terjadi, dan tidak dapat
sebaliknya.

3.

Korelasi Multivariat

Teknik untuk mengukur dan menyelidiki tingkat hubungan antara


kombinasi dari tiga variabel atau lebih disebut teknik korelasi multivariat.
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan, dua diantaranya yang akan
dibahas di sini adalah: regresi ganda atau multiple regresion dan korelasi
kanonik.
Regresi ganda. Memprediksi suatu fenomena yang kompleks hanya
dengan menggunakan satu faktor (variabel prediktor) seringkali hanya
memberikan hasil yang kurang akurat. Dalam banyak hal, semakin banyak
informasi yang diperoleh semakin akurat prediksi yang dapat dibuat (Mc
Millan & Schumaker dalam Abidin, 2010), yakni dengan menggunakan
kombinasi dua atau lebih variabel prediktor, prediksi terhadap variabel
kriteria akan lebih akurat dibanding dengan hanya menggunakan masingmasing variabel prediktor secara sendiri-sendiri. Dengan demikian,
penambahan jumlah prediktor akan meningkatkan akurasi prediksi kriteria.
Korelasi kanonik. Pada dasarnya teknik ini sama dengan regresi ganda,
dimana beberapa variabel dikombinasikan untuk memprediksi variabel
kriteria. Akan tetapi, tidak seperti regresi ganda yang hanya melibatkan
satu variabel kriteria, korelasi kanonik melibatkan lebih dari satu variabel
kriteria. Korelasi ini berguna untuk menjawab pertanyaan, bagaimana
serangkaian variabel prediktor memprediksi serangkai variabel kriteria?
Dengan demikian, korelasi kanonik ini dapat dianggap sebagai perluasan
dari regresi ganda,dan sebaliknya, regresi berganda dapat dianggap sebagai
bagian dari korelasi kanonik (Pedhazur dalam Abidin, 2010). Seringkali
korelasi ini digunakan dalam penelitian eksplorasi yang bertujuan untuk
meentukan apakah sejumlah variabel mempunyai hubungan satu sama lain
yang serupa atau berbeda.
7

2.5

Rancangan Penelitian Korelasional


Penelitian korelasional mempunyai berbagai jenis rancangan. Shaughnessy
dan Zechmeinter (dalam Emzir, 2009:48-51), yaitu:

1.

Korelasi Bivariat

Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan penelitian


yang bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel.
Hubungan antara dua variabel diukur. Hubungan tersebut mempunyai
tingkatan dan arah. Tingkat hubungan (bagaimana kuatnya hubungan)
biasanya diungkapkan dalam angka antar -1,00 dan +1,00, yang dinamakan
koefisien korelasi. Korelasi zero (0) mengindikasikan tidak ada hubungan.
Koefisien korelasi yang bergerak ke arah -1,00 atau +1,00, merupakan
korelasi sempurna pada kedua ekstrem (Emzir, 2009:48).
Arah hubungan diindikasikan olh simbol - dan +. Suatu korelasi
negatif berarti bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin
rendah pula skor pada variabel lain atau sebaliknya. Korelasi positif
mengindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin
tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya (Emzir, 2009:48).

2.

Regresi dan Prediksi

Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita mengetahui skor pada
salah satu variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi
merujuk pada seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana
pendekatan koefisien korelasi baik -1,00 maupun +1,00, prediksi kita dapat
lebih baik.

3.

Regresi Jamak (Multiple Regresion)

Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan


penambahan beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini
memberikan lebih banyak kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi
yang akurat. Apa yang kita prediksikan disebut variabel kriteria (criterion
variable). Apa yang kita gunakan untuk membuat prediksi, variabelvariabel yang sudah diketahui disebut variabel prediktor (predictor
variables).

4. Analisis Faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah
besar variabel dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi
mengindikasikan suatu faktor penting yang umum.
Analisis faktor adalah alat analisis statistik yang dipergunakan untuk
mereduksi faktor-faktor yang mempengaruhi suatu variabel menjadi
beberapa set indikator saja, tanpa kehilangan informasi yang berarti,
hingga sejumlah faktor tersebut mampu menjelaskan sebesar mungkin
keragaman data yang dijelaskan oleh variabel asal. Sebagai ilustrasi,
terdapat 50 indikator yang diidentifikasi mempunyai pengaruh terhadap
keputusan pembelian konsumen. Dengan analisis faktor, ke-50 indikator
tersebut akan dikelompokkan menjadi beberapa sub set indikator yang
sejenis. Masing-masing kelompok sub set tersebut kemudian diberi nama
sesuai dengan indikator yang mengelompok. Pengelompokan berdasarkan
kedekatan korelasi antar masing-masing indikator dan penentuan
banyaknya sub set,biasanya diambil di atas 1.
Analisis faktor digunakan untuk penelitian awal di mana faktor-faktor yang
mempengaruhi suatu variabel belum diidentifikasikan secara baik
(explanatory research). Selain itu, analisis faktor juga dapat digunakan
untuk menguji validitas suatu rangkaian kuesioner. Sebagai gambaran, jika
9

suatu indikator tidak mengelompok kepada variabelnya, tetapi malah


mengelompok ke variabel yang lain, berarti indikator tersebut tidak valid. 1
[1]

5.

Rancangan korelasional yang digunakan untuk menarik kesimpulan


kausal

Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat pernyataanpernyataan tentang sebab dan akibat menggunakan metode korelasional.
Rancangan tersebut adalah rancangan analisis jalur (path analysis design)
dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel design).
Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur yang
menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Sedangkan desain
panel lintas akhir mengukur dua variabel pada dua titik sekaligus.

6. Analisis sistem (System Analysis)


Desain

ini

melibatkan

penggunaan

prosedur

matematik

yang

kompleks/rumit untuk menentukan proses dinamik, seperti perubahan


sepanjang waktu, jerat umpan balik serta unsur dan aliran hubungan.

2.6Desain Dasar Penelitian Korelasional


Pada dasarnya penelitian korelasioanal melibatkan perhitungan korelasi
antara variabel yang komplek (variabel kriteria) dengan variabel lain yang
dianggap mempuyai hubungan (variabel prediktor). Langkah-langkah
tesebut penelitian ini antara lain secara umum menurut Mc Milan dan
Schumaker (2003), yaitu penentuan masalah, peninjauan masalah atau
studi pustaka, pertanyaan penelitian atau hipotesis, rancangan penelitian
dan metodologi penelitian, pengumpulan data, dan analisis data, simpulan.
1
10

1.

Penentuan masalah

Dewey (dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:42) menyatakan masalah


dalam penelitian merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dengan
kenyataan yang ada atau sesuatu yang dijadikan target yang telah
ditetapkan oleh peneliti, tetapi target tersebut tidak tercapai. Disetiap
penelitian langkah awal yang harus dilakukan peneliti adalah menentukan
masalah penelitian yang akan menjadi fokus studinya. Ciri-ciri
permasalahan yang layak diteliti adalah yang dapat diteliti (researchable),
mempunyai kontribusi atau kebermanafaatan bagi banyak pihak, dapat
didukung oleh data empiris serta sesuai kemampuan dan keinginan peneliti
(Sukardi, 2004:27-28). Dalam penelitian korelasional, masalah yang dipilih
harus mempunyai nilai yang berarti dalam pola perilaku fenomena yang
kompleks yang memerlukan pemahaman. Disamping itu, variabel yang
dimasukkan dalam penelitian harus didasarkan pada pertimbangan, baik
secara teoritis maupun nalar, bahwa variabel tersebut mempunyai
hubungan tertentu. Hal ini biasanya dapat diperoleh berdasarkan hasil
penelitian sebelumnya.
2.

Peninjauan Masalah atau Studi Kepustakaan

Setelah penentuan masalah, kegiatan penelitian yang penting adalah studi


kepustakaan yang menjadi dasar pijakan untuk memperoleh landasan teori,
kerangka pikir dan penentuan dugaan sementara sehingga peneliti dapat
mengerti, mengalokasikan, mengorganisasikan, dan menggunakan variasi
pustaka dalam bidangnya. Macam-macam sumber untuk memperoleh teori
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti adalah dari jurnal, laporan
hasil penelitian, majalah ilmiah, surat kabar, buku yang relevan, hasil-hasil
seminar, artikel ilmiah dan narasumber.

3.

Rancangan penelitian atau Metodologi Penelitian

Pada tahap ini peneliti menentukan subjek penelitian yang akan dipilih dan
menentukan cara pengolahan datanya. Subyek yang dilibatkan dalam
11

penelitian ini harus dapat diukur dalam variabel-variabel yang menjadi


fokus penelitian. Subyek tersebut harus relatif homogen dalam faktorfaktor di luar variabel yang diteliti yang mungkin dapat mempengaruhi
variabel terikat. Bila subyek yang dilibatkan mempunyai perbedaan yang
berarti dalam faktor-faktor tersebut, korelasi antar variabel yang diteliti
menjadi kabur. Untuk mengurangi heterogenitas tersebut, peneliti dapat
mengklasifikasikan subyek menjadi beberapa kelompok berdasarkan
tingkat faktor tertentu kemudian menguji hubungan antar variabel
penelitian untuk masing-masing kelompok.

4.

Pengumpulan data

Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan


mengumpulkan data masing-masing variabel, seperti angket, tes, pedoman
interview dan pedoman observasi, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan.
Data yang dikumpulkan dengan instrumen-instrumen tersebut harus dalam
bentuk angka. Dalam penelitian korelasional, pengukuran variabel dapat
dilakukan dalam waktu yang relatif sama. Sedang dalam penelitian
prediktif, variabel prediktor harus diukur selang beberapa waktu sebelum
variabel kriteria terjadi. Jika tidak demikian, maka prediksi terhadap
kriteria tersebut tidak ada artinya.

5. Analisis data dan Interpretasi


Pada dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional dilakukan dengan
cara mengkorelasikan hasil pengukuran suatu variabel dengan hasil
pengukuran variabel lain. Dalam penelitian korelasional, teknik korelasi
bivariat, sesuai dengan jenis datanya, digunakan untuk menghitung tingkat
hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain. Sedang dalam
penelitian prediktif, teknik yang digunakan adalah analisis regresi untuk
mengetahui tingkat kemampuan prediktif variabel prediktor terhadap
variabel kriteria. Namun demikian, dapat pula digunakan analisis korelasi
12

biasa bila hanya melibatkan dua variabel. Bila melibatkan lebih dari dua
variabel, misalnya untuk menentukan apakah dua variabel prediktor atau
lebih dapat digunakan untuk memprediksi variabel kriteria lebih baik dari
bila digunakan secara sendiri-sendiri, teknik analisis regresi ganda,
multiple regresion atau analisis kanonik dapat digunakan. Hasil analisis
tersebut biasanya dilaporkan dalam bentuk nilai koefisien korelasi atau
koefisien regresi serta tingkat signifikansinya, disamping proporsi variansi
yang disumbangkan oleh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Interpretasi data pada penelitian korelasional adalah bila dua variabel
hubungkan maka akan menghasil koefisen korelasi dengan simbol (r).
Hubungan variabel tersebut dinyatakan dengan nilai dari -1 samapai +1.
Nilai (-) menunjukan korelasi negatif yang variabelnya saling bertolak
belakang dan nilai (+) menunjukkan korelasi positif yang variabelnya
saling mendekati ke arah yang sama (Syamsudin dan Vismaia, 2009:25).
Jika ada hubungan antara 2 variabel, berarti skor dalam 2 variabel
mempunyai asosiasi dengan variabel tertentu yang terukur. Harga r =-1
atau +1 menunjukkan asosiasi sempurna diantara 2 variabel, sedangkan
harga r = 0 mempunyai arti bahwa dua variabel tersebut tidak memiliki
hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lainnya.
(Cohen dan Manion,1981:128) dalam Sukardi (2008:170) menunjukkan
harga r (hubungan) sebagai berikut:
1)

Nilai r = 0,20-0,35 menunjukkan hubungan dua variabel lemah

walaupun signifikan.
2)

Nilai r = 0,35-0,65 menunjukkan hubungan sedang, umumnya

signifikan pada lebih dari 1%, hubungan tersebut berguna untuk analisis
prediksi
3)

Nilai r = 0,65-0,85 menunjukkan hubungan cukup tinggi yang

memungkinkan peneliti melakukan prediksi yang tepat


4)

Nilai r = >0,85 menunjukkan hubungan antarvariabel tinggi, dan

peneliti dianjurkan melakukan prediksi grup secara tepat. Di samping itu,


prediksi individual juga dapat dilakukan secara cermat.
13

Hubungan variabel yang lemah mungkin tidak memberikan rekomendasi


untuk dilanjutkan, tetapi untuk variabel yang kuat misalnya r>0,80, peneliti
dianjurkan untuk melakukan analisis prediksi hubungan sebab-akibat
(causal comparative study) atau bahkan ke studi eksperimen untuk dapat
mendapatkan kepastian apakah hubungan tersebut memiliki sebab akibat.
2.7

Teknik Korelasi
Ada beberapa jenis teknik korelasi yang bisa digunakan.
1. Korelasi Product Moment
Ada 3 unsur yang digunakan untuk menentukan koefisien korelasi ini,

yaitu:

r=

1
( XY ) (Y Y )
N
Sx . Sy
xy

rxy = ( x 2) ( y 2 )
y 2( Y )2 }

2
{ N X ( X )2 }{
r=

NXY ( X ) (Y )

Dari ketiga rumus diatas akan didapat koefisien korelasi (r) lalu
diinterpretasikan. Untuk interpretasi dapat dilihat tabel berikut

14

Besarnya r

Interpretasi

0,800<r<1

Tinggi

0,600<r<0,600

Cukup

0,400<r<0,600

Agak Rendah

0,200<r<0,400

Rendah

0,000<r<0,200

Sangat Rendah

Apabila diperoleh angka negatif, berarti kelasnya negatif, ini menunjukkan


kebalikan urutan indeks korelasi tidak pernah lebih dari 1 (satu).
2. Korelasi Tata Jenjang
Korelasi tata jenjang digunakan untuk menentukan hubungan atau dua
gejala yang kedua-duanya merupakan gejala ordinal atau tata jenjang.
Rumus yang dikemukakan:

Rumusnya
6 D
N (N 21)

= 1-

= Angka Indeks Korelasi Tata Jenjang.

6 & 1 = Bilangan konstan ( tidak boleh


diubah)
D
= Diffrence, yaitu perbedaan antara
urutan skor pada variabel pertama () dan
urutan skor variabel kedua () Jadi D = .
N

= Number of Case

15

3. The Widespread Biserial Correlation


Sering terjadi dalam penelitian yang membutuhkan pengamatan seperti
cenderung memberikan nilai rata-rata dari pada menilai sangat baik atau
sangat buruk.
Rumus:
{( Ot)( M )}
Ot
SDtot [
]
P

R ser =

Keterangan:
R ser = Koefisien korelasi serial
Or

= Ordinat yang lebih rendah

Ot

= Ordinat yang lebih tinggi

= Mean

SDtot

= Standar deviasi total

= Proposi dalam golongan

4. Poin Biserial Correlation


Digunakan apabila kita hendak mengetahui korelasi antara dua variabel,
yang atu variabel kontinum, sedang yang lain variabel deskrit murni. Hasil
perhitungan dengan korelasi biserial dapat dikonsultasikan ke tabel r hasil
korelasi produk moment.
Rumus:

16

Keterangan:
Xp = Mean skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang diolah
korelasinya dengan tes
Xt = Mean skor total
S = Simpang deviasi total
P = Proporsi (n/N)
Q=1p
5. Korelasi Tetrachoric
Digunakan untuk mencari korelasi dua variabel deskrit buatan. Mula-mula
datanya merupakan data kontenum yang sebenarnya dikelompokkan
menjadi dua kelompok yaitu:
a. Subjek yang menguasai materi
b. Subjek yang tidak menuasai materi
6. Phi Coeficient
Koeficient Phi () yang menghasilkan Koeficient Phi digunakan untuk
mencari hubungan dua variabel diskrit dan diutamakan diskrit murni bila
variabel deskrit dan merupakan variabel diskrit, maka diubah dulu menjadi
variabel diskrit Korelasi Phi sering digunakan untuk menentukan validitas
item variabel pertama adalah benar atau salahnya subjek dalam menjawab
item, sedangkan variabel kedua adalah skor total yang dibuat dikotomi.
Cara mengubah skor total menjadi dikatomi dapat menggunakan mean atau
median. Jika menggunakan mean sebagai nilai pemisah subjek maka ada
kemungkinan banyaknya subjek pada dua kelompok bisa tidak sama bila
menggunakan mean sebagai nilai pemisah subjek maka banyak subjek
untuk kedua kelompok sama.

17

a. Kelompok yang tidak sama jumlah subjeknya


adbc
ro = ( a+ b ) ( b+d ) ( d +c ) (c +a)
Keterangan:
ro
= Koefisien korelasi Phi
a
= Skor yang memuat subjek yang skor 1
b
= Skor pada sel b yang memuat subjek yang skor 1 untuk item dan
skor total
c
= Skor pada cel c yang memuat subjek yang skor 0 untuk item dan
skor 1 untuk dikotomi skor total
d
= Skor pada sel d yang memuat subjek yang skor 0 untuk item dan
skor 0 untuk dikotomi skor total

b. Kelompok yang sama jumlah subjeknya


PaPb
ro = 2 pq
Keterangan:
ro
= Koefisien horemi pni
Pa
= Proporsi kelompok atas yang mempunyai skor 1 untuk item
Pb
= Proporsi kelompok bawah yang mempunyai skor 1 untuk item
P
= Proporsi seluruh subjek yang skornya 1 untuk item
Q
= 1-p
7. Contingen Coeficient (Koefisien Kontingensi)
Koefisien Kontingensi digunakan bila variabel yang dikorelasikan
berbentuk kategori (gejala ordinal) bila datanya bergaris diskrit, maka
aelain menggunakan koefisient phi atau tetra korik. Tetapi bila variabelnya
diklasifikasikan menjadi lebih dari dua maka koefisient phi atau tetra korik
tidak dapat digunakan.
Contingency (C) sangat erat kaitannya dengan Ch kuadrat dan dihitung
dengan Chi kuadrat maka C dapat dengan mudah diketahui. Rumus
menghitung Chi kuadrat adalah:

18

X=Z

(fofn)
fn

Keterangan:
X

= Nilai Chi kuadrat

fo

= Frekuensi yang diperoleh berdasarkan data

fn

= Frekuensi yang diharapkan

Untuk menghitung koefisien kontinyansi digunakan rumus:

2.8.

Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasional

Penelitian korelasional mengandung kelebihan-kelebihan, antara lain:


kemampuannya untuk menyelidiki hubungan antara beberapa variabel
secara bersama-sama (simultan); dan Penelitian korelasional juga dapat
memberikan informasi tentang derajat (kekuatan) hubungan antara
variabel-variabel yang diteliti (Abidin, 2010). Selanjutnya, Sukardi
menambahkan kelebihan penelitian ini adalah penelitian ini berguna untuk
mengatasi masalah yang berkaitan dengan bidang pendidikan, ekonomi,
sosial. Dengan penelitian ini juga memungkinkan untuk menyelidiki
19

beberapa variabel untuk diselidiki secara intensif dan penelitian ini dapat
melakukan analisis prediksi tanpa memerlukan sampel yang besar.
Sedangkan, kelemahan penelitian korelasional, antara lain: Hasilnya cuma
mengidentifikasi apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling
hubungan yang bersifat kausal; Jika dibandingkan dengan penelitian
eksperimental, penelitian korelasional itu kurang tertib- ketat, karena
kurang melakukan kontrol terhadap variabel-variabel bebas; Pola saling
hubungan itu sering tak menentu dan kabur; ering merangsang
penggunaannya sebagai semacam short-gun approach, yaitu memasukkan
berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi yang
berguna atau bermakna. (Abidin, 2010).

20

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penelitian

korelasi

mencakup

kegiatan

pengumpulan

data

guna

menentukan adakah hubungan antarvariabel dalam subjek atau objek yang


menjadi perhatian untuk diteliti. Adanya korelasi antara dua variabel atau
lebih, tidak berarti adanya pengaruh atau hubungan sebab akibat dari suatu
variabel terhadap variabel lainnya. Meskipun dari kenyataan ada hubungan
yang erat antara dua variabel, seseorang tidak dapat menyimpulkan bahwa
variabel yang satu adalah penyebab dari variabel yang lain. Hal ini
disebabkan mungkin ada faktor ketiga yang mempengaruhi variabel
pertama, variabel kedua, atau mungkin mempengaruhi kedua-duanya.
Dengan mengabaikan ada atau tidaknya suatu hubungan sebab akibat,
adanya hubungan yang erat memungkinkan kita untuk membuat prakiraan.
3.2 SARAN
Saran yang perlu kami sampaikan kepada pembaca adalah hendaknya
sebelum melakukan penelitian perlu mengetahui dan memahami prinsipprinsip dari jenis penelitian korelasional. Hal ini berguna agar jenis
penelitian yang digunakan tepat sasaran.

21

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta:
Rineka Cipta.
Suryabrata, S. 2005. Metodologi penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
http://www.4skripsi.com/metodologi-penelitian/penelitiankorelasi.html#axzz28Iy64KIc
http://bintangkecilungu.wordpress.com/2010/10/31/metode-penelitiankorelasional-2/
http://www.masbied.com/2010/03/20/penelitian-korelasional/
http://eka-merdekawati.blogspot.com/2011/11/metode-penelitian-korelasional.html

22

LAMPIRAN

23

KORELASI ANTARA MINAT BELAJAR DENGAN KEDISIPLINAN


BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS IV SD
NEGERI 1 SROBYONG UPTD DIKPORA KECAMATAN MLONGGO,
JEPARA

NASKAH PUBLIKASI

NILA KUSUMAWARDANI
A 510 100 148

PROGRAM STUDI GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

24

SURAT PERNYATAANPUBLIKASI KARYA ILMIAH


Bismillahirrahmanirrohim
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama

: NILA KUSUMAWARDANI

NIM

: A510 100 148

Fakultas/ Jurusan

: FKIP / PGSD

Jenis

: Skripsi

Judul

: KORELASI ANTARA MINAT BELAJAR DENGAN


KEDISIPLINAN
BELAJAR MATA
PELAJARAN
MATEMATIKA SISWA SD KELAS IV SD NEGERI I
SROBYONG
UPTDDIKPORA
KECAMATAN
MLONGGO, JEPARA

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :


1. Memberikan hak bebas royalti kepada perpustakaan UMS atas penulisan karya
ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/ mengalih formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan serta
menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada
Perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta.
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak
Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas
pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
Surakarta,26 Februari 2014
Yang Menyatakan

Nila Kusumawardani
A 510 100 148

25

SURAT PERSETUJUAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH


Yang bertanda tangan ini pembimbing skripsi/tugas akhir :
Nama
: Drs. Saring Marsudi, S. H., M.Pd.
NIP/NIK
: 19521121950031001
Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan
ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa:
Nama
NIM
Program Studi
Judul Skripsi

: Nila Kusumawardani
: A 510 100 148
: PGSD
: KORELASI ANTARA MINAT BELAJAR DENGAN
KEDISIPLINAN
BELAJAR MATA
PELAJARAN
MATEMATIKA SISWA SD KELAS IV SD NEGERI I
SROBYONG
UPTDDIKPORA
KECAMATAN
MLONGGO, JEPARA

Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan.


Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Surakarta, 26 Februari 2014


Pembimbing

Drs. Saring Marsudi, S.H., M.Pd.


NIP.19521121950031001

26

BIODATA

Nama Penulis

: NILA KUSUMAWARDANI

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)


Fakultas

: FKIP

Universitas

: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Alamat e-mail

: violet_nila@yahoo.co.id

Nomor Telepon : 089 669 019 567

27

ABSTRAK
KORELASI ANTARA MINAT BELAJAR DENGAN KEDISIPLINAN
BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS IV SD
NEGERI 1 SROBYONG UPTD DIKPORA KECAMATAN MLONGGO,
JEPARA
Nila Kusumawardani, A 510 100 148, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 26 Februari 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah korelasi antara minat
belajar dengan kedisiplinan belajar pada mata pelajaran matematika siswa Sekolah
Dasar kelas IV. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif asosiatif yang
kesimpulannnya diperoleh berdasarkan hasil analisis statistik. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 4 SD Negeri 1 Srobyong UPTD Dikpora
kecamatan Mlonggo, Jepara yang berjumlah 51 siswa dengan teknik sampel
populasi. Data yang diperoleh melalui metode angket dan metode dokumentasi.
Sebelumnya angket telah diujicobakan terlebih dahulu dan diuji validitas serta diuji
reliabilitas. Teknik analisi data yang digunakan ialah analisis korelasi product
moment.
Hasil analisis korelasi menghasilkan adanya korelasi minat belajar dengan
kedisiplinan belajar siswa pada kelas IV mata pelajaran matematika di SD Negeri 1
Srobyong UPTD Dikpora Kecamatan Mlonggo, Jepara. Sehingga H1 yang diajukan
dapat diterima. Hal ini berdasarkan analisis uji korelasi diketahui t hitung > ttabel yaitu
0,428 > 0,124 pada taraf signifikansi 5%. Sehingga H 1 yang menyatakan bahwa ada
adanya korelasi antara minat belajar dengan kedisiplinan belajar dapat diterima.
Kata kunci :minat belajar, kedisiplinan belajar

28

A. PENDAHULUAN
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 bahwa pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter
bangsa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dengan tujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang
bertanggung jawab. Sehingga pendidikan dipandang sebagai usaha yang
penting dalam membentuk generasi mendatang sesuai dengan ideology
bangsa Indonesia.
Dalam Slameto (2003:57) minat adalah kecenderungan yang tetap
untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang
diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa
senang.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar. Karena siswa belajar
berdasarkan kesukaan terhadap belajar. Minat berhubungan dengan
disiplin belajar karena siswa akan belajar jika terdapat suatu kesenangan
dalam melakukan aktivitas belajar, dan aktivitas tersebut dilakukan secara
terus-menerus sehingga hasil yang diperoleh adalah siswa menjadi
terampil dalam belajar. Maka dari itu, minat merupakan hal yang penting
dalam proses belajar, karena dengan minat peserta didik dapat
meningkatkan dan menumbuhkan perhatian pada suatu pelajaran, agar
anak mudah memahami pelajaran, khusunya pada mata pelajaran
matematika.
Kedisiplinan diartikan sebagai perilaku atau tata tertib yang sesuai
dengan ketetapan dan peraturan yang berlaku. Peraturan yang dimaksud
adalah peraturan yang ditetapkan oleh guru, sekolah dan orang tua.
Kedisiplinan dapat meliputi hal-hal yang lebih khusus. Dalam hal ini
kedisiplinan dilakukan dalam belajar. Belajar memerlukan perilaku disiplin
agar siswa dapat lebih menguasai ilmu. Khususnya dalam matematika,
kedisiplinan sangat diperlukan, karena dalam memahami matematika
diperlukan latihan yag terus menerus sehingga siswa akan terbiasa dan
tidak mudah lupa dalam mengingat pelajaran matematika.
Kedisiplinan belajar yang tinggi siswa dapat memperoleh hasil belajar
29

yang tinggi. Siswa dengan disiplin belajar yang tinggi dengan penuh
kesadaran akan melakukan tugasnya sebagai seorang pelajar yaitu belajar,
mengerjakan tugas dengan tepat waktu serta mematuhi peraturan yang
berlaku.

Selain

itu,

penanaman

disiplin

pada

peserta

didik

dapat

menumbuhkan cara berpikir anak, menata dan menentukan sendiri tingkah


lakunya sesuai dengan kaidah sosial. Disiplin dapat menjadi petunjuk peserta
didik agar tidak tersesat dan terhindar timbulnya suasana hidup yang tidak
menyenangkan peserta didik. Dengan adanya kedisiplinan maka peserta didik
dapat memperoleh penyesuaian pribadi, sosial, dan institusional yang lebih
baik.
Matematika merupakan ilmu pasti, yang memerlukan perhitungan yang
tepat dan logis meliputi besaran, konsep-konsep, susunan yang berkaitan.
Sehingga dalam mempelajari matematika diperlukan latihan yang terusmenerus, disiplin, dan memerlukan bimbingan dari orang tua atau pun guru.
Banyak orang yang beranggapan bahwa pelajaran matematika ialah pelajaran
yang sulit. Sehingga sejak dini orang tua dan guru harus menanamkan rasa
senang terhadap pelajaran matematika agar dalam mempelajarinya siswa tidak
menemui kesulitan.
Dalam pelajaran matematika banyak siswa Sekolah Dasar yang masih
mengalami kesulitan sehingga berakibat pada hasil belajar yang kurang
memuaskan. Oleh karena itu diperlukan analisis factor-faktor apa saja yang
berhubungan dengan hasil belajar matematika. Sehingga akan diketahui
faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan hasil belajar matematika.
Dari latar belakang diatas, maka pada penelitian ini akan dilakukan
mencari korelasi antara minat belajar dengan kedisiplinan belajar dengan judul
KORELASI ANTARA MINAT BELAJAR DENGAN KEDISIPLINAN
BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS IV
SD NEGERI 1 SROBYONG UPTD DIKPORA KECAMATAN
MLONGGO, JEPARA.
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui
korelasi antara kedisiplinan belajar dengan minat belajar pada mata pelajaran
matematika.

30

B. LANDASAN TEORI
1. Minat Belajar

Menurut Slameto (2003:180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat
ialah penerimaan suatu hubungan antar diri sendiri dengan sesuatu di luar diri
sendiri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
Menurut Kartika Handayani dalam http://apeace.web.id/pengertian- minatbelajar minat belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri yang
disebabkan dalam diri seseorang melalui perubahan tingkah laku. Menurut
Wayan (1986:230) ada beberapa alasan mengapa seorang guru perlu
mengadakan pengukuran terhadap minat anak-anak. Antara lain adalah
sebagai berikut :
a. Untuk meningkatkan minat siswa
b. Memelihara minat yang baru timbul
c. Mencegah timbulnua minat terhadap hal-hal yang tidak baik.
d. Sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anak
tentang lanjutan study atau pekerjaan yang cocok baginya.
2. Kedisiplinan Belajar
Hurlock (1989:82) Disiplin berasal dari kata yang sama dengan
disciple, yakni seorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti
seorang pemimpin. Menurut Nur Afrilia Konsep disiplin berkaitan dengan
tata tertib, aturan atau norma dalam kehidupan bersama (yang melibatkan
banyak orang). Kedisiplinan menurut Tuu (2004:37) dalam M. Khafid
Suroso, disiplin penting karena alasan sebagai berikut:
a. Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri akan mendorong siswa
berhasil dalam belajarnya.
b. Tanpa disiplin yang baik, suasana sekolah dan juga kelas menjadi kurang
kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Disiplin memberi dukungan yang
tenang dan tertib bagi proses pembelajaran.
c. Orang tua senantiasa berharap di sekolah anak-anak dibiasakan dengan
norma-norma, nilai kehidupan, dan disiplin.
d. Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak
ketika bekerja.

31

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :


Kedisiplinan
belajar

Minat belajar

Keterangan:
1.Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah minat belajar siswa (X)
2.Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat
adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
kedisiplinan belajar (Y).
C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif asosiatif. Penelitian ini dilakukan di
SD Negeri 1 Srobyong UPTD Dikpora Kecamatan Mlonggo, Jepara.
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Oktober 2013 sampai bulan Februari
2014. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 51
siswa. Penelitian ini mengambil semua anggota populasi untuk dijadikan
sampel. Teknik pengambilan sampel ini dengan menggunakan teknik sampel
populasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik
dokumentasi dan angket.
Teknik pengumpulan data berasal dari data primer yaitu angket minat
belajar dan kedisiplinan belajar. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari dua variabel, yaitu variabel terikat kedisiplinan belajar (Y) dan
variabel bebas yaitu minat belajar (X).
Instrumen penelitian berupa item-item pertanyaan dalam bentuk angket
yang sebelumnya sudah diuji cobakan pada subjek uji coba yang berjumlah
20 siswa kelas IV SD Negeri 1 Karanggondang UPTD Dikpora Kecamatan
Mlonggo tahun 2014/2015. Teknik ini digunakan untuk menguji instrumen
menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas untuk mengetahui tingkat
kevalidan dan keandalan (reliabel) angket. Metode yang digunakan dalam uji
validitas yaitu Korelasi Bivariate Pearson (Product Moment Pearson
Correlation). Sedangkan dalam uji reliabilitas itu menggunakan metode
32

Cronbach Alpha. Setelah itu, dilakukan uji prasyarat analisis dengan uji
normalitas dan uji linieritas. Jika kriteria pada uji prasyarat analisis sudah
terpenuhi maka dilanjutkan dengan analisis korelasi untuk mengetahui
seberapa erat hubungan antar variabel.

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Hasil Penelitian
Sebelum angket diberikan kepada sampel, angket tersebut
ditryoutkan/diujicobakan terlebih dahulu kepada 20 siswa di luar sampel. Item
angket dinyatakan valid jika r xy > r tabel pada taraf signifikansi () = 5%

yaitu 0,444 dan sebaliknya. Dari uji validitas angket minat belajar (36 soal)
dan angket kedisiplinan belajar siswa (36 soal) item soal untuk angket minat
belajar 32 item dinyatakan valid, sedangkan untuk angket kedisiplinan belajar
33 item dinyatakan valid. Angket dikatakan reliabel jika r hitung > r tabel dan
nilai r positif. Hasil uji reliabilitas angket minat belajar dan kedisiplinan
belajar memperoleh koefisien reliabilitas (r11) masing-masing sebesar 0,949
dan 0,945. nilai (r11) dari masing-masing variabel lebih besar dari rtabel pada
taraf signifikansi () = 5% yaitu sebesar 0,444 sehingga angket dinyatakan
reliabel dan layak digunakan sebagai instrumen penelitian.
Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis pertama yaitu uji normalitas
yang berguna untuk mengetahui data dari sampel penelitian berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas menggunakan uji liliefors
melalui uji Kolmogorov-Smirnov dalam program SPSS For Windows versi
16.0. Jika Lhitung < Ltabel, maka data berdistribusi normal. Jika Lhitung > Ltabel
maka data berdistribusi tidak normal. L tabel dengan = 0,05 dan n = 51
diperoleh 0,124. Kedisiplinan belajar siswa (Y) diperoleh L hitung 0,061< Ltabel
0,124 = data berdistribusi normal. Minat belajar siswa (X) diperoleh Lhitung
0,094 < Ltabel 0,124 = data berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas
dapat disimpulkan bahwa data sampel dari masing-masing variabel
berdistribusi normal.
Hasil uji prasyarat analisis kedua yaitu uji linieritas yang digunakan
untuk menguji hubungan variabel-variabel penelitian bersifat linier atau tidak.
Kriteria uji linieritas adalah bahwa hubungan yang terjadi berbentuk linier
jika Fhitung < Ftabel atau nilai probabilitas signifikansi > 0,05. Dengan

33

menggunakan SPSS For Windows versi 16.0, minat belajar siswa (X) terhadap
kedisiplinan belajar siswa (Y) diperoleh Fhitung sebesar 0,620, nilai ini
dikonsultasikan dengan Ftabel pada taraf signifikansi () = 5% sebesar
1,95603, maka dapat diketahui hasilnya adalah 0,620 < 1,95603, maka dapat
disimpulkan antara X dan Y mempunyai hubungan yang linier.
Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan atau korelasi
antara minat belajar dengan kedisiplinan belajar. SPSS For Windows versi
16.0 diperoleh hasil 0,428 dengan nilai signifikansi 0,000 atau p<0,05. Hasil
ini menyatakan bahwa jika ada hubungan antara minat belajar dengan
kedisiplinan belajar.
2. Pembahasan
Selain dari persamaan hasil korelasi tersebut, dapat juga dilihat dari
hipotesis yaitu Ada korelasi antara minat belajar dengan kedisiplinan belajar
siswa kelas IV SD Negeri 1 UPTD Dikpora Kecamatan Mlonggo, Jepara.
Kemudian berdasarkan perhitungan hasil korelasi dengan bantuan SPSS For
Windows versi 16.0 memperoleh hasil 0,428 dengan nilai signifikansi 0,000
atau p<0,05. Hal ini menunjukkan adanya korelasi antara kedua variabel yaitu
variabel minat belajar dengan kedisiplinan belajar.

E. KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan
pada bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Ada korelasi antara minat belajar dengan kedisiplinan belajar siswa kelas IV
SD Negeri 1 Srobyong UPTD Kecamatan Mlonggo, Jepara dengan hasil
korelasi product moment yang diperoleh sebesar 0,428 dengan nilai
signifikansi 0,000 atau p<0,05.
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat diberikan saran kepada pihak
yang berkepentingan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagi siswa
yaitu siswa hendaknya disiplin dalam belajar, Siswa hendaknya tidak mudah
putus asa dalam menghadapi kesulitan selama proses belajar, Siswa sebaiknya
bertanya kepada guru/teman jika kurang paham terhadap materi, Siswa
sebaiknya dapat memunculkan perasaan senang ketika akan belajar. Sehingga
34

pelajaran akan diserap dengan optimal, Hendaknya siswa jangan merasa sulit
terlebih dahulu sebelum mencoba, karena jika tidak ada rasa ketertarikan
maka belajarpun kurang optimal. Bagi guru yaitu guru hendaknya guru
memberikan sugesti-sugesti yang baik terhadap materi pelajaran, guru
sebaiknya memahami dan menguasai keterampilan mengajar yang baik dan
menyenangkan serta bervariasi sehingga dalam proses belajar mengajar siswa
tidak bosan dan mudah menangkap materi yang disampaikan, guru sebaiknya
dapat menarik perhatian siswa agar siswa lebih antusias dalam belajar.
Menarik perhatian siswa sangat penting untuk menanamkan rasa senang
dengan pelajaran, khususnya pada mata pelajaran matematika, Guru harus
menerapkan sikap disiplin, baik disiplin dalam belajar atau bersikap di depan
siswa, Disiplin belajar harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan
pembiasaan. Serta disarankan adanya pemberiakn penghargaan dan hukuman
bagi siswa yang menaati dan melanggar aturan kedisiplinan. Bagi peneliti
yang

akan datang

disarankan

untuk melakukan penelitian dengan

memperhatikan faktor-faktor lain yang berkorelasi dengan belajar selain


minat belajar dan kedisiplinan belajar siswa, karena masih banyak faktor lain
yang mempengaruhi hasil belajar misalnya faktor kesehatan, intelegensi,
perhatian, bakat, minat, kesiapan, suasana rumah, keadaan ekonomi, cara
mendidik orang tua, metode mengajar guru, kurikulum, dan sarana prasarana.

35

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT


Asdi Mahasatya : Jakarta.
Nurkancana, Wayan, dkk. 1983. Evaluasi Pendidikan. Usaha Nasional: Surabaya.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta:
Jakarta.
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT. RajaGrafindo
Persada: Jakarta.
Afrila, Nur. 2012. Peningkatan Disiplin Siswa.

http://id.shvoong.com/social-

sciences/education/2326107-peningkatan-disiplin-siswa/.

Diunduh

pada

tanggal 01 Desember 2013 pukul 10.00 WIB.


Khafid Suroso, Muhammad. 2007. Pengaruh Disiplin Belajar dan Lingkungan
Keluarga terhadap Hasil Belajar Ekonomi.
repository.library.uksw.edu/.

Diunduh pada tanggal 01 Desember 2013 pukul 10.00 WIB.


Prasetyo, Andrie. 013. Pengaruh Konsep Diri dan Kedisiplinan terhadap
Prestasi Belajar Siswa Jurusan Teknik Audio Video di SMK Muhammadiyah 3
Yogyakarta.
//eprints.uny.ac.id/1002/1/jurnal%skripsi.pdf. Diunduh pada tanggal 01
Desember 2013 pukul 11.30 WIB.
Praptini. 2011. Hubungan Pola Komunikasi Orang Tua- Anak dengan
Kedisiplinan Anak pada Kelompok A di Tk Islam 14 Mipitan
Surakarta(Skripsi S-1 Progdi PAUD). Surakarta: FKIP UMS. Tidak
dipublikasikan.
Elfindri,dkk. 2012. Pendidikan Karakter Kerangka, Metode dan Aplikasi untuk
Pendidik dan Profesional. Baduose Media Jakarta: Jakarta
Kartika

Handayani.

2010.

Pengertian

Minat

Belajar.

http://apeace.web.id/pengertian-minat-belajar/ . Diunduh pada


36

tanggal 01 Desember 2013 pukul 10.00 WIB.

37

Gordon, Thomas. 1996. Mengajar Anak Berdisiplin Diri di Rumah dan di


Sekolah. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Hurlock, Elizabeth. 1989. Perkembangan Anak. Erlangga: Jakarta.
Syaodih Sukmadinata, Nana. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. PT. Remaja
Rosdakarya: Bandung.
Purwanto. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Pustaka Belajar: Surakarta.
Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan Jenis, Metode, dan Prosedur.
Kencana Prenada Media Group: Jakarta.
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. PT.
Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Musbikin, Imam. 2009. Mengapa Anakku Malas Belajar ya?. Diva Press:
Yogyakarta

38

39

Anda mungkin juga menyukai